Anda di halaman 1dari 10

A.

Permasalahan Sosial terkait Kesejahteraan Lansia


Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
Lanjut Usia,  antara lain sebagai berikut:
1) Permasalahan Umum
a) Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung
terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk keluarga kecil.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang
lebih  bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan
perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung
merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi
lanjut usia dengan  berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan
lanjut usia.
e) Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan
lanjut usia
2) Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai
permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah
sebagai berikut:
a) Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan
penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung
kepada pihak lain.
b) Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan
Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial
psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat
lingkungan sekitarnya.
c) Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja
muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan
mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa
menganggur.
d) Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan
dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi
terlantar.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak
lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik
lanjut usia

B. Rentang Respon Hubungan Sosial


Manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari selalu membutuhkan orang
dan lingkungan sosial. Manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial, berada dalam rentang yang
adaptif sampai maladaptif.
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku, dengan kata lain bahwa individu
tersebut masih dalam batas – batas normal menyelesaikan masalah, respon ini
meliputi :
1) Menyendiri (solitute) adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2) Otonomi adalah kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerjasama adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana
individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4) Interdependen adalah saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu untuk menyelesaikan
masalahnya, misalnya yang sudah menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat. Respon maladaptif yang sering ditemukan antara lain :
1) Menarik diri: Terjadi dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan (dependen): Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
3) Manipulasi: Gangguan hubungan sosial ini terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai obyek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara dalam.
4) Curiga: Gangguan ini terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
(basic trust) dengan orang lain.
5) Narcisisme: Pada individu narcisisme terdapat harga diri yang rapuh secara
terus-menerus, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.

C. Asuhan Keperawatan Lansia


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
b. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-
fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.
c. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan
penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan,
faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan
respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
d. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
e. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan dicerai suami, perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
f. Aspek fisik / biologis
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:
jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,
sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan
osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan
fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur

g. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri;
a) Citra tubuh: Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif
tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
3) Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan
4) Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua.
5) Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
6) Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubungan sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
h. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat
memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan
dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
i. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
j. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan
pada  peristiwa-peristiwa kehidupan.
b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem
saraf; kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.

3. Rencana Keperawatan
a. Intervensi Diagnosa 1:
1) Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.
Rasionalnya: membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima
perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup.
2) Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal
tersebut mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah.
Rasionalnya: memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep
dan mulai melihat pilihan-pilihan; meningkatkan orientasi realita.
3) Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber komunitas.
Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang
diminati dengan cara yang membantu dan perlengkapan pendukung,
pelayanan dan konseling.
b. Intervensi Diagnosa 2:
1) Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik
relaksasi keinginan untuk mengekspresikan perasaan.
Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil
dilakukan dimasa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk
mengatasi tegangan dan memelihara rasa kontrol individu.
2) Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki pasien
Rasionalnya: membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita
dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah.
c. Intervensi diagnosa 3:
1) Pahami rasa takut/ansietas
Rasionalnya: perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka
sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapinya.
2) Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas.
Rasionalnya: respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural
yang dipelajari. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat
memperbesar perasaan.
3) Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa
yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan
ansietas.
Rasionalnya: menyediakan petunjuk untuk membantu pasien dalam
mengembangkan kemampuan koping dan memperbaiki ekuilibrium.
d. Intervensi diagnosa 4:
1) Tentukan kepercayaan kultural, spiritual dan kesehatan.
Rasionalnya: memberikan wawasan mengenai pemikiran/faktor-faktor yang
berhubungan dengan situasi individu.
2) Kepercayaan akan meningkatkan persepsi pasien tentang situasi dan
partisipasi dalam regimen keperawatan.
3) Kaji sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.
Rasionalnya: adanya keluarga/orang terdekat yang memperhatikan/peduli
dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Gerontik-Komprehensif.pdf

https://id1lib.org/s/NURSING%20CARE%20IN%20THE%20elderly%20WITH
%20SOCIAL%20CHANGE

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/?
term=NURSING+CARE+IN+THE+elderly+WITH+SOCIAL+CHANGE

https://www.academia.edu/33860507/Asuhan_Keperawatan_Lansia_dengan_Gangguan_Int
eraksi_Sosial

http://eprints.umpo.ac.id/5035/4/BAB%202.pdf diakses pada tanggal 29/05/2021 pukul


22.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai