Anda di halaman 1dari 43

PRESENTASI KASUS

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA HARGA DIRI RENDAH


DIRUANG PUNTADEWA (P1) RUMAH SAKIT JIWA
Prof.dr.SOEROJO MAGELANG

OLEH :

ABI YAZID AL BASTOMI

AGUNG RISWANTO

AHMAD YUDHA THAMA

NAJMIL IZZA

AGUNG NUGROHO

WANDRIA ROBI ARDI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN 2016

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam
Fitria, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 2005).
Komponen Konsep Diri terdiri atas :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu
yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi
masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 2005).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 2005). Sering juga disebut bahwa ideal diri
sama dengan cita cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 2005). Pembentukan identitas
dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja

d. Peran Diri (Self Role)


Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran
yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan.
Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu
(Stuart & Sundeen, 2005).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga
(Stuart & Sundeen, 2005).
B. Jenis
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama

C. Tanda dan Gejala


1. Data subbyektif
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain

c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain


2. Data obyektif
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat ( 2001 ), yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
b.
c.
d.
e.

penyakit.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
Gangguan hubungan social (menarik diri).
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya).

Menurut Stuart & Sundeen (2002), perilaku klien HDR menunjukkan tandatanda sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

Produktivitas menurun.
Mengkritik diri sendiri dan orang lain.\
Destruktif yang diarahkan pada orang lain
Gangguan dalam berhubungan.
Perasaan tidak mampu.
Rasa bersalah.
Mudah tersinggung.
Perasaan negative terhadap tubuhnya sendiri.
Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
Pandangan hidup yang pesimis.
Keluhan fisik.
Pandangan hidup yang bertentangan.
Penolakan terhadap kemampuan personal.
Destruktif terhadap diri sendiri.
Menolak diri secara social.
Penyalahgunaan obat.
Menarik diri dan realitas.
Khawatir.
Akibat harga diri rendah yang berkepanjangan (kronis), klien akan
mengisolasi diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.

D. Penyebab
Harga diri rendah dapat terjadi secara :

1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,


kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.

Factor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realitas, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
1. Perkembangan individu yang meliputi :
a. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal
pula untuk mencintai orang lain.
b. Kurangnya pujian dan kurangnya

pengakuan

dari

orang

orang tuanya atau orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang
bersangkutan.

c. Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua
atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
d. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
2. Ideal diri
a. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
c. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri
rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Faktor
presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
a. Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba tiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
pemerkosaan atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan rendanya harga
diri seseorang di karenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
menghargai klien dan keluarga.
b. Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum

dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan


menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi diatas apabila telah
mempengaruhi seseorang baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak,
maka dianggap telah mempengaruhi koping individu tersebut sehingga
menjdai tidak efektif (mekanisme koping tidak efektif). Bila kondisi klien
dibiarkan tanpa adanya intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi
dimana klien tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang lain
(isolaasi sosial). Klien yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien
asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko
perilaku kekerasan.

E. Akibat
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksi sosial : menarik diri, dan memicu munculnya perilaku
kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Isolasi social merupakan suatu keadaan dimana individu dan kelompok
mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk melakukan kontak.
F. Psikopatologi
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan
dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor
pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender,
tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi

identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok


sebaya, dan perubahan struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya
harga diri rendah meliputi trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis
atau menyaksika kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan peran
beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat
melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman
tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman
itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan
mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan
diri dengan kenyataan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan
yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri
rendah yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, rasa bersalah,
ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, adanya keluhan
fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara
realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen,
2005, hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara
intensif akan menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga),
perubahan interaksi sosial (menarik diri) dan resiko terjadi amuk.
G. Diagnose keperawatan utama

Harga Diri Rendah

H. Fokus intervensi keperawatan


1. Mandiri
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
No.
1

DX KEP
PASIEN
Harga Diri SP I (p)
Rendah

KELUARGA
SP I (k)

1. Mengidentifikasi
kemampuan
positif

1. Mendiskusikan

dan

yang

aspek
dimiliki

pasien.

masaalah yang
dirasakan

keluarga

dalam merawat pasien.

2. Membantu pasien menilai

2. Menjelaskan

kemampuan yang masih

pengertian, tanda, dan

dapat digunakan.

gejala

harga

diri

3. Membantu pasien memilih

rendah yang dialami

kegiatan yang akan dilatih

pasien beserta proses

sesuai dengan kemampuan

terjadinya.

