Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep, Sp.KMB
Pemasangan arm sling merupakan salah satu prosedur medis yang sering dilakukan
sebagai bagian dari penatalaksanaan cedera ekstremitas atas untuk imobilisasi lengan dan
mengurangi nyeri. Pada kasus trauma, arm sling mendukung unifikasi tulang atau kesembuhan
jaringan lunak yang mengalami cedera. Penggunaan arm sling juga dapat membantu pasien yang
mengalami stroke kronik agar dapat memperbaiki pola dan efisiensi gait.
Secara teknis, pemasangan arm sling konvensional memerlukan sebuah kain katun
berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang kaki 90 cm, serta peniti atau plester medis. Arm
sling modern telah dilengkapi dengan sabuk leher untuk imobilisasi lengan bawah terhadap
lengan atas dan sabuk pinggang untuk imobilisasi lengan ke sumbu badan pasien, disebut juga
sebagai shoulder immobiliser.
Pasca pemasangan arm sling, evaluasi sirkulasi, sensorik, dan motorik harus rutin
dilakukan untuk menghindari perburukan cedera. Pada prinsipnya, tidak ada komplikasi khusus
terkait pemasangan arm sling walaupun sebuah laporan kasus menemukan kejadian luka
dekubitus di leher akibat tekanan dari sabuk leher penggantung lengan arm sling.
Terdapat beberapa tipe arm sling, yaitu broad arm sling menggunakan triangular
bandage, high arm sling, dan polysling, serta tipe collar and cuff dan tipe arm sling dengan ikat
pinggang (shoulder immobiliser)
Arm sling memiliki indikasi yang berbeda-beda menurut subtipe yang digunakan. Tipe
arm sling yang umum digunakan antara lain broad arm sling menggunakan triangular bandage,
high arm sling, dan polysling, serta tipe yang menggunakan ikat pinggang (shoulder
immobiliser).
Secara umum, tidak ada kontraindikasi khusus pemasangan arm sling pada pasien yang
mengalami cedera lengan atas, sendi bahu, maupun cedera klavikula sederhana. Namun, prinsip
kewaspadaan harus selalu diterapkan dalam menilai pasien sebelum menentukan apakah
penggunaan arm sling merupakan pilihan yang tepat. Setiap pasien yang mengalami cedera
lengan atas, sendi bahu, atau klavikula perlu dievaluasi terhadap kemungkinan cedera servikal.
Pada pasien dengan kecurigaan cedera servikal, simpul arm sling tidak boleh ditempatkan di area
leher belakang.
Teknik pemasangan arm sling dapat dilakukan oleh satu atau dua orang tenaga medis
dengan menggunakan triangular bandage, maupun arm sling komersil yang dilengkapi dengan
sabuk leher dan pinggang (polysling). Pada prinsipnya, pemasangan arm sling bertujuan
mengimobilisasi lengan bawah, lengan atas, atau sendi bahu sesuai indikasi.
1. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang akan menjalani prosedur pemasangan arm sling sama dengan
langkah evaluasi yang dijalankan pada seluruh pasien yang mengalami cedera. Pengamanan
jalan napas, pola napas, dan sirkulasi pasien dilakukan menurut rekomendasi pedoman
Advanced Trauma Life Support (ATLS). Survei sekunder dapat dilakukan setelah survei
primer, dan dikonsentrasikan untuk menemukan diagnosis cedera yang lebih spesifik.
Terkait dengan indikasi pemasangan arm sling, inspeksi diarahkan pada klavikula,
sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, dan tangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
inspeksi adalah perubahan warna kulit, edema, hematoma, luka, dan deformitas. Kemudian,
tanyakan apakah pasien mampu menggerakkan ekstremitas secara normal. Palpasi
ekstremitas dapat dilakukan untuk menguji fungsi sensorik maupun mengenali adanya nyeri
atau krepitasi akibat fraktur.
2. Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pemasangan arm sling mencakup sebuah triangular
bandage atau kain katun berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang tiap kaki sekitar 90
cm, peniti atau plester medis, atau arm sling komersil yang dilengkapi sabuk leher dan
pinggang (misalnya untuk pemasangan polysling).
Untuk pemasangan collar and cuff arm sling, diperlukan busa panjang, tali atau
plastik untuk mengikat, dan gunting.
3. Posisi Pasien
Posisi pasien pada saat pemasangan arm sling diupayakan agar duduk tegak dengan
lengan yang mengalami cedera berada dalam posisi santai dan tangan pada posisi horizontal
melewati perut ke sisi kontralateral. Jika pasien tidak mampu duduk tegak akibat adanya
cedera di tempat lain, pemasangan arm sling juga dapat dilakukan saat pasien berbaring
dengan tetap memastikan imobilisasi optimal.
4. Prosedural
Teknik prosedural pemasangan arm sling bervariasi tergantung jenis yang digunakan.
