Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II (KGD II)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBIDAIAN DAN PEMBALUTAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 7:
Akhid Lutfia Winarni (04021181320003)
Herlin Fatia Yulianda (04021181320008)
Poppi Nadia Dewarani (04021181320010)
Elin Putri (04021181320014)
Okta Winarsih (04021181320031)
Ade Putri Ayu (04021281320005)
Amelia Damayanti (04021281320007)
Sri Rahmatiyah (04021281320025)

Dosen Pembimbing: Eka Yulia Fitri Y, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
A. KONSEP PEMBIDAIAN

1. Pengertian
Pemasangan bidai adalah memasang alat untuk imobilisasi/mempertahankan
kedudukan tulang yang patah.

2. Tujuan pemasangan bidai


a. Mencegah pergerakan tulang yang patah/mempertahankan posisi patah tulang.
b. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang.
c. Mengurangi rasa sakit/nyeri
d. Mengistirahatkan daerah patah tulang/imobilisasi

3. Indikasi pemasangan bidai: pada klien patah tulang terbuka/tertutup

4. Persyaratan bidai yang baik:


a. Terbuat dari bahan yang kaku (papan,triplek)
b. Cukup panjang untuk imobilisasi persendian diatas dan dibawah fraktur

c. Cukup luas untuk kesesuaian anggota tubuh secara nyaman.

d. Bagian yang menempel tubuh dilapisi dengan kapas dan dibalut dengan
verban.

5. Macam-macam bidai:
a. Rigid splint: jenis ini terbuat dari bahan yang keras. Jenis rigid splint yaitu
papan panjang, plastik kertas, besi, kayu
b. Soft splint: jenis ini terbuat dari bahan yang lembut. Jenis soft splint meliputi
splint udara, bantal dan mitella. Soft splint sebaiknya tidak dipergunakan pada
fraktur angulasi, karena akan meningkatkan tekanan secara otomatis. saat
menggunakan splint udara, harus secara rutin diperiksa tekanannya untuk
memastikan bahwa splint tidak terlalu kencang/kendor. Splint udara baik
untuk fraktur pada lengan bawah dan tungkai bawah. Splint udara berguna
untuk memperlambat perdarahan, tetapi dapat meningkatkan tekanan seperti
peningkatan suhu/tekanan. Kelemahan dari splint udara adalah nadi tidak
dapat dimonitor bila splint terpasang, dapat menimbulkan sindrom
kompartemen dan menimbulkan sakit pada kulit dan nyeri bila dibuka.
Bantal adalah splint yang baik untuk trauma pada lutut atau kaki dan
digunakan untuk stabilisasi dislokasi bahu. Mitela adalah sangat baik untuk
fiksasi trauma klavikula, bahu, lengan atas, siku dan kadang-kadang telapak
tangan. Beberapa trauma pada bahu menyebabkan bahu tidak dapat didekatkan
pada dinding dada tanpa menggunakan paksaan. Dalam kasus ini bantal
digunakan untuk menjembatani gap yang ada antara dinding dada dan lengan
atas.
c. Traction splint: digunakan untuk imobilisasi, mengurangi nyeri. Bentuk ini
dirancang untuk fraktur ekstremitas bawah. Splint ini menyebabkan
imobilisasi paha dengan melakukan tarikan pada ekstremitas dengan
menggunakan counter traction terhadap ischium dan sendi panggul. Traksi ini
akan mengurangi terjadinya spasme pada otot. Jika traksi ini tidak dilakukan
akan menyebabkan nyeri hebat karena ujung tulang akan saling
bersinggungan. Ada banyak desain dan tipe dari splint yang cocok untuk traksi
ekstremitas bawah, tetapi harus hati-hati dan teliti untuk mencegah tarikan
yang terlalu besar sehingga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi pada kaki.

6. Peraturan umum dalam splinting


a. Petugas harus benar-benar melihat bagian dari luka. Buka semuanya pakaian,
kecuali bila ada luka yang terlokalisir dan tidak memperlihatkan masalah
untuk melakukan imobilisasi.

b. Periksa dan catat sensasi distal dan sirkulasi sebelum dan setelah splinting.
Periksa gerakan distal dari fraktur jika mungkin, dengan cara minta klien
menggerakkan jari atau ekstermitasnya dan aplikasikan dengan rangsangan
nyeri.

c. Jika ekstremitas klien tersebut menunjukkan angulasi, dan denyut nadi tidak
ada, klien harus dilakukan traksi yang halus untuk meluruskannya. Traksi ini
tidak boleh lebih dari 5 kg. Jika tidak berhasil pertahankan ekstremitas tersebut
dalam posisi angulasi.

