OLEH :
AGUNG RISWANTO
NAJMIL IZZA
AGUNG NUGROHO
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam
Fitria, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 2005).
Komponen Konsep Diri terdiri atas :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu
yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi
masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 2005).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 2005). Sering juga disebut bahwa ideal diri
sama dengan cita cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 2005). Pembentukan identitas
dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja
penyakit.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
Gangguan hubungan social (menarik diri).
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya).
Menurut Stuart & Sundeen (2002), perilaku klien HDR menunjukkan tandatanda sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
Produktivitas menurun.
Mengkritik diri sendiri dan orang lain.\
Destruktif yang diarahkan pada orang lain
Gangguan dalam berhubungan.
Perasaan tidak mampu.
Rasa bersalah.
Mudah tersinggung.
Perasaan negative terhadap tubuhnya sendiri.
Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
Pandangan hidup yang pesimis.
Keluhan fisik.
Pandangan hidup yang bertentangan.
Penolakan terhadap kemampuan personal.
Destruktif terhadap diri sendiri.
Menolak diri secara social.
Penyalahgunaan obat.
Menarik diri dan realitas.
Khawatir.
Akibat harga diri rendah yang berkepanjangan (kronis), klien akan
mengisolasi diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.
D. Penyebab
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
Factor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realitas, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
1. Perkembangan individu yang meliputi :
a. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal
pula untuk mencintai orang lain.
b. Kurangnya pujian dan kurangnya
pengakuan
dari
orang
orang tuanya atau orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang
bersangkutan.
c. Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua
atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
d. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
2. Ideal diri
a. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
c. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri
rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Faktor
presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
a. Situasional
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba tiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
pemerkosaan atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan rendanya harga
diri seseorang di karenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
menghargai klien dan keluarga.
b. Kronik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
E. Akibat
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksi sosial : menarik diri, dan memicu munculnya perilaku
kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Isolasi social merupakan suatu keadaan dimana individu dan kelompok
mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk melakukan kontak.
F. Psikopatologi
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan
dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor
pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender,
tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi
DX KEP
PASIEN
Harga Diri SP I (p)
Rendah
KELUARGA
SP I (k)
1. Mengidentifikasi
kemampuan
positif
1. Mendiskusikan
dan
yang
aspek
dimiliki
pasien.
masaalah yang
dirasakan
keluarga
2. Menjelaskan
dapat digunakan.
gejala
harga
diri
terjadinya.
4. Melatih
pasien
sesuai
3. Menjelaskan cara-cara
dipilih.
diri rendah.
terhadap
keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan
pasien
memasukkannya
dalam
SP II (K)
1. Mengevaluasi
jadwal
kemampuan
kedua.
1. Melatih
keluarga
mempraktekkan
cara
3. Menganjurkan
pasien
2. Melatih
keluarga
memasukkannya kedalam
melakukancara
merawat
kepada
langsung
pasien
harga
diri rendah
SP III (p)
1. Mengevaluasi
SP III (k)
jadwal
kemampuan
ketiga.
3. Menganjurkan
1. Membantu
membuat
aktivitas
keluarga
jadwal
dirumah
memasukkannya kedalam
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang.
jadwal harian.
2. Modalitas
a. Therapy Modalitas
Therapi modalitas atau perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )
Masalah Utama
Pertemuan
: Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawtan
1. Kondisi
Ds
: Klien mengatakan malu dan tak berguna, Klien sering mengatakan
Do
yang
dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
d. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
yang dimilikinya
5. Intervensi keperawatan
SP I (P)
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan
d. Melatih pasien sesuai dengan kemamppuan yang dipilih
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
A. Orientasi :
Selamat pagi, bagaimana keadaan X hari ini ? X terlihat segar.perkenalkan
nama saya Najmil Izza mahasiswa STIKES NGUDI WALUYO , saya suka
dipanggil Izza.
Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah X lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat X dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih
Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau 20 menit ?
Kerja :
apa saja kemampuan yang X dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa
X lakukan? Bagaimana
Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus !
X sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus
Coba X lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau X lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.
B. Terminasi :
Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan
tempat tidur ? Yach,
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang
sudah X praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian X. Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00
Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. X masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya
SP 2 PASIEN:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
A. Orientasi :
Selamat pagi, bagaimana perasaan X pagi ini ? Wah, tampak cerah
Bagaimana X , sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu X?
Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur
Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!
B. Kerja :
X, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas., X bisa menggunakan air yang mengalir dari
kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisamakanan.
Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya
Setelah semuanya perlengkapan tersedia, X ambil satu piring kotor, lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian X bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan
air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah
itu X bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai
C. Terminasi :
Bagaimana perasaan X setelah latihan cuci piring ?
Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari
X. Mau berapa kali X mencuci piring? Bagus sekali X mencuci piring tiga
kali setelah makan.
Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan mengepel
Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa
Latihan dapat dilanjutkan untuk
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada
pasien.
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan
memuji pasien atas kemampuannya.
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat
demonstrasikan sebelumnya.
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.
SP 1 KELUARGA
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan
cara
merawat
pasien
dengan
harga
diri
rendah,
A. Orientasi :
Selamat pagi !perkenalkan nama saya Najmil Izza yang merawat pasien X .
Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?
Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat X?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!
B. Kerja :
Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah X
Ya memang benar sekali Pak/Bu, X itu memang terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada
X, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang
paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini
terus menerus seperti itu, X bisa mengalami masalah yang lebih berat
lagi, misalnya X jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri
Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?
Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti
Setelah kita mengerti bahwa masalah X dapat menjadi masalah
C. Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?
Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi X
dan bagaimana cara merawatnya?
Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap
kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga
demikian.
Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan cara memberi pujian langsung kepada X
Jam berapa Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.
SP 2 Keluarga :Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
A. Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?
Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak Bapak Ibu seperti
B. Kerja:
Selamat pagi X. Bagaimana perasaan X hari ini?
Hari ini saya datang bersama orang tua X. Seperti yang sudah
saya katakan sebelumnya, orang tua X juga ingin merawat X agar
X cepat pulih.
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
Nah baak/ibu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang
sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian
terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
Bagaimana perasaan X setelah berbincang-bincang dengan
Orang tua X?
Baiklah, sekarang saya dan orang tua X ke ruang perawat dulu
1. SP 3 KELUARGA : Membuat
perencanaan
pulang
keluarga
A. Orientasi:
Selamat pagi bapak/ibu
Karena hari ini hari terakhir kunjungan saya, maka kita akan
bersama
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Stuart GW, Sundeen SJ. 2005. Buku saku keperawatan jiwa. EGC : Jakarta.
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
BAB II
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. PASIEN
Nama
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal masuk
Diagnose medis
Diagnose keperawatan
2. Penanggung jawab
: Tn. S
: 21-07-1987
: laki-laki
:Pituruh Purworjo
: Islam
: SD
: Pengangguran
: 24-05-2016
: f. 20.1
Skizofrenia Hebefrenik
: Harga Diri Rendah
Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan pasien
: Tn. S
: 36 tahun
: Swasta
:Pituruh Purworjo
: kakak
D. Pengkajian psikososial
Garis Hubungan
: laki-laki
: perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
Penjelasan :
Klien mengatakan anak ke dua
dari delapan
bersaudara, klien
merasa putus asa karena dirinya belum bisa bekerja, dan pasien merasa
dirinya hanya merepotkan dalam keluarga. Pasien merasa malu bahwa
dirinya belum menikah. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna
dikeluarga dan masyarakat, malu berbaur dengan masyarakat karena
keterbatasan ekonomi dan kemampuan dalam bermasyarakat
3. HUBUNGAN SOSIAL
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah ibuknya, pasien lebih sering
menggungkapkan perasaan nya erhadap ibuknya. Klien mengatakan dirinya
tidak diterimadi masyarakat karena keadaannya yang seperti sekarang tidak
bekerja dan belum berkeluarga.Klien mengatakan
4. SPIRITUAL
a. Nilai dan Keyakinan
Pasien beragama islam, bagi pasien dengan kondisinyasaat ini pasien
sedang diberi cobaan.
b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan pasien beribadah 5 waktu.
E. STATUS MENTAL
1. PENAMPILAN
klien tampak kurang rapi rapi , rambut acak-acakan, klien mampu mandi dan
berpakaian sendiri klien mengatakan mandi dan tampak mampu melakukan
aktivitas personal higine secara mandiri, tetapi masih tampak kuku kurang
bersih , wajah kusam.
2. PEMBICARAAN
Pembicaraan pasien lambat, bicara sepenuhnya, klien tidak mampu memulai
pembicaraan, dan mengembangkan pembicaraan. Pembeciraan pasien kurang
jelas, bicara pasien singkat. Klien tampak lambat mengungkapkan perasaan
yang sedang dirasakan.
