PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun negatif.
Dampak positif yang dapat dilihat dan sekaligus dirasakan adalah kemajuan dalam
kesehatan dengan pendekatan medis sekarang ini dirasa kurang memadai lagi,
mendapatkan pelayanan medis yang melibatkan disiplin ilmu antara lain: dokter,
fisioterapi, keparawatan, okupasi terapi, psikologi, pekerja sosial medis, dan lain-
lain. Sesuai dengan strategi nasional, upaya kesehatan yanmg dilakukan lebih
diutamakan pada upaya preventif dan promotif tanpa meninggalkan upaya kuratif
lutut.
1
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi yang paling banyak
mencapai 30% dan presentasenya mengalami peningkatan pada usia di atas usia
menanggung beban berat badan. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan gangguan
jarang pada anak-anak dan usia muda. Data di Poliklinik Reumatologi RSUP Dr
mengenai sendi lutut dan OA pada sendi lutut sering menimbulkan rasa sakit serta
aktifitas lain seperti jongkok, berdiri, dan berjalan. Rasa sakit dan
dan atropi otot. Otot merupakan kemampuan yang penting dalam membantu
Sendi lutut merupakan sendi yang paling penting dalam menumpu berat
badan, dengan demikian sendi lutut sangat mudah mengalami osteoarthritis yang
akan menimbulkan kekakuan sendi, perubahan bentuk dan nyeri untuk berjalan,
naik tangga dan berdiri dari duduk. Osteoarthritis banyak menyerang pada usia
lanjut. Pada umumnya pria dan wanita sama-sama dapat terkena penyakit ini
2
meskipun pada usia sebelum usia 45 tahun. Osteoarthritis banyak menyerang atau
terjadi pada pria dan wanita setelah usia 45 tahun, akan tetapi ostearthritis lebih
genu (lutut) dengan pemberian modalitas yang bertujuan untuk mengurangi nyeri
dengan gangguan gerak dan fungsi pada penderita osteoarthritis sendi lutut,
modalitas yang dapat digunakan fisioterapi berupa infra red (IR), ultrasound
(US), short wave diathermy (SWD), micro wave diathermy (MWD), TENS serta
terapi latihan.
ultrasound (US), TENS dan terapi latihan yang bertujuan mengurangi nyeri,
meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi lutut. Dengan
B. PERUMUSAN MASALAH
dikarenakan tidak ada aktifitas fungsional pada tungkai akibat munculnya nyeri
3
penanganan fisioterapi dengan rumusan masalah: (1) Apakah penggunaan
kondisi OA genu bilateral? (3) Apakah penggunaan modalitas terapi latihan dapat
meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi pada kondisi OA genu
bilateral ?.
C. TUJUAN PENULISAN
genu bilateral, (2) untuk mengetahui penggunaan modalitas TENS pada kondisi
D. MANFAAT PENULISAN
bilateral diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk tetap sehat, aktif,
kesakitan yang dialami oleh penderita, (2) bagi masyarakat, dapat memberikan
informasi mengenai kasus OA genu bilateral sebagai preventif dan promotif, (3)
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
yang masuk golongan penyakit rematik ini tidak ada hubungannya dengan
sendi yang berlebihan, serta tekanan dari berat badan tubuh seseorang. Penyakit
osteoarthritis tidak bisa dihindari karena bagian dari proses penuaan tubuh.
dibandingkan mereka yang kurus maupun bertubuh ideal. Orang kurus pun bisa
mengalami nyeri lutut yang terjadi hampir setiap hari dalam satu bulan.
Pengapuran sendi lutut atau istilah medisnya dikenal sebagai osteoarthritis sendi
lutut, meningkat prevalensinya sejalan dengan bertambahnya usia dan lebih sering
sendi lutut meliputi kegemukan (obesitas), trauma daerah lutut, riwayat operasi
beban.
Penyakit dapat membaik pada beberapa pasien, tetap stabil tidak berubah pada
pasien lain, atau penyakit memburuk secara perlahan-lahan pada pasien lainnya.