d. Sangat penting bagi petugas untuk yakin dalam meluruskan eksterimtas


tersebut. hanya dengan kekuatan yang sedikit saja, dapat menyebabkan
laserasi dari dinding pembuluh darah, dan mengganggu suplai darah dari
pembuluh yang lebih besar.
e. Luka terbuka harus dibuka ditutup dengan alat steril sebelum dilakukan splint.
Splint harus selalu dilakukan dari sisi berlawanan dari luka terbuka untuk
mencegah nekrosis

f. Pergunakan splint yang dapat mengimobilisasi 1 persendian diatas dan


dibawah dari luka

g. Luruskan splint dengan benar. Hal ini mungkin benar bila terdapat defek kulit
atau penonjolan tulang yang dapat menekan splint dengan keras

h. Jangan lakukan penekanan ujung tulang dibawah kulit. Jika dilakukan traksi
dan ujung tulang retraksi kembali pada luka, jangan menambah jumlah traksi.
Jangan menggunakan tangan atau peralatan apapun untuk menarik ujung
tulang keluar, tetapi pastikan untuk menemui dokter. Ujung tulang harus ecara
hati-hati diluruskan dengan menggunakan perban. Penyembuhan tulang dapat
dipercepat jika ujung tulang dijaga tetap pada posisi normal bila waktu
transportasi lama.

i. Jika terdapat keadaan yang mengancam jiwa, fraktur dapat di splint sambil
memindahkan klien. Tetapi bila fraktur tersebut tidak serius, lakukan splinting
sebelum memindahkan klien.

7. Persiapan pasien:
a. Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan dan keadaan

8. Persiapan alat
a. Perlindungan diri (masker/sarung tangan)
b. Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan
c. Kasa steril dan desinfectan
d. Verban/mitellah

9. Lingkungan bersih dan tenang

10. Petugas lebih dari satu orang


11. Pelaksanaan pemasangan splinting
a. Petugas menggunakan masker dan sarung tangan
b. Petugas 1 mengangkat daerah yang akan dipasang bidai
c. Petugas 2 meletakkan bidai melewati dua persendian anggota gerak
d. Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi patah tulang
e. Petugas 1 mempertahankan posisi, sementara petugas 2 mengikat bidai
f. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau kendor
g. Mengatur posisi klien, sesuaikan dengan kondisi luka
h. Pada fraktur terbuka atau tertutup dengan luka, rawat luka terlebih dahulu dan
tutup luka dengan kasa steril
i. Mencatat respon dan tindakan yang telah dilakukan dalam catatan perawat.

12. Hal-hal yang perlu diperhatikan:


a. Respon atau keluhan pasien
b. Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau longgar
d. Observasi vaskularisasi daerah distal.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBIDAIAN

Langkah Langkah Teknik


NO Gambar
Pembidaian
a. Pembidaian di bagian paha (tungkai atas dan tungkai bawah)
1. Fraktur Tulang Paha Bagian Atas
Sebelum memasang bidai
usahakan meluruskan tulang sesuai
arah anatomis
Pasang 2 bidai (dalam dan luar)
yaitu bidai luar dari tumit hingga
pinggang dan pasang bidai dalam
dari tumit hingga selangkangan
Ikat dengan pembalut dasi lipatan
2 kali di atas dan di bawah bagian
yang patah
Tulang betis diikat dengan
pembalut dasi lipatan 1 kali
Kedua lutut diikat dengan
pembalut dasi lipatan 2 kali
Tumit diikat dengan pembalut dasi
lipatan 3 kali
Rujuk ke sarana kesehatan

2. Fraktur tulang paha bagian bawah


Sebelum memasang bidai
usahakan meluruskan tulang sesuai
arah anatomis
Pasang 2 bidai (dalam dan luar)
yaitu bidai luar dari tumit hingga
pinggang (sepanjang tungkai)
Ikat dengan pembalut dasi lipatan
2 kali di atas dan di bawah bagian
yang patah
Tulang betis diikat dengan
pembalut dasi lipatan 1 kali
Kedua lutut diikat dengan
pembalut dasi lipatan 2 kali
Tumit diikat dengan pembalut dasi
lipatan 3 kali
Rujuk ke sarana kesehatan
b. Pembidaian fraktur tungkai bawah