3. AKTIVITAS MOTORIK
Klien tampak gelisah.Klien tampak tegang , dan wajah tegang.Klien tidak
mampu focus.
4. ALAM PERASAAN
Klien terlihat sedih, pasien mengatakan sudah putus asa akan keadaan dirinya
saat ini.
5. AFEK
Afek klien datar. Karrena pasien tidak respon terhadap stimulus.
6. INTERAKSI SELAMA WAWANCARA
Selama wawancara pasien tidak kooperatif, pasien menjawab sekata dua
kata,kontak mata dengan klien belum terjalin, klien tampak menunduk saat
diajak berbicara, mata klien tidak bisa focus, klien masih melirik kanan dan
kiri ,klien tampak takut untuk mengungkapkan perasaaannya.
7. PERSEPSI
Sdr S menggatakan tidak mendengar, melihat dan merasakan sesuatu yang
aneh.
8. PROSES PIKIR
Saat berbicara dengan klien , klien sering bloking pembicaraan, selama
perbincangan berlangsung klien sering terdiam dan tidak mampu memulai
pembicaraan kembali.
9. ISI PIKIR
Tidak ada gangguan proses pikir hal ini ditandai dengan pemikiran pasien
tidak mencerminkan salah satu dari gangguan fikir
10. TINGKAT KESADARAN
Pasien mengetahui sedang di RSJ Magelang, pasien tahu sekarang tanggal
berapa, pasien juga mengetahui tanggal lahir serta alamat rumahnya.
11. MEMORI
Pasien tidak mengalami gangguan dalam memori, seperti memori gangguan
jangka panjang, jangka pendek dan memori saat ini. Dibuktikan dengan
pasien dapat mengginggat kejadian tiga bulan yang lalu, dan pasien dapat
menggingat apa yang diajarkan tadi pagi.
12. TINGKAT KONSENTRASI DAN BERHITUNG
Saat ini pasien tidak mampu berkonsentrasi, saat diskusi pasien minta agar
pertanyaannya diulang dan tidak dapat menjelaskan kembai.
13. KEMAMPUAN PENILAIAN
Klien belum mampu mengambil keputusan sendiri, klien masih dibimbing
untuk pengambilan keputusan seperti mandi sebelum makan, makan di meja
makan dan duduk di kursi.
14. DATA TILIK DIRI
Klien mengakui bahwa dirinya sedang sakit, klien mengatakan inginsegera
pulang dan cepat sembuh
Tilik diri klien positif.
F. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan/minum
Klien mengatakan makan dengan nasi, lauk dan sayur. Klien mampu makan
dan minum sendiri namun harus diarahkan dan dibimbing terlebih dahulu.
2. BAB / BAK
Klien mampu BAB dan BAK secara mandiri. Klien mengatakan mencuci
tangan setelah datang dari kamar mandi.
3. Mandi
Pasien mampu mandi secara mandiri, pasien mandi 2x sehari. Pasien mandi
menggunakan sabun mandi dan gosok gigi dengan pasta gigi, pasien setiap
pagi kramas dengan menggunakan sampo.
4. Berpakaian
Klien mampu memakai baju sendiri,klien belum mampu merapikan pakain
yang digunakan.
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur siang kurang lebih 2 jam, dan malam memulai tidur
jm 10 dan bangun jam lima pagi.
Klien mengatakan tidur tidak tenang dan sulit mengawali tidur.
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan taat munum obat bila disuruh, klien tidak mengalami
alergi pada obat yang dimunum.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien masih diberi perawatan di rumah sakit , ruang puntadewa
agar
masih dibiayai
DATA
DS
-
MASALAH
Gangguan Harga
Klien mengatakan bahwa dirinya
tidak
berguna
dikeluarga
masyarakat.
Klien mengatakan
dengan
keterbatasan
Rendah
dan
malu berbaur
masyarakat
karena
ekonomi
dan
sendiri
Pasien menggatakan
mempunyai
suka
menyendiri di rumah
DO :.
-
mata kurang.
Klien menunduk ketika diajak
bicara
2.
DS:
Isolasi sosial
Diri
menyendiri
Klien mengatakan
dengan
malu berbaur
masyarakat
keterbatasan
karena
kemampuan
dalam
kegiatan saja.
Pasien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegitan dalam kelompok
masyarakat.
DO
-
dan
lain.
Klien
mau
mengikuti
kegiatan
marah-marah dirumah
Klien
mengatakan
pernah
mengamuk di rumah.
