FOKUS PADA MASALAH DI RW 05 KELURAHAN SIDODADI, KECAMATAN PURING KEBUMEN
12 MEI 2014 7 JUNI 2014 KELOMPOK 5
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2014 LAPORAN HASSIL PRAKTIK PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS FOKUS PADA MASALAH DI RW 05 KELURAHAN SIDODADI, KECAMATAN PURING KEBUMEN 12 MEI 2014 7 JUNI 2014 KELOMPOK 5
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG 2014 BAB I PENDAHULUAN
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan tingkat fungsional dan / atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia. Pada saat berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai "keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Saat ini keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia menjadi hal penting untuk diperhatikan dan dibahas. Pada beberapa masa sebelum dekade 1980an, masalah kesehatan ibu dan anak belum terlalu mendapatkan perhatian serius. Bahkan kasus kematian ibu dan balita pun masih menjadi sebuah fenomena kesehatan yang cukup memprihatinkan. Menginjak pada dekade 1990an, kesehatan ibu menjadi sorotan penting di dalam program kesehatan, khususnya terkait dengan masalah reproduksi, kehamilan dan persalinan. Di jaman modern setelah melewati abad keemasan, yaitu era 21 ini, kesehatan ibu masih terus dipantau, namun kesehatan bayi dan anak balita menduduki ranking pertama di dalam program-program kesehatan. Anak, bayi dan balita merupakan generasi penerus bangsa. Di situlah awal kokoh atau rapuhnya suatu Negara, dapat disaksikan dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak dengan tingkat kesehatan yang rendah, tentulah kondisi bangsa menjadi lemah dan tidak mampu membangun negaranya secara optimal. Keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia juga menyangkut masalah kesehatan fisik. Peningkatan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ditunjang dengan system informasi dan tingginya tingkat pendidikan masyarakat, meningkatkan kesadaran rakyat untuk memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak. Orang tua berlomba memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Meskipun di beberapa lapisan masyarakat masih ada yang kurang sejahtera, namun tingkat kepedulian masyarakat lain pun juga relatif bagus sehingga keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia bias lebih terkontrol. .
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kesehatan Masyarakat Sudah banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masayarakat. Secara kronologis batasan-batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakt. Kemudian pada akhir abad ke- 18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi. B. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. C. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain: D. a) Epidemiologi E. b) Biostatistik/statistik kesehatan F. c) Kesehatan lingkungan G. d) Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku H. e) Administrasi kesehatan masyarakat I. f) Gizi masyarakat J. g) Kesehatan kerja. K. Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentanngan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya: pembebrsihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.
1. Definisi Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program keluarga berencana dengan kesehatan di tingkat desa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. 2. Prinsip Dasar Posyandu Adapun beberapa prinsip dasar Posyandu adalah: a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan pelayanan antara pelayanan profesional dan non profesional (oleh masyarakat) b. Adanya kerja sama lintas program yang baik (kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), gizi, imunisasi, penanggulangan diare) maupun lintas sektoral. c. Kelembagaan masyarakat . d. Mempunyai sasaran pendudukan yang sama. e. Dasar Pelaksanaan Posyandu 2 Surat Keputusan Bersama: Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu : 1) Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa (LKMD) dan Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga (PKK). 2) Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program program pembangunan masyarakat desa 3) Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD, PKK dan mengutamakan peranan kader pembangunan. 4) Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah atau di daerah masing-masing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Departemen Kesehatan (Depkes) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 5) Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66, dana sehat sebagai cara penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna. 3. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu Penyelenggaraan Posyandu mempunyai beberapa tujuan, antara lain a. Mempercepet penurunan angka kematian ibu dan anak. b. Meningkatkan angka pelayanan kesehatan ibu. c. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera d. Meningkatkan kemapuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan masyarakat dalam usaha peningkatan kemampuan hidup sehat. e. Peningkatan dan pemerataan pelayanaan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi. f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi dan swakelolausaha kesehatan masyarakat. 