Pada bagian ini teknik pemasangan arm sling dibedakan untuk broad arm sling, high arm
sling, shoulder immobiliser, dan collar and cuff arm sling. [11,13-15]
Gambar 1. Broad Arm Sling. (Source: Hauptabteilung der Schutzpolizei der DDR, Wikimedia
Commons, 2010)
1) Posisikan tangan pasien yang mengalami cedera hingga setinggi bahu sisi
kontralateral.
2) Bentangkan sling agar menutupi dada dan lengan yang mengalami cedera sehingga
sudut terbesarnya berada di pertengahan lengan atas dari sisi yang mengalami cedera.
Kedua sudut sling lainnya akan berada di bahu kontralateral dan paha ipsilateral dari
sisi lengan yang mengalami cedera.
3) Lipat sisi sling yang terpanjang ke bawah lengan yang cedera dan pastikan agar
tangan yang cedera tertutup oleh sling.
4) Tarik perlahan sudut sling yang berada di dekat paha ke arah punggung pasien.
5) Ikatkan sudut sling yang berada di punggung bawah ke sudut sling yang berada di
dekat bahu kontralateral. Posisi simpul dapat berada di antara kedua tulang belikat
atau di bawah bahu yang mengalami cedera.
6) Rekatkan sudut sling yang masih bebas ke material sling bagian belakang dengan
menggunakan peniti atau plester agar memfiksasi siku lengan yang cedera.
c. Shoulder Imobiliser
1) Posisikan sling dan sabuk bahu pada lengan bawah dan tarik erat pada area di sekitar
siku.
2) Sesuaikan panjang sling dengan melipat ujung material sling ke arah dalam sehingga
tercapai panjang yang diinginkan.
3) Tutup ujung sling di bagian tangan dengan merekatkan sabuk D-ring dan posisi cincin
di tengah sabuk pada bagian atas lengan sedangkan cincin kedua menghadap pasien.
4) Tutup rapat sling dengan merekatkan sabuk penutup di bagian siku.
5) Sokong lengan dengan menghubungkan sabuk bahu melewati bahu dan mengitari
punggung pasien.
6) Masukkan sabuk bahu ke bagian atas D-ring. Sesuaikan panjang sabuk bahu agar
pasien nyaman lalu fiksasi.
7) Untuk memastikan bahu terfiksasi, pasang sabuk imobilisasi di sekitar siku lengan
yang cedera lalu masukkan ke D-ring di dekat pergelangan tangan yang menghadap
pasien.
Gambar 2. Collar and Cuff Arm Sling. (Source : Wikimedia Commons, 2007)
5. Follow up
Follow up yang perlu dilakukan pada pasien yang baru menjalani pemasangan arm
sling antara lain evaluasi sirkulasi pada area distal dari arm sling, sensasi, dan fungsi
motorik. Evaluasi sirkulasi dilakukan dengan melihat kecepatan pengisian kapiler. Fungsi
sensorik dapat dinilai dengan menanyakan pada pasien apakah area di tangannya menjadi
lebih baal atau kesemutan. Fungsi motorik dapat diketahui dengan meminta pasien
menggerakkan ujung jari.
Apabila terdapat gangguan sirkulasi, sensorik, dan motorik yang sebelumnya tidak
ada pada saat evaluasi pra prosedur, hal tersebut menandakan bahwa gejala disebabkan
manipulasi yang dilakukan selama tindakan pemasangan arm sling. Hal ini dapat diatasi
dengan mengevaluasi ulang apakah sling terpasang terlalu kencang atau terdapat cedera lain
yang belum terevaluasi.
E. Komplikasi Arm Sling
Frekuensi dan jenis komplikasi yang berkaitan dengan prosedur pemasangan arm sling
belum pernah dipelajari secara sistematis. Pada sebuah laporan kasus oleh Radha et al,
penggunaan polysling selama 4 minggu berkaitan dengan kejadian luka dekubitus pada area leher
yang merupakan tempat sabuk polysling bersandar. Luka ini bahkan dapat muncul pada pasien
yang tidak memiliki faktor yang meningkatkan risiko luka dekubitus. Namun, komplikasi luka
dekubitus tersebut dapat membaik berkat penyesuaian kelonggaran sabuk polysling dan
pemasangan bantalan tambahan antara luka dan sabuk serta perawatan luka sederhana oleh
perawat.
Salah satu langkah pencegahan yang berpotensi mengenali pasien yang berisiko tinggi
terhadap luka dekubitus semacam ini adalah dengan melakukan penilaian skor Braden sebelum
melakukan pemasangan polysling. Meskipun demikian, skor Braden belum pernah divalidasi
untuk memprediksi risiko luka dekubitus akibat pemasangan polysling maupun arm sling jenis
lainnya, dan skor ambang batas yang memisahkan pasien yang berisiko tinggi dan rendah secara
universal belum ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/muskuloskeletal/arm-sling