Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan tingginya kesadaran masyarakat untuk mendapat pelayanan
kesehatan yang lebih baik memacu dunia keperawatan untuk terus meningkatkan
keprofesionalan melalui peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Upaya yang telah
dilakukan oleh lahan pelayanan keperawatan maupun pendidikan untuk mencapai hal
tersebut antara lain melalui pendidikan berkelanjutan, pembentukan komite keperawatan,
upaya lainnya adalah pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional, dimana
dengan penerapan metode tersebut akan mampu memberikan kesempatan kepada dunia
keperawatan untuk me-manage pelayanan keperawatan dengan berfokus pada masalah
keperawatan yang ada. Pencapaian sebuah metode yang diterapkan tidak lain adalah
menggunakan analisis manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan disini adalah
sebagai suatu sistem yang menggambarkan serangkaian kejadian yang saling
berhubungan, meliputi informasi, masukan tenaga, dari sejumlah input dan proses
dengan tujuan mengoreksi kegagalan sistem (Gilles,2008).
Menejemen Keperawatan di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntunan profesi dan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Manajemen Keperawatan harus
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata yaitu di Rumah Sakit dan
komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya dari manajemen
keperawatan yang berupa perencanaan strategi melalui pengumpulan data, analisa
SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model praktik
keperawatan profesional serta melakukan pengawasan serta pengendalian (Nursalam,
2011).
Untuk menjamin tingginya mutu pelayanan keperawatan di sebuah institusi Rumah
Sakit diperlukan upaya dalam penerapan sistem manajemen yang sistematis sesuai
sumber daya yang ada. Berdasarkan pengkajian kelompok didapatkan bahwa di Ruang
Dahlia 4 RSUD TUGUREJO SEMARANG model asuhan keperawatan profesional yang
diterapkan adalah metode Semi MPKP, akibat ketenagaan yang masih kurang dalam
pelaksanaannya masih menggunakan metode fungsional dan data lain didapatkan bahwa

angka BOR selama 2 hari adalah 97,7% dan angka kematian pasien >48 jam 5.98%.
Berdasarkan hal ini, maka diperlukan analisis system manajemen secara sistematis,
sehingga mampu membuat rumusan masalah dan melaksanakan intervensi untuk mencari
problem solving yang efektif, efisien dan rasional.
Selain tujuan tersebut dalam melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang
Dahlia 4 RSUD Tugurejo Semarang adalah untuk meningkatkan pengetahuan serta
mengaplikasikan sistem manajemen keperawatan dalam sebuah Metode Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu mengaplikasikan prinsip manajemen keperawatan dalam sebuah Model
Praktik Keperawatan Profesional.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian situasi unit pelayanan keperawatan sebagai dasar untuk
menyusun rencana strategi dan operasional unit.
b. Menyusun rencana strategis dan rencana operasional unit pelayanan keperawatan
berdasarkan hasil kajian.
c. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan sesuai
kondisi unit (dengan metode MPKP).
d. Mengelola kelompok kerja dalam suatu metode penugasan asuhan keperawatan
professional

melalui;

pendelegasian,

sentralisasi

obat,

timbang

terima,

pengarahan, serta fungsi kontrol dan evaluasi.


C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit : Memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang
terbaik bagi pasien melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen
asuhan keperawatan profesional khususnya di ruang Dahlia 4 RSUD Tugurejo
Semarang
2. Mahasiswa : Mengaplikasikan dan meningkatkan ketrampilan dalam manajemen
keperawatan profesional
3. Perawat : Memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, antara lain;
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.

Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan

supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam
2002).
Manajemen secara umum diartikan sebagai suatu ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan Sumber Daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Muninjaya, A. A. Gde, 2010).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan serta rasa aman
nyaman baik kepada pasien, keluarga pasien, maupun masyarakat (Asmadi, 2008).
Manajemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok perawat dengan
menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk dapat memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada klien secara professional (Gillies, dalam Nursalam 2002).
Pengetahuan manajemen merupakan pengetahuan yang universal, demikian juga
pengetahuan manajemen yang ada di dalam ilmu keperawatan. Pengetahuan manajemen
keperawatan menggunakan konsep-konsep yang berlaku terhadap semua situasi
manajemen keperawatan. Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori
manajemen umum yang memprioritaskan penggunaan sumber daya manusia dan materi
secara efektif. Sejalan dengan prinsip manajemen secara umum, manajemen dalam
keperawatan juga terdiri atas input, proses dan output.
Input dari manajemen keperawatan terdiri atas tenaga keperawatan, bahan-bahan,
peralatan, bangunan fisik, klien, pengetahuan, dan keterampilan yang akan mengalami
suatu proses transformasi melalui manajemen asuhan keperawatan oleh tenaga
keperawatan sehingga dihasilkan suatu resolusi masalah keperawatan klien.
Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan oleh perawat klinis, perawat kepala,
pengawas, direktur dan tingkat eksekutif di bidang keperawatan. Tapi pada dasarnya,
prinsip manajemen yang diterapkan adalah sama. Lima elemen besar dari teori
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan
pengendalian. Seluruh aktivitas manajemen serta sumber daya yang ada bergerak secara
simultan untuk mencapai output yang diinginkan. Adapun output yang diinginkan dalam
proses manajemen keperawatan adalah resolusi masalah keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif kepada klien, keluarga, dan
2.

masyarakat. Aktifitas ini dilakukan secara mandiri dan saling ketergantungan.