4. Sasaran Pelayanan Posyandu Yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan di Posyandu adalah : a) Bayi yang kurang dari 1 tahun. b) Anak usia 1 sampai 5 tahun atau bawah lima tahun (Balita). c) Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas. d) Wanita usia subur. 5. Kegiatan Posyandu Beberapa kegiatan di Posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan. Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain: a) Kesehatan Ibu dan anak b) Keluarga berencana c) Imunisasi d) Peningkatan gizi e) Penanggulangan diare Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan (Sapta krida Posyandu), yaitu: a) Kesehatan Ibu dan anak b) Keluarga berencana c) Imunisasi d) Peningkatan gizi e) Penanggulangan diare f) Sanitasi dasar g) Penyediaan obat esensial 6. Pelayanan Kesehatan Yang dijalankan Posyandu a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita 1) Penimbangan bulanan 2) Pemberian tambahan makanan bagi bayi yang berat badannya kurang 3) Imunisasi bayi 3-14 bulan 4) Pemberian oralit untuk mengurangi diare 5) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur 1) Pemeliharaan kesehatan umum 2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas 3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah 4) Imunisasi TT untuk ibu hamil 5) Penyuluhan kesehatan dan KB 6) Pemberian alat kontrasepsi KB 7) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare 8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama 9) Pertolongan pertama pada kecelakaan c. Sistem Lima Meja Posyandu Pelayanan masyarakat dilakukan dengan system 5 meja yaitu : 1) Meja I : Pendaftaran, Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur. 2) Meja II : Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil 3) Meja III : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) 4) Meja IV : a) Diketahui berat badan anak naik atau tidak, ibu hamil dengan risiko tinggi dan faktor risiko tinggi, Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum mengikuti KB b) Penyuluhan kesehatan c) Pelayanan pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A, tablet besi, pil ulangan dan kondom 5) Meja V : a) Pemberian imunisasi b) Pemeriksaan kehamilan c) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan d) Pelayanan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) dan suntikan
C. Model Keperawatan Keperawatan Kesehatan Komunitas ( Community Health Nursing) adalah suatu ketrampilam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari suatu populasi dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang terintegrasi berupa keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktek keperawatan komunitas bersifat komprehensif, umum tsnps dibatasi oleh sekat umur, kelompok dan tanpa dibatasi oleh kurun waktu, dengan sasaran individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara umum ( ANA,1986 dalam Helvie,1998). Praktek Keperawatan Kesehatan Komunitas disintesa dari dari ilmu kesehatan komunitas dan teori keperawatan komunitas dengan tujuan meningkatkan kesehatan melalui masyarakat. Dasar pelaksanaan dari praktek keperawatan komunitas dilakukan dengan pencegahan primer dan promosi kesehatan melalui kerjasama dengan multidisiplin team dan program (APHA,1981 dalam Helvie,1998). Secara umum tujuan dari Keperawatan kesehatan komunitas adalah menyehatkan masyarakat secara luas, namun cara yang digunakan dengan cara khusus melalui beberapa pendekatan antara lain: (1)pendekatan area (ibu-anak, keluarga berencana, penyakit menular seksual, dan kesehatan mental), (2) pendekatan tumbuh kembang ( bayi, anak-anak, anak usia sekolah, remaja atau kelompok lanjut usia), (3) setting seperti ( departemen kesehatan, sekolah, tempat kerja) (Underwood Woodcox, Van Berkel,Black&Ploeg,1991 dalam Helvie,1998). Keperawatan kesehatan komunitas dengan focus masyarakat maka proses keperawatannya ditujukan pada aspek komunitas yang luas, sedangkan jika area asuhan keperawatan ditujukan pada kelompok makan pengkajian ditujukan khusus pada kelompok tertentu yang memiliki risiko mengalami masalah kesehatan. Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan langsung yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidak mampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan (bio, psiko, sosial, kultural, maupun spiritual). 1. Sejarah Teori Model Community as partner . Berdasarkan pada model pendekatan totallitas individu dari Neuman ( 1972) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan oleh penulis untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya. 2. Konsep Teori Model Community as partner. Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang mengintegrasikan konsep konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka piker, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan. Konsep model yang diperkenalkan oleh Anderson dan Mcfarlane . Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien. Komunits sebagai partner berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta aktif meningkatkan kesehatan, mencehag dan mengatasi masalah kesehatannya. Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada model ini komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense (lihat gambar 1).
