Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai
pribadi dalam keluarga dan masyarakat.
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (
Darmojo, 2004).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Batasan lanjut usia meliputi
Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, Lanjut usia
(elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun, Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai
90 tahun, Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun (Mubarak dkk, 2006).
Data WHO tahun 2012 populasi jumlah penduduk lansia diperkirakan
meningkat dari 10% menjadi 22%. Perubahan kehidupan sosial pada lansia ketika
ekonomi kurang memadai sehingga aktivitas daily living mereka akan berubah dan
mungkin tidak memiliki semangat hidup. Aktivitas sehari-hari merupakan bagian
dari kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar untuk manusia
sehingga kebutuhan lansia sendiri terpenuhi dan tidak akan timbul masalah yang
akan mempengaruhi kualitas hidupnya, menurut Depkes RI 2014.

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip ADL (Activity Daily Living) pada lansia.
2. Untuk mengetahui bentuk dan sifat bantuan ADL (Activity Daily Living) pada
lansia.
3. Untuk mengetahui indikasi klien kelompok lansia yang membutuhkan ADL
(Activity Daily Living) pada lansia.
4. Untuk mengetahui evaluasi dan rencana tindak lanjut tindakan keperawatan
dalam memberikan batuan ADL (Activity Daily Living) pada lansia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ADL ( Activity Daily Living )


Activity Daily Living (ADL) merupakan suatu bentuk pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukakan activity of daily living secara mandiri.penentuan
kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien
sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat. (Maryam,2008)
ADL atau Activity Of Daily Living adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin
sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi
antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat .
(Hardywinito & Setiabudi, 2005).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan
diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup
sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-
harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi
dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)
2.2 Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam luar tubuh. (siti,2016)
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan
anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa
orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya ( Darmojo, 2004).

3
2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ADL
Menurut Darmojo dan Martono, 2015, Faktor yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari
pada lansia yaitu Kelenturan, keseimbangan, dan self efficacy atau keberdayagunaaan
mandiri lansia. Self efficacy adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas
keamanan dalam melakukan aktivitas, rasa percaya diri untuk mampu mandiri pada lansia
dapat meningkatkan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Menurut Kemp dan Michel,12007, menyebutkan bahwa aktivitas sehari-hari pada
lansia di pengaruhi oleh depresi. Kemp dan Michel juga menyebutkan kemampuan
aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan ketakutan, kemarahan, kecemasan, penolakan
dan ketidakpastiaan. Kemauan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
pada lansia adalah sebagai berikut :
A. Faktor dari dalma diri sendiri.
1. Umur
Perubahan yang terjadi pada sistem musculoskletal terkait usia pada lansia
termasuk penrunan tinggi badan dan redistribusi massa otot dan lemak subkutan,
pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi sehingga menyebabkan kelemahan dan
lambatnya dalam pergerakan.
2. Kesehatan fisiologis
Dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam beraktifitas. Sistim
musculoskletal mengkoordinasikan dengan sistem nervus sehingga seseorang
dapat merespon sensori yang masuk dengan melakukan gerakan.
3. Fungsi kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan member rasional dan termasuk proses
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Tingkat fungsi
kognitif dapat mempengaruhi kemampuan lansia untuk menunjukan proses
menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk
berfikir dan menyelesaikan masalah.
4. Fungsi psikologis
Menunjukan kemampuan lansia untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan
memberikan informasi pada seseorang secara realistik. Kebutuhan psikologis
berhubungan dengan kehidupan emosional. Meskipun lansia sudah terpenuhi
kebutuhan material nya tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka
dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kehidupan sehingga
kebutuhan psikologi harus terpenuhi.