Imobilisasikan tungkai yang mengalami


cedera untuk mengurangi nyeri dan
mencegah timbulnya kerusakan yang
lebih berat
Carilah bahan kaku yang cukup panjang
sehingga mencapai jarak antara
telapak tangan sampai dengan
diatas lutut.
Carilah bahan yang bisa digunakan
sebagai tali untuk mengikat bidai
Pastikan bahwa tungkai berada
dalam posisi lurus
Letakkan bidai di sepanjang sisi
bawah tungkai, sehingga bidai
dalam posisi memanjang antara sisi
bawah lutut sampai dengan
dibawah telapak kaki
Pasanglah bidai pasangan di sisi
atas tungkai bawah sejajar dengan
bidai yang dipasang di sisi bawah
tungkai
Ikatlah bidai pada posisi diatas dan
di bawah lokasi fraktur. Pastikan
bahwa lutut dan pergelangan kaki sudah
terimobilisasi dengan baik
Pasanglah bantalan pada ruang
kosong antara bidai dan lengan yang
dibidai
Periksalah sirkulasi, sensasi dan
pergerakan pada region distal dari
lokasi pembidaian, untuk memastikan
bahwa pemasangan bidai tidak
terlalu ketat

c. Pembidaian pada bagian lengan atas


Persiapan pasien:
o Inspeksi adanya gangguan
integritas kulit yang ditandai
dengan abrasi, perubahan warna,
luka, atau edema. (Lihat dengan
teliti daerah penonjolan tulang).
o Observasi sirkulasi dengan
mengukur suhu permukaan,
warna kulit, dan sensasi bagian
tubuh yang akan dibalut.
o Khusus untuk di Unit Gawat
Darurat, perhatikan jika ada luka
maka bersihkan luka, dan berikan
balutan atau jahitan jika luka
terbuka.
o Khusus untuk di Unit Perawatan,
Kaji ulang adanya program
khusus dalam catatan medis yang
berhubungan dengan pemasangan
perban elastic. Perhatikan area
yang akan dipasang perban, jenis
perban yang dibutuhkan,
frekuensi penggantiannya dan
respon sebelumnya terhadap
terapi.
o Kaji kebutuhan atau kelengkapan
alat.
o Identifikasi rencana perawatan
dan pengobatan.
o Menjelaskan prosedur kepada
klien. Jelaskan bahwa tekanan
lembut dan ringan yang diberikan
bertujuan untuk meningkatkan
sirkulasi vena, mencegah
terbentuknya bekuan darah,
mencegah gerakan lengan,
menurunkan/mencegah
timbulnya bengkak, memfiksasi
balutan operasi dan memberikan
tekanan.
o Mengatur posisi pasien. Bantu
agar pasien mendapat posisi yang
nyaman dan benar sesuai
anatomik.
o Mencuci tangan
Pelaksanaan:
Cuci tangan dan pakai hand
schone
Dekatkan alat-alat di dekat
pasien
Berikan penjelasan kepada
pasien tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan
Bagian ekstremitas yang cidera
harus tampak seluruhnya,
pakaian harus dilepas kalau
perlu digunting
Periksa nadi, fungsi sensorik
dan motorik ekstremitas bagian
distal dari tempat cidera
sebelum pemasangan bidai
Jika nadi tidak ada, coba
luruskan dengan tarikan
secukupnya, tetapi bila terasa
ada tahanan jangan diteruskan,
pasang bidai dalam posisi
tersebut dengan melewati 2
sendi
Bila curiga adanya dislokasi
pasang bantal atas bawah,
jangan coba diluruskan
Bila ada patah tulang terbuka,
tutup bagian tulang yang keluar
dengan kapas steril dan jangan
memasukkan tulang yang
keluar ke dalam lagi, kemudian
baru dipasang bidai dengan
melewati 2 sendi.
Pasanglah sling (kains egitiga)
untuk gendongan lengan
bawah, sedemikian sehingga
sendi siku membentuk sudut
90%, dengan cara:
Letakkan kain sling di sisi
bawah lengan. Apex dari sling
berada pada siku, dan
puncak dari sling berada pada
bahu sisi lengan yang tidak
cedera. Posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi
tangan sedikit terangkat (kira-
kira membentuk sudut 10).
Ikatlah dua ujung sling pada
bahu dimaksud. Gulunglah
apex dari sling, dan sisipkan
disisi siku. Posisikan lengan
atas yang mengalami
fraktur agar menempel
rapat pada bagian sisi lateral
dinding thoraks
Pasanglah bidai yang telah di
balutkain/kassa pada sisi lateral
lengan atas yang mengalami
fraktur.
Bebatlah lengan atas
diantara papan bidai (di sisi
lateral) dan dinding thorax
(pada sisi medial).
Jika tidak tersedia papan bidai,
fiksasi bisa dilakukan dengan
pembebatan menggunakan kain
yang lebar.
Periksa nadi, fungsi sensori dan
motorik ekstremitas bagian
distal dari tempat cidera setelah
pemasangan bidai
Bereskan alat-alat dan rapikan
pasien
Lepas hand schone dan cuci
tangan
d. Pembidaian pada Fraktur Panggul

