Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN HASIL PRAKTIK PELAYANAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


FOKUS PADA MASALAH DI RW 05
KELURAHAN SIDODADI, KECAMATAN PURING
KEBUMEN


12 MEI 2014 7 JUNI 2014
KELOMPOK 5




PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2014
LAPORAN HASSIL PRAKTIK PELAYANAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
FOKUS PADA MASALAH DI RW 05
KELURAHAN SIDODADI, KECAMATAN PURING
KEBUMEN
12 MEI 2014 7 JUNI 2014
KELOMPOK 5

KELOMPOK 5:
1. Lilis Mandasari
2. Wiji Purwanti
3. Faradina Asih Gupita
4. Dian Yuliani
5. Ikhsan
6. Nasikhatus Sangadah
7. Tri Septi Puji Rahayu
8. Agus Junaidi
9. Dwi Nanda Danu
10. Budiman

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini
juga merupakan tingkat fungsional dan / atau efisiensi metabolisme organisme,
sering secara implisit manusia. Pada saat berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai "keadaan lengkap fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan.
Saat ini keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia menjadi hal
penting untuk diperhatikan dan dibahas. Pada beberapa masa sebelum dekade
1980an, masalah kesehatan ibu dan anak belum terlalu mendapatkan perhatian
serius. Bahkan kasus kematian ibu dan balita pun masih menjadi sebuah fenomena
kesehatan yang cukup memprihatinkan. Menginjak pada dekade 1990an,
kesehatan ibu menjadi sorotan penting di dalam program kesehatan, khususnya
terkait dengan masalah reproduksi, kehamilan dan persalinan. Di jaman modern
setelah melewati abad keemasan, yaitu era 21 ini, kesehatan ibu masih terus
dipantau, namun kesehatan bayi dan anak balita menduduki ranking pertama di
dalam program-program kesehatan. Anak, bayi dan balita merupakan generasi
penerus bangsa. Di situlah awal kokoh atau rapuhnya suatu Negara, dapat
disaksikan dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak dengan
tingkat kesehatan yang rendah, tentulah kondisi bangsa menjadi lemah dan tidak
mampu membangun negaranya secara optimal.
Keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia juga
menyangkut masalah kesehatan fisik. Peningkatan kondisi ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat ditunjang dengan system informasi dan tingginya
tingkat pendidikan masyarakat, meningkatkan kesadaran rakyat untuk
memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak. Orang tua berlomba memberikan
yang terbaik bagi buah hatinya. Meskipun di beberapa lapisan masyarakat masih
ada yang kurang sejahtera, namun tingkat kepedulian masyarakat lain pun juga
relatif bagus sehingga keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia bias
lebih terkontrol.
.











BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan
masayarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehahtan masyarakat
mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas
seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini. Batasan
yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan.
Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan
sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan
merupakan kegiatan kesehatan masyarakt. Kemudian pada akhir abad ke-
18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa
jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan
penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi
lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu
dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada
mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-medis
(medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial. Akan tetapi sesuai dengan
perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan
masyarakat pun berkembang.
Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu
kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi,
antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya.
C. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau
sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
D. a) Epidemiologi
E. b) Biostatistik/statistik kesehatan
F. c) Kesehatan lingkungan
G. d) Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku
H. e) Administrasi kesehatan masyarakat
I. f) Gizi masyarakat
J. g) Kesehatan kerja.
K. Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya
harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai
seni atau praktiknya mempunyai bentanngan yang luas. Semua kegiatan
baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit
(preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,
mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
Misalnya: pembebrsihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan
makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah,
pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk,
lalat, kecoa, dan sebagainya.

