Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBIDAIAN

Disusun Oleh

NAMA: Muana

NIM : 202009400100160

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN PEMBIDAIAN

A. Definisi
Pembidaian (splinting) adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera atau trauma
pada sistem muskuloskeletal yang harus diketahui oleh dokter, perawat, atau orang yang
akan memberikan pertolongan pertama pada tempat kejadian kecelakaan (Saleh, 2006).

Pembidaian adalah cara untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh yang


mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat. Bidai dapat kaku atau lunak. Ada bidai
buatan pabrik untuk penggunaan pada tempat tertentu pada tubuh kita dan ada pula bidai yang
dapat dibuat dengan melakukan improvisasi dari barang atau benda yang sudah ada disekitar kita.
Pembidaian mengimobilisasi ekstremitas yang mengalami cedera dan melindungi dari
cedera yang lebih lanjut, mengurangi nyeri dan perdarahan serta digunakan untuk
memulai proses penyembuhan. Pemakaian pembidaian pada pasien rawat jalan termasuk
didalamnya fraktur, dislokasi dan sprain otot. Stabilisasi dari ektremitas yang patah
tulang dengan pembidaian membantu kesejajaran tulang dan mengurangi
ketidaknyamanan. Sesudah 16 dilakukan reduksi dari dislokasi, posisi anatomi dijaga
dengan pembidaian (Fitch, 2008)

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya pembidaian yaitu:
1. Untuk mencegah gerakan (imobilisasi) fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami
dislokasi.
2. Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah 
3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak yang timbul.
4. Untuk mencegah terjadinya syok. 
5. Untuk mengurangi nyeri dan penderitaan.
6. Mempercepat penyembuhan

C. Indikasi 
Indikasi dilakukannya pembidaian yaitu:
1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur, bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian
tubuh ditemukan:
a. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek
b. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalamu angulasi
abnormal 
c. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
d. Posisi ekstremitas yang abnormal
e. Memar
f. Bengkak
g. Perubahan bentuk
h. Nyeri gerak aktif dan pasif
i. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakan ekstremitas yang
mengalami cedera (krepitasi)
j. Perdarahan bisa ada atau tidak 
k. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
l. Kram otot di sekitar lokasi cedera
3. Dislokasi persendian 

D. Kontra Indikasi
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan
persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat
sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan, 

E. Jenis Pembidaian
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit. Bahan untuk
bidai bersifat sederhanadan apa adanya. Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghindarkan kerusakan yang lebih berat. Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah
mengetahui prinsip dan Teknik dasar pembidaian
2. Pembidaian sebagar tindakan pertolongan definitive
Dilakukan di fasilitas layanan Kesehatan (klinik atau RS). Pembidaian dilakukan
untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi. Menggunakan alat dan bahan khusus
sesuai standar pelayanan (gips, dll). Harus dilakukan oleh tenaga kesehatanyang
sudah terlatih. 

F. Persiapan alat
1. Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namun juga bisa
dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan kayu,
dll. Panjang bidai harus melebihi Panjang tulang dan sendi yang akan dibidai.
2. Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu, dll) sebaiknya dibungkus/ dibalut terlebih
dahulu dengan bahan yang lebih lembut 
3. Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaian bisa berasal dari
pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk membalut ini harus bisa
membalut dengan sempurna mengelilingi ekstremitas yang dibidai untuk
mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat uang bisa
menghambat sirkulasi.

