Anda di halaman 1dari 5

TUGAS GERONTIK

DEMOGRAFI LANSIA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
WIYATNO
P1337420118119

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kematangan ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang
akan mengalami kemunduran seiring dengan berjalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia,
yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang
70 tahun. Santrock (2012) mengemukakan bahwa usia 65 tahun merupakan
usia penuaan bagi yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah
disebut lansia. Menurut ilmu gerontologi orang yang berusia lebih dari 65
tahun dibagi menjadi 3 kelompok: usia tua awal, yaitu mereka yang berusia
antara 64 hingga 74 tahun; usia tua menengah yaitu mereka yang berusia
antara 75 hingga 84 tahun; dan usia akhir yaitu mereka yang berusia ditas 85
tahun. Kesehatan masing-masing berbeda dalam berbagai cara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
adalah : Bagaimana demografi lansia di Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam makalah ini untuk
mengetahui demografi lansia di Indonesia.
BAB II
DEMOGRAFI LANSIA DI INDONESIA

A. Pengertian Lansia
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa
dampak positif maupunnegatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia
berada dalam keadaan sehat, aktif danproduktif. Disisi lain, besarnya jumlah
penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalahpenurunan
kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan,
penurunanpendapatan/penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya
dukungan sosial dan lingkunganyang tidak ramah terhadap penduduk lansia.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2004, lanjut usia adalahseseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Komposisi penduduk tuabertambah dengan pesat baik di negara
maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkanoleh penurunan angka
fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan
angkaharapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk
secara keseluruhan. Prosesterjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi,sanitasi, pelayanan kesehatan,
hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yangsemakin baik.
B. Jumlah Lansia
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66
juta jiwa penduduklansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk
lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95
juta) dan tahun 2035 (48,19 juta).
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jikamempunyai populasi lansia
di atas tujuhpersen (Soeweno). Persentase lansia diIndonesia tahun 2017 telah
mencapai 9,03%dari keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihatpula bahwa
persentase penduduk 0-4 tahunlebih rendah dibanding persentase penduduk
5-9 tahun. Sementara persentase pendudukproduktif 10-44 tahun terbesar jika
dibandingkan kelompok umur lainnya. Hal inimenunjukkan bahwa Indonesia
termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua (ageingpopulation).
Seluruh provinsi Indonesia berstruktur tua. Ada 19 provinsi (55,88%)
provinsi Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Tiga provinsi
dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta(13,81%), Jawa
Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi
denganpersentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%)
dan Kepulauan Riau (4,35%).
C. Angka beban ketergantungan
Angka beban ketergantungan mencerminkan beban ekonomi yang harus
ditanggung olehpenduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lansia
dengan asumsi bahwa penduduk lansiatersebut secara ekonomi bukanlah
lansia yang produktif. Rasio ketergantungan penduduk lansiaIndonesia pada
tahun 2015 sebesar 13,28 artinya bahwa setiap 100 orang penduduk
usiaproduktif harus menanggung sekitar 14 orang penduduk lansia.
Perkembangan rasioketergantungan penduduk lansia dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2015 tidak ada perubahan yang signikan.
Keberadaan anggota rumah tangga lain utamanya pasangan hidup lansia
sangat berarti untukmenemani dan menghabiskan sisa perjalanan hidup. Pada
tahun 2015 separuh lebih penduduklansia masih memiliki pasangan hidup,
yaitu sebesar 59,78% penduduk lansia masih berstatus ceraimati. Hanya
sedikit penduduk lansia yang cerai hidup dan belum kawin (dibawah 5%).
Angka harapan hidup perempuan lebih tinggidaripada laki-laki, hal ini terlihat
dengan keberadaan penduduk lansia perempuan yanglebih banyak dari pada
lansia laki-laki.
D. Angka Kesakitan Lansia dan Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2015 angka kesakitan lansia sebesar 28,62%, artinya bahwa
dari setiap 100 orang lansia terdapat sekitar 28 orang diantaranya mengalami
sakit. Bila dilihat berdasarkan tipe daerah,derajat kesehatan lansia yang
tinggal di perkotaan cenderung lebih baik daripada lansia yang tinggal di
perdesaan. Sebagian besar penduduk lansiapenduduk lansia mengalami
sakittidak lebih dari seminggu, yaitulama sakit 1-3 hari sebesar 36,44%dan 4-
7 hari sebesar 35,05%.Sementara itu, peduduk lansiayang menderita sakit
lebih dari tiga minggu sejumlah 14,5%.
Berbagai upaya dilakukan penduduk untuk menjaga kesehatan lansia,
baik oleh lansia yang sakitsecara mandiri maupun oleh keluarganya yang
masih sehat. Upaya menjaga kesehatan yang dapatdilakukan di antaranya
adalah dengan berobat sendiri, berobat jalan, maupun rawat inap.
Masihbanyak lansia yang tidak berobat jalan yaitu sebesar 27,84%. Sebagian
besar yang menjadi alasanpenduduk lansia tidak mau berobat jalan adalah
dengan mengobati sendiri sebesar 54,06%.
Tempat yang paling banyak didatangi oleh penduduk lansiauntuk
berobat jalan yaitu praktek dokter/bidan (43,11%), Puskesmas (25,97%) dan
Rumah Sakit Pemerintah (12,72%).
Masa tua jika tidak dijaga dengan baik dapat mengakibatkan ancaman
nyawa, sehingga segalaupaya memang harus dirubah, salah satunya dengan
perilaku hidup sehat (PHBS), yangmerupakan program pemerintah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutamalansia adalah perilaku
merokok. Persentase penduduk lansia yang merokok pada tahun 2015 masih
cukup tinggi yaitu sebesar 26,04. Bila menurut tipe daerah, persentase
merokok di daerah perdesaan (29,11%) lebih tinggi disbanding perkotaan
(22,54%). Sedangkan menurut jeniskelamin, persentase penduduk lansia laki-
laki yang merokok jauh lebih besar (52,47%) dari padalansia perempuan
(2,47%).

Anda mungkin juga menyukai