4. Melatih

pasien

sesuai

3. Menjelaskan cara-cara

dengan kemamppuan yang

merawat pasien harga

dipilih.

diri rendah.

5. Memberikan pujian yang


wajar

terhadap

keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan

pasien

memasukkannya

dalam

jadwal kegiatan harian


SP II (P)

SP II (K)

1. Mengevaluasi

jadwal

kegiatan harian pasien.


2. Melatih

kemampuan

kedua.

1. Melatih

keluarga

mempraktekkan

cara

merawat pasien dengan


harga diri rendah.

3. Menganjurkan

pasien

2. Melatih

keluarga

memasukkannya kedalam

melakukancara

jadwal kegiatan harian.

merawat
kepada

langsung
pasien

harga

diri rendah
SP III (p)
1. Mengevaluasi

SP III (k)
jadwal

kegiatan harian pasien.


2. Melatih

kemampuan

ketiga.
3. Menganjurkan

1. Membantu
membuat
aktivitas

keluarga
jadwal
dirumah

termasuk minum obat.


pasien

memasukkannya kedalam

2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang.

jadwal harian.
2. Modalitas
a. Therapy Modalitas
Therapi modalitas atau perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.

Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk


meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan
latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif atau persepsi, therapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy
aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari empat jenis
therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada
individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat,2005).
3. Kolaboratif
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat.
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
4) Tidak menyebabkan kantuk
5) Memperbaiki pola tidur
6) Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang


hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine,
dan aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya
ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)

STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )

Masalah Utama

: Harga Diri Rendah

Pertemuan

: Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawtan

1. Kondisi
Ds
: Klien mengatakan malu dan tak berguna, Klien sering mengatakan
Do

dirinya tidak mampu melakukan sesuatu,


: Klien kelihatan sering menyendiri, Klien lebih banyak diam,

Selama berkomunikasi kontak mata kurang.


2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan Umum
Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
4. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yang

dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
d. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
yang dimilikinya
5. Intervensi keperawatan
SP I (P)
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan
d. Melatih pasien sesuai dengan kemamppuan yang dipilih
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien

f. Menganjurkan pasien memasukkannya dalam jadwal kegiatan harian


SP II (P)
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan kedua
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
SP III (P)
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih kemampuan ketiga
c. Menganjurkan pasien memasukkannya kedalam jadwal harian
B. Tindakan
1. BHSP, salam terapeutik, perkenalkan diri dengan
sopan, jelaskan tujuan interaksi, ciptaan lingkungan
yang tenang dan buat kontrak yang jelas ( waktu,
tempat, topic ).
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4. Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah
seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta
mampu menolong dirinya sendiri.

C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP )


SP 1 PASIEN :
Pasien mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu
pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian

A. Orientasi :
Selamat pagi, bagaimana keadaan X hari ini ? X terlihat segar.perkenalkan
nama saya Najmil Izza mahasiswa STIKES NGUDI WALUYO , saya suka
dipanggil Izza.
Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah X lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat X dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih
Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau 20 menit ?

Kerja :
apa saja kemampuan yang X dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa

X lakukan? Bagaimana

dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst. Wah,


bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang X miliki .
X, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali
ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
Sekarang, coba X pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini. O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur X . Mari kita
lihat tempat tidur X. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?

Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus !
X sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus
Coba X lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau X lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.

B. Terminasi :
Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan
tempat tidur ? Yach,

X ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat

dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang
sudah X praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian X. Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00
Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. X masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya

SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
A. Orientasi :
Selamat pagi, bagaimana perasaan X pagi ini ? Wah, tampak cerah
Bagaimana X , sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu X?
Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur
Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!
B. Kerja :
X, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas., X bisa menggunakan air yang mengalir dari
kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisamakanan.
Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya
Setelah semuanya perlengkapan tersedia, X ambil satu piring kotor, lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian X bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan
air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah
itu X bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai

Sekarang coba X yang melakukan


Bagus sekali, X dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

C. Terminasi :
Bagaimana perasaan X setelah latihan cuci piring ?
Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari
X. Mau berapa kali X mencuci piring? Bagus sekali X mencuci piring tiga
kali setelah makan.
Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan mengepel
Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa
Latihan dapat dilanjutkan untuk

kemampuan lain sampai semua

kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah


harga diri pasien.
1.