G. Persiapan penderita
1. Penanganan kegawatan (basic life support)
2. Menenangkan penderita. Jelaskan bahwa akan memberikan pertolongan kepada
penderita.
3. Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi
4. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan.
5. Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau memindahkan
korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali jika keadaan mendesak
(korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi korban atau penolang).
6. Sebaiknya gunting lah bagian pakaian disekitar area fraktur. Jika diperlukan, kainnya
dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
7. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka dengan
cairan antiseptic dan tekan area perdarahan dengan kassa steril. Jika luka tersebut
mendekati area fraktur, maka sebagainya dianggap bahwa telah terjadi patah tulang
terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan
yang se-steril mungkin.
8. Selanjutnya pasang collar brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk
menopang leher jika dicurigai trauma servikal.
9. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat sebaiknya
hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadi atau sensasi raba
sebelum dilakukan pembidaian. Proses pelurusan ini harus hati-hati agar tidak
memperberat cedera.
10. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur:
a. Pemeriksaan nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, bahkan mungkin
menghilang
b. Periksa kecepatan pemeriksaan kapiler. Tekan kuku jari pada ekstremitas yang
cedera dan ekstremitas  kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan secara
bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemeraahan terjadi bersamaan
atakah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
c. Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke RS
secepatnya.
d. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya
perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setelah anda menjelaskan pada
penderita.
e. Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial. Jangan
pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula mencoba untuk
membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa sterilitas hanya akan
menambah masalah.

H. Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ke tandu medis darurat setelah dilakukan Tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan paah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada
keraguan, perlakukan sebagai fraktur.

I. Prinsip umum dalam Tindakan pembidaian


1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang.
Sebagai contoh jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa
mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan.
Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.
Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal
dan distal.
3. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi
atau tarikan ringan ketika pembidaian.
4. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi atau pasien
merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakuka traksi. Jika anda
berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang
mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang
terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk
mencederai sraf atau pembuluh darah.
5. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas
dengan bidai.
6. Ikatkan bidai diatas dan dibawah luka/ fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang
luka/fraktur. Sebagainya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yaitu pada beberapa
titik yang berada pada posisi :
a. Superior dari sendi proksimal dari lokasi fraktur
b. Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c. Inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d. Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga 
7. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah
mampu mencegah pergerakkan atau peregangan pada bagian yang cedera.
8. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat.
9. Harus selalu diingat bahwa improvisasi sering kali diperlukan dalam Tindakan
pembidaian.

J. Evaluasi Pasca Pembidaian


Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lengan maka periksa
sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku akan
berwarna putih kemudia kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik setelah
dilepaskan. Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa dibagian bawah bidai
paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat atau kesemutan makan
balutan harus dilepas seluruhnya. Dan kemudia bidai di pasang kembali dengan lebih
longgar.

Tekan Sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan. Kalau 1-2 detik berubah menjadi
merah, berarti balutan bagus. Kalau lebih dari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi
merah, makan longgarkan lagi balutan itu artinya terlalu keras. 

Merba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus pada kaki). Bila tidak teraba,
maka balutan dibuka dan longgarkan. Meraba denyut arteri radialis pada tangan untuk
kasus di tangan. Bila tidak teraaba, maka balutan dibuka dan dilonggarkan.

K. Komplikasi/bahaya yang mungkin terjadi dari prosedur 


1. Kerusakan kulit 
Penekanan pada kulit dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan pada kulit sehingga
sebelum dilakukan pembidaian kulit harus benar – benar dalam keadaan bersih. Pasir
dan kotoran dapat menjadi titik tekanan pada kulit.
2. Compartment syndrome 
Compartment syndrome merupakan komplikasi serius dari pembidaian. Peningkatan
nyeri, pembengkakan, perubahan warna dan peningkatan temperatur merupakan
gejala penting yang harus diperhatikan.
3. Infeksi 
Kerusakan kulit dalam pembidaian dapat menjadi tempat masuknya bakteri dan
infeksi jamur.
4. Kerusakan saraf 
Trauma dapat menyebabkan pembengkakan yang dapat menimbulkan penekanan
sirkulasi dan kerusakan saraf.
DAFTAR PUSTAKA

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat plus contoh askep dengan pendekatan NANDA, 
NIC, NOC.Yogyakarta: Nuha Medika
Perry, Peterson, Potter. (2012) Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai