Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL COVID-19


PADA ORANG YANG SEHAT

Disusun oleh kelompok 3 :

Atika Salsadina (821191014)


Desra Gunawan (821191011)
Malinda wati (821191004)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ns. Wahyu Kirana, M. Kep. Sp. Jiwa

PRODI NERS TAHAP AKADEMIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM


PONTIANAK

TAHUN AKADEMI 2021/2022.


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II, dengan judul
“Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Covid-19” Walaupun mungkin secara penilaian
makalah ini masih belum sempurna, tetapi kami akan terus berusaha untuk semakin
memperbaikinya. Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ns. Wahyu Kirana, M. Kep. Sp. Jiwa selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.
2. Kepada teman-teman yang selalu mendukung dan membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.
3. Dan Kepada kedua orang tua kami, yang selalu mendoakan kami dalam segala hal
apapun.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua terutama didunia pendidikan.

Pontianak, 11 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan Penulisan.........................................................................
C. Metode Penulisan........................................................................
D. Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................

A. Konsep Dasar Covid-19..............................................................


1. Pengertian Covid-19........................................................
2. Proses Terjadinya Masalah .............................................
3. Manifestasi Klinis...........................................................
B. Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Covid-19................
C. Protokol Pendampingan Kesehatan Jiwa dan Psikososial...........
BAB III PENUTUP.............................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit virus corona 2019 (corona virus disease/COVID 19) merupakan sebuah
nama baru yang diberikan oleh World Health Organization (WHO) bagi pasien dengan
infeksi virus Novel Corona 2019 yang pertama kali dilaporkan dari Kota Wuhan, Cina pada
Akhir 2019 dimana penyebaran terjadi secara cepat dan membuat ancaman pandemi baru
(Handayani et al., 2019). Awalnya pemerintah tidak mengikuti cara yang digunakan oleh
beberapa negara lainnya terkait informasi yang diberikan mengenai Covid-19, yaitu dengan
melakukan reaksi cepat sosialisasi pencegahan. Penyebabnya, agar masyarakat Indonesia
tidak khawatir dengan isu yang mengkhawatirkan, selain untuk meminimalisir adanya berita
hoax dari segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya wabah Covid19 ini juga
menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi masyarakat, karena banyak warga Indonesia yang
terkena dampak penularan virus ini (Yunus Nur Rohim, 2020). Pandemi Covid -19 ini telah
menjangkit di lebih dari 215 negara di dunia termasuk Indonesia. Jumlah kasus baru di
Indonesia setiap harinya masih ditemukan dengan angka yang fluktuatif. Angka kematian
juga masih terus terjadi walaupun diimbangi dengan jumlah kesembuhan pasien (Ika & Ell,
2020).

Terkait pencegahan Covid-19 perilaku setiap individu memiliki peranan yang sangat
penting. Setiap perilaku individu ditentukan oleh seberapa baik tingkat pengetahuannya, yang
mana akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya dalam mempersepsikan kenyataan,
memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan perilaku terhadap objek
tertentu sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Sesuai dengan adaptasi
kebiasaan baru yang mengharuskan masyarakat untuk menerapkan perilaku 5M yakni
memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi
mobilisasi dan interaksi, dengan banyaknya spanduk dan tulisan terkait perilaku 5M di
sepanjang jalan perkantoran dan tempat umum lainnya (Kemenkes RI, 2021).

