Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GERONTIK

“TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN GERONTIK


Terapi Lampu Dan Genggam Jari Obati Stres & Susah Tidur pada Lansia ”

OLEH
KELAS B11-A
KELOMPOK 5

1. NI MADE SRI DAMAYANTI 183222936


2. NI MADE WIDIADNYANI 183222937
3. NI MADE YUNI ANTARI 183222938
4. NI PUTU AYU SWASTININGSIH 183222939
5. NI PUTU EKA PRADNYA KARTINI 183222940
6. NI PUTU ITA MARTARIANI 183222941
7. NI PUTU NICK TRI DANYATI 183222942
8. NI PUTU RISKI DAMAYANTI 183222943

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019

i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Trend dan Isusue Keperawatan Gerontik ” ini tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas Keperawatan Gerontik.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber.Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku
dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud.Oleh karena itu,
melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om                                                

         
Denpasar, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Trend Dan Issue Keperawatan Gerontik..............................................................3

2.2 Terapi Lampu Dan Genggam Jari Obati Stres & Susah Tidur pada

Lansia....................................................................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...............................................................................................................8

3.2 Saran.....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua lansia memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan,


baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh semakin menurun. Menua atau menjadi
tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Faktor usia menyebabkan lansia
menghadapi banyak keterbatasan sehingga memerlukan bantuan peningkatan
kesejahteraan sosialnya (Samsudrajat, 2012). Kualitas hidup yang baik akan
membawa lansia tetap mampu hidup produktif dalam keterbatasannya.
Sebaliknya, penurunan kualitas hidup justru membuat lansia menjadi manusia
yang tidak produktif, bahkan tergantung pada bantuan pihak lain.
Penurunan kualitas hidup antara ain disebabkan oleh gangguan tidur
sebagai akibat proses penuaan. Maka penanganan gangguan tidur sesungguhnya
merupakan upaya peningkatan kualitas hidup lansia. Hal ini penting dilakukan
mengingat populasi penduduk lansia terus bertambah. Jumlah penduduk lansia
tahun 2014 tercatat 19,2 juta jiwa, meningkat pesat dibanding data tahun 1971
sebesar 5,3 juta jiwa (Kemenkes Rim 2015). Bahkan pada tahun 2020
diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk lansia menjadi 28,8 juta jiwa atau
sebesar 11,34% (Fatimah,2012).
Fase lansia membawa perubahan organobiologik karena makin menuanya
organ-organ tubuh. Salah satu dampak proses menua yang lazim terjadi adalah
perubahan pola tidur. Seorang lansia akan lebih sering terjaga pada malam hari
sehingga total waktu tidur malamnya berkurang (Marchira, 2007).
Meskipun secara fisiologis kebutuhan tidur lansia berkurang tetapi
hendaknya ketidakcukupan kuantitas dapat diimbangi dengan kualitas tidur. Tidur
yang berkualitas meskipun kuantitasnya sedikit tetap lebih baik dibanding waktu
tidur yang panjang tetapi tidak berkualitas. Menurut Madjid (2008), tidur yang
berkualitas adalah keadaan tidur yang dalam, tidak mudah terbangun, dapat

1
mencapai mimpi, dan ketika bangun tubuh menjadi lebih segar, merasakan
kepuasan tidur dan bebas dari ketegangan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Trend dan Isu Dalam Keperawatan Gerontik?
1.2.2 Bagaimana Terapi Lampu dan Genggam Jari Obati Stres dan Susah Tidur
Pada Lansia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui trend dan isu dalam keperawatan gerontik
1.3.2 Untuk mengetahui terapi lampu dan genggam jari obati stress dan susah
tidur pada lansia

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang trend dan issue dalam keperawatan gerontik
yang berkaitan dengan terapi komplementer dapat digunakan sebagai refrensi
tambahan untuk mengetahui kesehatan di Indonesia.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai refrensi di Institusi Pendidikan dan
sebagai bahan bacaan tentang Trend dan Isue Dalam Keperawatan Gerontik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Trend Dan Issue Keperawatan Gerontik