Tindakan keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien

2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih


dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.

b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada
pasien.
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya.
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat
demonstrasikan sebelumnya.
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

SP 1 KELUARGA
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan

cara

merawat

pasien

dengan

harga

diri

rendah,

mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan


memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.

A. Orientasi :

Selamat pagi !perkenalkan nama saya Najmil Izza yang merawat pasien X .
Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?
Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat X?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!
B. Kerja :
Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah X
Ya memang benar sekali Pak/Bu, X itu memang terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada
X, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang
paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini
terus menerus seperti itu, X bisa mengalami masalah yang lebih berat
lagi, misalnya X jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri
Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?
Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti
Setelah kita mengerti bahwa masalah X dapat menjadi masalah

serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk X


Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki X? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan X).
X itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu,
Bapak/Ibu dapat mengingatkan X untuk melakukan kegiatan tersebut
sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya bapak/ibu. Dan
jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak
pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya.
Selain itu, bila X sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap perlu memantau perkembangan X. Jika masalah harga dirinya
kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa
X ke puskesmas
Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan
pujian kepada X
Temui X dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali X, kamu sudah semakin
terampil mencuci piring

Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus

C. Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?
Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi X
dan bagaimana cara merawatnya?
Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap
kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga
demikian.
Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan cara memberi pujian langsung kepada X
Jam berapa Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.
SP 2 Keluarga :Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

A. Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?
Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak Bapak Ibu seperti

yang kita pelajari dua hari yang lalu?


Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada X.
Waktunya 20 menit.
Sekarang mari kita temui X

B. Kerja:
Selamat pagi X. Bagaimana perasaan X hari ini?
Hari ini saya datang bersama orang tua X. Seperti yang sudah
saya katakan sebelumnya, orang tua X juga ingin merawat X agar
X cepat pulih.
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
Nah baak/ibu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang
sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian
terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
Bagaimana perasaan X setelah berbincang-bincang dengan
Orang tua X?
Baiklah, sekarang saya dan orang tua X ke ruang perawat dulu

(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan


terminasi dengan keluarga)
C. Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?
Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat
tadi kepada X
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan
pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita
pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang
Sampai jumpa

1. SP 3 KELUARGA : Membuat
perencanaan

pulang

keluarga

A. Orientasi:
Selamat pagi bapak/ibu
Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan

bersama

membicarakan jadwal X selama di rumah


Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
B. Kerja:
Bapak/ibu ini jadwal kegiatan X selama di rumah sakit. Coba
diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di
rumah?bapak/ibu, jadwal yang telah dibuat selama X dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan
maupun jadwal minum obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh X selama di rumah. Misalnya kalau X terus
menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap
diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi lagi maka bawa
segera ke Rs untuk pengobatan lanjut
Selanjutnya perawat Y tersebut yang akan memantau
perkembangan X selama di rumah
C. Terminasi:
Bagaimana bapak/ibu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
harian . Ini surat rujukan untuk perawat Y di PKM Inderapuri.
Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala

yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!

DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Stuart GW, Sundeen SJ. 2005. Buku saku keperawatan jiwa. EGC : Jakarta.
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

BAB II
TINJAUAN KASUS

I.

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. PASIEN
Nama
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal masuk
Diagnose medis
Diagnose keperawatan
2. Penanggung jawab

: Tn. S
: 21-07-1987
: laki-laki
:Pituruh Purworjo
: Islam
: SD
: Pengangguran
: 24-05-2016
: f. 20.1
Skizofrenia Hebefrenik
: Harga Diri Rendah

Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan pasien

: Tn. S
: 36 tahun
: Swasta
:Pituruh Purworjo
: kakak

B. Alasan masuk rumah sakit


Keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa tidur 3 hari yang
lalu,emosi tidak stabil,suka marah- marah.
Factor predisposisi
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah
dirawat sebanyak dua kali di rumah sakit prof.dr Soerojo, pengobatan
klien dahulu gagal kemudian klien dibawa kerumah sakit jiwa
sekarang. Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita
gangguan jiwa, klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma
fisik, penganiyayaan maupun kekerasan.
Riwayat tumbuh kembang klien : klien mengatakan bahwa tidak
pernah mengalami kejang saat kecil ataupun penganiayaan fisik serta
trauma kepala.
Faktor presipitasi
Pasien menggatakan awalnya pasien sudah sembuh, pasien di bawa
kerumah sakit jiwa disebabkan karena pasien tidak minum obat selama
tiga hari.
C. Pengkajian fisik :
TD
: 1100/70
Nadi
: 88x / menit
Suhu
: 36,5derajat Celsius
Pernafasan
: 20x/permenit
Keluhan fisik : klien mengatakan tidak ada keluhan fisik