1. Definisi Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga
merupakan tempat kegiatan terpadu antara program keluarga berencana
dengan kesehatan di tingkat desa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa.
Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.
2. Prinsip Dasar Posyandu
Adapun beberapa prinsip dasar Posyandu adalah:
a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana
terdapat perpaduan pelayanan antara pelayanan profesional dan non
profesional (oleh masyarakat)
b. Adanya kerja sama lintas program yang baik (kesehatan ibu dan
anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), gizi, imunisasi,
penanggulangan diare) maupun lintas sektoral.
c. Kelembagaan masyarakat .
d. Mempunyai sasaran pendudukan yang sama.
e. Dasar Pelaksanaan Posyandu 2 Surat Keputusan Bersama:
Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing No.23 tahun 1985.
21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985 tentang
penyelenggaraan Posyandu yaitu :
1) Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk
menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup Lembaga
Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD) dan Pemberdayaan dan
Kesehatan Keluarga (PKK).
2) Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan
fungsi Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat
dalam program program pembangunan masyarakat desa
3) Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD, PKK dan
mengutamakan peranan kader pembangunan.
4) Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah atau di
daerah masing-masing dari melaksanakan pelayanan paripurna
sesuai petunjuk Departemen Kesehatan (Depkes) dan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
5) Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66, dana sehat
sebagai cara penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan
kesehatan secara paripurna.
3. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Penyelenggaraan Posyandu mempunyai beberapa tujuan, antara lain
a. Mempercepet penurunan angka kematian ibu dan anak.
b. Meningkatkan angka pelayanan kesehatan ibu.
c. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia
sejahtera
d. Meningkatkan kemapuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan masyarakat dalam usaha peningkatan kemampuan
hidup sehat.
e. Peningkatan dan pemerataan pelayanaan kesehatan kepada
masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi.
f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka alih teknologi dan swakelolausaha kesehatan
masyarakat.
4. Sasaran Pelayanan Posyandu
Yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan di Posyandu adalah :
a) Bayi yang kurang dari 1 tahun.
b) Anak usia 1 sampai 5 tahun atau bawah lima tahun (Balita).
c) Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas.
d) Wanita usia subur.
5. Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan di Posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan.
Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:
a) Kesehatan Ibu dan anak
b) Keluarga berencana
c) Imunisasi
d) Peningkatan gizi
e) Penanggulangan diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh
kegiatan (Sapta krida Posyandu), yaitu:
a) Kesehatan Ibu dan anak
b) Keluarga berencana
c) Imunisasi
d) Peningkatan gizi
e) Penanggulangan diare
f) Sanitasi dasar
g) Penyediaan obat esensial
6. Pelayanan Kesehatan Yang dijalankan Posyandu
a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
1) Penimbangan bulanan
2) Pemberian tambahan makanan bagi bayi yang berat badannya
kurang
3) Imunisasi bayi 3-14 bulan
4) Pemberian oralit untuk mengurangi diare
5) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur
1) Pemeliharaan kesehatan umum
2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah
4) Imunisasi TT untuk ibu hamil
5) Penyuluhan kesehatan dan KB
6) Pemberian alat kontrasepsi KB
7) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
9) Pertolongan pertama pada kecelakaan
c. Sistem Lima Meja Posyandu
Pelayanan masyarakat dilakukan dengan system 5 meja yaitu :
1) Meja I : Pendaftaran, Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu
menyusui dan pasangan usia subur.
2) Meja II : Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil
3) Meja III : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
4) Meja IV :
a) Diketahui berat badan anak naik atau tidak, ibu hamil dengan
risiko tinggi dan faktor risiko tinggi, Pasangan Usia Subur
(PUS) yang belum mengikuti KB
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pelayanan pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A,
tablet besi, pil ulangan dan kondom
5) Meja V :
a) Pemberian imunisasi
b) Pemeriksaan kehamilan
c) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d) Pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) dan
suntikan

C. Model Keperawatan
Keperawatan Kesehatan Komunitas ( Community Health Nursing)
adalah suatu ketrampilam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
dari suatu populasi dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan
yang terintegrasi berupa keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktek
keperawatan komunitas bersifat komprehensif, umum tsnps dibatasi oleh
sekat umur, kelompok dan tanpa dibatasi oleh kurun waktu, dengan sasaran
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara umum ( ANA,1986
dalam Helvie,1998). Praktek Keperawatan Kesehatan Komunitas disintesa
dari dari ilmu kesehatan komunitas dan teori keperawatan komunitas dengan
tujuan meningkatkan kesehatan melalui masyarakat. Dasar pelaksanaan dari
praktek keperawatan komunitas dilakukan dengan pencegahan primer dan
promosi kesehatan melalui kerjasama dengan multidisiplin team dan
program (APHA,1981 dalam Helvie,1998).
Secara umum tujuan dari Keperawatan kesehatan komunitas adalah
menyehatkan masyarakat secara luas, namun cara yang digunakan dengan
cara khusus melalui beberapa pendekatan antara lain: (1)pendekatan area
(ibu-anak, keluarga berencana, penyakit menular seksual, dan kesehatan
mental), (2) pendekatan tumbuh kembang ( bayi, anak-anak, anak usia
sekolah, remaja atau kelompok lanjut usia), (3) setting seperti ( departemen
kesehatan, sekolah, tempat kerja) (Underwood Woodcox, Van
Berkel,Black&Ploeg,1991 dalam Helvie,1998).
Keperawatan kesehatan komunitas dengan focus masyarakat maka proses
keperawatannya ditujukan pada aspek komunitas yang luas, sedangkan jika
area asuhan keperawatan ditujukan pada kelompok makan pengkajian
ditujukan khusus pada kelompok tertentu yang memiliki risiko mengalami
masalah kesehatan. Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan
atau asuhan langsung yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas,
yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak
sehat, ketidak mampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan
(bio, psiko, sosial, kultural, maupun spiritual).
1. Sejarah Teori Model Community as partner .
Berdasarkan pada model pendekatan totallitas individu dari
Neuman ( 1972) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
sebagai klien dikembangkan oleh penulis untuk menggambarkan
batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya
menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi
pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.
2. Konsep Teori Model Community as partner.
Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan
pernyataan yang mengintegrasikan konsep konsep tersebut menjadi
suatu kesatuan. Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai
kerangka piker, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu
gambaran tentang lingkup keperawatan.
Konsep model yang diperkenalkan oleh Anderson dan Mcfarlane .
Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang
menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan
status kesehatan klien. Komunits sebagai partner berarti bahwa
kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta aktif meningkatkan
kesehatan, mencehag dan mengatasi masalah kesehatannya. Model ini
sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas;
analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang
terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan
program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada
model ini komunitas sebagai partner dan penggunaan proses
keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai
sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi
yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai
stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga
garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense,
dan resistance defense (lihat gambar 1).