Menurut World Health Organization (2014) lanjut usia adalah seseorang
yang memasuki umur 60 tahun atau lebih. Menurut Data WHO, di kawasan Asia
Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050
diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun
2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020
diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.000.000 (11,34%) dari total populasi.
Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia
sekitar 80.000.000 (Kemenkes RI, 2013).
Menurut United Nations (2015) Indonesia memiliki jumlah lansia urutan
ke-4 terbesar didunia, setelah negara China, India dan Amerika. Menurut Data
Badan Pusat Statistik (2014) menyebutkan bahwa jumlah lansia di Indonesia
mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05% dari seluruh penduduk Indonesia.
Proporsi jumlah lansia di Jawa Tengah terus meningkat, pada tahun 2010 jumlah
lansia mencapai 3,35 juta jiwa atau 10,34% dari seluruh penduduk Provinsi Jawa
Tengah kemudian naik menjadi 3,45 juta jiwa atau 10,55% pada tahun 2011.
Proses menua lansia memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan,
baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh semakin menurun. Menua atau menjadi
tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Dewi, 2014). Berkaitan dengan proses
menua, terdapat perubahan yang mempengaruhi penurunan aktivitas lansia. Tidur
merupakan bentuk aktivitas yang mempengaruhi kualitas kesehatan individu.
Ketika seseorang beranjak tua maka akan banyak memerlukan istirahat dengan
membutuhkan waktu tidur yang berkualitas. Bentuk gangguan tidur yang dialami
lansia adalah insomnia. Insomnia pada lansia disebabkan karena kurangnya
kegiatan fisik sepanjang hari, tidur yang sebentar-sebentar sepanjang hari,

3
gangguan cemas dan depresi, suasana kamar yang kurang nyaman, sering
berkemih ketika malam hari dan infeksi saluran kemih (Maryam, 2008).
Insomnia adalah gangguan tidur yang sering dikeluhkan lansia yang
ditandai dengan kesulitan untuk tidur dan mempertahankan tidur. Menurut studi
penelitian yang telah dilakukan University of California 40-50% orang dengan
usia lebih dari 60 tahun telah mengalami gangguan tidur (Roepke & Ancoli,
2010). Menurut National Sleep Foundation (2010) 67% dari 1.508 lansia di
Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur atau
insomnia dan 7,3% lansia melaporkan gangguan dalam memulai tidur dan
mempertahankan tidur. Prevalensi insomnia di Indonesia pada lansia tergolong
tinggi yaitu sekitar 67% dari populasi yang berusia diatas 65 tahun. Hasil
penelitian didapatkan insomnia sebagian besar dialami oleh perempuan yaitu
sebesar 78,1% dengan usia 60-74 tahun (Sulistyarini & Santosa, 2016).
Insomnia yang dialami lansia disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan
penyakit yang dialami. Penyebab insomnia pada lansia dibagi menjadi 4
kelompok yaitu kelompok penyakit fisik atau gejala : nyeri jangka panjang,
masalah pada kandung kemih atau prostat, penyakit sendi seperti arthtritis atau
bursitis dan gastroesophageal reflux, kelompok lingkungan/ faktor perilaku,
kelompok penggunaan obat-obatan, kafein, alkohol atau obat pada penyakit kronis
dan keompok dengan penyakit mental atau gejala seperti : cemas, depresi,
kehilangan identitas pribadi dan persepsi kesehatan yang buruk (Tsou, 2013).
Perubahan yang sangat menonjol pada pola tidur gangguan insomnia
lansia adalah pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4,
gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi sering terbangun dimalam
hari. Gangguan tersebut terjadi juga karena lansia sensitif terhadap stimulus dari
lingkungan, pada usia dewasa muda normal akan terbangun 2-4 kali namun pada
usia lansia akan lebih sering terbangun (Darmojo, 2009). Gangguan tidur pada
lansia walaupun begitu rata-rata waktu tidur lansia dan usia dewasa hampir sama.
Dampak insomnia pada lansia dapat mengakibatkan perubahan pada kehidupan
sosial, psikologi dan fisik. Selain itu juga akan berdampak pada ekonomi dimana
hilangnya produktivitas serta biaya pengobatan pada pelayanan kesehatan.