5
Pengapuran sendi lutut merupakan penyebab tersering terjadinya gangguan
mobilitas pada orang usia lanjut. Banyak orang dengan nyeri pada sendi lututnya
tulang atau pembesaran tulang juga terjadi, yang disertai pula dengan teregangnya
seperti naik tangga, bangkit dari kursi, dan berjalan dengan jarak cukup jauh.
Kekakuan sendi juga lazim terjadi pada pagi hari namun biasanya berlangsung
rasa nyeri, memperbaiki bentuk abnormal sendi lutut yang menjadi bengkok, serta
menjadi penyebab terbanyak kecacatan dan disabilitas, terutama pada usia lanjut.
Menurut data organisasi kesehatan dunia, 40% penduduk dunia yang berusia lebih
OA adalah kerusakan pada tulang rawan sendi. Tulang rawan sendi merupakan
komponen sendi yang melapisi ujung tulang dalam persendian, yang berfungsi
6
sebagai bantalan dan peredam kejut apabila dua ruas tulang yang berbenturan
pada saat sendi digerakkan. Karena tulang rawan sendi tidak mempunyai
persarafan, apabila terjadi benturan dua ruas tulang tidak akan terasa nyeri.
Kerusakan pada tulang rawan sendi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Semua
berakibat pada penipisan tulang rawan sendi, yang pada stadium akhir tulang
rawan sendi demikian tipisnya sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya lagi.
Seiring dengan penipisan tulang rawan sendi terbentuk osteofit, suatu tulang baru
Selain itu, tulang di dalam persendian akan menebal, kaku, dan kurang
elastik (kenyal) dalam mengantarkan beban tubuh. Sering terjadi radang pada
lapisan dalam bungkus sendi (sinovium) yang disebut sinovitis, yang pada jangka
lama menyebabkan pula kerusakan bungkus sendi (kapsul). Hasil akhirnya adalah
2. Etiologi
merupakan sendi dengan beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi
ini dalam posisi mengunci agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi
ini berperan laiknya engsel, sehingga gerakan kaki menjadi fleksibel. Saat kita
berlari, atau berolahraga, sendi ini harus dapat menahan beban putaran dan daya
7
saat kaki menekuk, melompat atau saat berlari. Hal ini menunjukkan bahwa sendi
lutut memegang peranan penting dalam setiap posisi atau gerakan tubuh.
Di dalam sendi lutut, terdapat tiga komponen tulang. Ujung tulang paha
(femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan tulang lutut (patella). Pada bagian ujung
dari tulang, terdapat komponen yang disebut dengan tulang rawan. Tulang rawan
ketiga tulang tersebut bertemu, namun tidak terjadi gesekan, dan gerakan sendi
menjadi mulus.
Sesuai perjalanan usia, pada orang tua akan terjadi kerusakan pada tulang
rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia, ada juga faktor lain yang dapat
tinggi atau berat badan berlebih. Jika terjadi kerusakan, maka tulang rawan
menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi gesekan diantara
tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut, juga dapat
Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh tidak lagi berada pada tempat yang ideal,
melainkan bergeser ke arah luar atau ke dalam. Bagian yang mengalami beban
berat akan lebih cepat mengalami pengapuran di banding bagian yang tidak
mendapat beban.
Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama lain. Kerusakan tulang
8
osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan tentu saja aktivitas
terganggu.
Perlu diketahui bahwa bahwa selama ini ada di kalangan kalangan awam
beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi itu dalam posisi mengunci
agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi ini berperan laiknya
Saat kita berlari, atau berolahraga, sendi harus dapat menahan beban
putaran dan daya saat kaki menekuk, melompat atau saat berlari. Hal itu
menunjukkan bahwa sendi lutut memegang peranan penting dalam setiap posisi
atau gerakan tubuh. Dijelaskan, dalam sendi lutut, terdapat tiga komponen tulang.
Ujung tulang paha (femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan tulang lutut (patella).
Pada bagian ujung dari tulang, terdapat komponen yang disebut dengan tulang
rawan.
adanya tulang rawan, ketiga tulang tersebut bertemu, namun tidak terjadi gesekan,
dan gerakan sendi menjadi mulus. Sesuai perjalanan usia, pada orang tua akan
terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia, ada juga
faktor lain yang dapat mempercepat proses kerusakan. Misalnya saja infeksi,
trauma, aktivitas yang tinggi atau berat badan berlebih. Jika terjadi kerusakan,
maka tulang rawan menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi
9
gesekan diantara tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut,
menekuk ke dalam (varus). Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh tidak lagi
berada pada tempat yang ideal, melainkan bergeser ke arah luar atau ke dalam.
