OLEH KELOMPOK 4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penuaan.
2. Untuk mengetahui karakteristik penyakit pada lansia.
3. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif
(Constantinides, 1994 dalamR. Siti Maryam, dkk: 2012). Penuaan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA
pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu
mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya
membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
2. Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial
.Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ;
suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat
mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada
kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
B. Permasalahan Khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental
maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial usila.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistic.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
DI usia yang sudah lanjut, banyak yang mengalami stres dan tekanan darah yang tidak
menentu. Akibatnya, para lansia cenderung mengalami kesepian dan susah tidur/insomnia.
Insomnia adalah keluhan terkait rendahnya kuantitas dan atau kualitas tidur tiga hari dalam
seminggu selama satu bulan. Menurut penelitian, penderita insomnia kebanyakan merupakan
golongan lansia,dimana hampir 40-50% lansia mengalami insomnia. Persentase dari jumlah
tersebut, penderita wanita berjumlah 54% dan pria sebanyak 36%.
Ciri-ciri yang dapat diamati pada lansia yang menderita insomnia antara lain kesulitan
tidur, merasa lelah dan tidak segar saat bangun tidur, mudah marah, sering terbangun tengah
malam dan tidak dapat tidur lagi, dan sakit kepala di pagi hari. Selain itu, ada juga ciri yang
mudah diamati pada wajah penderita, seperti wajah memerah, tampak garis hitam pada kelopak
mata bagian bawah, dan wajah tampak pucat.
Insomnia pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain proses penuaan,
kurangnya paparan cahaya matahari, penurunan aktivitas fisik, kebiaasaan buruk saat tidur
misalnya terlalu sering berganti posisi tidur dan factor psikologis misalnya perubahan dalam
rutinitas, dan masalah ekonomi. Selain itu, konsumsi alcohol atau kafein, serta konsumsi obat-
obatan juga dapat menyebabkan insomnia.
Untuk mengatasinya, salah satu hal yang dapat dilakukan ialah dengan light therapy atau
terapi lampu.Dengan metode light therapy, terbukti ampuh membuat lansia lebih stabil dan dapat
beristirahat cukup tanpa harus menggunakan cara medis.
Alat sederhana ini diberi nama light box. Alat inilah yang digunakan untuk melakukan
terapi yang diberi nama terapi lampu.
Alat ini hanya terdiri dari lampu khusus berwarna biru yang diletakkan di dalam kotak,
dan diberi penyetel waktu saat menyala.
Light therapy hanya dilakukan pada lansia yang berumur rata-rata 45 tahun hingga 90
tahun, memiliki insomnia, stres, dan depresi, serta memiliki tekanan darah tinggi.
Sebaiknya, terapi dilakukan mulai pagi hari. Sebelum dilakukan terapi, para lansia diperiksa
tekanan darahnya, dan diukur suhu tubuh.
Selanjutnya, penderita dilakukan terapi awal. Penderita dibawa ke dalam ruangan dengan
kondisi gelap tanpa ada sinar matahari. Terapi awal dilakukan untuk merangsang hormon
melatonim. Hormon hanya dapat dihasilkan oleh kelenjar pineal di dalam otak dan
pembentukannya akan dipicu oleh gelap.
Lalu, penderita diminta untuk memandang light box yang dinyalakan dan hanya
berintensitas 200-2500 lux atau 2,5 watt selama kurang lebih 10 menit.
Usai terapi awal, lansia dapat beraktivitas seperti biasanya. Selanjutnya menjelang malam
hari, kembali dilakukan pemeriksaan darah, dan pengukuran suhu tubuh. Selama istirahat malam
ruangan dipasang lampu berwarna biru dengan kondisi tertutup selama 9 jam. Selama dilakukan
terapi, penderita dilarang meminum obat-obatan. Terapi lampu secara efektif dilakukan selama
tiga hari berturut-turut. Meski tampak sederhana, namun hanya dalam tiga hari sudah cukup
membuahkan hasil.
https://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/.../trend-dan-issue-keperawatan-lansia...
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/03/11/195/433781/terapi-lampu-obati-stres-susah-tidur-
pada-lansia
http://ardianumam.web.ugm.ac.id/?p=79
http://medicastore.com/penyakit/317/Insomnia_%28kesulitan_tidur%29.html
Ratnawati, Emmelia. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Penerbit Pustaka
Baru Press.