4
Insomnia dapat meningkatkan risiko penyakit generatif seperti hipertensi dan
jantung, depresi dan stress juga merupakan manifestasi dari insomnia pada lansia
(Ghaddafi, 2010). Selain itu insomnia meningkatkan resiko jatuh pada lansia
(Helbig, et al., 2013).
Diusia yang sudah lanjut, banyak yang mengalami stres dan tekanan darah
yang tidak menentu. Akibatnya, para lansia cenderung mengalami kesepian dan
susah tidur/insomnia. Insomnia adalah keluhan terkait rendahnya kuantitas dan
atau kualitas tidur tiga hari dalam seminggu selama satu bulan. Menurut
penelitian, penderita insomnia kebanyakan merupakan golongan lansia,dimana
hampir 40-50% lansia mengalami insomnia. Persentase dari jumlah tersebut,
penderita wanita berjumlah 54% dan pria sebanyak 36%.
Ciri-ciri yang dapat diamati pada lansia yang menderita insomnia antara
lain kesulitan tidur, merasa lelah dan tidak segar saat bangun tidur, mudah marah,
sering terbangun tengah malam dan tidak dapat tidur lagi, dan sakit kepala di pagi
hari. Selain itu, ada juga ciri yang mudah diamati pada wajah penderita, seperti
wajah memerah, tampak garis hitam pada kelopak mata bagian bawah, dan wajah
tampak pucat.

2.2 Terapi Lampu Dan Genggam Jari Obati Stres & Susah Tidur pada
Lansia
Insomnia pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
proses penuaan, kurangnya paparan cahaya matahari, penurunan aktivitas fisik,
kebiaasaan buruk saat tidur misalnya terlalu sering berganti posisi tidur dan factor
psikologis misalnya perubahan dalam rutinitas, dan masalah ekonomi. Selain itu,
konsumsi alcohol atau kafein, serta konsumsi obat-obatan juga dapat
menyebabkan insomnia..Dengan metode light therapy, terbukti ampuh membuat
lansia lebih stabil dan dapat beristirahat cukup tanpa harus menggunakan cara
medis. Alat sederhana ini diberi nama light box Untuk mengatasinya, salah satu
hal yang dapat dilakukan ialah dengan light therapy atau terapi lampu. Alat inilah
yang digunakan untuk melakukan terapi yang diberi nama terapi lampu.

5
Alat ini hanya terdiri dari lampu khusus berwarna biru yang diletakkan di
dalam kotak, dan di beri penyetel waktu saat menyala. Light therapy hanya
dilakukan pada lansia yang berumur rata-rata 45 tahun hingga 90 tahun, memiliki
insomnia, stres, dan depresi, serta memiliki tekanan darah tinggi. Sebaiknya,
terapi dilakukan mulai pagi hari. Sebelum dilakukan terapi, para lansia diperiksa
tekanan darahnya, dan diukur suhu tubuh. Selanjutnya, penderita dilakukan terapi
awal. Penderita dibawa ke dalam ruangan dengan kondisi gelap tanpa ada sinar
matahari. Terapi awal dilakukan untuk merangsang hormon melatonim. Hormon
hanya dapat dihasilkan oleh kelenjar pineal di dalam otak dan pembentukannya
akan dipicu oleh gelap. Lalu, penderita diminta untuk memandang light box yang
dinyalakan dan hanya berintensitas 200-2500 lux atau 2,5 watt selama kurang
lebih 10 menit.
Usai terapi awal, lansia dapat beraktivitas seperti biasanya. Selanjutnya
menjelang malam hari, kembali dilakukan pemeriksaan darah, dan pengukuran
suhu tubuh. Selama istirahat malam ruangan dipasang lampu berwarna biru
dengan kondisi tertutup selama 9 jam. Selama dilakukan terapi, penderita dilarang
meminum obat-obatan. Terapi lampu secara efektif dilakukan selama tiga hari
berturut-turut. Meski tampak sederhana, namun hanya dalam tiga hari sudah
cukup membuahkan hasil.
Terapi genggam jari merupakan relaksasi sederhana yang dapat mudah
dilakukan oleh siapapun yang berkaitan dengan tangan dan aliran tubuh manusia
yang dapat mengontrol dari rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri (Potter & Perry, 2009). Teknik menggenggam jari merupakan bagian

6
dari teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu adalah akupresure Jepang. Bentuk seni
yang menggunakan sentuhan sederhana tangan dan pernafasan untuk
menyeimbangkan energi didalam tubuh. Tangan ( jari dan telapak tangan ) adalah
alat bantuan sederhana dan ampuh menyelaraskan dan membawa tubuh menjadi
seimbang.
Setiap jari tangan berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari
berhubungan dengan perasaan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan
ketakutan, jari tengah berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan
dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan rendah diri dan kecil
hati (Hill, 2011). Dengan menggenggam jari akan menghasilkan impuls yang
dikirim saraf aferen non nosiseptor yang akan mengakibatkan tertutupnya pintu
gerbang ke thalamus sehingga stimulus ke korteks serebri terhambat dan
menyebabkan nyeri berkurang (Pinandita, Purwanti , & Utoyo, 2012).

BAB III

7
PENUTUP

3.1 Simpulan
Insomnia yang dialami lansia disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan
penyakit yang dialami. Penyebab insomnia pada lansia dibagi menjadi 4
kelompok yaitu kelompok penyakit fisik atau gejala : nyeri jangka panjang,
masalah pada kandung kemih atau prostat, penyakit sendi seperti arthtritis atau
bursitis dan gastroesophageal reflux, kelompok lingkungan/ faktor perilaku,
kelompok penggunaan obat-obatan, kafein, alkohol atau obat pada penyakit kronis
dan keompok dengan penyakit mental atau gejala seperti : cemas, depresi,
kehilangan identitas pribadi dan persepsi kesehatan yang buruk (Tsou, 2013).
Perubahan yang sangat menonjol pada pola tidur gangguan insomnia lansia
adalah pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa
menurun, dan meningkatnya frekuensi sering terbangun dimalam hari. Gangguan
tersebut terjadi juga karena lansia sensitif terhadap stimulus dari lingkungan, pada
usia dewasa muda normal akan terbangun 2-4 kali namun pada usia lansia akan
lebih sering terbangun (Darmojo, 2009).
Dengan metode light therapy, terbukti ampuh membuat lansia lebih stabil dan
dapat beristirahat cukup tanpa harus menggunakan cara medis. Alat sederhana ini
diberi nama light box Untuk mengatasinya, salah satu hal yang dapat dilakukan
ialah dengan light therapy atau terapi lampu. Alat inilah yang digunakan untuk
melakukan terapi yang diberi nama terapi lampu.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan
saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan
tentang Trend dan Isue Keperawatan Gerontik dapat terus dikembangkan dan
diterapkan dalam bidang keperawatan Gerontik.
DAFTAR PUSTAKA

8
Fatimah. (2012). Populasi lansia. Tersedia dalam
http://theopoxibink.blogspot.com/.

Jesica, B. (2009). Pentingnya tidur berkualitas bagi kesehatan. Jakarta: Sagung


Seto.

Johnson & Epperson. (2006). Quality of sleep and quality of life in elderly. Sleep
Med 12(1), 93–102.

Joshi, S. (2008). Nonpharmacologic therapy for insomnia in elderly. Clin Geriatr


Med. 24(1), 107–119.

Kemenkes RI. (2015). Pelayanan dan peningkatan kesehatan usia lanjut. Tersedia
dalam http://www.depkes.go.id/article/ view/15052700010/.

http://lifestyle.okezone.com/read/2011/03/11/195/433781/terapi-lampu-obati-
stres-susah-tidur-pada-lansia

http://ardianumam.web.ugm.ac.id/?p=79

http://medicastore.com/penyakit/317/Insomnia_%28kesulitan_tidur%29.html

Anda mungkin juga menyukai