Fungsi Fungsi Manajemen
Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),
pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000). Pada
dasarnya manajemen keperawatan adalah proses dimana seorang perawat menjalankan

profesi keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan


manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Berikut ini adalah pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih mendalam :
A. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Sedangkan menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa
yang dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu rencana untuk
memberikan pandangan kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
penting karena mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat atau
membantu mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Perencanaan juga dapat menolong pekerja-pekerja mencapai kepuasan dalam
bekerja.selain itu perencanaan juga membantu penggunaan waktu yang efektif.
Dalam suatu perencanaan dibutuhkan suatu pengetahuan yang mengacu kepada
proses, unsur, dan standar dari suatu perencanaan. Selain hal tersebut juga perlu
didalami ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan perencanaan
sehingga perencanaan yang akan dilakukan dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal.
Suatu perencanaan yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana,
mempunyai standar dan bersifat fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumbersumber yang tersedia lebih dahulu (Swansburg, 2000). Dengan menjalankan prinsipprinsip yang ada dalam perencanaan ini, maka diharapkan tujuan dapat tercapai
dengan efektif baik dalam penggunaan sumber daya manusia maupun sumber daya
material.
Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan
menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasiukan
data-data yang akan digunakan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dan menentukan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu
perencanaan juga membantu untuk menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan
yang mereka inginkan serta mereka butuhkan. Selain itu sumber daya yang
digunakan dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin.
Langkah planning antara lain:
a. Analisa situasi
b. Kriteria penetapan prioritas masalah
c. Menentukan tujuan program
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

Berdasarkan penjelasan tentang fungsi perencanaan, maka terdapat lima unsur


perencanaan, yaitu:
a.

Unsur tujuan.

b.

Unsur kemajuan (progress).

c.

Unsur kebijakan.

d.

Unsur program.

e.

Unsur prosedur.

B. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan
mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horisontal yang bertanggungjawab
untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000).
Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai komando,
kesatuan komando, rentang kontrol, dan spesialisasi. Prinsip rantai komando
menggunakan hubungan dalam alur yang hirarkis dalam alur autokratis dari atas
kebawah. Komunikasi terjadi sepanjang rantai komando dan cenderung satu arah.
Sedangkan dalam prinsip kesatuan komando memiliki satu pengawas, satu
pemimpin, dan satu rencana untuk kelompok aktifitas dengan objektif yang sama.
Prinsip rentang kontrol menyatakan bahwa individu harus menjadi pengawas yang
mengawasi secara efektif dalam hal jumlah, fungsi maupun geografi. Prinsip
spesialisasi menampilkan satu fungsi kepemimpinan tunggal.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang,
dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
Sehingga dengan batasan tersebut akan dapat dilihat, bahwa organisasi
mempunyai sifat :
a.

Statis : organisasi merupakan wadah kerja sama kelompok.

b.

Dinamis : organisasi sebagai proses kerja sama staf yang


berisi uraian tugas untuk mencapai tujuan.

c.

Sebagai

alat

pimpinan

bagaimana

menggunakan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.


Ada enam langkah dalam menyusun fungsi pengorganisasian;
a.

Tujuan organisasi harus diketahui oleh staf.

pemimpin

b.

Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

c.

Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang praktis


(elemen kegiatan).

d.

Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan staf dan menyediakan


fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

e.

Penugasan personil yang cakap, yaitu memilih dan menempatkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas.

f.

Mendelegasikan wewenang.
Wewenang adalah kekuasaan atau hak untuk memerintah atau meminta orang lain
berbuat sesuatu yang sesuai dengan fungsi dan kedudukan dalam organisasi

C. Fungsi Pengarahan (Actuating)


Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah pengeluaran
penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja memahami apa yang
diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat bekerja
dan berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai objektif organisasi. Pada
pengarahan yang harus dipertimbangkan adalah komunikasi dalam hubungan
interpersonal.
Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang pemimpin mendapatkan masukan
yang optimum dari bawahannya untuk kepentingan semua masalah oleh karena itu
seorang pemimpin harus benar-benar mengerti keterbatasan bawahannya.
Di dalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan adalah
tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses interpersonal dimana personil
keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg, 2000). Sebagai seorang
pemimpin dalam manajemen keperawatan, ia harus mempunyai kemampuan untuk
membujuk bawahan bersama-sama bekerja keras untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam pelayanan keperawatan.untuk mencapai hal tersebut pimpinan
keperawatan seharusnya telah dibekali ilmu dasar yang kuat tentang kebijaksanaan
organisasi, tujuan, program-program baru dan rencana untuk perubahan. Selain itu
pimpinan keperawatan juga harus mempunyai perilaku yang dapat diterima secara
sosial, kualitas personal yang dapat diterima bawahan, keterampilan dalam
memimpin, serta kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Jika semua ini ada
pada seorang pimpinan keperawatan maka pengarahan yang efektif dapat
dilaksanakan sehingga dukungan bawahan untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan pengarahan dapat dilihat dari

kesamaan komando dan terciptanya tanggung jawab bawahan secara penuh kepada
satu pimpinan.
Fungsi aktuasi memusatkan perhatian pada sumber daya manusia, sehingga ilmu
tentang perilaku manusia harus mampu dikuasai oleh pimpinan. Sikap kerja sama,
motivasi, objektifitas dan peka terhadap lingkungan harus dimiliki.
Selain itu peranan kepemimpinan (leadership) serta aspek komunikasi dalam
organisasi perlu mendapat perhatian para manajer organisasi.Agar nantinya mampu
untuk actuating (memberi bimbingan), motivating (membangkitkan motivasi),
directing (memberikan arah), influencing (mempengaruhi) dan commanding
(memberikan perintah atau komando) kepada anggota dan staf organisasi.
Tujuan fungsi aktuasi adalah;
a. Menciptakan kerja sama yang efektif dan efisien.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan mencintai pekerjaan.
d. Menciptakan suasana lingkungan yang meningkatkan motivasi dan prestasi kerja.
e. Membuat organisasi berkembang secara praktis.
D. Fungsi Pengendalian (Controling)
Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala sesuatunya
terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol dalam
Swansburg, 2000).
Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul sebaiknya satu
sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak langsung. Untuk
merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak semula. Proses pengontrolan dapat
digambarkan dengan salah satunya membuat standar bagi semua dasar-dasar
manajemen dalam istilah-istilah yang diterima serta hasil yang dapat diukur yang
ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian dan tujuan yang ditentukan.
Kontrol termasuk koordinasi sejumlah kegiatan, pembuatan keputusan yang
berhubungan dengan perencanaan dan kegiatan organisasi, serta informasi dari
pengarahan dan pengevaluasian setiap kinerja petugas. Kron dan Gray dalam
Swansburg (2000) menunjukkan bahwa kontrol menggunakan pengevaluasian dan
keteraturan. Karakteristik suatu sistem kontrol yang baik adalah harus menunjukkan
sifat dari aktivitas, melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera, memandang ke
depan, menunjukkan penerimaan pada titik-titik kritis, objektif, fleksibel,

menunjukkan pola organisasi, ekonomis, dapat dimengerti, dan menunjukkan


tindakan perbaikan.
Manajer perawat akan merealisasikan cara terbaik dalam menjamin kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan di ruangan-ruangan untuk menegakkan
filosofi, standar pelayanan, dan tujuan-tujuan.

BAB III
ANALISA MASALAH MANAJEMEN RUANG KEPERAWATAN
A. Pengkajian Perencanaan
1. Visi dan Misi Organisasi
1) Visi, Misi dan Motto RSUD Tugurejo Semarang
a. Visi
Rumah sakit prima mandiri,dan terdepan dalam pelayanan
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan secara efisien dan mengembangkan
pelayanan unggulan
2) Meningkatkan profisionalisme SDM kesehatan yang yang berdaya siaga
3) Mengembangkan sarana dan prasarana RS yang aman dan nyaman
4) Meningkatkan program pengembangan mutu pelayanan medis secara
berkesinambungan
5) Mewujudkan kemandirian melalui peninggkatan efisiensi, efektifitas dan
fleksibilitas pengelolaan keuangan
6) Menjadi pusat pendidikan kedokteran dan kesehatan lain, serta penelitian dan
pengembangan bidang kesehatan

c. Motto
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami
2) Visi, Misi, Motto dan Tujuan Ruang Dahlia4
a. Visi
Memberikan pelayanan keperawatan yang profesional
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas SDM yang terencana
2) Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standar pelayanan keperawatan
3) Meningkatkan mutu askep yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat
4) Menjadi tmpat pendidikan dan penelitian keperawatan
5) Mewujudkan sistem remunerasi berbasis kompetensi
c. Tujuan
1) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui model MKPK
2) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal
2. Filosofi Rumah Sakit
a. Sejarah rumah sakit
Rumah sakit ini terletak pada ruas jalur utama Semarang Jakarta yang merupakan
jalur utama pantai utara Jawa antara Semarang Kendal, tepatnya pada Jalan Raya Walisongo
Semarang. Secara posisi sangat strategis karena terletak pada jalur padat dengan potensi
rawan kecelakaan cukup tinggi, dikelilingi oleh lingkungan pemukiman dan perumahan yang
padat serta dilingkupi sentra industri besar antara lain ; Kawasan Industi Wijaya Kusuma,
Kawasan Industri Tugu Indah, Kawasan Industri Candi dan Kawasan Guna Mekar Industri.
RSUD Tugurejo merupakan Rumah Sakit Kelas B milik Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, yang terletak di Semarang Bagian Barat dengan kapasitas tempat tidur sejumlah 323
tempat tidur . Luas tanah 36,566 m2 , luas bangunan 15.381 m2 terdiri dari gedung rawat
jalan , gedung IGD, 8 bangsal perawatan , kamar bedah , kamar bersalin, bagian penunjang,
kantor ,auditorium dan wisma.
Melalui pendekatan mutu, RSUD Tugurejo selalu berusaha untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pelayanannya di seluruh jajaran Rumah Sakit ( Hospital Wide Quality
Improvement).
3. Perencanaan strategi Rumah Sakit
1) Rencana strategi rumah sakit jangka panjang

2) Rencana rumah sakit jangka pendek : sudah dibuatkan agenda untuk rencana
perhari, perbulan maupun pertahunnya.

B. Fungsi Pengorganisasian
a. Struktur Organisasi
Di ruang Dahlia 4 RSUD Tugurejo Semarang sudah terdapat struktur organisasi,.
Dan sudah ada bagan yang ditempel diruangan. Adapun gambaran bagan struktur
organisasi sebagai berikut :
KEPALA RUANG DAHLIA 4
Herni Andariyani, S.,Kep., NS
ADMINISTRASI
Andhika N.W,A.Md.PK

KA TIM B
Any Handayani S.Kep, Ns

KA TIM A
Retnowati S.Kep.,Ns.