D. Pengkajian psikososial

Garis Hubungan
: laki-laki
: perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah

Penjelasan :
Klien mengatakan anak ke dua

dari delapan

bersaudara, klien

mengatakan paling dekat dengan adik laki-laki. Didalam keluarga klien


mengatakan ibu sebagai pengambil di keputusan, namun sekarang di gantikan
oleh kakak sebagai pengambil keputusan di rumah. Saat klien mengalami
masalah klien lebih banyak memendam apa yang dirasakan dan tidak mau
bercerita dengan orang tua atau orang lain dalam lingkungan keluarga.
2. KONSEP DIRI
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bahwa klien menyukai seluruh bagian tubuhnya, klien
mengatakan bahwa anggota tubuhnya masih bisa digunakan.
b. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa klien adalah seorang laki-laki berumur 33 tahun,
status pasien belum menikah, pasien tidak puas dengan kondisinya
sekarang. Pasien merasa malu karna dengan usia yang sudah dewasa
belum menikah.
c. Peran diri
Pasien mengatakan berperan sebagai anak dari delapan bersaudara. Pasien
belum merasa puas sebagai seorang anak, karena pasien belum bisa
menjalankan tugas sebagai seorang anak, seperti membahagiakan orang
tua, dan membantu saudara.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan ingin segera sembuh. Klien
mengatakan bosan dengan keadaannya saat ini.
e. Harga diri
Pasien mengatakan merasa bersalah akan kondisinya sekarang yang belum
bisa membahagiakan keluarga, serta membantu keluarga selayaknya
sebagai seorang anak, serta mempunyai rasa minder sejak kecil. pasien

merasa putus asa karena dirinya belum bisa bekerja, dan pasien merasa
dirinya hanya merepotkan dalam keluarga. Pasien merasa malu bahwa
dirinya belum menikah. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna
dikeluarga dan masyarakat, malu berbaur dengan masyarakat karena
keterbatasan ekonomi dan kemampuan dalam bermasyarakat
3. HUBUNGAN SOSIAL
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah ibuknya, pasien lebih sering
menggungkapkan perasaan nya erhadap ibuknya. Klien mengatakan dirinya
tidak diterimadi masyarakat karena keadaannya yang seperti sekarang tidak
bekerja dan belum berkeluarga.Klien mengatakan

malu berbaur dengan

masyarakat karena keterbatasan kemampuan dalam bermasyarakat karena


keterbatasan ekonomi, klien lebih suka di rumah dan menyendiri. Klien
selama dirumah sakit lebih senag menyendiri dan sosialisasi di rumah sakit
hanya saat kegiatan saja. Pasien tampak menyendiri, dan tidak berkomunikasi
dengan orang lain.
Klien mengatakan orang tuanya sangat berarti di dalam kehidupannya,
semenjak orang tua meninggal klien seperti kehilangan arah tujuan hidup dan
sering melamun, klien mengatakan sangat jarang bergaul dengan orang lain
selain orang rumah.
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegitan dalam kelompok
masyarakat.

4. SPIRITUAL
a. Nilai dan Keyakinan
Pasien beragama islam, bagi pasien dengan kondisinyasaat ini pasien
sedang diberi cobaan.
b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan pasien beribadah 5 waktu.
E. STATUS MENTAL
1. PENAMPILAN