Mengingat bahwa terjadinya peningkatan wabah penyakit Covid-19 ini terjadi respon
terhadap kesehatan jiwa dan psikososial setiap individu. Menurut WHO (2020) munculnya
pandemi menimbulkan stres pada berbagai lapisan masyarakat. Meskipun sejauh ini belum
terdapat ulasan sistematis tentang dampak COVID 19 terhadap kesehatan mental, namum
sejumlah penelitian terkait pandemi menunjukkan adanya dampak negatif terhadap kesehatan
mental penderitanya (Kemenkes RI, 2020). Ketakutan, kekhawatiran dan stres adalah respons
normal terhadap ancaman yang dirasakan atau nyata dan pada saat dihadapkan pada
ketidakpastian atau yang tidak diketahui (WHO, 2020). Pandemi COVID 19 merupakan
bencanan non alam yang dapat memberikan dampak pada kondisi kesehatan jiwa dan
psikososial (Kemenkes RI, 2020). Pada masa pandemi COVID 19 respon umum dari
masyarakat yang terdampak baik secara langsung atau tidak langsung adalah takut sakit dan
meninggal, tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena takut tertular saat dirawat,
takut kehilangan mata pencaharian karena tidak dapat bekerja selama isolasi dan dikeluarkan
dari pekerjaan, takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikaitkaitkan dengan
penyakit, merasa tidak berdaya untuk melindungi keluarga dan takut kehilangan karena virus
yang menyebar, takut terpisah dengan keluarga karena aturan karantina, menolak untuk
mengurusi anak kecil yang sendirian atau terpisah, penyadang disabilitas atau orang berusia
lanjut karena takut infeksi, merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi (Committee,
2020).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang Dukungan Kesehatan Jiwa dan
Psikososial Covid-19
2. Tujuan khusus
Agar Mahasiswa
a) Mampu menjelaskan pengertian DKJPS Covid -19
b) Mengidentifikasi proses terjadinya masalah DKJPS
c) Melaksanakan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada Covid-19
d) Menerapkan protocol pendamping dukungan kesehatan jiwa dan
psikososial
C. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah kepustakaan seperti
buku, jurnal, artikel penelitian, dan diskusi kelompok, yaitu dengan mencari data-data
yang menunjang materi atau yang berhubungan dengan dukungan kesehatan jiwa dan
psikososial pada masa pandemi covid-19.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
BAB I pendahuluan
,yang mana ada latar belakang,tujuan umum dan tujuan khusus serta metode penulisan
dan sistematika penulisan dan di
bab II terdapat tinjauan teori,pengertian covid 19,proses terjadinya masalah manifestasi
klinis,dan ada juga Dukungan kesahatan jiwa dan psikososial beserta isinya
BAB III penutup.
Yaitu terdiri dari kesimpulan dan juga saran
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Covid-19


1. Pengertian Covid-19

Pneumonia Coronavirus Disease 2019 Covid-19 adalah peradangan pada


parenkim paru yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sindrom gejala klinis yang muncul beragam, dari
mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok septik (berat) (Erlina dkk, 2020).

Menurut WHO (2020), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19)


adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit
pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan
khusus. Orang tua dan orang-orang yang memiliki komorbit seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker memungkin
tertular COVID-19. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang
disebabkan oleh turunan coronavirus baru. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus,
dan ‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel
coronavirus’ atau ‘2019- nCoV.’ Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait
dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (UNICEF, 2020).

Dampak dari Covid-19 luas, bukan hanya pada kesehatan dan hilangnya
nyawa manusi, lebih dari itu Covid-19 menyebabkan penderitaan kemanusiaan
akibat melemahnya roda ekonomi, lapangan kerja berkurang, dan bahkan tertutup
(Rohdatul Ais, 2020).

2. Proses terjadinya Masalah


Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak
(civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang
menjadi sumber penularan Covid-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi
covid-19 rata-rata 5-6 hari dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat
mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama
penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada secret yang tinggi. Orang yang
terinfeksi dapat langsung menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi
melaporkan bahwa 12,6% kasus menunjukkan penularan presimptomatik karena
memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak degan benda yang
terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak
bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi
masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan (Dul et al, 2020).
3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa
orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala covid-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
pilek, nyeri kepala, konjungtivis, sakit tenggorokkan, diare, hilang penciuman dan
pembauan atau ruam pada kulit. Menurut data dari Negara-negara yang terkena
dampak awal pandemic, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% kasus
akan mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan
mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien
dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan
mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik,
gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat
kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah
ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes
dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan (Kemenkes RI, 2020).
Di Indonesia, dalam hal ini Kementrian Kesehatan, telah berupaya membagi
kategori pasien Covid-19 dalam spectrum klinis yang mudah dipahami oleh
masyarakat. Pembagiannya sebagai berikut (Regina Satya, 2020). :
a. OTG (Orang tanpa gejala), yaitu orang yang positif infeksi covid-19, baik
dari hasil rapid test antibody SARS-CoV2, maupun pemeriksaan
swab/usap RT-PCR, namun tidak memiliki gejala (tanpa gejala) klinis.
b. ODP (Orang dalam pemantauan), yaitu orang dengan gejala seperti
demam atau batuk dan adanya riwayat bepergian ke Negara atau wilayah
transmisi local, atau dengan gejala pernafasan dan adanya riawayat kontak
erat dengan pasien positif covid-19.
c. PDP (Pasien dalam Pengawasan), yaitu orang dengan gejala infeksi
saluran nafas (ISPA) yang disertai dengan adanya kontak dengan pasien
terkonfirmasi Covid-19, atau pasien dengan gejala pernafasan berat yang
perlu rawat inap di rumah sakit.