4
5. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang
menyebabkan stress di sebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan
dapat menganggu keseimbangan tubuh.
B. Faktor dari luar
1. Lingkungan keluarga
sifat dari perubahan social yang mengikuti kehilangan orang yang dicintai
tergantung pada jenis hubungan dan definisi peran social dalam suatu hubungan
keluarga selain rasa sakit psikologi mendalam, seseorang yang berduka harus
sering belajar keterampilan yang baru untuk mengelola tugas hidup yang baru
dengan perubahan social hidup yang terjadi di lingkungan keluarga.
2. Lingkungan tempat kerja
Kerj asangat mempengaruhi keadaan dii dalam lingkungan tempat ia bekerja.
Tempat yang nyaman akan membawa lansia mendorong untuk bekerja dengan
giat dan senang.
3. Ritme biologi
Irama biologi membantu lansia untuk mengatur lingkungan fisik disekitarnya.
Beberapa faktor yang berperan pada irama diantaranya seperti hari terang dan
gelap.
2.4 Bentuk dan Sifat Bantuan ADL Pada Lansia
Untuk menentukan bentuk dan sifat bantual ADL yang akan diberikan kepada
lansia terlebih dahulu kita harus mengetahui tingkat ketergantungan lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari dengan melakukan pengkajian ADL yang umumnya
mengikuti index pengukuran yang dikembangkan oleh barthel dan kaltz. Pengukuran
kemandirian ADL lebih mudah di nilai dan di evaluasi secara kuantitatif dengan sistim
skor yang sudah banyak dikemukakan oleh para ahli seperti kaltz index, yang
dimodifikasi dan fungsional. Untuk menilai ADL diperlukan alat ukur yang andal. Suatu
alat ukur yang baik dapai di pakai secara luas. (

A. Pengkajian ADL Dengan Barthel Index


1. Pengertian
Pengkajian ADL ( Activity Daily of Living ) penting untuk mengetahui tingkat
ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara

5
kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai
penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan
buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga
disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Indeks
Barthel menggunakan 10 indikator ADL, sebagai berikut:
1. Makan (Feeding)
2. Mandi (Bathing)
3. Perawatan diri (Grooming)
4. Berpakaian (Dressing)
5. Buang air kecil (Bowel)
6. Buang air besar (Bladder)
7. Penggunaan toilet
8. Transfer (Berpindah dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya)
9. Mobilitas
10. Naik turun tangga

2. Cara Pengukuran Index Barthel

No. Item yang dinilai Skor


1. Makan 0 = Tidak mampu

1 = Butuh bantuan memotong lauk, mengoles

mentega dll

2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain

1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain

6
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,

gigi, dan bercukur


4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain

1 = Sebagian dibantu (misal mengancing

baju)

2 = Mandiri
5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
terkontrol

1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)


6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)

1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)

2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain

1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan


beberapa hal sendiri

2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu

1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)

2 = Bantuan kecil (1 orang)

3 = Mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0 = Immobile (tidak mampu)
permukaan datar)
1 = Menggunakan kursi roda

2 = Berjalan dengan bantuan satu orang

3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu


seperti, tongkat)

7
10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu

1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)

2 = Mandiri

Keterangan :
1. Skor 20 : Mandiri
2. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
3. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
4. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
5. Skor 0-4 : Ketergantungan Total

B. Bentuk Bantuan ADL


1. Activity Daily living dasar
sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2. Activity Daily living instrumental
yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang
kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon,
menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja,
yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya
meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL
dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas
(Sugiarto,2005)

3. Activity Daily living vokasional


yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4. Activity Daily living non vokasional
yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.

8
2.5 Indikasi Lansia yang Membutuhkan ADL
1. Immobility (kurang bergerak)
2. Instability (mudah jatuh)
3. Incontinence (Beser BAB dan BAK)
4. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/demensia)
5. Impairement of Hearing, Vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan
dan penciuman)
6. Isolation
7. Impecunity (kemiskinan)
8. Infection (infeksi)
9. Latrogenic (menderita penyakit akibat pengaruh obat)
10. Insomnia (susah tidur )
11. Immunodeficiency (Penurunan sistem kekebalan tubuh )
12. Impotent (gangguan seksual)
13. Impaction (Kebutuhan BAB)

ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan
aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.
ADL dasar dipengaruhi oleh :
1. ROM sendi
2. Kekuatan otot
3. Tonus otot
4. Propioseptif
5. Persepti visual
6. Kognitif
7. Koordinasi
8. Keseimbangan (Sugiarto,2005)
Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities Daily
Living adalah:
1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
2) Kapasitas mental
3) Status mental seperti kesedihan dan depresi
4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5) Dukungan anggota keluarga.