Gambar 1. Community as Partners Model
Agregat klien dalam model community as partners ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang- orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005). Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance. 3. Aplikasi Teori Model Community as partner dalam proses keperawatan Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. a. Pengkajian Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan. Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
b. Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
A. Data inti - Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas - Data demografi - Vital statistic - Status kesehatan komunitas B. Data lingkungan fisik - Pemukiman - Sanitasi - Fasilitas - Batas-batas wilayah - Kondisi geografis C. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial - Pelayanan kesehatan - Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan) D. Ekonomi - Jenis pekerjaan - Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan - Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan - Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia E. Keamanan dan transportasi - Keamanan - Transportasi F. Politik dan pemerintahan - System pengorganisasian - Struktur organisasi - Kelompok organisasi dalam komunitas - Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan G. System komunikasi - Sarana umum komunikasi - Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas - Cara penyebaran informasi H. Pendidikan - Tingkat pendidikan komunitas - Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal) - Jenis bahasa yanhg digunakan I. Rekreasi - Kebiasaan rekreasi - Fasilitas tempat rekreasi
c. Jenis Data 1) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. 2) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran. d. Sumber Data 1) Data primer Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian. 2) Data sekunder Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record. (Wahit, 2005 e. Cara Pengumpulan Data Wawancara atau anamnesa, Pengamatan, Pemeriksaan Fisik f. Pengolahan Data Klasifikasi data atau kategorisasi data, Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly, Tabulasi data, Interpretasi data (Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client ) g. Analisis Data Tujuan analisis data : - Menetapkan kebutuhan komuniti - Menetapkan kekuatan - Mengidentifikasi pola respon komuniti - Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan h. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan 1) Prioritas masalah Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria: - Perhatian masyarakat - Prevalensi kejadian - Berat ringannya masalah - Kemungkinan masalah untuk diatasi - Tersedianya sumber daya masyarakat - Aspek politis.
i. Diagnosa keperawatan dan Perencanaan Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dapat merumuskan diagnose keperawatan. Diagnose keperawatan terdiri atas tiga bagian, yaitu : gambaran masalah yang merupakan respon atau kondisi masyarakat, faktor penyebab yang berhubungan dengan masalah, serta tanda dan gejala yang mendukung ( Anderson & Mc Farlane, 2000 ). Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan intervensi keperawatan. Tujuan diperoleh dari stressor dan dapat termasuk pengurangan atau penghilangan stressor atau penguatan resistensi komunitas melalui penguatan garis pertahanan. Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis adalah menyusun perencanaan yang meliputi tujuan yang ingin dicapai dan rencana tindakan untuk mengatasi msalah yang ada. Penetapan tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor. Intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan dan direncanakan untuk memperkuat ketiga garis pertahanan. Pencegahan primer digunakan untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk mendukung garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & Mc Farlane, 2000 ). j. Implementasi Dalam model ini semua implementasi keperawatan dianggap bersifat preventif. 1) Pencegahan primer merupakan intervensi keperawatan yang bertujuan menguatkan garis pertahanan sehingga stressor tidak dapat masuk dan menimbulkan reaksi yang mempengaruhi stressor dengan melakukan perlawanan terhadapnya. 2) Pencegahan sekunder diterapkan setelah stressor memasuki komunitas. Intervensi mendukung garis pertahanan dan resistensi untuk meminimalkan derajat reaksi terhadap stressor. 3) Pencegahan tersier dilaksanakan setelah stressor memasuki garis pertahanan dan muncul derajat reaksi. Terjadi ketidakseimbangan system, dan pencegahan tersier bertujuan mencegah ketidakseimbangan tambahan dan meningkatkan keseimbangan.