Pembagian ini cukup efektif dan bisa memasyarakat dengan baik di masyarakat
sehingga membuat masyarakat lebih waspada dengan keberadaan kelompok OTG,
orang tanpa gejala yang bisa saja sudah terinfeksi covid-19 dan bisa menularkan
ke orang lain. Selain itu, istilah OTG, ODP, dan PDP ini juga mudah diucapkan
dan diskusikan dalam diskusi orang awam, di media massa, dan pembicaraan di
kalangan klinisi.

B. Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Covid-19

Istilah besar dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS) digunakan dalam
Panduan Inter Agency Standing Committee (IASC) untuk DKJPS dalam Situasi
Kedaruratan, yang berarti 'dukungan jenis apa pun dari luar atau lokal yang bertujuan
melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan/atau mencegah atau
menangani kondisi kesehatan jiwa. Sistem kemanusiaan global menggunakan istilah
DKJPS untuk menjadi istilah payung berbagai pihak yang menanggapi terhadap
kedaruratan seperti wabah COVID-19, termasuk yang bekerja dengan pendekatan
biologis dan pendekatan sosiokultural di bidang kesehatan, sosial, pendidikan dan
komunitas, serta untuk 'menggarisbawahi perlunya pendekatan-pendekatan yang beragam
dan saling melengkapi dalam memberikan dukungan yang sesuai.

Pandemi Covid-19 merupakan bencana kesehatan yang memberikan dampak


pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang.Menurut WHO munculnya
pandemic menimbulkan stress pada berbagai lapisan masyarakat. Kondisi kesehatan
masyarakat terkait penularan virus corona dibagi menjadi orang tanpa gejala,orang
dengan pemantauan ,pasien dengan pengawasan,dan orang yang menderita Covid-19
(WHO,2020).