Bagian yang mengalami beban berat akan lebih cepat mengalami pengapuran
Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama lain. Kerusakan tulang
osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan tentu saja aktivitas
terganggu.
Perlu diketahui bahwa selama ini ada di kalangan kalangan awam yang
sendi (kartilago).
3. Diagnosa
penunjang. Misalnya saja melakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini penting untuk
10
Jika dicurigai adanya masalah pada jaringan lunak, semisal pada ligamen
(urat) atau pada tendon di daerah sendi lutut, maka akan dilakukan pemeriksaan
robekan, atau penyakit lain, pada jaringan lunak di daerah lutut semisal otot,
infeksi.
ini belum ada obat yang dapat menghentikan proses OA, apalagi memperbaiki
kerusakan tulang rawan sendi yang telah terjadi. Yang ada adalah beberapa obat
asam hialuronat dan diacerhein).Saat ini pasien masih lebih bergantung pada obat
samping perdarahan saluran cerna dan gangguan fungsi ginjal. Fisioterapi dan
terjadinya cacat, dan mengatasi disabilitas dengan cara melalukan berbagai latihan
fisik dan penggunaan berbagai alat bantu. Apabila semua gagal, dapat dilakukan
(jika belum terjadi OA) dan menghambat progresivitas OA (apabila sudah terjadi
OA). Berbagai faktor risiko OA yang dapat dimodifikasi bisa dilihat pada tabel.
11
Selain itu, beberapa hal yang bisa memicu OA, seperti obesitas, trauma berat,
penggunaan sendi berlebihan, sepatu atau alas kaki yang kurang tepat, juga bisa
diatasi sejak dini.Pencegahan obesitas memberi manfaat tidak saja bagi kesehatan
sendi, tetapi untuk penyakit tidak menular lainnya. Mereka yang berberat badan
radiologik OA. Pada mereka yang obese, setiap penurunan berat badan lima
Trauma berat terutama pada sendi lutut pada usia dini akan memicu
munculnya OA yang lebih cepat. Edukasi untuk mencegah trauma adalah dengan
penggunaan pelindung lutut pada para pekerja dan mereka yang senang berolah
raga perlu ditingkatkan. Selain itu, penggunaan sendi berlebihan bagi para pekerja
yang banyak berjalan, berdiri lama, naik-turun tangga, jongkok lama, dan
memanggul beban perlu melindungi sendinya. Sepatu yang terlalu tinggi, sempit,
berat, alas sepatu (sol) yang keras dan kurang lentur juga merupakan faktor risiko
ada beberapa lini terapi yang digunakan untuk mengatasi pengapuran pada sendi
lutut. Tahap awal biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri. Obat Anti
dapat digunakan. Efek samping obat jenis ini, terjadi gangguan lambung. Selain
itu minum, dapat diberikan anti nyeri yang dioleskan langsung ke kulit. Berbentuk
12
Jenis AINS yang terbaru dikenal dengan COX-2 inhibitor. Efek samping
obat ini terhadap saluran cerna lebih kecil disbanding dengan obat AINS biasa.
Belakangan diketahui bahwa obat ini menimbulkan risiko jantung dan stroke.