k. Evaluaasi Umpan balik dari komunitas merupakan dasar untuk mengevaluasi implementasi perawat kesehatan komunitas, dan keterlibatan anggota komunitas dalam seluruh langkah proses keperawatan meyakinkan adanya kesesuaian dengan komunitas. Sering kali parameter yang digunakan untuk pengkajian juga digunakan evaluasi. Evaluasi merupakan suatu pengukuran terhadap keberhasilan dari asuhan keperawatan yang diberikan melalui pendekatan proses keperawatan. Menurut Anderson & Mc Farlane ( 2000 ) umpan balik dari komunitas merupakan evaluasi yang terbesar terhadap intervensi keperawatan komunitas. BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA WARGA RW 05, DESA SIDODADI,KECAMATAN PURING
A. KELOMPOK POPULASI Pengkajian/pengungkapan data dalam asuhan keperawatan komunitas ini dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara dan studi dari rekapitulasi data di desa. 1. Dimensi Lokasi a. Batasan Komunitas Dusun Gelonggong, desa Sidodadi mempunyai luas wilayah pemukiman sekitar 27,93 Ha/mm. dengan jumlah penduduk total sejumlah 95 rumah dan orang dengan jumlah laki-laki 201 orang dan 181 untuk jumlah penduduk perempuan. Dengan jumlah Kepala keluarga 107 KK. Batas wilayah Dusun Gelonggong, desa Sidodadi RW 5 terdiri dari Sebelah Utara dibatasi oleh sungai serayu, sebelah selatan dibatasi oleh dusun Sidourip, Sebelah Timur dibatasi oleh dusun , dan sebelah Barat dibatasi oleh desa Sidomukti b. Lokasi Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan yang tersedia di lingkungan dusun Glonggong yaitu Puskesmas Kec Puring. Lokasi Puskesmas Kec Puring dekat dengan jalur transportasi utama, sehingga sangat mudah dijangkau oleh masyarakat. Desa Sidodadi dusun glonggong juga dekat dengan pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Purwogondo. c. Gambaran Geografis Luas wilayah Desa Sudagaran menurut penggunaan sebagai pemukiman seluas 8,42 Ha/mm, persawahan 19,51 Ha/mm. Sehingga luas total wilayah menurut penggunaan seluas 27,93 Ha/mm. topografi wilayah desa Sidodadi dusun Glonggong berupa dataran rendah. d. Flora dan Fauna Desa Sidodadi daerah yang subur, seluruh jenis tumbuhan bisa tumbuh dengan baikseperti mangga,tanaman padi. Sebagian besar penduduk memanfaatkan lahan pertanian yang ada untuk bercocok tanam. Binatang ternak yang banyak dipelihara adalah ayam, bebek. Untuk binatang ternak besar seperti sapi dan kambing. e. Lingkungan Buatan Lingkungan buatan di wilayah desa sidodadi dusun Glonggong berupa sekolah dari tingkat TK, SD/MI, 2. Dimensi Populasi Metoda pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui penyebaran angket, wawancara, Whinshield Survey, Observasi dan studi dokumen. Wawancara dilakukan dengan Kepala Puskesmas, penangung jawab program Kesehatan balita Puskesmas Banyumas, tokoh masyarakat, Kepala Desa, Bidan Desa, kader kesehatan, dan petugas kelurahan. Winshield survey dilakukan dengan mengelilingi dan mengamati wilayah Desa Sudagaran. Pengumpulan data melalui angket dengan instrument yang telah disiapkan. Adapun sampel menggunakan rumus: Slovin (Steph Ellen, eHow Blog, 2010; dengan rujukan Principles and Methods of Research; Ariola et al. (eds.); 2006) sebagai berikut: n =N/(1 +Ne^2) n =Number of samples (jumlah sampel) N =Total population (jumlah seluruh anggota populasi) e =Error tolerance (toleransi terjadinya galat; taraf signifikansi; untuk sosial dan pendidikan lazimnya 0,05) > (^2 =pangkat dua) N =240 Taraf Signifikansi =5% maka : n = N/(1 + Ne^2) = 240/(1 + 240 x 0,05 x 0,05) = 99 orang. a. Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di desa Sidodadi Kecamatan Puring dilakukan pada tanggal 15 Mei 2014. Ditemukan sejumlah 100 KK yang tersebar di wilayah desa Sidodadi. Dengan berbagai masalah kesehatan yang sering muncul pada warga. Data didapat dari data hasil kuesioner. resiko penyebaran penyakit flu dengan jumlah 40 orang, resiko gangguan pernafasan (paru-paru,jantung dll) 101 orang, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia 85 orang, resiko penyebaran penyakit 54 orang, resiko terjadinya penyakit dbd 80 orang resiko penularan penyakit 67 orang ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan rumah 85 orang, kurang pengetahuan tentang kesehatan 55 orang, kurang pengetahuan tentang penyakit 75 orang. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan. Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada kelompok khusus (balita) tidak terlepas dari proses keperawatan yang merupakan pendekatan dalam pembuatan asuhan keperawatan dengan langkah langkah yaitu : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor terutama Sumber Daya Manusia (SDM), petugas kesehatan yang akan berperan sebagai pemikir, perencanaan penggerak, serta pengawas pembangunan kesehatan itu sendiri kurang berdampak tanpak dukungan berbagai pihak. b. Distribusi Demografi berdasarkan umur
Berdasarkan data terdapat 49 orang yang berumur < 60 tahun 15%, dan terdapat 286 orang yang berumur >60 tahun 85%.