klien tampak kurang rapi rapi , rambut acak-acakan, klien mampu mandi dan
berpakaian sendiri klien mengatakan mandi dan tampak mampu melakukan
aktivitas personal higine secara mandiri, tetapi masih tampak kuku kurang
bersih , wajah kusam.
2. PEMBICARAAN
Pembicaraan pasien lambat, bicara sepenuhnya, klien tidak mampu memulai
pembicaraan, dan mengembangkan pembicaraan. Pembeciraan pasien kurang
jelas, bicara pasien singkat. Klien tampak lambat mengungkapkan perasaan
yang sedang dirasakan.
3. AKTIVITAS MOTORIK
Klien tampak gelisah.Klien tampak tegang , dan wajah tegang.Klien tidak
mampu focus.
4. ALAM PERASAAN
Klien terlihat sedih, pasien mengatakan sudah putus asa akan keadaan dirinya
saat ini.
5. AFEK
Afek klien datar. Karrena pasien tidak respon terhadap stimulus.
6. INTERAKSI SELAMA WAWANCARA
Selama wawancara pasien tidak kooperatif, pasien menjawab sekata dua
kata,kontak mata dengan klien belum terjalin, klien tampak menunduk saat
diajak berbicara, mata klien tidak bisa focus, klien masih melirik kanan dan
kiri ,klien tampak takut untuk mengungkapkan perasaaannya.
7. PERSEPSI
Sdr S menggatakan tidak mendengar, melihat dan merasakan sesuatu yang
aneh.
8. PROSES PIKIR
Saat berbicara dengan klien , klien sering bloking pembicaraan, selama
perbincangan berlangsung klien sering terdiam dan tidak mampu memulai
pembicaraan kembali.
9. ISI PIKIR
Tidak ada gangguan proses pikir hal ini ditandai dengan pemikiran pasien
tidak mencerminkan salah satu dari gangguan fikir
10. TINGKAT KESADARAN
Pasien mengetahui sedang di RSJ Magelang, pasien tahu sekarang tanggal
berapa, pasien juga mengetahui tanggal lahir serta alamat rumahnya.

11. MEMORI
Pasien tidak mengalami gangguan dalam memori, seperti memori gangguan
jangka panjang, jangka pendek dan memori saat ini. Dibuktikan dengan
pasien dapat mengginggat kejadian tiga bulan yang lalu, dan pasien dapat
menggingat apa yang diajarkan tadi pagi.
12. TINGKAT KONSENTRASI DAN BERHITUNG
Saat ini pasien tidak mampu berkonsentrasi, saat diskusi pasien minta agar
pertanyaannya diulang dan tidak dapat menjelaskan kembai.
13. KEMAMPUAN PENILAIAN
Klien belum mampu mengambil keputusan sendiri, klien masih dibimbing
untuk pengambilan keputusan seperti mandi sebelum makan, makan di meja
makan dan duduk di kursi.
14. DATA TILIK DIRI
Klien mengakui bahwa dirinya sedang sakit, klien mengatakan inginsegera
pulang dan cepat sembuh
Tilik diri klien positif.
F. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan/minum
Klien mengatakan makan dengan nasi, lauk dan sayur. Klien mampu makan
dan minum sendiri namun harus diarahkan dan dibimbing terlebih dahulu.
2. BAB / BAK
Klien mampu BAB dan BAK secara mandiri. Klien mengatakan mencuci
tangan setelah datang dari kamar mandi.
3. Mandi
Pasien mampu mandi secara mandiri, pasien mandi 2x sehari. Pasien mandi
menggunakan sabun mandi dan gosok gigi dengan pasta gigi, pasien setiap
pagi kramas dengan menggunakan sampo.
4. Berpakaian
Klien mampu memakai baju sendiri,klien belum mampu merapikan pakain
yang digunakan.
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur siang kurang lebih 2 jam, dan malam memulai tidur
jm 10 dan bangun jam lima pagi.
Klien mengatakan tidur tidak tenang dan sulit mengawali tidur.
6. Penggunaan obat

Klien mengatakan taat munum obat bila disuruh, klien tidak mengalami
alergi pada obat yang dimunum.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien masih diberi perawatan di rumah sakit , ruang puntadewa

agar

masalah klien teratasi , kesembuhan klien dapat didukung oleh keluaga


klien.
8. Kegiatan didalam rumah
Klien tidak memiliki kegiatan apapun didalam rumah, kadang hanya
mengobrol dengan adik atau keponakan.
9. Kegiatan diluar rumah
Klien biasanya kesawah untuk membantu pekerjaan adiknya.
G. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika ada malasah yang sedang dirasakan klien jarang
bercerita dengan keluarga atau orang lain. Jika dalam keluarga ada masalah
klien tidak dilibatkan dalam pengambilan keutusan, semua keputusan di ambil
oleh kakaknya.
H. Masalah psikososial
a. Dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kelompok masyaraat hanya
klien malu untuk bergaul dan berbaur dengan masyarakat
b. Masalah yang berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan bahwa sangat bosan dengan situasi rumah
Klien bosan dengan pekerjaannya kadang menganggur atau hanya
sebagai petani yang berpenghasilan kurang
c. Masalah pendidikan
Klien mengatakan hanya bersekolah sampai SD , klien putus sekolah
karena keterbatasan biaya.
d. Masalah pekerjaan
Klien mengatakan bahwa klien tidak puas dengan pekerjaannya
Klien mengatakan pekerjaannya sebagai penggangguran tidak dapat
mencukupi kebutuhan keluarga.Klien mengatakn jenuh dengan keadaan
rumahnya.
e. Masalah ekonomi
Klien mengatakan tidak memiliki penghasilan, Klien
saudara.
I. Pengetahuan