Gambar 1. Community as Partners Model

Agregat klien dalam model community as partners ini meliputi
intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-
orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster,
2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi,
transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan
pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi
(Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock,
Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender &
Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya
sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam
komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk
bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance.
3. Aplikasi Teori Model Community as partner dalam proses
keperawatan
Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan
menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama
yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda
pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis
sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik
individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan
pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat
ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses
tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif
dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari
masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan
tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian
ini terdapat lima kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah.

b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

A. Data inti
- Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
- Data demografi
- Vital statistic
- Status kesehatan komunitas
B. Data lingkungan fisik
- Pemukiman
- Sanitasi
- Fasilitas
- Batas-batas wilayah
- Kondisi geografis
C. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
- Pelayanan kesehatan
- Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)
D. Ekonomi
- Jenis pekerjaan
- Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
- Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
- Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia
E. Keamanan dan transportasi
- Keamanan
- Transportasi
F. Politik dan pemerintahan
- System pengorganisasian
- Struktur organisasi
- Kelompok organisasi dalam komunitas
- Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
G. System komunikasi
- Sarana umum komunikasi
- Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas
- Cara penyebaran informasi
H. Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas
- Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
- Jenis bahasa yanhg digunakan
I. Rekreasi
- Kebiasaan rekreasi
- Fasilitas tempat rekreasi

c. Jenis Data
1) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
d. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record.
(Wahit, 2005
e. Cara Pengumpulan Data
Wawancara atau anamnesa, Pengamatan, Pemeriksaan Fisik
f. Pengolahan Data
Klasifikasi data atau kategorisasi data, Perhitungan prosentase cakupan
dengan menggunakan telly, Tabulasi data, Interpretasi data (Anderson
and Mc Farlane 1988. Community as Client )
g. Analisis Data
Tujuan analisis data :
- Menetapkan kebutuhan komuniti
- Menetapkan kekuatan
- Mengidentifikasi pola respon komuniti
- Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
h. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
1) Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:
- Perhatian masyarakat
- Prevalensi kejadian
- Berat ringannya masalah
- Kemungkinan masalah untuk diatasi
- Tersedianya sumber daya masyarakat
- Aspek politis.


i. Diagnosa keperawatan dan Perencanaan
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data tersebut dianalisis
untuk dapat merumuskan diagnose keperawatan. Diagnose keperawatan
terdiri atas tiga bagian, yaitu : gambaran masalah yang merupakan respon
atau kondisi masyarakat, faktor penyebab yang berhubungan dengan
masalah, serta tanda dan gejala yang mendukung ( Anderson & Mc
Farlane, 2000 ).
Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap
tujuan dan intervensi keperawatan. Tujuan diperoleh dari stressor dan
dapat termasuk pengurangan atau penghilangan stressor atau penguatan
resistensi komunitas melalui penguatan garis pertahanan. Tahap
berikutnya setelah merumuskan diagnosis adalah menyusun perencanaan
yang meliputi tujuan yang ingin dicapai dan rencana tindakan untuk
mengatasi msalah yang ada. Penetapan tujuan dirumuskan untuk
mengatasi atau meminimalkan stressor. Intervensi dirancang berdasarkan
tiga tingkat pencegahan dan direncanakan untuk memperkuat ketiga garis
pertahanan. Pencegahan primer digunakan untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk mendukung garis
pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan resisten (Anderson & Mc Farlane, 2000 ).
j. Implementasi
Dalam model ini semua implementasi keperawatan dianggap
bersifat preventif.
1) Pencegahan primer merupakan intervensi keperawatan yang
bertujuan menguatkan garis pertahanan sehingga stressor tidak dapat
masuk dan menimbulkan reaksi yang mempengaruhi stressor dengan
melakukan perlawanan terhadapnya.
2) Pencegahan sekunder diterapkan setelah stressor memasuki
komunitas. Intervensi mendukung garis pertahanan dan resistensi
untuk meminimalkan derajat reaksi terhadap stressor.
3) Pencegahan tersier dilaksanakan setelah stressor memasuki garis
pertahanan dan muncul derajat reaksi. Terjadi ketidakseimbangan
system, dan pencegahan tersier bertujuan mencegah
ketidakseimbangan tambahan dan meningkatkan keseimbangan.