untuk menghilangkan rasa nyeri. Efek terapi dapat bertahan hingga beberapa
tindakan ini, karena jika terlalu sering malah mengakibatkan kerusakan tulang
rawan sendi. Operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy,
yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain. Selain itu dukungan
psikososial sangat perlu, bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara
mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat, selain itu
BAB III
13
A. Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesis
Anamnesis adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara
terapis dengan sumber data. Pada kasus ini anamnesis dapat dilakukakan secara
data berupa :
a. Identitas pasien
- Nama : Ny. W
- Umur : 62 th
- Agama : Islam
- No. CM : 351972
b. Keluhan utama
Merupakan tanda dan gejala dominan yang dikeluhkan oleh pasien sehingga
yang dirasakan pasien adalah pasien mengeluh nyeri pada kedua lututnya bagian
medial apabila duduk di bawah ke berdiri, naik turun tangga dan berjalan terlalu
14
c. Riwayat penyakit sekarang
meliputi lokasi keluhan, kapan dan bagaimana terjadinya, kualitas keluhan, faktor
pasien mengeluh nyeri pada kedua lututnya bagian medial. Oleh karena faktor
usia, berat badan berlebihan dan aktivitas sehari hari. Nyeri pada lutut kiri
dirasakan sejak tahun 2010 saat bangun tidur di pagi hari dan pada tahun 2011
pasien juga mengeluh nyeri di lutut kanan. Nyeri dirasakan bertambah saat dari
posisi duduk di bawah yang lama ke berdiri, naik turun tangga dan jika pasien
berjalan jauh. Untuk mengurangi rasa sakitnya pasien berobat ke RSU Haji
Surabaya untuk mendapatkan pengobatan dan terapi oleh fisioterapi. Sampai saat
ini pasien masih berobat ke fisioterapi RSU Haji Surabaya dan sudah menjalani
pengobatan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya pasien diberikan terapi SWD dan
TENS namun karena belum ada perubahan, modalitas terapi pasien diganti
menjadi US dan TENS sejak 2 bulan yang lalu dan pasien merasakan perubahan
munculnya keluhan sekarang. Dari anamnesis diperoleh data bahwa pasien belum
pernah memiliki penyakit seperti ini sebelumnya, pasien tidak menderita penyakit
jantung, pasien tidak menderita penyakit diabetes militus, dan pasien menderita
penyakit Hipertensi.
e. Riwayat keluarga
15
Untuk mengetahui adakah penyakit yang bersifat menurun (heredofamilial)
dari orang tua atau keluarga yang lain. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan
hasil bahwa tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama
seperti pasien. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Sehari – harinya kegiatan
sekitar rumahnya.
2. Pemeriksaan fisik
tinggi badan dan berat badan. Dari pemeriksaan diperoleh data : tekanan darah :
130/80, denyut nadi : 84 permenit, respirasi : 20 permenit, tinggi badan : 144 cm,
b. Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung, informasi yang
didapat adalah tidak terdapat oedema di kedua lutut, tidak terdapat perbedaan
warna kulit di kedua lutut, tidak terdapat deformitas di kedua lutut, dan ketika
berjalan, pola jalan pasien seirama, pasien tidak terlihat menahan nyeri. Pasien
berjalan sedikit pelan dikarenakan menumpu berat badan yang berlebihan. Pasien
tampak menahan nyeri saat diminta menekuk dan meluruskan kedua lututnya.
c. Palpasi
16
Pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan memegang bagian tubuh
pasien. Dari palpasi mendapatkan informasi bahwa tidak ada perbedaan suhu di
kedua lutut, suhu dalam batas normal, palpasi ada spasme otot quadriceps,
hamstring dan adduktor di kedua lutut, terdapat nyeri tekan di kedua lutut bagian
medial, tidak terdapat atrofi pada otot aquadrcieps, hamstring dan adduktor di
kedua lutut, terdapat krepitasi pada lutut kanan dan kiri saat pasien diminta untuk
menekuk dan meluruskan kedua lututnya, tidak ada pitting oedema pada kedua
lutut.
3. Pemeriksaan Gerak
Dilakukan untuk mengetahui tentang adanya nyeri gerak, luas gerak sendi,
kekuatan otot dan koordinasi gerak. Pemeriksaan ini meliputi gerakan secara aktif
sendi lutut kearah fleksi dan ekstensi. Dari pemeriksaan gerak aktif diperoleh hasil
gerakan tidak full ROM pasien merasakan ada nyeri di kedua lutut dan terdengar
bunyi krepitasi pada sendi lutut kanan dan kiri saat pasien diminta menekuk dan
meluruskan lututnya.