286 orang, 85% 49 orang, 15% Umur Warga <60 tahun >60 tahun
c. Distribusi berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan data di atas terdapat 168 orang yang berjenis kelamin perempuan 49%, 172 orang berjenis kelamin laki-laki 51%. d. Distribusi berdasarkan pendidikan
Berdasarkan data di atas terdapat pendidikan terakhir SD 128 orang 51%, SMP 62 orang 25 %, SMA 50 orang 20%, D3 3 orang 1%, S1 7 orang 3%, S2 1 orang 0%.
172 orang, 51% 168 orang, 49% Jenis Kelamin Laki-laki perempuan 128 orang, 51% 62 orang, 25% 50 orang, 20% 3 orang, 1% 7 orang, 3% 1 orang, 0% Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2 e. Distribusi berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan data diatas terdapat pekerjaan terbanyak yaitu petani sebanyak 135 0rang 70%, Wiraswasta 33 orang 17%, PNS 6 orang 3%, Pedagang 18 orang 10%, nelayan 0 orang 0%. f. Distribusi berdasarkan penyakit 3 bulan terakhir
Berdasarkan data diatas terdapat penyakit yang sering terjadi yaitu DBD 0 orang 0%, Tipes 7 orang 9%, Cikungunya 0 orang 0%, TBC dan Paru-paru 0 orang 0%, Hipertensi 1 0rang, Malaria 0 orang 0%, Diare 5 orang 7%, Penyakit kulit 6 orang 7%, DM 0 orang 0%, Rematik 8 orang 10%, asam 135 orang, 70% 0 orang, 0% 18 orang, 10% 6 orang, 3% 33 orang, 17% Pekerjaan petani nelayan pedagang PNS wiraswasta 0% 7 orang , 9% 0 orang, 0% 0% 1 orang , 1% 0 orang, 0% 5orang , 6% 6 orang , 7% 0 orang, 0% 8 orang, 10% 6 orang, 8% 40 orang , 51% 0 orang, 0% 6 orang, 8% Penyakit 3 bulan terahir DBD Tipes Cikungunya TBC dan Paru2 Hipertensi Malaria Diare Penya.kulit DM Rematik As.Urat Flu Jantung lainnya urat 6 orang 8%, Flu 40 orang 51%, Jantung 0 orang 0%,lainnya 6 orang 8%. g. Distribusi berdasarkan kebiasaan merokok
Berdasarkan data diatas terdapat kebiasaan masyarakat yang sering terjadi yaitu kebiasaan merokok ada 101 orang 100%,
h. Distribusi berdasarkan keaktifan mengikuti posyandu lansia
Berdasarkan data diatas terdapat kebiasaan dan keaktifan masyarakat mengikuti posyandu lansia yaitu 15 0rang 15% aktif mengikuti posyandu lansia, dan 85 orang 85% tidak mengikuti posyandu lansia
Ada, 101 orang, 100% Tidak ada, 0 orang , 0% merokok Ada Tidak ada Ya, 15 orang, 15% Tidak, 85 orang, 85% aktif posyandu lansia Ya Tidak
i. Distribusi berdasarkan kebiasaan membuang sampah
Berdasarkan data tersebut didapat kebiasaan membuang sampah yaitu disungai sebanyak 5 orang 5%, Dibakar sebanyak 22 orang 21%, Dikubangan (Blumbang) sebanyak 16 orang 16%, Pekarangan Rumah sebanyak 59 orang 51%. j. Distribusi berdasarkan penggunaan bibit ABATE
Berdasarkan data tersebut didapat penggunaan bibit ABATE yaitu pernah sebanyak 20 rumah 20%, Tidak pernah sebanyak 80 orang 80%, Rutin 0 orang 0%.