9
Indikasi kelompok lansia membutuhkan ADL, yaitu:
a. Gangguan Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Penyebab pada lansia adalah penurunan alat penciuman dan pengecapan,
pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh pada perut dan
susah buang air besar, otot-otot lambung dan usus melemah.
Rencana tindakan :
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan.
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3) Berikan makanan yang mengandung serat.
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
5) Batasi minum kopi dan teh.

b. Gangguan keamanan dan keselamatan lansia.


Penyebab kecelakaan pada lansia:
1) Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2) Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3) Pencahayaan yang berkurang.
4) Lantai licin dan tidak rata.
5) Tangga tidak ada pengaman.
6) Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.
Tindakan mencegah kecelakaan:
1) Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
4) Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
5) Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang/deuretik
6) Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
7) Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
8) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau
9) Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya.
10) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.

10
11) Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat
yang biasa digunakannya.
12) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
13) Pasang pegangan dikamar mandi/wc.
14) Hindari lampu yang redup/ menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100
watt
15) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan
mata sesaat.
c. Gangguan kebersihan diri.
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia:
1) Penurunan daya ingat
2) Kurangnya motivasi
3) Kelemahan dan ketidakmampuan fisik
Rencana tindakan:
1) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri.
2) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak
atau berikan skin lotion.
3) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata
4) Membantu lansia untuk menggunting kuku

d. Gangguan istirahat tidur.


Rencana tindakan:
1) Sediakan tempat tidur yang nyaman
2) Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari
3) Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-bauan.
4) Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi
darah dan melenturkan otot.
5) Berikan minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat

e. Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi.


Rencana tindakan:
1) Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2) Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3) Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia

11
4) Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau perawat
tanggap terhadap respon verbal lansia
5) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
lansia
6) Menghargai pendapat lansia

f. Masalah mekanisme pertahanan diri (koping).


Rencana tindakan:
1) Dorong aktifitas social dan komunitas
2) Dorong lansia untuk mengembangkan hubungan
3) Dorong lansia berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan
dan ketertarikan yang sama
4) Dukung lansia untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang sesuai
5) Kenalkan lansia kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.
g. Masalah cemas.
Rencana tindakan:
1) Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat terjadinya
cemas
2) Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan mengurangi
ketakutan
3) Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas
4) Latih klien untuk teknik relaksasi

2.6 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Tindakan Keperawatan


Penilaian dalam keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat antara lain:
1. Mengkaji ulang tujuan klien dan criteria hasil yang telah ditetapkan
2. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan
3. Mengukur pencapaian tujuan
4. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan
5. Melakukan revisi atau modivikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu

12
Jenis evaluasi menurut zieger, voughan-wrobel&erlen terbagi menjadi tiga jenis
yaitu :
A. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan.
B. Evaluasi proses
Evaluasi ini berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakaah
perawat memberikan pelayanan keperawatan yang cocok, tanpa
tekanan dan sesuai wewenang.
C. Evaluasi hasil
evaluasi hasil berfokus pada respond an fungsi klien. Respon prilaku
lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat paada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

13
BAB III
PENUTUP

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Activity Daily Living (ADL)
merupakan suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukakan
activity of daily living secara mandiri.penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat. , Faktor yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari
pada lansia yaitu Kelenturan, keseimbangan, dan self efficacy atau keberdayagunaaan
mandiri lansia
kemampuan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan ketakutan, kemarahan,
kecemasan, penolakan dan ketidakpastiaan

14
DAFTAR PUSTAKA

Hardywinoto dan Setiabudhi, T (2005). Panduan Gerontologi.Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama

Kemensos RI.(2014). Pedoman Pendampingan dan Perawatan Sosial Lanjut Usia di


rumah (Home Care). Jakarta : Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Sugiarto, Andi.(2005). Penilaian Keseimbangan Dengan Aktifitas Kehidupan Sehari-


hari Pada Lansia Di Panti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg
Balance Scale dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP

Ekasari, Mia Fatma,dkk. 2018. Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia.. Malang :


Wineka Media

15

Anda mungkin juga menyukai