Suatu cara pemeriksaan gerakan yang dilakukan oleh terapis pada pasien
sementara pasien dalam keadaan rileks. Gerakan pasif yang dilakukan meliputi
gerakan fleksi dan ekstensi yang akan memberi informasi tentang luas gerak
sendi, end feel, provokasi nyeri dan kelenturan otot. Dari pemeriksaan diperoleh
informasi bahwa Saat digerakan secara pasif terdapat nyeri dan terdengar bunyi
krepitasi pada akhir gerakan fleksi lutut kanan dan kiri saat terapis menekuk dan
17
meluruskan lutut secara bergantian. Gerakan tidak dapat full ROM dikarena
pasien merasakan nyeri. Saat menekuk endfeel sendi lutut kanan adalah lunak dan
Pemeriksaan ini meliputi gerakan fleksi dan ekstensi lutut dengan cara terapis
memberikan tahanan yang berlawanan arah dari gerakan yang dilakukan oleh
terdapat nyeri gerak pada lutut kanan dan kiri bagian medial. Terdapat penurunan
kekuatan otot, pasien hanya mampu melawan tahanan minimal saat gerak fleksi
dan ekstensi.
tersebut.
otot.
18
Kelompok otot Kanan Kiri
Fleksor Knee 3- 3-
Ekstensor Knee 3+ 3+
Adductor hip 4- 4-
Abductor hip 5 5
Fleksor hip 4- 4-
Ekstensor hip 4 4
lingkungan aktivitas
dibawah ke berdiri jika lama, jongkok lama ke berdiri, dan berjalan jauh karena
WC jongkok.
4. Pemeriksaan Khusus
Scale) adalah suatu metode pengukuran nyeri dengan skala penilaian, yaitu: 1=
tidak nyeri, 2 = nyeri sangat ringan, 3 = nyeri ringan, 4 = nyeri tidak begitu berat,
19
5 = nyeri cukup berat, 6 = nyeri berat dan 7 = nyeri hampir tak tertahankan.
Dalam pemeriksaan nyeri denga menggunakan VDS yang dilakukan pada tanggal
diletakkan pada condylus lateralis femur, tangkai statik diletakkan sejajar dengan
Pengukuran dilakukan baik aktif maupun pasif. Dari pemeriksaan diperoleh hasil :
20
1) Hiperekstensi
anteroir dan/atau simpai sendi belakang (De Wolf, 1990). Caranya pasien
terlentang kaki lurus, satu tangan terapis memfikasasi diatas lutut, tangan yang
satunya memegang pergelangan kaki lalu ditarik kearah atas secara pelan-pelan.
21
Gambar 4.Tes hiperekstensi
22
Tujuan tes ini untuk mengetahui adanya kerusakan ligamentum crusciatum
anterior dan posterior. Posisi penderita berbaring dengan satu lutut yang
diperiksa ditekuk dan yang lain tetap lurus. Kedua tangan terapis diletakkan
dibawah lutut untuk melakukan tarikan ke depan. Pada pergelangan kaki difiksasi
anterior dan posterior akan dirasakan pergeseran tuberositas tibia ke anterior (De
Untuk mengetahui kestabilan dari sendi lutut oleh ligament collateral baik
medial maupun lateral (De Wolf, 1990). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
lutut sedikit ditekuk, gerakan kearah valgus untuk mengetes kerusakan ligament
23
collateral lateral. Dari pemeriksaan diperoleh hasil baik hipermobilitas varus
d. IMT
IMT = 68/(1,44)2
= 68/2,0736
= 32,79 (obesitas)
e. Tes 1 RM
Pasien dapat melakukan gerakan fleksi ekstensi sampai lelah dengan pengulangan
sebanyak 10 kali untuk lutut kanan dan 7 kali untuk lutut kiri. Kemudian dihitung
24
maksimal yang ditentukan oleh terapis dan B adalah banyaknya pengulangan yang
mampu pasien lakukan lalu dilihat pada diagram Houlten untuk menentukan besar
prosentase dari B.
% reps
100% 1
95% 2
90% 4
85% 7
80% 14
75% 16
70% 22
65% 25
Diagram Houlten
gerakkan fleksi-ekstensi sebanyak 10 kali pada lutut kanan dan 7 kali pada lutut
= 2,5 kg = 2,34 kg
dari duduk, berjalan 15 meter dan naik tangga 3 trap. Caranya pasien diminta
25
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut diatas kemudian ditanyakan pada
26
- Berdiri dari posisi duduk : nyeri = 3, kesulitan = 3, ketergantungan = 1
B. Diagnosa Fisioterapi
1. Impairment
kiri bagian medial oleh karena adanya fibrosis (kaku) pada kapsul sendi,
2. Functional Limitation
bawah yang lama, kesulitan jongkok berdiri, kesulitan naik turun tangga, dan
bersimpuh).