1. Dukungan Kesehatan Jiwa dan psikososial pada orang sehat (non reaktif Covid-
19)

a. Orang Sehat
Orang sehat adalah masyarakat yang tidak mengalami gejala, tidak kontak erat
dengan kasus probable maupun kasus konfirmasi Covid-19, tidak berada di
daerah yang terinfeksi atau terjangkit, tidak baru kembali dari daerah lain atau
luar negeri yang merupakan wilayah transmisi. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah promosi kesehatan berupa peningkatan imunitas fisik,
peningkatan imunitas jiwa-psikososial dan pencegahan penularan Covid-19
secara fisik dan pencegahan masalah kesehatan jiwa-psikososial.
1) Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan terdiri dari peningkatan imunitas fisik dan
penigkatan imunitas kesehatan jiwa dan psikososial.\
2) Peningkatan imunitas fisik
a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Makanan bergizi seperti karbohidrat, protein, sayur, dan buah-
buahan. Secara khusus sayur dan buah merupakan sumber
vitamin dan mineral.
b) Minum yang cukup, orang dewasa min. 2 liter per hari.
c) Aktifitas fisik
Olah raga min. 30 menit per hari. Aktifitas fisik dan olah raga
secara teratur dapat menyeimbangkan sistem saraf dan
meningkatkan sirkulasi darah. Aktifitas fisik dan olahraga juga
baik untuk kesehatan mental karena dapat menurunan hormone
stress dan membuat tubuh menjadilebih rileks yang pada
akhirnya akan meninngkatkan imunitas fisik.
d) Berjemur dipagi hari sebaiknya sebelum jam 09.00 atau diatas
jam 15.00 yang berguna untuk pembentukan vitamin D.
beberapa manfaat vitamin D adalah : mengurangi inflamasi,
memperlambat pertumbuhan sel kanker, meningkatkan fungsi
otak, meningkatkan imunitas, memperbaiki “mood” dan
kualitas tidur serta menurunkan risiko penyakit jantung.
e) Isttirahat yang cukup min. 7 jam perhari. Unutk menghindari
kesulitan tidur lakukan Sleep Hygiene seperti matikan media
social 1 jam sebelum saat tidur agar Melantonin diproduksi
tubuh untuk menstimulasi kantuk. Pada saat kita tidur maka
otak kita akan membersihan racun-racun tidak berguna yang
terbentuk ketika kita berpikir seharian, tidur juga berfungsi
untuk mengembalikan energy dan meningkatkan imunitas.
3) Peningkatan Ketahanan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Berita tentang Covid-19 dapat menimbulkan perasaan takut,
cemas, khawatir dan merasakan ada ancaman, semuanya menimbulkan
ketetgangan, emosi negative, pikiran negative, perilaku negative yang
dapat meningkatkan produksi hormone kortisol (hormon stress)
sehingga menurunkan imunitas. Kondisi ini dapat menyebabkan
seseorang berisiko tertular Covid-19. Beberapa cara meninggalkan
ketahanan imunitas jiwa dan psikososial adalah fisik yang rileks,
emosi positif, pikiran positif, perilaku positif, relasi positif dan
spiritual positif yang dapat meningkatkan produksi endorphin dan
menekan produksi kortisol. Cara meningkatkan imunitas kesehatan
jiwa dan psikososial adalah:
a) Fisik yang rileks
Respons awal dari stress yang dialami individu dari aspek
fisik disebabkan oleh aktifasi dari amigdala yang menghasilkan
kortisol yang menurunkan imunitas yang mengakibatkan organ
tubuh terpacu sehingga mudah terjadinya infeksi. Respon awal
terhadap stress mengaktivasi sistem saraf simpatis dan
meproduksi katekolamin, sehingga meningkatkan tekanan
darah, denyut jantung, frekuensi pernafasan, peningkatan
metabolism dan aliran dara ke otot, ketegangan otot,
peningkatan aktifitas kelenjar keringat, serta mengurangi
aktivitas pencernaan (Ramdhani & Putra 2008 dalam Supriatin
2010). Apabila kondisi itu terjadi maka akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi klien. Oleh karena itu sangat diperlukan
upaya agar kondisi fisik tetap rileks, dengan melakukan upaya
yang dapat dilakukan sendiri yaitu : latihan relaksasi nafas
dalam, relaksasi otot progresif : latihan mata dan dahi, latihan
pipi (digembung dan dikempotkan), latihan mulut, latihan
tengkuk/leher, latihan bahu, latihan tangan, latihan otot dada,
latihan merenggangkan otot punggung, latihan otot perut, otot
bokong dan otot kaki.
b) Emosi positif
Hati gembira adalah obat, emosi positif dapat berdampak