DO :
-
tegang.
Klien sering melamun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial menarik diri
3. Resiko Perilaku Kekerasan
IMPLEMENTASI
NO
1
IMPLEMENTASI
EVALUASI
DATA :
S:
DS
- Klien
mengatakan
- Klien mengatakan
senang setelah diajarkan
bahwa dirinya tidak
latihan menyuci piring.
berguna dikeluarga
- Klien
mengatakan
-
dan masyarakat.
Klien mengatakan
malu
berbaur O:
dengan masyarakat
karena keterbatasan
ekonomi
dan
Klien
dapat
mengidentifikasi
kemampuan
positif:
klien
aspek
mampu
kemampuan
-
pada
secara mandiri.
Kontak
mata
kurang
Klien
menunduk
Klien bicara kurang jelas
diri
sendiri
Klien menggatakan
mempunyai
rasa
setiap
klien
bicara
A:
Klien mampu melakukan kegiatan
kecil
klien
Selama komunikasi
DO :
berlangsung
tampak
klien
menunduk
bermasyarakat
Klien mengatakan
kecewa
dalam
mata.
Selama wawancara
klien
tidak
kooperatif
KEMAMPUAN :
Klien belum mempunyai aspek
positif dan kemampuan yang
dimiliki.
DIAGNOSA KEP :
Ganggauan konsep diri : Harga
DirI Rendah
RENCANA
TINDAKAN
KEPERAWATAN:
1. Membina
hubungan
saling percaya.
2. Membantu klien menilai
kemampuan yang dapat
digunakan.
3. Membantu
klien
memilihmemilih
atau
menetapkan
kemampuan yang akan
dilatih.
4. merencanakan bersama
klien
aktifitas
yang
sesuai
dengan
kemampuan klien.
5. Mendiskusikan dengan
klien
untuk
kemampuan
memilih
pertama
mengatakan
mencuci
Klien
latihan menyapu
Klien
mengatakan
Klien
mengatakan
malu
orang lain
Klien mengatakan setiap
lagi
dengan
-
orang lain
DO:
Klien
dapat
melakukan
piring
secara
mandiri.
Kontak mata klien
kurang
Klien setiap bicara
cuci O:
-
Klien
menunduk.
Klien
sudah
melakukan
cuci
tampak senang
mampu
melakukan kegiatan di
rumah
mencuci
makan.
sakit
jiwa:
piring,
dan
menyapu.
A:
Klien
KEMAMPUAN :
P:
lakukan kegiatan yang ke tiga:
DIAGNOSA KEP :
menggepel
Gangguan konsep diri: Harga
diri rendah
RENCANA
TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Membina
hubungan
saling percaya.
2. Membantu
memilih
menetapkan
pasien
atau
yang
dapat
dilakukam pasien.
RTL
Lakukan
setiap
kegiatan
hari,
ruangan
masukkan
3
harian.
DATA :
DS
-
menyapu
serta
terlihat
apabila
kotor
dalam
dan
kegiatan
S:
Klien
Klien
perasaannya senang
Klien mengatakan sudah
mengatakan
senang
Klien mengatakan
mengatakan
malu
apabila
berkumpl
dengan
orang lain
Klien mengatakan
yang diajarkan
Klien dapat melakukan
setiap
hari
O:
sudah
melakukan kegiatan
cuci
piring
dan
menyapu
O:
-
Klien
tampak
A:
Klien
mandiri
Klien tampak rajin
sudah mampu melakukan
mampu
melakukan P:
Lakukan kegiatan selanjutnya:
cuci piring dan
merapikan tempat tipur.
menyapu
secara
-
mandiri
Klien tampak rajin
saat
melakukan
kegiatan
Kontak mata kurang
Klien diajak ngobrol
tidak jelas
KEMAMPUAN :
Kemampuan yang dimilki klien
yang bisa dikerjakan dirumah
sakit
mencuci
piring,
dan
menyapu
DIAGNOSA KEP :
Gangguan konsep diri: Harga
diri rendah
RENCANA
TINDAKANKEPERAWATAN
1. Memberikan
latihan
kegiatan yang ke tiga:
mengepel lantai
2. Menggajarkan
cara
mengepel
klien
lantai
dengan benar.
3. Menjelaskan tujuan dan
manfaat mengepel lantai
4. Berikan jadwal harian
pasien setiap hari
5. Memberikan
pujian
pada
setiapkegiatan
yang dilakukan.
RTL
Lakukan
kegiatan
mengepel