k. Evaluaasi
Umpan balik dari komunitas merupakan dasar untuk mengevaluasi
implementasi perawat kesehatan komunitas, dan keterlibatan anggota
komunitas dalam seluruh langkah proses keperawatan meyakinkan
adanya kesesuaian dengan komunitas. Sering kali parameter yang
digunakan untuk pengkajian juga digunakan evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu pengukuran terhadap keberhasilan dari
asuhan keperawatan yang diberikan melalui pendekatan proses
keperawatan. Menurut Anderson & Mc Farlane ( 2000 ) umpan balik dari
komunitas merupakan evaluasi yang terbesar terhadap intervensi
keperawatan komunitas.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA WARGA RW 05, DESA
SIDODADI,KECAMATAN PURING

A. KELOMPOK POPULASI
Pengkajian/pengungkapan data dalam asuhan keperawatan komunitas ini
dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara dan studi dari
rekapitulasi data di desa.
1. Dimensi Lokasi
a. Batasan Komunitas
Dusun Gelonggong, desa Sidodadi mempunyai luas wilayah
pemukiman sekitar 27,93 Ha/mm. dengan jumlah penduduk total
sejumlah 95 rumah dan orang dengan jumlah laki-laki 201 orang dan
181 untuk jumlah penduduk perempuan. Dengan jumlah Kepala
keluarga 107 KK.
Batas wilayah Dusun Gelonggong, desa Sidodadi RW 5 terdiri dari
Sebelah Utara dibatasi oleh sungai serayu, sebelah selatan dibatasi
oleh dusun Sidourip, Sebelah Timur dibatasi oleh dusun , dan sebelah
Barat dibatasi oleh desa Sidomukti
b. Lokasi Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia di lingkungan dusun Glonggong
yaitu Puskesmas Kec Puring. Lokasi Puskesmas Kec Puring dekat
dengan jalur transportasi utama, sehingga sangat mudah dijangkau
oleh masyarakat. Desa Sidodadi dusun glonggong juga dekat dengan
pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Purwogondo.
c. Gambaran Geografis
Luas wilayah Desa Sudagaran menurut penggunaan sebagai
pemukiman seluas 8,42 Ha/mm, persawahan 19,51 Ha/mm.
Sehingga luas total wilayah menurut penggunaan seluas 27,93
Ha/mm. topografi wilayah desa Sidodadi dusun Glonggong berupa
dataran rendah.
d. Flora dan Fauna
Desa Sidodadi daerah yang subur, seluruh jenis tumbuhan bisa
tumbuh dengan baikseperti mangga,tanaman padi. Sebagian besar
penduduk memanfaatkan lahan pertanian yang ada untuk bercocok
tanam. Binatang ternak yang banyak dipelihara adalah ayam, bebek.
Untuk binatang ternak besar seperti sapi dan kambing.
e. Lingkungan Buatan
Lingkungan buatan di wilayah desa sidodadi dusun Glonggong berupa
sekolah dari tingkat TK, SD/MI,
2. Dimensi Populasi
Metoda pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui penyebaran
angket, wawancara, Whinshield Survey, Observasi dan studi dokumen.
Wawancara dilakukan dengan Kepala Puskesmas, penangung jawab
program Kesehatan balita Puskesmas Banyumas, tokoh masyarakat, Kepala
Desa, Bidan Desa, kader kesehatan, dan petugas kelurahan. Winshield
survey dilakukan dengan mengelilingi dan mengamati wilayah Desa
Sudagaran. Pengumpulan data melalui angket dengan instrument yang telah
disiapkan. Adapun sampel menggunakan rumus:
Slovin (Steph Ellen, eHow Blog, 2010; dengan rujukan Principles and
Methods of Research; Ariola et al. (eds.); 2006) sebagai berikut:
n =N/(1 +Ne^2)
n =Number of samples (jumlah sampel)
N =Total population (jumlah seluruh anggota populasi)
e =Error tolerance (toleransi terjadinya galat; taraf signifikansi; untuk
sosial dan pendidikan lazimnya 0,05) > (^2 =pangkat dua)
N =240
Taraf Signifikansi =5%
maka :
n = N/(1 + Ne^2) = 240/(1 + 240 x 0,05 x 0,05) = 99 orang.
a. Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di desa Sidodadi
Kecamatan Puring dilakukan pada tanggal 15 Mei 2014. Ditemukan
sejumlah 100 KK yang tersebar di wilayah desa Sidodadi. Dengan
berbagai masalah kesehatan yang sering muncul pada warga. Data didapat
dari data hasil kuesioner. resiko penyebaran penyakit flu dengan jumlah 40
orang, resiko gangguan pernafasan (paru-paru,jantung dll) 101 orang,
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia 85 orang, resiko
penyebaran penyakit 54 orang, resiko terjadinya penyakit dbd 80 orang
resiko penularan penyakit 67 orang ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan rumah 85 orang, kurang pengetahuan tentang kesehatan 55
orang, kurang pengetahuan tentang penyakit 75 orang. Sehingga perlu
untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan. Dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada kelompok khusus (balita) tidak
terlepas dari proses keperawatan yang merupakan pendekatan dalam
pembuatan asuhan keperawatan dengan langkah langkah yaitu :
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan
Evaluasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor terutama Sumber Daya Manusia (SDM), petugas kesehatan yang
akan berperan sebagai pemikir, perencanaan penggerak, serta pengawas
pembangunan kesehatan itu sendiri kurang berdampak tanpak dukungan
berbagai pihak.
b. Distribusi Demografi berdasarkan umur

