PEMBIDAIAN
Disusun Oleh
NAMA: Muana
NIM : 202009400100160
A. Definisi
Pembidaian (splinting) adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera atau trauma
pada sistem muskuloskeletal yang harus diketahui oleh dokter, perawat, atau orang yang
akan memberikan pertolongan pertama pada tempat kejadian kecelakaan (Saleh, 2006).
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya pembidaian yaitu:
1. Untuk mencegah gerakan (imobilisasi) fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami
dislokasi.
2. Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah
3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak yang timbul.
4. Untuk mencegah terjadinya syok.
5. Untuk mengurangi nyeri dan penderitaan.
6. Mempercepat penyembuhan
C. Indikasi
Indikasi dilakukannya pembidaian yaitu:
1. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
2. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur, bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian
tubuh ditemukan:
a. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek
b. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalamu angulasi
abnormal
c. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
d. Posisi ekstremitas yang abnormal
e. Memar
f. Bengkak
g. Perubahan bentuk
h. Nyeri gerak aktif dan pasif
i. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakan ekstremitas yang
mengalami cedera (krepitasi)
j. Perdarahan bisa ada atau tidak
k. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
l. Kram otot di sekitar lokasi cedera
3. Dislokasi persendian
D. Kontra Indikasi
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan
persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat
sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan,
E. Jenis Pembidaian
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit. Bahan untuk
bidai bersifat sederhanadan apa adanya. Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghindarkan kerusakan yang lebih berat. Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah
mengetahui prinsip dan Teknik dasar pembidaian
2. Pembidaian sebagar tindakan pertolongan definitive
Dilakukan di fasilitas layanan Kesehatan (klinik atau RS). Pembidaian dilakukan
untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi. Menggunakan alat dan bahan khusus
sesuai standar pelayanan (gips, dll). Harus dilakukan oleh tenaga kesehatanyang
sudah terlatih.
F. Persiapan alat
1. Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namun juga bisa
dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan kayu,
dll. Panjang bidai harus melebihi Panjang tulang dan sendi yang akan dibidai.
2. Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu, dll) sebaiknya dibungkus/ dibalut terlebih
dahulu dengan bahan yang lebih lembut
3. Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaian bisa berasal dari
pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk membalut ini harus bisa
membalut dengan sempurna mengelilingi ekstremitas yang dibidai untuk
mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat uang bisa
menghambat sirkulasi.
G. Persiapan penderita
1. Penanganan kegawatan (basic life support)
2. Menenangkan penderita. Jelaskan bahwa akan memberikan pertolongan kepada
penderita.
3. Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi
4. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan.
5. Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau memindahkan
korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali jika keadaan mendesak
(korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi korban atau penolang).
6. Sebaiknya gunting lah bagian pakaian disekitar area fraktur. Jika diperlukan, kainnya
dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
7. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka dengan
cairan antiseptic dan tekan area perdarahan dengan kassa steril. Jika luka tersebut
mendekati area fraktur, maka sebagainya dianggap bahwa telah terjadi patah tulang
terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan
yang se-steril mungkin.
8. Selanjutnya pasang collar brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk
menopang leher jika dicurigai trauma servikal.
9. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat sebaiknya
hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadi atau sensasi raba
sebelum dilakukan pembidaian. Proses pelurusan ini harus hati-hati agar tidak
memperberat cedera.
10. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur:
a. Pemeriksaan nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, bahkan mungkin
menghilang
b. Periksa kecepatan pemeriksaan kapiler. Tekan kuku jari pada ekstremitas yang
cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan secara
bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemeraahan terjadi bersamaan
atakah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
c. Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke RS
secepatnya.
d. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya
perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setelah anda menjelaskan pada
penderita.
e. Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial. Jangan
pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula mencoba untuk
membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa sterilitas hanya akan
menambah masalah.
H. Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ke tandu medis darurat setelah dilakukan Tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan paah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada
keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tekan Sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan. Kalau 1-2 detik berubah menjadi
merah, berarti balutan bagus. Kalau lebih dari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi
merah, makan longgarkan lagi balutan itu artinya terlalu keras.
Merba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus pada kaki). Bila tidak teraba,
maka balutan dibuka dan longgarkan. Meraba denyut arteri radialis pada tangan untuk
kasus di tangan. Bila tidak teraaba, maka balutan dibuka dan dilonggarkan.
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat plus contoh askep dengan pendekatan NANDA,
NIC, NOC.Yogyakarta: Nuha Medika
Perry, Peterson, Potter. (2012) Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta: EGC.