PJ SHIFT

PJ SHIFT

1. Ari Yuliasih, A.,Md.,Kep


2. Citra Funky M, S,Kep., Ns

1. Umi Hania, A. Md.,Kep


2. Luluk Ustadzyah ,A. Md., kep
3. Kumala Retni I, A.Md., Keb

ANGGOTA TIM A

ANGGOTA TIM A

1. Fani Farisman, S.Kep., Ns


2. Devita Listiyo n,A.Md.Keb
3. Debby Putriandini, A.Md.Keb

4. Fani Farisman, S.Kep., Ns


5. Devita Listiyo n,A.Md.Keb
6. Debby Putriandini, A.Md.Keb
PRAMU RUANGAN
septilia

b. Uraian Tugas
Berdasarkan bagan struktur di atas, sudah terdapat jalur koordinasi yang
baku. Dan dalam pelaksanaan pembagian tugas di ruang Dahlia 4 kurang jelas
antara wakil kepala dengan ketua tim, karena wakaru bisa menjadi PP 1 dan
pelaksannaanya masih menggunakan metode fungsional akibat ketenagaan yang
masih kurang.
1) Peran manajerial kepala ruang di Ruang Dahlia 4 sudah dilaksanakan secara
baik, gaya kepemimpinan dilaksanakan dengan tipe demokrasi, peran
organizing dan actuating oleh kepala ruang sudah dilaksanakan dalam bentuk
reward yang berupa pujian dan pengaturan insentif sesuai kinerja staff, hal ini
sudah termasuk dalam punishement.
2) Kondisi lingkungan kerja di Ruang Dahlia 4 tercipta secara kondusif dan alur
komunikasi terjalin dua arah. Namun berdasarkan perbandingan (rasio) antara
tenaga keperawatan dengan jumlah pasien di Ruang dahlia 4 tidak seimbang,
sehingga beban kerja perawat sangat tinggi dan kinerja mereka kurang
maksimal.
Adapun stuktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kepala ruangan
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan
mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas Pokok :
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas :
a) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
3) Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.

3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau


tenaga lain yang akan bekerja diruang rawat.
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar.
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
6) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga
lain yang berada diwilayah tanggug jawabnya.
7) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan antara
lain melalui pertemuan ilmiah.
8) Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebuthan pasien agar tercapai pelayanan yang
optimal.
9) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain
yang diperlukan diruang rawat.
10) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
11) Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan.
12) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya,
meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan,
fasilitas yang ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di
ruangan.
13) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk
pemeriksaan

pasien

dan

mencatat

program

pengobatan,

serta

menyampikan kepada staf untuk melaksanakannya.


14) Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk
memudahkan pemberian asuhan keperawatan
15) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaanya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya.
16) Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
17) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam
batas kewenangan.
18) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.

19) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan


asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan
benar. Untuk tindakan perawatan selanjutnya.
20) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain,
seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit di
RS.
21) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberikan ketenangan
22) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
23) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian memeriksa dan
meneliti ulang saat penyajian sesuai dengan diitnya.
24) Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
25) Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat.
c) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang perawatan.
3) Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan
serta obat-obatan secara efektif dan efisien,
4) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
2. Perawat primer
a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
e) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
f) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat
g) Membuat jadwal perjanjian klinik.
h) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
i) Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
j) Mengikuti timbang terima
k) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
l) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
m)Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.

n) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh


o)
p)
q)
r)

disiplin lain maupun perawat blain.


Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
Menerima dan menyesuaikan rencana.
Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di

masyarakat.
s) Membuat jadual perjanjian klinik.
t) Mengadakan kunjungan rumah.
u) Melaksanakan sentralisasi obat.
v) Mendampingi visite.
w) Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan
perawat associate.
x) Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
3. Perawat asosiate
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan
pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Tugas Pokok:
a) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang.
1) Melaksanakan tindakan perawtan yang telah disususun.
2) Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3) Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien
pada catatan perawatan.
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
1) Pemberian obat.
2) Pemeriksaan laboratorium.
3) Persiapan klien yang akan dioperasi.
c) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual dari
klien :
1) Memelihaara kebersihan klien dan lingkungan.
2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
3) Pendekatan dengan komunkasi terapiutik.
d) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta diagnostik..
e) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
f) Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut.
g) Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara
administratif.
1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
2) Sensus harian dan formulir.
3) Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
h) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.

i) Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan


keindahan ruangan.
j) Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
k) Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan

dengan

penyakitnya.
l) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
m)Membuat laporan harian.
n) Mengikuti timbang terima.
o) Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
p) Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
q) Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer.
r) Melakukan evaluasi formatif.
s) Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
t) Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat
primer.
c. Klasifikasi pasien
Dar pihak rumah sakit pasien telah di klasifikasi dengan pemberian gelang untuk
pasien laki-laki berwarna biru dan pasien perempuan berwarna merah muda. Serta
telah di beri tanda untuk pasien dengan alergi atau resiko jatuh.
d. Ketenagaan
1. Rencana kebutuhan tenaga
Kepala Ruang mengatakan masih membutuhkan tenaga staf karena
menganggap masih kurang
2. Rekrutment
Dari pihak yang berwenang untuk mengrekrut tenaga baru melakukan sleksi
dan oreientasi ke setiap ruangan
3. Pengembangan staf
Untuk mengembangkan staf ketenagaan dari pihak rumah sakit hanya
beberapa kali melakukan semisal pelatihan dan itu juga dengan perwakilan.
4. Tenaga Keperawatan
Klasifikasi Tingkat Pendidikan
a. Tenaga Keperawatan Bulan April 2016
No
1.
2.
3.

Klasifikasi Tingkat
Pendidikan
Ners
D III Keperawatan
D III kebidanan
Jumlah

Jumlah

Status

5
6
3

1 PNS
2 PNS
a.

b. Tenaga Non Keperawatan


Klasifikasi Tenaga Non-Keperawatan Bulan April 201
No

Klasifikasi Tingkat

Jabatan

Jumlah

Pendidikan
DIII Administrasi
Jumlah

1.

Administrasi

1
1

c. Tingkat Ketergantungan Klien


Berdasarkan angket tentang tingkat ketergantungan pasien didapatkan data
sebagai berikut :
HARI
KE
3.
4.

TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN


MINIMAL
PARTIAL
TOTAL
P
S
M
P
S
M
P
S
3
3
3
17
17
17
2
2
3
3
3
17
17
17
2
2

M
2
2

d. Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat


Penghitungan Kebutuhan
Jumlah Tenaga Perawat Menurut Douglas (1984)
Klasifikasi

Kebutuhan Tenaga Perawat

Pasien
Total Care
Partial Care
Minimal

Pagi
Sore
2 x 0,36 = 0.72 2 x 0,30 = 0.6
17 x 0,27 = 4.59 17 x 0,15 = 2.55
3 x 0,17 = 0.51 3 x 0,14 = 0,42

Care
Jumlah

5.82

Malam
2 x 0,20 = 0.4
17 x 0,07 = 1.19
3 x 0,10 = 0.3

3.57

1.89

Kesimpulan Jumlah tenaga perawat

Pagi

: 6 orang

Sore

: 4 orang

Malam

: 2 orang

Jadi perawat yang dibutuhkan untuk per hari

bertugas di ruang Dahlia 4

berjumlah 12 orang.

e. Rata-Rata Penggunaan Tempat Tidur (BOR)


BOR Ruang Dahlia 4 dr. Luekmono Hadi selama 2 hari adalah:
Rata-Rata BOR Ruang Dahlia 4

No

Tanggal

Kapasitas

Jumlah

BOR

1.
2.

26.05.2015
27.05.2015

22
22

Klien
22
21

22/22 x 100= 100%


21/22 x 100= 95.5%

Rata-rata BOR tanggal 25-26 mei 2015 adalah 97.7 %


2. Sarana Prasarana (M2-Material)
a. Lokasi dan Denah Ruang Dahlia 4
Ruang Dahlia 4 merupakan salah satu ruang perawatan rawat inap untuk penyakit
dalam kelas III. Terdiri atas 4 Ruangan,1 ruangan dengan kapasitas 6 tempat
tidur. Ruang tersebut berada di lantai 4 yang berbatasan dengan;
1. Lantai 1 : Dahlia 1
2. Lantai 2 : dahlia 2
3. Lantai 3 : dahlai 3
4. Lantai 4 : dahlia 4
5. Lantai 5 : dahlia 5 (ICU)
Adapun denah lokasi Ruang Dahlia 4 adalah sebagai berikut;

13

12

11

10

14

15
1

5
6

lif

KETERANGAN
w 2
c1.
2.
3.
4.
5.

KAMAR 1
KAMAR 2
KAMAR 3
KAMAR 4
RUANG KARU

6. NURSE STATION
7. RUANG OBAT
8. RUANG ALAT
9. DAPUR
10. TEMPAT PERAWAT

11. TEMPAT IBADAH


12. GUDANG
13. KAMAR MANDI
14 WASHTAFLE
15. LINEN BERSIH

w
c

b. Fasilitas untuk Petugas Kesehatan


Fasilitas untuk petugas kesehatan meliputi;
1) Nurse Station
2) Ruang Kepala Ruang
3) Ruang Obat
4) Ruang Tindakan
5) 1 Kamar Mandi
6) Dapur, tempat ibadah dan gudang
c. Fasilitas untuk Pasien
1) Tempat Tidur
Ruang Dahlia4 terdiri atas 4 kamar dengan kapasitas 24 tempat tidur dengan
rincian sebagai berikut:
Tempat Tidur Pasien
No
1
2
3
4

Ruang
Kamar 1
Kamar 2
Kamar 3
Kamar 4
Jumlah

Jumlah tempat tidur


6
6
6
6
24

golongan
Kelas 3
Kelas 3
Kelas 3
Kelas 3

2) Fasilitas Ruangan
Setiap kamar berisi almari pasien, tempat tidur pesien, 1 Ac, 1 jam
dinding,dan 1 kursi untuk penunggu. Berdasarkan wawancara dengan sebagian
pasien dan keluarga fasilitas yang berada di ruangan untuk pasien sudah
cukup.
3) Fasilitas Tempat Obat
Fasilitas untuk obat pasien berada di ruang tersendiri jumlah loker sudah
sesuai dengan jumlah kamar pasien. Dan berdasarkan wawancara kepada
sebagian pasien dan keluarga terkait obat, mereka sudah mempercayakan
kepada perawat. Namun belum ada surat persetujuan tentang pengelolaan obat
(sentralisasi obat) antara perawat dengan pasien.
d. Peralatan Medis
Daftar Peralatan Medis Bulan April 2016
No

Nama

Jumlah

1.

EKG

2.

Nebuleizer

3.

Manometer O2

4.

Tensimeter digital/manual

5.

Stetoskop Dewasa

6.

Termometer digital/raksa

7.

Tromol Kasa

8.

Bak Instrument Sedang

9.

Bak Instrument Kecil

10.

Pinset Sirurgis

11.

Pinset Anatomis

12.

Klem

13.

Korentang

14.

Tong Spatel

15.

Irrigator

16.

Bengkok

17.

Gunting Nekrotomi

18.

WWZ

19.

Kursi Roda

20.

DARM Slang Dewasa/Anak

21.

Ambu Bag Dewasa

22.

Alat GDS

23.

Gunting Heacting Up

39.

Wendring

41.

Gunting Verban

42.

Kom

43.

Pispot

10

44.

Timbangan

45.

Trolley Emergency

46.

Urinal Plastik

47.

Tourniquet

48.

Syringe Pump

e. Peralatan Non Medis


Daftar Peralatan Non Medis Bulan April 2016

1
4/1

No

Nama

Jumlah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Tempat Tidur
Kasur atau Bed
Bantal
Meja Pasien
Sprei
Sarung Bantal
Perlak
Kursi
Standar Infus
Tabung O2 Dewasa
Tabung O2 Kecil
Ember Mandi Pasien
Gayung Mandi
Tempat Sampah Kecil
Korden Set
Troley Biasa
Troley Emergensi
Meja Panjang
Alamri Obat (kaca)
Kotak Obat (kayu)
Almari Besar
Timbangan Badan
Ac
Kulkas Besar
TV
Lampu Emergency
Batteray/ Senter
Jam dinding
Telephon
Kompor
Tabung Gas
Meja/ Kursi Kantor
Baskom
White Board

24
24
24
24
40
40
40
8
24
24
1
5
4
5
3
1
3
1
1
1
2
7
1
1
1
1
5
1
1
1
2
13
1

f. Administrasi Penunjang
1) Buku Asuhan Keperawatan
3.
a.

Metode Asuhan Keperawatan (M3-Methode)


MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional)
Model yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien secara struktur adalah menggunakan metode semi MPKP, namun dalam
pelaksanaannya masih menggunakan metode fungsional karena keterbatasan
jumlah perawat yang ada, maka sekelompok perawat professional dan associate
bekerja sebagai suatu tim, disuvervisi oleh ketua tim. Perawat ruangan setiap sift

hanya ada 3 perawat yang bertugas, kecuali pagi ada 5 orang di tambah dengan
b.

Karu dan Wakaru.


Timbang Terima
Timbang terima yang selama ini sudah dilakukan di Ruang Dahlia 4 pada
setiap pergantian shift jaga. Timbang terima dilaksanakan di samping pasien
dengan perwakilan dari salah satu anggota perawat yang dinas selanjutnya,
namun cara penyampaian isi timbang terima belum terungkap secara
komprehensif meliputi : isi timbang terima hanya terbatas pada diagnosa medis,
program kolaborasi dan anjuran dokter bukan terfokus pada permasalahan,
respons dan diagnosa keperawatan.
Timbang terima dilakukan secara lisan dan sudah didokumentasikan pada

c.

form asuhan keperawatan secara ringkas.


Ronde Keperawatan
Selama ini pelaksanaan ronde keperawatan belum pernah dilakukan karena
masih merupakan hal yang baru bagi sebagian staf keperawatan. Perawat

d.

menganggap bahwa ronde keperawatan identik dengan timbang terima.


Manajemen Pengelolaan Obat
Pengelolaan Sentralisasi Obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan di berikan pada pasien di serahkan seperlunya pada perawat.
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya di lakukan oleh perawat.
Obat pasien dari resep dokter dimintakan setiap hari. Untuk pasien BPJS
baik obat maupun Alkes dimintakan di apotek RSUD Tugugurejo Semarang resep
diantarkan oleh perawat ruangan kemudian saat mengambil bisa oleh perawat
ruangan bisa juga oleh petugas apotek. Terdapat buku serah terima dan obat yag
diterima oleh ruangan dicek kelengkapannya, selanjutnya obat oral diberikan pada
kotak obat. Penyimpanan di ruang Dahlia kurang rapi hanya diletakkan saja.
Berdasarkan wawancara kepada sebagian pasien dan keluarga didapatkan
bahwa terkait sentralisasi obat mereka cenderung tidak mempermasalahkan.
Selain itu sudah tersedianya lembar persetujuan untuk penyerahan obat antara
pasien dengan perawat.
Di ruang Dahlia RSUD Tugurejo Semarang sudah ada pemisahan antara
obat oral dengan obat injeksi, cairan infus juga sudah dipisahkan menurut merk
masing-masing cairan infus. Untuk pendistribusian obat oral ke pasien dikemas
menggunakan plastik, perawat terkadang belum memastikan apakah obat sudah

diminum atau belum. Selain itu sebagian perawat belum menjelaskan nama dan
manfaat dari obat yang diberikan kepada pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian diatas, evaluasi dari pelaksanaan sentralisasi
obat di ruang kurang optimal karena pada saat pemberian obat, perawat tidak
menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping.
e.

Dokumentasi Keperawatan
Pada form pendokumentasian asuhan keperawatan sudah mencakup seluruh
keadaan pasien yang meliputi vital sign, intake-output, tindakan keperawatan
catatan perkembangan, terapi obat oral maupun injeksi, hasil dari pemeriksaan
penunjang, terapi cairan, program terapi, diet dan lain-lain tertuang dalam satu
form pendokumentasian asuhan keperawatan. Didalam form pendokumentasian
asuhan keperawatan belum tercantum diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan dokumentasi pengkajian sudah dilakukan
persistem yang mengalami gangguan, pada analisa data

dan evaluasi sudah

terdokumentasi, sedangkan untuk pendokumentasiam diagnose keperawatan dan


intervensi keperawatan belum tercantumkan.
Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan masih banyak atau
f.

bisa dibilang sebagian belum di isi secara lengkap.


Pengelolaan Sampah Infeksius
Di ruang Dahlia 4 sudah terdapat pembagian antara sampah infeksius dan
non-infeksius, sudah terdapat jalur yang sesuai untuk pendistribusian sampah.
Sudah dioptimalkannya tempat sampah, pembuangan sampah infeksi dan non-

g.

infeksi sudah terpisah.


Pengendalian Infeksi Nosokomial
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan kepala ruang pengendalian
infeksi nosokomial di Ruang Dahlia telah dilaksanakan dengan berbagai upaya
melalui cuci tangan, penggunaan alat disposable pada masing-masing pasien dan
pemakaian hand scone. Wastafel yang sebagai tempat cuci tangan berada pada
ruang ners station. Prosedur cuci tangan 6 langkah sudah terpasang di dekat
wastafel yang digunakan sebagai pengingat. Namun ada beberapa tindakan yang
tidak dilaksanakan sesuai protap seperti saat melakukan injeksi tidak
menggunakan hand scoon, injeksi intravena tanpa menggunakan wadah tempat
menaruh spuit saat ke pasien dan dalam perawatan luka masih menggunakan alat
untuk semua pasien.

B.

Pengkajian Lanjut Askep Spesifik Fungsi Manajemen


1. M1 (Man)
Analisa SWOT Pengorganisasian Ruangan
Strength
Weakness
Opportunity
Threatened
(Kekuatan)
(Kelemahan)
(Kesempatan)
(Ancaman)
Adanya visi misi Visi misii ruangan Adanya waaktu Banyak anggota staf
ruangan

belum tertera di

untuk

ruangan yang tidak

ruangan

menyampaikan

mengetahui adanya

visi

visi misi ruangan di

Visi misi ruangan

misi

baik

dengan

Dahlia 4

masih

menyampaikan

menggunakan visi

secara

misi yang lama

atau

langsung
dengan

memaparkan

di

ruangan

Masalah Pengorganisasian Ruangan;


a. Belum ada bagan struktur penanggung jawab tiap ruangan pasien.
b. Perawat associate belum mengetahui bagaimana pembagian tugasnya.
Intervensi;
a. Menyampaikan kepada staf perawat lainnya tentang visi misi ruangan
b. Memberikan tugas kepada staf tenaga untuk memahami isi dari visi misi ruangan
c. Buat dan terterakan visi misi ruangan di ruangan
2. M3 (Methode)
a) Pengelolaan Sampah Infeksius
Analisa SWOT Pengelolaan Sampah Infeksius
Strength
(Kekuatan)
Adanya

Weakness
Opportunity
(Kelemahan)
(Kesempatan)
Belum jelasnya alur Memudahkan

Threatened
(Ancaman)
Meningkatkan

pemisahan

dalam

pengelolaan limbah

resiko terjadinya

antara sampah

pendistribusian

rumah sakit

penyalahgunaan

infeksisus dan

sampah

sampah medis;

non infeksius

jarum suntik, hand


scone , ampul, vial,
Meminimalkan
terjadinya resiko cedera

Adanya sarana

Kurang optimalnya

plabot.
Dapat mencederai

prasarana untuk

tempat sampah

bila terkena sampah

sampah

sesuai dengan

kaca dan jarum

jenisnya

suntik

Kurangnya fasilitas
tempat sampah di
masing masing
ruangan

Masalah Pengelolaan Sampah Infeksius;


a. Kurang optimalnya fungsi tempat sampah medis dan non medis
b. Belum jelasnya alur dalam pengklasifikasian sampah
Intervensi;
a. Optimalkan penggunaan tempat sampah
b. Membuat tempat sampah untuk ampul dan vial
c. Beri label pengelompokkan jenis-jenis sampah

b) Pengendalian Infeksi Nosokomial


Analisa SWOT Pengendalian infeksi nosokomial
Strength
(Kekuatan)
Adanya

Weakness
(Kelemahan)
Pada masing-

handscrub

masing kamar

dan panduan

pasien tidak ada

cara mencuci

handcsrub dan

tangan

panduan cuci

Adanya
tempat
desinfektan
untuk
termometer

tangan
Kurang
optimalnya
penggunaan
termometer

Opportunity
Threatened
(Kesempatan)
(Ancaman)
Melindungi diri dari Terkena infeksi
infeksi nosokomial

nosokomial

Penyebaran
Menghindari
penyebaran infeksi
nosokomial

infeksi
nosokomial
meluas

tanpa di
desinfektan

Masalah :
b. Kurang optimalnya pengendalian infeksi nosokomial
Intervensi :
a.
b.
c.
d.

Upayakan menggunakan APD


Mengoptimalkan penggunaan desinfektan untuk membersihkan termometer
Membuat tempat untuk desinfektan untuk membersihkan termometer
Anjurkan penyediaan handscrub pada masing-masing ruangan beserta panduan
pemakaian cara cuci tangan.

FISHBONE
Material:
- Visi dan misi ruangan
tidak tertera di
ruangan

Man :
- Perawat associate ada
yang
belum
mengetahui
adanya
visi dan misi di
ruangan
Belum
sepenuhnya
staf perawat
mengetahui
adanya visi
misi di ruangan

Methode :

Material:
-

Keterbatasan tempat
sampah
Tempat sampah masih
digabung

- Pemaparan visi misi


belum disampaikan

Man:
-

Tidak adanya kesadaran


perawat untuk
mengklasifikasikan
jenis sampah
Resiko
tinggi
cedera

Metode:
-

Pengelolaan limbah
belum sesuai

Material:
-

Man:

Tersedianya
desinfektan tapi tidak
di aplikasikan

- Perawat tidak melakukan


desinfektan pada
termometer

Resiko
tinggi INOS

Methode:
- Kurang
pengendalian
nosokomial

A. PERUMUSAN MASALAH

optimalnya
infeksi

Berdasarkan analisa SWOT, maka masalah yang timbul antara lain;


a. Belum tercantumnya visi misi di ruangan Dahlia 4
b. Perawat associate banyak yang tidak mengetahui tentang keberadaan visi dan misi
ruangan
c. Kurang optimalnya fungsi tempat sampah medis dan non medis
d. Belum jelasnya alur dalam pengklasifikasian sampah
e. Kurang optimalnya pengendalian infeksi nosokomial

Prioritas Masalah:
Prioritas Masalah
N

Masalah

Prioritas Masalah
P S R P D T
P

I
1.

Belum tercantumnya visi misi


di ruangan Dahlia 4

2.

Perawat
yang

associate
tidak

banyak

mengetahui

tentang keberadaan visi dan


misi ruangan
3.

Kurang

optimalnya

fungsi

tempat sampah medis dan non


medis
4.

Belum jelasnya alur dalam


pengklasifikasian sampah

C U e

Jumlah
R
IxTxR

Prioritas

5.

Kurang

optimalnya

pengendalian

infeksi

nosokomial
Keterangan :
1. Impoertancy (I) atau pentingnya masalah
Prevalency (P)
: masalah lebih banyak serius
Secerity (S)
: akibat yang ditimbulkan apabila tidak ditangani.
Rate of Increase (RI) : angaka kenaikan
Public concern (PC)
: perhatian masyarakat
Degree of Unmeetneeds(DU) : tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic Climate (PC)
: Politic Climate
2. Technology (T)
: Tehnologi yang tersedia
3. Resource (R)
: sumber daya yang tersedia (manusia,dana,alat,dll)
Sakal Nilai
: 1-5

Identifikasi Masalah dan Analisa Data


NO
1.

DATA FOKUS
Wawancara :
Berdasarkan hasil wawancara dengan Karu,
Karu mengatakan bahwa telah ada visi dan misi
ruangan telah ada namun masih visi dan misi yang
dulu

MASALAH
a. Belum ada bagan visi
misi yang tercantum
b. Perawat
associate
banyak

yang

mengetahui

tidak
tentang

adanya visi dan misi


Observasi :

ruangan

Dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa perawat


associet banyak yang tidak tahu tentang adanya visi
dan misi di ruangan
a. Kurang
Wawancara :
2

Hasil wawancara dengan karu didapatkan hasil


bahwa belum jelasnya alur dalam pendistribusian
sampah.
Kurang optimalnya tempat sampah sesuai dengan
jenisnya

optimalnya

fungsi tempat sampah


medis dan non medis
b. Belum jelasnya alur
dalam
pengklasifikasian
sampah

Observasi :
Hasil observasi didapatkan penyalahgunaan sampah
medis; jarum suntik, hand scone , ampul, vial, plabot
yang masih tercampur dalam satu tempat sampah
a. Kurang
3

optimalnya

Wawancara :

pengendalian

Hasil wawancara dengan karu didapatkan hasil

nosokomial

infeksi

bahwa pada masing-masing kamar pasien tidak ada


handcsrub dan panduan cuci tangan.
Kurang optimalnya penggunaan termometer tanpa
di desinfektan.
Observasi :
Hasil observasi didapatkan bahwa setiap selesai
tindakan perawat selalu cuci tangan. Terdapat
handwash dan handscrub pada ners station tapi tidak
ada pada setiap ruangan.
Perawat tidak melakukan desinfektan pada
termometer

B. Planning Of Action (POA)


1. Pengorganisasian Ruangan
POA Masalah Sarana Prasarana Ruangan
Masalah
a. Belum

Rencana
Tindakan
ada a. Membuat visi

Tujuan

Sasara

Tempat

a. Memperjelas

n
Kepala

Ruang

ruang

Dahlia 4

bagan

visi

dan

misi

tentang adanya

dan

misi

ruangan

yang

visi dan misi

yang

baru

baru

serta

ruangan
b. Tenaga staf di

Waktu

PJ

21 april Kepala
2016

ruang

dan

memaparkan

tercantum di
ruangan
b. Perawat

ruangan

kepada ruangan
b. Menyampaikan

tentang adanya
visi dan misi

kepada perawat

associate

asociet atau staf

banyak yang

diruangan

belum

tentang adanya

mengetahui

visi

adanya

visi

ruangan

dan

misi

dan

tahu

di ruangan

misi

c.

ruangan

2. Pengelolaan Sampah Infeksius


POA Masalah Pengelolaan Sampah Infeksius
Masalah

Rencana

Tujuan

Tindakan
a. Mengoptimal a. Mengoptima

a. Kurang

Sasaran

Tempat

Waktu

PJ

Perawat

Ruang

21 april

Bidang

Dahlia 4

2016

optimalnya

kan

lkan tempat

ruangan,

fungsi tempat

penggunaan

sampah yang

pasien dan

sampah medis

tempat

dan non medis


b. Belum
jelasnya

alur

sampah
b. Membuat

tersedia
b. Mengurangi
dan menekan

tempat

terjadinya

dalam

sampah

resiko cedera

pengklasifikas

untuk ampul

ian sampah

dan vial
c. Beri
label
pengelompok
kan

jenis-

jenis sampah

pengunjung

keperawata
n

3. Pengendalian Infeksi Nosokomial


POA Masalah pengendalian infeksi nosokomial
Masalah
Kurang
optimalnya
pengendalian
infeksi
nosokomial

Rencana

Tujuan

Tindakan
a. Upayakan
menggunaka
n APD
b. Mengoptimal
kan
penggunaan

a. Mengoptim
alkan

Tempat

Waktu

PJ

Perawat

Ruang

21 april

Kepala

di

Dahlia 4

2016

ruang

pengendalia ruangan
n infeksi
nosokomia
b. Mengurang

desinfektan

i dan

untuk

menekan

membersihka

terjadinya

n termometer
c. Membuat

Sasaran

infeksi
nosokomial

tempat untuk
desinfektan
untuk
membersihka
n termometer
d. Anjurkan
penyediaan
handscrub
pada masingmasing
ruangan
beserta
panduan
pemakaian
cara

cuci

tangan.
BAB IV

PENUTUP
1)

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian di ruang Ruang Dahlia 4 RSUD Tugurejo Semarang
ditemukan masalah sebagai berikut:
a. Belum ada bagan visi dan misi di ruangan
b. Perawat associate belum mengetahui tentang adanya visi dan misi ruangan
c. Kurang optimalnya fungsi tempat sampah medis dan non medis
d. Belum jelasnya alur dalam pengklasifikasian sampah

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Gillies, D.A. 2008. Nursing Management: A System Approach. (3rded). Philadelphia: WB
Saunders.
Muninjaya, A. A. Gde, 2010. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Swansburg.R.C.,& Swansburg R.J. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta : EGC.

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN


DIRUANG DAHLIA 4
RSUD TUGUREJO SEMARANG

DISUSUN OLEH :
EMA ATMAWATI
LUSIYANI
SANDI YUDHA SATYA A.P
MAEZUL SOFIANDI
SITI RIFAAH ISNANIYAH

PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016

Anda mungkin juga menyukai