Berdasarkan data terdapat 49 orang yang berumur < 60 tahun 15%, dan
terdapat 286 orang yang berumur >60 tahun 85%.

286 orang,
85%
49
orang,
15%
Umur Warga
<60 tahun >60 tahun

c. Distribusi berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan data di atas terdapat 168 orang yang berjenis kelamin
perempuan 49%, 172 orang berjenis kelamin laki-laki 51%.
d. Distribusi berdasarkan pendidikan

Berdasarkan data di atas terdapat pendidikan terakhir SD 128 orang 51%,
SMP 62 orang 25 %, SMA 50 orang 20%, D3 3 orang 1%, S1 7 orang 3%,
S2 1 orang 0%.






172 orang,
51%
168 orang,
49%
Jenis Kelamin
Laki-laki perempuan
128 orang,
51%
62 orang,
25%
50 orang,
20%
3 orang,
1%
7 orang,
3%
1
orang,
0%
Pendidikan
SD SMP SMA D3 S1 S2
e. Distribusi berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan data diatas terdapat pekerjaan terbanyak yaitu petani
sebanyak 135 0rang 70%, Wiraswasta 33 orang 17%, PNS 6 orang 3%,
Pedagang 18 orang 10%, nelayan 0 orang 0%.
f. Distribusi berdasarkan penyakit 3 bulan terakhir

Berdasarkan data diatas terdapat penyakit yang sering terjadi yaitu DBD 0
orang 0%, Tipes 7 orang 9%, Cikungunya 0 orang 0%, TBC dan Paru-paru
0 orang 0%, Hipertensi 1 0rang, Malaria 0 orang 0%, Diare 5 orang 7%,
Penyakit kulit 6 orang 7%, DM 0 orang 0%, Rematik 8 orang 10%, asam
135 orang,
70%
0 orang,
0%
18 orang,
10%
6 orang,
3%
33
orang,
17%
Pekerjaan
petani nelayan pedagang PNS wiraswasta
0%
7 orang , 9% 0 orang, 0%
0%
1 orang , 1%
0 orang, 0%
5orang , 6%
6 orang , 7%
0 orang, 0%
8 orang, 10%
6 orang, 8%
40 orang ,
51%
0 orang, 0%
6 orang, 8%
Penyakit 3 bulan terahir
DBD Tipes Cikungunya TBC dan Paru2
Hipertensi Malaria Diare Penya.kulit
DM Rematik As.Urat Flu
Jantung lainnya
urat 6 orang 8%, Flu 40 orang 51%, Jantung 0 orang 0%,lainnya 6 orang
8%.
g. Distribusi berdasarkan kebiasaan merokok

Berdasarkan data diatas terdapat kebiasaan masyarakat yang sering terjadi
yaitu kebiasaan merokok ada 101 orang 100%,

h. Distribusi berdasarkan keaktifan mengikuti posyandu lansia

Berdasarkan data diatas terdapat kebiasaan dan keaktifan masyarakat
mengikuti posyandu lansia yaitu 15 0rang 15% aktif mengikuti posyandu
lansia, dan 85 orang 85% tidak mengikuti posyandu lansia



Ada, 101
orang, 100%
Tidak ada, 0
orang , 0%
merokok
Ada Tidak ada
Ya, 15
orang, 15%
Tidak, 85
orang, 85%
aktif posyandu lansia
Ya Tidak


i. Distribusi berdasarkan kebiasaan membuang sampah

Berdasarkan data tersebut didapat kebiasaan membuang sampah yaitu
disungai sebanyak 5 orang 5%, Dibakar sebanyak 22 orang 21%,
Dikubangan (Blumbang) sebanyak 16 orang 16%, Pekarangan Rumah
sebanyak 59 orang 51%.
j. Distribusi berdasarkan penggunaan bibit ABATE

Berdasarkan data tersebut didapat penggunaan bibit ABATE yaitu pernah
sebanyak 20 rumah 20%, Tidak pernah sebanyak 80 orang 80%, Rutin 0
orang 0%.



Di sungai,
5 orang,
5%
dibakar, 22
orang, 21%
Dikubangan
(blumbang),
16 orang,
16%
pekaranagn
rumah, 59
orang, 58%
Membuang Sampah
Di sungai dibakar
Dikubangan (blumbang) pekaranagn rumah
Rutin
0 rumah
0%
Pernah
20 rumah
20%
Tidak
pernah, 80
rumah,
80%
Pemberian bibit ABATE
Rutin Pernah Tidak pernah


k. Distribusi berdasarkan kebiasaan membuka jenda

Berdasarkan data tersebut didapat kebiasaan membuka jendela sebanyak
25 rumah 25%, sedangkan yang tidak membuka jendela 8 rumah 8%, dan
kadang-kadang sebanyak 67 rumah 67%.
l. Distribusi berdasarkan jarak sepitenk

Berdasarkan data tersebut didapat jarak antara pepitenk dengan sumber air
>15M yaitu 15 orang 15%,sedangkan selebihnya 85 orang 85% jarak
sumber air dan sepitenk <15M.



Ya, 25
rumah,
25%
Tidak 8
rumah,
8%
Kadang-
kadang,
67 rumah,
67%
jendela dibuka
Ya Tidak Kadang-kadang
Ya, 15
orang,
15%
Tidak, 85
orang,
85%
Jarak sepitenk >15M
Ya Tidak


m. Distribusi berdasarkan penyuluhan kesehatan

Berdasarkan data tersebut didapat penyuluhan kesehatan sebagai berikut
Pernah mendapat penyuluhan tapi dulu sebanyak 67 orang 67%,
sedangkan yang tidak pernah mendapat penyuluhan sebanyak 18 orang
18%, sedangkan yang sering mendapat penyuluhan sebanyak 0 orang 0%,
sedangkan yang kadang-kadang mendapat penyuluhan sebanyak 15 orang
15%.
n. Distribusi berdasarkan tingkat pengetahuan tentang penyakit

Pernah tp
dulu, 67
orang , 67%
Tidak
Pernah, 18
orang, 18%
Sering, 0
orang, 0%
Kadang-
kadang, 15
orang , 15%
mendapat penyuluhan
kesehatan
Pernah tp dulu Tidak Pernah Sering Kadang-kadang
tahu , 24
orang, 47%
sangat
tahu, 1
orang, 2%
Tidak Tahu,
26 orang,
51%
Tingkat pengetahuan
tentang penyakit
tahu sangat tahu Tidak Tahu
Berdasarkan data tersebut didapat tingkat pengetahuan tentang penyakit
yaitu sangat tahu sebanyak 1 orang 2%, sedangkan tahu 24 orang 47%,
tidak tahu sebanyak 26 orang 51%,


Tabel.1
Analisa Data
No Data Subjektif Data Objektif Masalah
Kesehatan
1. Warga mengatakan 3
bulan terakhir sering
mengalami flu.
Warga mengatakan
sering membuang
sampah di pekarangan
rumah.
Warga mengatakan
kadang-kadang
membuka jendela.
Warga mengatakan
tidak menggunakan
bibit abate.
Warga mengatakan
jarak sumber air dari
septitenk <15 meter.
Warga lansia
mengatakan tidak
mengikuti posyandu
lansia.
Flu 40 orang 51%.
Membuang sampah di
pekarangan 59 orang
51%.
Membuka jendela
kadang-kadang
sebanyak 67 rumah
67%.
Tidak pernah
menggunakan bibit
abate sebanyak 80
orang 80%.
Jarak septitenk <15
meter adalah 85 orang
85%.
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan

2. Warga mengatakan
sering merokok.
Kebiasaan merokok
100 orang 100%
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
3. Warga mengatakan
pernah mendapat
penyuluhan kesehatan
tapi dulu.
Warga mengatakan
tidak tahu tentang
penyakit yang diderita.
Pernah mendapat
penyuluhan kesehatan
tapi dulu sebanyak 67
orang 67%.
Tidak tahu tentang
penyakit yang
dideritanya sebanyak
26 orang 51%.
Kurang
pengetahuan
tentang kesehatan.




Penilaian Skoring Diagnosa Keperawatan Komunitas
No. Kriteria Score Pembenaran
1.



2.




3.



- Sifat masalah:
Ancaman


-Kemungkinan
masalah dapat diubah:
Tidak dapat


-Potensial masalah
untuk dicegah:
rendah

2/3 x 1 = 2/3




0/2 x 2 = 0



1/3 x 1 = 1/3



Sebagian besar warga kadang-
kadang membuka jendela.
Warga membuang sampah di
pekarangan 59 orang 51%.