Di sungai, 5 orang, 5% dibakar, 22 orang, 21% Dikubangan (blumbang), 16 orang, 16% pekaranagn rumah, 59 orang, 58% Membuang Sampah Di sungai dibakar Dikubangan (blumbang) pekaranagn rumah Rutin 0 rumah 0% Pernah 20 rumah 20% Tidak pernah, 80 rumah, 80% Pemberian bibit ABATE Rutin Pernah Tidak pernah
k. Distribusi berdasarkan kebiasaan membuka jenda
Berdasarkan data tersebut didapat kebiasaan membuka jendela sebanyak 25 rumah 25%, sedangkan yang tidak membuka jendela 8 rumah 8%, dan kadang-kadang sebanyak 67 rumah 67%. l. Distribusi berdasarkan jarak sepitenk
Berdasarkan data tersebut didapat jarak antara pepitenk dengan sumber air >15M yaitu 15 orang 15%,sedangkan selebihnya 85 orang 85% jarak sumber air dan sepitenk <15M.
Ya, 25 rumah, 25% Tidak 8 rumah, 8% Kadang- kadang, 67 rumah, 67% jendela dibuka Ya Tidak Kadang-kadang Ya, 15 orang, 15% Tidak, 85 orang, 85% Jarak sepitenk >15M Ya Tidak
m. Distribusi berdasarkan penyuluhan kesehatan
Berdasarkan data tersebut didapat penyuluhan kesehatan sebagai berikut Pernah mendapat penyuluhan tapi dulu sebanyak 67 orang 67%, sedangkan yang tidak pernah mendapat penyuluhan sebanyak 18 orang 18%, sedangkan yang sering mendapat penyuluhan sebanyak 0 orang 0%, sedangkan yang kadang-kadang mendapat penyuluhan sebanyak 15 orang 15%. n. Distribusi berdasarkan tingkat pengetahuan tentang penyakit
Pernah tp dulu, 67 orang , 67% Tidak Pernah, 18 orang, 18% Sering, 0 orang, 0% Kadang- kadang, 15 orang , 15% mendapat penyuluhan kesehatan Pernah tp dulu Tidak Pernah Sering Kadang-kadang tahu , 24 orang, 47% sangat tahu, 1 orang, 2% Tidak Tahu, 26 orang, 51% Tingkat pengetahuan tentang penyakit tahu sangat tahu Tidak Tahu Berdasarkan data tersebut didapat tingkat pengetahuan tentang penyakit yaitu sangat tahu sebanyak 1 orang 2%, sedangkan tahu 24 orang 47%, tidak tahu sebanyak 26 orang 51%,
Tabel.1 Analisa Data No Data Subjektif Data Objektif Masalah Kesehatan 1. Warga mengatakan 3 bulan terakhir sering mengalami flu. Warga mengatakan sering membuang sampah di pekarangan rumah. Warga mengatakan kadang-kadang membuka jendela. Warga mengatakan tidak menggunakan bibit abate. Warga mengatakan jarak sumber air dari septitenk <15 meter. Warga lansia mengatakan tidak mengikuti posyandu lansia. Flu 40 orang 51%. Membuang sampah di pekarangan 59 orang 51%. Membuka jendela kadang-kadang sebanyak 67 rumah 67%. Tidak pernah menggunakan bibit abate sebanyak 80 orang 80%. Jarak septitenk <15 meter adalah 85 orang 85%. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2. Warga mengatakan sering merokok. Kebiasaan merokok 100 orang 100% Perilaku kesehatan cenderung beresiko 3. Warga mengatakan pernah mendapat penyuluhan kesehatan tapi dulu. Warga mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita. Pernah mendapat penyuluhan kesehatan tapi dulu sebanyak 67 orang 67%. Tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya sebanyak 26 orang 51%. Kurang pengetahuan tentang kesehatan.
Sebagian besar warga kadang- kadang membuka jendela. Warga membuang sampah di pekarangan 59 orang 51%.
Jarak sepi tank <15 meter adalah 85 orang 85%.
Kesadaran warga kurang dalam menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan.
4. -Menonjolnya masalah: Masalah tidak dirasakan 0/2 x 1 = 0 Warga tidak peduli jika membuka jendela kadang- kadang dan membuang sampah dipekarangan dapat mengganggu kesehatan. Total 1
Tabel 2.1 No. Kriteria Score Pembenaran 1.
2.
3.
4. - Sifat masalah: Ancaman
-Kemungkinan masalah dapat diubah: Sebagian
-Potensial masalah untuk dicegah: Rendah
2/3 x 1 = 2/3
1/2 x 2 = 1
1/3 x 1 = 1/3
Banyak yang mengatakan suka merokok, kebiasaan merokok ada 100 orang 100%, Banyak warga yang tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita olehnya.
Sumber daya lingkungan tidak mendukung. Tingkat pengetahuan warga rendah (SD)
SDM tidak mendukung, tingkat pendidikan rendah (SD) Warga kurang mengetahui tentang penyakit yang sering diderita.
-Menonjolnya masalah: Masalah tidak dirasakan
0/2 x 1 = 0 Warga tidak memperhatikan kesehatannya. Total 2
Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Kurang pengetahuan warga tentang masalah kesehatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif 2. Resiko terjadinya penyakit berhubungan dengan kurangnya kesadaran warga tentang perilaku kesehatan.
Tabel. 3 N O MASALAH TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI 1.
1. Kurang pengetahuan warga tentang masalah kesehatan (bahaya rokok) berhubungan dengan keterbatasan kognitif
Tujuan Umum : Mengerti dan memahami tentang bahaya rokok dan penangannya.
Tujuan Khusus : 1).Terjadi peningkatan pengetahuan (nilai rata-rata yang tidak tahu 52% menjadi 10% pada dalam waktu 1 mg. dengan kriteria (1) Mampu menyebutkan Pengertian tentang bahaya rokok a. mengkaji tingkat pengethuan masyarakat
a. Bekerja sama dengan puskesmas dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada warga
b. Penyebaran leaflet dan pemasangan poster di tempat strategis.
c. Simulasi tentang cara pencegahan merokok
a. melakukan pengkajian pengetahuan tentang bahaya rokok dan pencegahan terhadap warga b. melakukan komunikasi dan kerjasam dengan petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan kesehtan c. menyebar leaflet saat pelaksanaan penkes d. d. mengadakan desa bebas rokok
Hasil yang dicapai setelah diberikan asuhan keperawatan komunitas, yaitu : a) adanya peningkatan pengetahuan pada warga tentang bahaya merokok dan
b).Dari hasil MMD yang dilakukan masyarakat mengiginkan belajar bagaimana mencegah merokok.
b) setelah dilakukan intervensi,
2. Resiko terjadinya penyakit berhubungan dengan kurangnya kesadaran warga terhadap bahaya merokok
(2) .Dapat mensimulasi cara pencegahan merokok
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan d. Menganjurkan untuk membuat desa bebas rokok. g. Anjurkan untuk memodifikasi lingkungan supaya tidak merokok
h. Advokasi ke puskesmas wilayah kecamatan untuk melakukan pembinaan bagi warga tentang bahaya rokok
a) Koordinasi Undangan Terkait
pusesmas menginginkan kinerja perwat terkait kunjungan rumah baik.
2.
di harapkan Disepakati Mou dan Rencana kerja a) Tersosialisasinya Program Trias UKS b) Ada Rapat Tim Pembina UKS c) Kebijakan secara tertulis untuk Anggaran pelayanan Kesehatan
Perencanaan FGD b) Melaksanakan Kegiatan FGD c) Laksanakan pelatihan kader kesehatan d) Observasi Rencana kegiatan Penilaian PHBS e) Evaluasi kegiatan Penjaringan deteksi dini anak sekolah f) Lakukan Penyuluhan Kesehatan secara berkala dengan Delegasi pada kader kesehatan Sekolah
g) Pembuatan
a. Membuat kesepakatan dan Rencana Kerja terkait
rencana kerja sesuai permasalahan kesehatan yang ada dalam jangka waktu 3 bulan sampai 1 tahun kedepan
a. A d v balita
- Melakukan Pengkajian dan Pengumpulan data primer dan Sekunder
- advoksi dengan puskesmas, untuk meningkatkan cakupan imunisasi
b. Penjaringan Deteksi dini kesehatan anak balita di posyandu
c. Melakukan penyuluhan kesehtan pada ibu balita terkait pentingnya imunisasi
d. Lomba rumah sehat
o k a s i
k
b. Melakukan pemeriksaan deteksi didni kesehtan balita
c. Memberikan penyuluhan kesehatan
d. Memasang poster tentang
e. Memotivasi warga sekolah untuk menjaga sarana dan prasarana lingkungan yng ada
f. Membuat Profosal dengan tim dukungan dari pihak LSM, Pemerinth dan dinas social
Tabel. 4 IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS Nama Komunitas :
No Fase Persiapan Fase Kegiatan Paraf
13 -10-2013 Melapor dan menjelaskan tujuan Residensin di komunitas 18-11-2013 Melakukan winsley survey dan persiapan isntrumen pengkajian
25-12-2013 Menyebar undangan 27-11-2013 Melakukan MMD I bersama warga Menyamakan persepsi dan mendapat dukungan dalam kegiatan residensi terkait perawatan komunitas agregat balita 4-12-2013 Persiapan penyuluhan ASI Eksklusif 20-10-2013 Menunjukan surat tugas praktek dari Puskesmas 23-11-2013 Menyebar kuisioner
1,2,3,4-12-2013 Melakukan penyuluhan kesehtan di posyandu tentang ISPA
7-12-2013 Melakukan penyuluhan ISPA, Imunisasi dan ASI
15-12-2013 Merencanakan pelatihan kader penanganan demam pada balita Ekslusif di posyandu
BAB IV PEMBAHASAN Kekuatan dan kelemahan Agregat Balita: 1) Agregat balita merupakan salah satu kelompok yang perlu mendapatkan perhatian khusus terhadap kesehatan. Maslah kesehatan balita sangat komplek dan melibatkan keluarga dalam proses terjadinya suatu maslah maupun penyelesaiannya. 2) Posyandu memprioritaskan penyediaan pelayanan kesehatan secara periodik yang bekerja sama dengan puskesmas terdekat, pengukuran tinggi dan berat badan, pemeberian imunisasi, pemberian makanan tambahan dan konseling. Kartu Menuju Sehat dan pertumbuhan anak digunakan untuk memonitor pertumbuhan dan juga untuk mencatat imunisasi dan hasil dari pemeriksaan kesehatan. 3) Kader dan petugas kesehatan adalah program elemen kunci lainnya. Program ini menjamin keterlibatan ibu dan balita dalam program kesehatan di posyandu. 4) Tidak tersedia catatan dari pelayanan kesehatan terkait penyakit /sakit yang sedang diderita oleh balita saat berkunjung ke posyandu, sehingga dokumentasi jumlah balita sehat dan balita sakit saat penimbangan tidak ada..
BAB V PENUTUP Kesimpulan Peningkataan derajat kesehatan tidak bisa focus hanya pada satu tahap tapi harus menyeluruh dan kontinyu diseluruh tahap kehidupan. Kesehatan tidak tercipta dengan sekejap tapi merupakan proses yang harus dijaga dan dipelihara. Balita merupakan periode yang penting untuk ditanankan terutama aspek nilai dan kesehatan pada usia ini keterlibatan orang tua dan keluarga merupkan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan.
Saran 1. Adanya perkembangan kesehatan di posyandu termasuk rencana kerja dan target yang harus tercapai. 2. Adanya perawat komunitas diposyandu dan peningkatan pengetahuan kader yang dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka Iqbal Mubarak Wahit & Nurul Cahyatin Iilmu Keperawatan Komunitas buku 1 Salemba Medika , gresik 2009 Lyn Basfort& Oliver Slevin, TeoridanPraktekKeoerawatan: pendekatan Integral padaasuhanpasien, EGC, Jakarta 2006 Aziz Alimul Hidayat PengantarKonsepDasarKeperawatan , PenerbitSalembaMedika. Potter & Perry. 1999 "Fundamental Keperawatan", BukuKedokteran EGC, Jakarta Anderson Elizabeth, Judith McFarlane alih bahasa Agus Sutama dkkBuku Ajar Keperawatan Komunita Edisi 3 EGC, Jakarta 2006