27
C. Tujuan Fisioterapi
Tujuan dari terapi pada kondisi osteoarthritis lutut antara lain : (1)
kekuatan otot flexor-extensor knee, flexor-extensor hip, dan adductor hip, (4)
C. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. US
Tujuan :
Dosis :
- Intensitas : 3 mA
Pelaksanaan :
Terapis menjelaskan tujuan terapi dan apa yang akan dirasakan pasien.
28
Tentukan luas area yang akan diterapi
Waktu terapi yaitu hasil pembagian luas area dibagi luas era
dilepas
Waktu : 3 menit
Arus : continuos
2. TENS
- Persiapan pasien :
- Pelaksanaan :
29
Menginformasikan tentang apa yang akan dirasakan, apa
masing lutut
- Dosis :
Durasi : 10 menit
Frekuensi : 100 H z
Durasi : 200 ms
3. MASSAGE
- Pelaksanaan :
30
Posisi pasien tidur terlentang
maksimal yang mampu dilawan oleh pasien dengan satu gerakan saja. 1 RM
latihan. Prosedur untuk jenis endurance strength adalah intensitas: 30-65 % dari 1
RM(Repetition Maximum), repetisi > 20 kali, seri 1-3 dan istirahat 0-30 detik.
banch kemudian atur beban dan letakkan beban tepat pada ankle.
fleksi-ekstensi dengan prosedur latihan yang sesuai dengan jenis latihan untuk
endurance strength.
31
Gambar 10. Quadriceps setting exercise
5. Terapi Latihan
nyaman.
menekuk dan meluruskan lutut dengan instruksi terapis, Sambil diberi aba-
32
tersebut terapis mengamati gerakan yang terjadi apakah sudah benar
ataukah salah, serta memberikan fiksasi pada ujung distal paha pasien.
b. Hold relax
Posisi terapis : disamping bed pasien, satu tangan dipergelangan kaki dan
Pelaksanaan : pasien menekuk lutut sampai batas luas gerak sendi yang
33
gerakan pada sendi lutut. Kontraksi dipertahankan selama 10 detik
6. Edukasi
34
- Pasien dianjurkan untuk melakukan kompres hangat pada sekitar
sendi lutut saat di rumah, sehari 2x pagi dan sore hari agar terjadi
dalam terapi.
yang dilakukan adalah (1) Evaluasi nyeri dengan skala VDS, (2) Evaluasi
kekuatan otot dengan MMT, (3) Evaluasi luas gerak sendi dengan goniometer, (4)
Evaluasi kemampuan fungsional dengan skala Jette. Adapun hasil evaluasi adalah
sebagai berikut :
35
1. Nyeri dengan VDS
T1 T2 T3 T4
Nyeri diam 1 1 1 0
Nyeri gerak 5 5 4 4
Nyeri tekan 4 4 4 4
Pre Post
Kelompok otot
Kanan Kiri Kanan Kiri
Fleksor 3- 3- 3- 3-
Ekstensor 3+ 3+ 3+ 3+
Fleksor hip 4- 4- 4- 4-
Ekstensor hip 4 4 4 4
Adductor hip 4- 4- 4- 4-
Abductor hip 5 5 5 5
36
3 (tidak mudah tetapi juga
Kesulitan
tidak sulit)
Nyeri 2 ( nyeri )
BAB IV
PENUTUTP
37
A. KESIMPULAN
ragam sehingga dapat membuat perubahan dalam diri manusia itu sendiri juga
Fisioterapi salah satu pilihan seseorang untuk mengatasi masalah yang ada
merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sangat dipengaruhi oleh faktor
seperti : pasien sulit bangkit dari duduk, jongkok berdiri, naik turun tangga atau
B. SARAN
terapis.
38
- Mensetting tempat duduk yang ada pegangan pada bagian tangnnya
39