Jarak sepi tank <15 meter adalah
85 orang 85%.


Kesadaran warga kurang dalam
menjaga kesehatan dan
kebersihan lingkungan.

4. -Menonjolnya masalah:
Masalah tidak
dirasakan
0/2 x 1 = 0 Warga tidak peduli jika
membuka jendela kadang-
kadang dan membuang sampah
dipekarangan dapat mengganggu
kesehatan.
Total 1

Tabel 2.1
No. Kriteria Score Pembenaran
1.





2.


3.



4.
- Sifat masalah:
Ancaman






-Kemungkinan
masalah dapat diubah:
Sebagian


-Potensial masalah
untuk dicegah:
Rendah




2/3 x 1 =
2/3






1/2 x 2 =
1



1/3 x 1 =
1/3





Banyak yang mengatakan suka
merokok, kebiasaan merokok ada
100 orang 100%,
Banyak warga yang tidak
mengetahui tentang penyakit yang
diderita olehnya.


Sumber daya lingkungan tidak
mendukung.
Tingkat pengetahuan warga rendah
(SD)

SDM tidak mendukung, tingkat
pendidikan rendah (SD)
Warga kurang mengetahui tentang
penyakit yang sering diderita.



-Menonjolnya masalah:
Masalah tidak
dirasakan

0/2 x 1 = 0 Warga tidak memperhatikan
kesehatannya.
Total 2


Penilaian Skoring Diagnosa Keperawatan Komunitas
Tabel 2.2

Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan warga tentang masalah kesehatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif
2. Resiko terjadinya penyakit berhubungan dengan kurangnya kesadaran warga
tentang perilaku kesehatan.

Tabel. 3
N
O
MASALAH TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
1.


















1. Kurang
pengetahuan
warga tentang
masalah kesehatan
(bahaya rokok)
berhubungan
dengan
keterbatasan
kognitif










Tujuan Umum :
Mengerti dan memahami
tentang bahaya rokok
dan penangannya.


Tujuan Khusus :
1).Terjadi peningkatan
pengetahuan (nilai
rata-rata yang tidak
tahu 52% menjadi
10% pada dalam
waktu 1 mg. dengan
kriteria
(1) Mampu
menyebutkan
Pengertian
tentang bahaya
rokok
a. mengkaji tingkat
pengethuan masyarakat


a. Bekerja sama dengan
puskesmas dalam
memberikan
pendidikan kesehatan
kepada warga

b. Penyebaran
leaflet dan pemasangan
poster di tempat
strategis.

c. Simulasi tentang cara
pencegahan merokok


a. melakukan
pengkajian
pengetahuan tentang
bahaya rokok dan
pencegahan
terhadap warga
b. melakukan
komunikasi dan
kerjasam dengan
petugas kesehatan
untuk melakukan
penyuluhan
kesehtan
c. menyebar leaflet
saat pelaksanaan
penkes
d. d. mengadakan desa
bebas rokok

Hasil yang dicapai
setelah diberikan
asuhan keperawatan
komunitas, yaitu :
a) adanya peningkatan
pengetahuan pada
warga tentang
bahaya merokok
dan

b).Dari hasil MMD
yang dilakukan
masyarakat
mengiginkan belajar
bagaimana
mencegah merokok.

b) setelah dilakukan
intervensi,































2. Resiko terjadinya
penyakit
berhubungan
dengan kurangnya
kesadaran warga
terhadap bahaya
merokok






(2) .Dapat
mensimulasi cara
pencegahan
merokok















Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 kali pertemuan
d. Menganjurkan untuk
membuat desa bebas
rokok.
g. Anjurkan untuk
memodifikasi
lingkungan supaya
tidak merokok

h. Advokasi ke
puskesmas wilayah
kecamatan untuk
melakukan
pembinaan bagi
warga tentang bahaya
rokok





a) Koordinasi
Undangan Terkait






















pusesmas
menginginkan
kinerja perwat
terkait kunjungan
rumah baik.


















2.





































di harapkan Disepakati
Mou dan Rencana kerja
a) Tersosialisasinya
Program Trias
UKS
b) Ada Rapat Tim
Pembina UKS
c) Kebijakan secara
tertulis untuk
Anggaran
pelayanan
Kesehatan










Perencanaan FGD
b) Melaksanakan
Kegiatan FGD
c) Laksanakan
pelatihan kader
kesehatan
d) Observasi
Rencana kegiatan
Penilaian PHBS
e) Evaluasi kegiatan
Penjaringan
deteksi dini anak
sekolah
f) Lakukan
Penyuluhan
Kesehatan secara
berkala dengan
Delegasi pada
kader kesehatan
Sekolah

g) Pembuatan




















a. Membuat kesepakatan
dan Rencana Kerja terkait























































rencana kerja
sesuai
permasalahan
kesehatan yang
ada dalam jangka
waktu 3 bulan
sampai 1 tahun
kedepan











a. A
d
v
balita

- Melakukan Pengkajian
dan Pengumpulan data
primer dan Sekunder

- advoksi dengan
puskesmas, untuk
meningkatkan cakupan
imunisasi

b. Penjaringan Deteksi dini
kesehatan anak balita di
posyandu

c. Melakukan penyuluhan
kesehtan pada ibu balita
terkait pentingnya
imunisasi

d. Lomba rumah sehat







o
k
a
s
i

k

b. Melakukan
pemeriksaan deteksi
didni kesehtan balita

c. Memberikan
penyuluhan kesehatan


d. Memasang poster
tentang





e. Memotivasi warga
sekolah untuk menjaga
sarana dan prasarana
lingkungan yng ada


f. Membuat Profosal
dengan tim
dukungan dari
pihak LSM,
Pemerinth dan dinas
social




Tabel. 4
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Nama Komunitas :

No Fase Persiapan Fase Kegiatan Paraf












13 -10-2013
Melapor dan menjelaskan tujuan
Residensin di komunitas
18-11-2013
Melakukan winsley survey dan
persiapan isntrumen pengkajian

25-12-2013
Menyebar undangan
27-11-2013
Melakukan MMD I bersama warga
Menyamakan persepsi dan mendapat
dukungan dalam kegiatan residensi
terkait perawatan komunitas agregat
balita
4-12-2013
Persiapan penyuluhan ASI Eksklusif
20-10-2013
Menunjukan surat tugas
praktek dari Puskesmas
23-11-2013
Menyebar kuisioner



1,2,3,4-12-2013
Melakukan penyuluhan
kesehtan di posyandu tentang
ISPA


7-12-2013
Melakukan penyuluhan
ISPA, Imunisasi dan ASI




15-12-2013
Merencanakan pelatihan kader
penanganan demam pada balita
Ekslusif di posyandu

17 -12-2013
Terlatihnya 35 kader
kesehatan posyandu.





BAB IV
PEMBAHASAN
Kekuatan dan kelemahan Agregat Balita:
1) Agregat balita merupakan salah satu kelompok yang perlu mendapatkan
perhatian khusus terhadap kesehatan. Maslah kesehatan balita sangat
komplek dan melibatkan keluarga dalam proses terjadinya suatu maslah
maupun penyelesaiannya.
2) Posyandu memprioritaskan penyediaan pelayanan kesehatan secara
periodik yang bekerja sama dengan puskesmas terdekat, pengukuran tinggi
dan berat badan, pemeberian imunisasi, pemberian makanan tambahan dan
konseling. Kartu Menuju Sehat dan pertumbuhan anak digunakan untuk
memonitor pertumbuhan dan juga untuk mencatat imunisasi dan hasil dari
pemeriksaan kesehatan.
3) Kader dan petugas kesehatan adalah program elemen kunci lainnya.
Program ini menjamin keterlibatan ibu dan balita dalam program
kesehatan di posyandu.
4) Tidak tersedia catatan dari pelayanan kesehatan terkait penyakit /sakit
yang sedang diderita oleh balita saat berkunjung ke posyandu, sehingga
dokumentasi jumlah balita sehat dan balita sakit saat penimbangan tidak
ada..








BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Peningkataan derajat kesehatan tidak bisa focus hanya pada satu tahap tapi
harus menyeluruh dan kontinyu diseluruh tahap kehidupan. Kesehatan tidak
tercipta dengan sekejap tapi merupakan proses yang harus dijaga dan dipelihara.
Balita merupakan periode yang penting untuk ditanankan terutama aspek nilai
dan kesehatan pada usia ini keterlibatan orang tua dan keluarga merupkan bagian
penting yang tidak dapat dipisahkan.

Saran
1. Adanya perkembangan kesehatan di posyandu termasuk rencana kerja dan
target yang harus tercapai.
2. Adanya perawat komunitas diposyandu dan peningkatan pengetahuan kader
yang dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat.






Daftar Pustaka
Iqbal Mubarak Wahit & Nurul Cahyatin Iilmu Keperawatan Komunitas buku 1
Salemba Medika , gresik 2009
Lyn Basfort& Oliver Slevin, TeoridanPraktekKeoerawatan: pendekatan Integral
padaasuhanpasien, EGC, Jakarta 2006
Aziz Alimul Hidayat PengantarKonsepDasarKeperawatan ,
PenerbitSalembaMedika.
Potter & Perry. 1999 "Fundamental Keperawatan", BukuKedokteran EGC, Jakarta
Anderson Elizabeth, Judith McFarlane alih bahasa Agus Sutama dkkBuku Ajar
Keperawatan Komunita Edisi 3 EGC, Jakarta 2006

Anda mungkin juga menyukai