masih dibiayai

Keluarga mengetahui jika klien menderita gangguan jiwa. Keluarga belum


mampu melaksanakan mekanisme koping untuk mendukung kesembuhan klien.
J. Aspek medic
Diagnose medic : f. 20. 1
Terapi medic :
1. Injeksi Lodomer
2. Injeksi Deazepam
3. Clozapine 100 mgx 2
A. ANALISA DATA
NO
1.

DATA
DS
-

MASALAH
Gangguan Harga
Klien mengatakan bahwa dirinya
tidak

berguna

dikeluarga

masyarakat.
Klien mengatakan
dengan
keterbatasan

Rendah

dan

malu berbaur

masyarakat

karena

ekonomi

dan

kemampuan dalam bermasyarakat


Klien mengatakan kecewa pada diri

sendiri
Pasien menggatakan

rasa minder dari sejak kecil


klien mengatakan lebih

mempunyai
suka

menyendiri di rumah
DO :.
-

Selama wawancara pasien tidak


kooperatif, saat diajak bicara kontak

mata kurang.
Klien menunduk ketika diajak
bicara

2.

DS:

Isolasi sosial

Diri

Pasien menggatakan lebih nyaman

menyendiri
Klien mengatakan
dengan

malu berbaur

masyarakat

keterbatasan

karena

kemampuan

dalam

bermasyarakat, klien lebih suka di


-

rumah dan menyendiri.


Klien mengatakan selama dirumah
sakit lebih senag menyendiri dan
sosialisasi di rumah sakit hanya saat

kegiatan saja.
Pasien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegitan dalam kelompok
masyarakat.

DO
-

Pasien tampak menyendiri,

dan

tidak berkomunikasi dengan orang


-

lain.
Klien

mau

mengikuti

kegiatan

dirumah sakit dengan motivasi dan


bimbingan dari perawat
.
3.

Resiko Perilaku Kekerasan


DS :
-

Klien mengatakan bahwa sering

marah-marah dirumah
Klien
mengatakan

pernah

mengamuk di rumah.
DO :
-

Klien tampak tegang , nada kurang

jelas, bicara singkat dan wajah


-

tegang.
Klien sering melamun

Klien tidak mampu focus


-

Emosi pasien tampak tidak stabil

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial menarik diri
3. Resiko Perilaku Kekerasan

IMPLEMENTASI
NO
1

IMPLEMENTASI
EVALUASI
DATA :
S:
DS
- Klien
mengatakan
- Klien mengatakan
senang setelah diajarkan
bahwa dirinya tidak
latihan menyuci piring.
berguna dikeluarga
- Klien
mengatakan
-

dan masyarakat.
Klien mengatakan
malu

lagi dengan orang lain

berbaur O:

dengan masyarakat
karena keterbatasan
ekonomi

dirinya sudah tidak malu

dan

Klien

dapat

mengidentifikasi
kemampuan
positif:

klien

aspek
mampu

kemampuan
-

pada

secara mandiri.
Kontak
mata

kurang
Klien

menunduk
Klien bicara kurang jelas

diri

sendiri
Klien menggatakan
mempunyai

rasa

minder dari sejak

setiap

klien
bicara

A:
Klien mampu melakukan kegiatan

kecil
klien

Selama komunikasi

mengatakan mencuci piring.