terhadap kualitas kesehatan yang baik, hal ini dikarenakan
perasaan dan tubuh saling terhubung, beberapa manfaat
emosi yang positif diantaranya adalah : meredakan respons
stress, mengurangi rasa sakit, meningkatkan daya
tahan/imunitas, menstimulasi organ tubuh dan membuat
suasana hati lebih baik.
c) Pikiran positif
Kejadian diluar diri individu tidak dapat dikendalikan
hingga pikiran terkait dengan kejadian yang dapat
dikendalikan. Pikiran positif berguna untuk meningkatkan
endorphin sehingga imunitas meningkat, mengenang semua
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri
tentang hal yang positif (self-talk positif), selalu yakin
bahwa pandemic akan segera teratasi, menghindari pikiran
negative dan berita hoax. Beberapa cara yang dapat
dilakukan agar untuk mencapai pikiran yang positif adalah :
latihan berfokus pada lima jari, latihan berfikir positif, dan
latihan menghentikan pikiran.
d) Perilaku Positif
Perilaku berkaitan dengan pikiran dan emosi, pikiran positif
dan emosi akan menghasilkan perilaku yang positif pada
diri sendiri, keluarga orang lain dan lingkungan. Perilaku
positif akan membuat seseorang menjadi bertanggung
jawab, menghargai orang lain dan selalu berupaya untuk
melakukan yang terbaik dalam kehidupannya.
e) Relasi positif: memberi pujian, memberi harapan antar sesame,
saling meningkatkan dengan cara positif, penigkatan ikatan
emosi dalam keluarga dan kelompok, saling tolong menolong,
memberi kabar dengan melalui media daring. Relasi positif
dapat juga dilakukan dengan memberi salam (greeting),
memberi pujian (appreciation), memberi harapan (hope),
saling tolong menolong (helping), berbagi ha positif (sharing)
serta menghindari diskusi hal-hal negative (no gossip). \
f) Spiritual positif : kegiatan ibadah dapat dilakukan di rumah
bersama anggota keluarga atau berjamaah secara daring.
Berdoa untuk masyarakat dengan berbagai kondisi, berdoa
untuk tenaga kesehatan khususnya perawat yang berada di
garda terdepan pelayanan kesehatan, berdoa untuk pemerintah
dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Apabila
kegiatan ibadah dilakukan ditempat ibadah harus mengikuti
protocol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan Psikososial (pencegahan masalah
kesehatan)
a. Pencegahan Penularan
1) Jarak social (social distancing): Jarak social adalah jarak interaksi social minimal
2 meter,tidak berjabat tangan, dan tidak berpelukan sehingga penularan virus
dapat di cegah.Jarak social ini sepertinya membuat interaksi menjadi semakin
jauh,rasa sepi dan terisolasi.Hal ini dapat di atasi dengan meningkatkan intensitas
interaksi social melalui media social yang tidak berisiko terkena percikan ludah.
2) Jarak fisik (Physical distancing):Jarak fisik adalah jarak antar orang di mana pun
berada minimal 2 meter,artinya walaupun tidak berinteraksi dengan orang lain
jarak harus dijaga dan tidak bersentuhan.Tidak ada jaminan baju dan tubuh orang
lain tidak mengandung virus Covid-19 sehingga jarak fisik dapat mencegah
penularan.
3) Cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sebelum dan sesudah
memegang benda.Tangan yang memegang benda apa saja mungkin sudah ada
Virus Covid 19,sehingga cuci tangan pakai sabun dapat menghancurkan kulit luar
virus dan tangan bebas dari virus.Hindari menyentuh mulut,hidung dan
mata,karena tangan merupakan cara penularan yang paling berbahaya.
4) Pakai masker kain yang di ganti setiap 4 jam.Pada situasi pandemic tidak di
ketahui apakah orang lain sehat atau OTG (yang tidak memperlihatkan tanda dan
gejala padahal sudah mengandung Virus Corona), Jadi pemakaian masker kain
bertujuan tidak menularkan dan tidak bisa ketularan.
5) Setelah pulang kerumah. Pada situasi yang terpaksa harus keluar rumah,maka saat
pulang ke rumah upayakan meninggalkan sepatu di luar rumah,lalu segera mandi
dan pakai segera di cuci.
Oleh karena itu setiap orang diminta tinggal di rumah(stay at home)artinya
bekerja dari rumah,belajar dari rumah,beribadah dari rumah,dan semua aktifitas di
lakukan di rumah.Hindari pertemuan-pertemuan seperti pesta ulang tahun,pesta
perkawinan,ibadah berjamaah,dan kerumunan orang banyak.