Biarkan dengan posisi paling


tidak nyeri yaitu dengan
menekuk lututnya secara hati-
hati lalu di bawah lututnya
diberi ganjal dengan kain atau
selimut
Immobilisasi dengan tandu atau
penopang yang kuat
Keluarkan isi kantong celana
Minta agar korban jangan
buang air kecil dulu
Tenangkan korban
Gunakan perban lunak diantara
lutut, tungkai dan mata kaki
Pasang balut angka delapan
pada kaki dan mata kaki
Pasang perban lebar pada kedua
lutut
Panggul diganjal dengan kain
atau selimut yang digulung
e. Pembidaian pada fraktur patella
Sebelum memasang bidai
usahakan meluruskan tulang
sesuai arah anatomis
Pasang bidai pada bagian
bawah lutut.
Ikatlah bidai pada posisi
diatas dan di bawah lokasi
fraktur. Pastikan bahwa lutut
dan pergelangan kaki sudah
terimobilisasi dengan baik.
Pasang bantal lunak di bawah
lutut dan pergelangan kaki
Periksalah sirkulasi, sensasi
dan pergerakan pada region
distal dari lokasi pembidaian,
untuk memastikan bahwa
pemasangan bidai tidak
terlalu ketat.
B. KONSEP PEMBALUTAN

1. Pengertian pembalutan
Pembalutan adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian
tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

2. Tujuan pembalutan
menahan sesuatu misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya
agar tidak bergeser dari tempatnya
menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
menunjang bagian tubuh yang cedera
menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.

3. Macam-macam pembalutan
o Mitella (pembalut segitiga)
o Dasi (cravat)
o Pita (pembalut gulung)
o Plester (pembalut berperekat)
o Pembalut lainnya
o Kassa steril
a. MITELLA (pembalut segitiga)
Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm. Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di
kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk
menggantung lengan. Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut
bentuk dasi.
b. DASI (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga
berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang
lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut:
Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat
arahnya saling menarik
Kedua ujung diikatkan secukupnya.

c. PITA (pembalut gulung)


Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling
sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta
tidak mudah kendor.

4. Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:


2,5 cm : untuk jari-jari
5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
Pastikan bahwa perban tergulung kencang
Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan
dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan
ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu
balut lurus 2 kali.
Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang
tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan
menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan
peniti atau jepitan perban.
d. PLESTER (pembalut berperekat)
Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung
dengan plester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke
proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya
difiksasi dengan plester. Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester
yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-
aid, Handyplast dsb).

Cara membalut luka terbuka dengan plester:


luka diberi antiseptik
tutup luka dengan kassa
baru letakkan pembalut plester.

e. PEMBALUT LAINNYA
Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru
dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk
menutup luka-luka kecil.
Kassa steril
Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan. Kassa steril digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah
didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupisofratulle), yaitu sebelum luka
dibalut atau diplester.

5. Prosedur Pembalutan:
o Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan
menjawab pertanyaan ini:
Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang
digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan
perdarahan)
Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
o Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
o Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik.
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran
yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan
cara:
Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai
pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling
lama 15 menit.
Pengikatan dengan tourniquet.
Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima
jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain
atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain,
perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah
menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan
kasa steril.
Elevasi bagian yang terluka
o Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling
bawah letaknya di sebelah distal.
Tidak mudah kendor atau lepas.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBALUTAN

a. Pembalutan kepala dengan mitella


Lipat bagian alas segitiga 2 cm sebanyak 2 kali.
Letakkan alas sisi segitiga di belakang kepala, kemudian kedua sudut ditarik kedepan
sedangkan puncak segitiga berada di dahi.
kedua sudut tarik kearah dahi dan ikat kedua sudut.
sudut puncak segitiga yang berada di depan kepala ditarik ke atas dan dipasang peniti
diatas simpul/dimasukkan ke dalam simpul.
b. Pembalutan bahu dengan mitella
Buat pembalut dasi, pasang pada bahu yang cedera dan ikat didepan ketiak yang tidak
sakit.
Lipat alas segitiga 2 cm. Letakkan pada bahu/ lengan atas yang sakit, puncak segitiga
letakkan di bawah pembalut pita pada bahu.
Sudut alas segitiga diikat pada lengan.
Tarik puncak segitiga lipat kedepan, sehingga pembalut pita ada didalamnya,
kemudian pasang peniti.