P:
lebih
suka
Ajarkan latihan kedua: menyapu
menyendiri di rumah

DO :
berlangsung
tampak

klien

menunduk

dan tidak ada kontak


-

melakukan cuci piring

bermasyarakat
Klien mengatakan
kecewa

dalam

mata.
Selama wawancara
klien

tidak

kooperatif
KEMAMPUAN :
Klien belum mempunyai aspek
positif dan kemampuan yang
dimiliki.
DIAGNOSA KEP :
Ganggauan konsep diri : Harga
DirI Rendah

RENCANA

TINDAKAN

KEPERAWATAN:
1. Membina

hubungan

saling percaya.
2. Membantu klien menilai
kemampuan yang dapat
digunakan.
3. Membantu

klien

memilihmemilih

atau

menetapkan
kemampuan yang akan
dilatih.
4. merencanakan bersama
klien

aktifitas

yang

dapat dilakukan setiap


hari

sesuai

dengan

kemampuan klien.
5. Mendiskusikan dengan
klien

untuk

kemampuan

memilih
pertama

yang dipilih: mencuci


piring
RTL
Lakukan mencuci piring setiap
habis makan serta masukkan
2

dalam jadwal harian.


DATA :
S:
DS
- Klien mengatakan
sudah

mengatakan

senang telah diberikan

mencuci

piring setelah makan

Klien

latihan menyapu
Klien
mengatakan

Klien

mengatakan

dirinya sudah tidak malu

dirinya sudah tidak

apabila berkumpl dengan

malu

orang lain
Klien mengatakan setiap

lagi

dengan
-

orang lain
DO:

hari sudah melakukan


-

Klien

dapat

melakukan
piring

secara

mandiri.
Kontak mata klien

kurang
Klien setiap bicara

menyapu setiap hari

cuci O:
-

Klien

diajarkan cara menyapu


Klien mampu melakukan
kegiatan menyapu secara
mandiri
Klien tampak

menunduk.
Klien

sudah

melakukan

cuci

tampak senang

mampu

melakukan kegiatan di
rumah

piring setiap habis

mencuci

makan.

sakit

jiwa:

piring,

dan

menyapu.
A:
Klien

KEMAMPUAN :

sudah mampu melakukan

Klien mampu mencuci piring latihan menyapu dengan mandiri


secara mandiri.

P:
lakukan kegiatan yang ke tiga:

DIAGNOSA KEP :
menggepel
Gangguan konsep diri: Harga
diri rendah
RENCANA

TINDAKAN

KEPERAWATAN
1. Membina

hubungan

saling percaya.
2. Membantu
memilih
menetapkan

pasien
atau

kemampuan yang kedua


yang dippilih: menyapu.
3. Memberikan
latihan
cara menyapu dengan
baik dan benar.
4. Memberikan dukungan
dan pujian pada setiap
kegiatan

yang

dapat

dilakukam pasien.
RTL
Lakukan
setiap

kegiatan
hari,

ruangan
masukkan
3

harian.
DATA :
DS
-

menyapu

serta

terlihat

apabila

kotor

dalam

dan

kegiatan
S:

Klien

Klien

perasaannya senang
Klien mengatakan sudah

mengatakan

senang
Klien mengatakan

mengatakan

mulai percaya diri

dirinya sudah tidak

malu

apabila

berkumpl

dengan

Klien mengikuti latihan

orang lain
Klien mengatakan

yang diajarkan
Klien dapat melakukan

setiap

hari

O:

sudah

latihan mengepel dengan

melakukan kegiatan
cuci

piring

dan

menyapu
O:
-

Klien

tampak

A:
Klien

mandiri
Klien tampak rajin
sudah mampu melakukan

mengepel secara mandiri

mampu

melakukan P:
Lakukan kegiatan selanjutnya:
cuci piring dan
merapikan tempat tipur.
menyapu
secara
-

mandiri
Klien tampak rajin
saat

melakukan

kegiatan
Kontak mata kurang
Klien diajak ngobrol

tidak jelas
KEMAMPUAN :
Kemampuan yang dimilki klien
yang bisa dikerjakan dirumah
sakit

mencuci

piring,

dan

menyapu
DIAGNOSA KEP :
Gangguan konsep diri: Harga
diri rendah
RENCANA
TINDAKANKEPERAWATAN
1. Memberikan
latihan
kegiatan yang ke tiga:
mengepel lantai
2. Menggajarkan
cara

mengepel

klien
lantai

dengan benar.
3. Menjelaskan tujuan dan
manfaat mengepel lantai
4. Berikan jadwal harian
pasien setiap hari
5. Memberikan
pujian
pada

setiapkegiatan

yang dilakukan.
RTL
Lakukan

kegiatan

mengepel

setiap hari dan masukkan dalam


jadwal harian klien

Anda mungkin juga menyukai