a. Pencegahan masalah kesehatan jiwa dan psikososial

Masalah kesehatan jiwa dan psikososial dapat berupa ketakutan,cemas,dan


panik terhadap kejadian Covid-19. Orang semakin enggan bertemu dengan orang
lain dan muncul curiga orang lain dapat menularkan. Perasaan ini akan
memberikan respons pada tubuh untuk cepat melakukan perlindungan untuk
memastikan keamanan.
Gejala awal yang terjadi adalah khawatir,gelisah,panik,takut mati,takut
kehilangan control,takut tertular, dan mudah tersinggung.Jantung berdebar lebih
kencang,sesak nafas,pendek dan berat,mual,kembung,diare sakit
kepala,pusing,kulit terasa gatal,kesemutan,otot-otot terasa tegang,dan sulit tidur
yang berlangsung selama dua minggu atau lebih.

b. Pencegahan masalah kesehatan jiwa dan psikososial oleh individu sikap


mental menghadapi situasi ini dapat berupa :

1) Sikap reaktif

Sikap mental yang di tandai dengan reaksi yang cepat ,tengang ,agresif
terhadap keadaan yang terjadi dan menyebabkan kecemasan dan
kepanikan ,contoh prilakunya adalah : memborong bahan makanan
,masker, hands-sanitizer ,vitamin dll. sikap reaktif ini dapat di
kendalikan dengan cara mencari berbagai info atau masukan dari
banyak orang sebelum mengambil keputusan,

2) Sikap responsif

Sikap mental yang di tandai dengan sikap tenang ,terukur mencari tahu
apa yang harus di lakukan dan memberikan respons yang tepat dan
wajar ,sikap responsif dapat di kembangkan agar tidak terjadi masalah
kesehatan jiwa dan psikososial .

3) Pencegahan masalah kesehatan jiwa dan psikososial dalam keluarga


kegiatan keluarga yang konstruktif semakin harmonis keluarga dapat
merencanakan kegiatan 5B : belajar beribadah bermain ,bercakap-cakap
dan berkreasi bersama .

C. Protokol Pendampingan Kesehatan Jiwa dan Psokososial


a. Upaya Promotif
Tujuan dari upaya promotif dalam Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
(DKPJS) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan agar petugas kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan:
a. Merasa aman, tetap terhubung dengan orang lain, tenang, dan memiliki
harapan.
b. Memiliki akses ke dukungan social, fisik dan emosional.
c. Merasa mampu menolong dirinya sendiri dan orang lain.
d. Menjamin keamanan dan keselamatan kerja.

Upaya promotif merupakan bagian dari fase persiapan, yakni fase untuk refleksi
diri mengenai kebutuhan petugas, serta berbagi mengenai rencana pemenuhan
kebutuhan tersebut. Dalam upaya promotif, petugas diharapkan mengetahui
perihal yang menjadi sumber tekanan bagi dirinya serta strategi koping pribadi
untuk mengelola tekanan yang mungkin dihadapi.

Ada berbagai yang dat dilakukan upaya ini, antara lain:

1) Memenuhi kebutuhan dasar

No. Domain Manajemen Fasilitas Pelayanan Kesehatan


1. Penyediaan Informasi - Kejelasan situasi terkini Covid-19 di tempat
kerja: update situasi harian, kebijakan test-
tracing-treat yang adekuat
- Pandangan kerja yang sesuai dengan
ketersediaan sumber daya berpatokan pada
strandar keselamatan dan mutu fasilitas
kesehatan
2. Persiapan Pelayanan - Penguatan kompetisi penanganan bagi petugas
yang dipindahtugaskan untuk beradaptasi di
lingkungan pelayanan baru
- Fleksibilitas dalam menjalankan tugas,
pengaturan shift/jadwal kerja menyesuaikan
dengan risiko paparan infeksi
- Rotasi petugas, pembagian keterampilan, peran
serta tanggung jawab petugas
- Memastikan adanya waktu istirahat dan libur
yangcukup bagi petugas.
3. Pemenuhan Kebutuhan - Menyediakan dukungan atau menyediakan link
Logistik ke bantuan terhadap kebutuhan dasar staf,
seperti akomodasi untuk isolasi, kebutuhan
nutrisi penambah daya tahan tubuh, dan
sebagainya
- Menyediakan tempat tinggal dan transportasi
sementara untuk nakes yang berisiko
bekerjasama dengan lintas sector (wisma,
hotel, asrama dll)
- Pembayaran gaji, tunjangan, insentif yang
sesuai dengan beban kerja dan akan mencukupi
kebutuhan kebutuhan petugas serta
keluarganya sehari-hari (pakaian, kerja khusus,
makan listrik pulsa, kuota internet)
- Bantuan untuk perawatan anak, misalnya
fasilitas day care, kemudahan untuk bekerja
dari rumah, pengaturan jam kerja.
4. Pengelolaan Risiko Infeksi & - Pengaturaan teknis pelayanan esuai
Kondisi Kesehatan Petugas rekomendasi PPIRS
- Penyediaan APD yang adekuat
- Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala-
medical check up fisik dan mental,
pemeriksaan terkait covid untuk ptugas yang
berisiko terpapar.

2) Membangun Resiliensi Kolektif


a) Lingkungan yang aman secara psikologis; melakukan pertemuan
secara berkala kepada seluruh staf untuk memberikan edukasi,
informasi, pengecekan keadaan petugas, dan pemberian dukungan.
b) Resiliensi Kolektif ; membentuk kelompok dukungan di unit kerja
(support) untuk memantau kesehatan mental dan fisik setiap
anggotanya
c) Kegiatan alternative; menyediakan kegiatan-kegiatan
menyenangkan yang bersifat interaktif namun tetap mematuhi
protocol kesehatan seperti kelas-kelas daring tentang olahraga,
keterampilan, spiritualitas, dan sebagainya.
3) Penanganan situasi khusus
a) Pendataan khusus ; pada kasus yang memenuhi kriteria
konfirmasi positif Covid-19, harus segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan yang ditunjuk.
b) Pelacakan ; jika petugas kesehatan/petugas K3 menerima
adanya kasus suspek, kasus probable, dan kasus konfirmasi
positif Covid-19 pada petugas kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan maka petugas kesehatan/ petugas K3 harus
melakukan identifikasi kontak yaitu orang-orang yang memiiki
riwayat berinteraksi dengan pasien dalam radius 1 meter sesuai
dengan pedoman pencegahan dan pengendalian covid-19 revisi
ke-5.
b. Upaya Preventif
Tujuan dari upaya preventif dalam DKPJS bagi petugas kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan adalah mencegah terjadinya atau memburuknya masalah
kesehatan jiwa. Upaya preventif dilakukan bagi seluruh petugas, termasuk yang
terduga maupun yang sudah dikonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Beberapa
hal yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen dan professional Kesehatan Jiwa
di fasilitas Pelayanan Kesehatan antara lain adalah :
a. Konselor sebaya ; Menyiapkan ssistem konselor sebaya, termasuk
pemilihan petugas yang dipercaya, alur konseling, pencatatan dan
pelaporan, rujukan
b. Identifikasi masalah kesehatan jiwa ; membuat sistem penapisan berbasis
teknologi (misal kuesioner daring) atau fasilitas self-checkpoint (ruang
khusus untuk mengisi kuesioner) yang aman dan menjada privasi.
c. Layanan Kesehatan Jiwa Spesifik ; menyediakan sistem untuk konseling
individual, baik melalui tatap muka maupun layanan daring mulai dari alur
layanan, kriteria petugas yang memerlukan layanan, ruangan, dukungan
pulsa/kuota, pencatatan dan pelaporan, rujukan untuk tindakan spesialistik.
c. Upaya Kuratif
Tak tertutup kemungkinan bahwa ada petugas kesehatan di Fayankes yang dalam
perjalanan pekerjaannya kemudian mengalami maslah kesehatan jiwa. Dukungan
yang dapat diberikan dalam hal ini adalah akses ke pengobatan untuk masalah
kesehatan jiwa yang dibutuhkannya serta perlindung terhadap privasinya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan anatara lain adalah ;
a. Layanan Kesehatan Jiwa Spesialistik ; menyediakan sistem layanan
kesehatan jiwa bago pegawai, baik melalui tatap muka maupun layanan
daring mulai dari allure layanan, kriteria petugas yang memerlukan
layanan, ruangan, dukungan pulsa/kuota, pencatatan dan pelaporan,
rujukan berjenjang.
d. Upaya Persiapan kembali aktif
Petugas yang memiliki masalah atau gangguan jiwa perlu dimungkinkan
mengambil jeda dari kegiatan pelayanan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
RS. Saat akan kembali di bertugas, maka perlu dipastikan petugas kesehatan di
Fayankes dalam keadaan siap.
a. Pemeriksaan kesiapan ; menyusun alur pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental
b. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja ; menyiapkan panduan kerja bagi
petugas yang kembali aktif bekerja di pelayanan, menyusun jadwal kerja
sesuai dengan kemampuan petugas dan menerapkan buddy sistem untuk
mendampingi dan menjadi bantuan terdekat bagi petugas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DKJPS mengintegrasikan pendekatan biologis, psikologis, dan sosiokultural di
bidang kesehatan, social, pendidikan dan komunitas, serta untuk menekankan perlunya
pendekatan-pendekatan yang beragam dan saling melengkapi dari berbagai profesi dalam
memberikan dukungan yang sesuai.
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Gejala-gejala yang dialami biasanya
ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Istilah besar dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS) digunakan dalam
Panduan Inter Agency Standing Committee (IASC) untuk DKJPS dalam Situasi
Kedaruratan, yang berarti 'dukungan jenis apa pun dari luar atau lokal yang bertujuan
melindungi atau meningkatkan kesejahteraan psikologis dan/atau mencegah atau
menangani kondisi kesehatan jiwa.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada
makalah kami selanjutnya.Dengan disusunnya makalah ini juga para pembaca mampu
melakukan penatalaksanaan sesuai prosedur dan konsis yang telah ditentukan pemerintah
atau lembaga yang terlibat dalam penangan Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Ais, Rohdatul. 2020. Komunikasi efektif di masa pandemi covid-19, pencegahan penyebaran
covid-19 di era 4.0. Tangerang, Banten: Makmood Publishing.

Diah Handayani,et.al. 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol
40.No. 2, April 2020. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

UNICEF. (2020). COVID-19 dan Anak-Anak di Indonesia Agenda Tindakan untuk Mengatasi
Tantangan Sosial Ekonomi. Journal of Education, Pshycology and Counseling 1–12. Retrieved
from www.unicef.org

Kementrian Kesehatan, RI. (2020). Laporan Riskesdas 2020.

Covid.kemkes.go.id. Status Harian Covid-19 di Indonesia. https://Covid19.kemkes.go.id/situasi-


infeksi-emerging/info-corona-virus/.

Satya, Regina. 2020. Peranan Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Covid-19.
Jakarta: Atma Jaya.

World Health Organization, 2020. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Situation Report-1.
Indonesia: World Health Organization.

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease


(COVID-19). Kementrian Kesehatan RI; 2020 p. 18.

Erlina et al. 2020. Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. Jakarta

Inter-Agency Standing Committee. (2020). Catatan Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan
Psikososial Wabah Covid-19 Versi 1.0.

Ika, P., & Ell, R. A. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Kabupaten
Wonosobo Tentang Covid -19. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 3(1), 33.
https://doi.org/10.14421/lijid.v3i1.2224

Nur Rohim Yunus, A. R. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi


Penyebaran Corona COVID-19. Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 7. Retrieved from
https://www.researchgate.net/profile/Nur_Yunus2/publication/340103987_Kebijakan_Pemb
erlakuan_Lock_Down_Sebagai_Antisipasi_Penyebaran_Corona_Virus_Covid19/links/5e8734ce
4585150839ba0cce/Kebijakan-Pemberlakuan-Lock-Down-SebagaiAntisipasi-Penyebaran-
Corona-Virus-Covid-19.pdf

Kemenkes RI. (2021). Kesiapsiagaa Menghadaapi Infeksi Covid-19. Retrieved from


https://www.kemkes.go.id/folder.view/full-content/structur-faq.html

Anda mungkin juga menyukai