c. Pembalutan dada dengan mitella


Lipat alas segitiga 2 cm, letakkan segitiga pada dada, alas segitiga berada di bawah
mamae, sedangkan puncaknya di salah satu bahu.
Kedua sudut alas segitiga ikat pinggang bagian belakang, salah satu sudut buat sisa
agak panjang.
Puncak segitiga tarik ke belakang/ ke punggung, sehingga bertemu dengan sisa sudut
alas segitiga dan ikat.
d.
Pembalutan punggung
dengan mitella
Lipat alas segitiga 2
cm, letakkan
segitiga

padapunggung pasien, dengan alas segitiga berada di pinggang, sedangkan puncaknya


berada di salah satu bahu.
Kedua sudut alas segitiga ikat di bawah mamae.
Puncak segitiga ditarik ke depan arah dada, sehingga bertemu dengan sisa sudut alas
segitiga dan ikat punggung.
e. Pembalutan siku dengan mitella
Posisi siku fleksi membentuk sudut 45 derajat.
Segitiga membungkus siku, letakkan sudut alas segitiga pada siku dekat badan dan
puncak segitiga bertemu dengan alas segitiga.
kedua sudut alas segitiga diputar pada lengan.
kedua sudut di buat simpul pada dua sisi.

f.
Menggendong lengan dengan mitella
Tekuk siku yang cedera 45 derajat.
Letakkan bagian alas segitiga pada telapak tangan salah satu sudut alas segitiga di kiri
leher lalu ke belakang leher dan sudut puncak segitiga berada di siku.
Sudut alas segitiga yang satunya ditarik ke arah kanan leher lalu ke belakang,
sehingga tangan berada dalam mitella dan buat simpul di belakang leher. Selanjutnya
sudut puncak segitiga dipasang peniti.

g. Pembalutan telapak tangan dengan mitella


Bentangkan mitella pada telapak tangan / meja periksa, letakkan telapak tangan
diatasnya, kemudian puncak segitiga dilipat diatas tangan, sehingga berada pada
pergelangan tangan.
Kedua sudut segitiga lipat menyilang.
Putar kedua sudut segitigadan buat simpul di pergelangan tangan.

h. Pembalutan
pinggul
dengan mitella
Pasang pembalut dasi pada pinggang .
Lipat alas segitiga 2 kali, pasang alas segitiga pada pingkal paha lalu ikat, sedangkan
puncak segitiga kaitkan dengan pembalut dasi pada pinggang.
sudut puncak segitiga tarik ke bawah, kemudian penitikan.

i. Pembalutan kaki dan telapak kaki dengan mitella


Bentangkan pembalut segitiga, letakan kaki yang cedera di atasnya, lipat sudut
puncak segitiga kearah pergelangan kaki.
Lipat segitiga dekat jari kaki.
ikat dengan arah menyilang pada pergelangan kaki.
Pertemukan kedua sudut dan buat simpul pada pergelangan kaki.
j.

Pembalutan lutut dengan mitella


Lipat lipat sisi alas segitiga kira kira setengah tinggi kain segitiga.
Letakkan ujung puncak segitiga di sebelah atas dari lutut ( kearah paha).
Sisi alas yang dilipat lipat harus berada dibawah bagian lutut, pinggir alas
dirapatkan masing masing ke dua ujungnya kiri dan kanan menuju ke bawah lipatan
lutut.
Kedua ujung alas segitiga disilagkan, kemudian masing masing ujungnya tarik
kearah atas/ ujung paha.
Buat simpul, sehingga seluruh lutut tertutup.

k. Pembalutan
tumit dengan
mitella
Lipat lipat sisi alas kain segitiga sampai 2/3 tinggi kain segitiga.
Letakkan pinggir alas yang sudah dilipat lipat pada pangkal tumit/ kearah telapak
kaki dan ujung puncak segitiga berada di belakang betis menutupi tumit.
Ujung sudut alas segitiga yang di pangkal tumit, masing masing ditarik ke arah atas
menuju ke punggung pergelangan kaki, lalu buat silang, kemudian masing masing
ditarik ke arah tumit sbelah atas dan keduanya bertemu dengan menindih puncak
segitiga di persilangan.
Boleh di buat simpul disitu atau masing masing diteruskan kembali menuju
punggung pergelangan kaki, kalau ujung segitiga masih panjang, diteruskan ke bawah
menuju ke pangkal tumit, lalu buat simpul.

DAFTAR PUSTAKA
Krisanty, Paula. (2013). Asuhan keperawatan gawat darurat. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Kementrian Republik Indonesia. (2015). Modul 1 PPGD dan TAGANA: penanganan luka,
patah tulang dan biomekanika trauma. Jakarta: Kementrian RI.

Anda mungkin juga menyukai