Oleh :
FAKULTAS KESEHATAN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keselamatan pasien adalah memperhatikan isu-isu budaya/iklim keselamatan
pasien dilangkah awal. Survei untuk mengukur iklim keselamatan di rumah sakit
kemudian berkembang dan digunakan secara rutin dan berperan dalam memprediksi
perhatian RS terhadap keselamatan pasien. Menurut Agencyof Health Care Research
and Quality dalam menilai budaya keselamatan pasien di rumah sakit terdapat beberapa
aspek dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu harapan dan tindakan supervisor/manajer
dalam mempromosikan keselamatan pasien, pembelajaran peningkatan bekerlanjutan,
kerjasama tim dalam unit, keterbukaan komunikasi, umpan balik terhadap error, respon
tidak menyalahkan, staf yang adekuat, persepsi secara keseluruhan, dukungan
manajamenen rumah sakit, kerjasama tim antar unit, penyerahan dan pemindahan pasien
dan frekuensi pelaporan kejadian.World Health Organization (WHO) mencanangkan
Safety Is a Fundamental Principle of Patient Care and a Critical Component of Quality
Management, program tersebut merupakan program bersama dengan berbagai negara
untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut rumah
sakit harus menerapkan sistim keselamatan pasien. (Liza Salawati,2020).
C. Manfaat
1. Ruang Bedah
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai
standar profesional melalui pengelolaan manajemen keperawatan sesuai peran dan
fungsi menejemen diruang Bedah.
2. Perawat di Ruang Bedah RSUD Pringsewu
Meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan. Dapat mengaplikasikan konsep-
konsep manajemen keperawatan terutama diruang Bedah RSUD Pringsewu
3. Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Diharapkan RSUD Pringsewu khususnya bagian manajemen dapat
memfasilitasi Ruangan Bedah RSUDP untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan
sesuai dengan standar yang ada, baik dari segi keadaan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Nursalam 2014).Manajemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok
perawat dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien secara professional (Gillies, dalam
Nursalam 2014).
B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),
pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000). Pada
dasarnya manajemen keperawatan adalah proses dimana seorang perawat menjalankan
profesi keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan
manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut ini adalah
pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih mendalam, yaitu :
1. Fungsi Perencanaan
Menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa yang
dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu rencana untuk memberikan
pandangan kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting karena
mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu
mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan
juga dapat menolong pekerja-pekerja mencapai kepuasan dalam bekerja.selain itu
perencanaan juga membantu penggunaan waktu yang efektif.
Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan
menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasikan data-
data yang akan digunakan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dan
menentukan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan
juga membantu untuk menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka
inginkan serta mereka butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat
digunakan seefektif dan seefisien mungkin.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan
mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horisontal yang bertanggungjawab
untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000).
Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai komando,
kesatuan komando, rentang kontrol, dan spesialisasi. Prinsip rantai komando
menggunakan hubungan dalam alur yang hirarkis dalam alur autokratis dari atas
kebawah. Komunikasi terjadi sepanjang rantai komando dan cenderung satu arah.
Sedangkan dalam prinsip kesatuan komando memiliki satu pengawas, satu pemimpin,
dan satu rencana untuk kelompok aktifitas dengan objektif yang sama. Prinsip rentang
kontrol menyatakan bahwa individu harus menjadi pengawas yang mengawasi secara
efektif dalam hal jumlah, fungsi maupun geografi. Prinsip spesialisasi menampilkan
satu fungsi kepemimpinan tunggal.
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur fotmal
direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan
samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara
efektif. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam
pola hubungan kerja yang mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam
kepentingan dan kemauan. Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan
timbal balik pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan
lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinan.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi,
manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti
kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang dijalankan,
misalnya seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda
sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan Pemberian Pelayanan Kesehatan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat
dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan
maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak
opimal.
Menurut Ann Marriner Tomei (2009) Grat & Massey (2009) dan
Marquis & Huston (2010) metoda pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan akan terus di kembangkan di masa depan dalam menghadapi
trend pelayanan keperawatan yaitu:
a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada
semua pasien di bangsal).
a) Kelebihan
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang tenaga dengan perbandingan tenaga
perawat profesional (pelaksana lanjutan atau penyedia) yang lebih
sedikit di bandingkan dengan tenaga perawat pelaksana san perawat
pembantu (pemula)
b) Kekurangan
1) Tidak memberikan kepuasan pasa pasien ataupun perawat
2) Pelayanan keperawatan silakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Perawat cenderung berorientasi pasa tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
Bagan 2.1
Skema Model Fugsional
Kepala Ruangan
Pasien
b. Metode Tim
Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3
grup yang terdiri dari tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu bengan jumlah tenaga 6-7 orang dalam satu tim.
a) Konsep metoda tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan
pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan berhasil
baik bila di dukung oleh KARU.
b) Tanggung jawab ketua tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat koordinasi, penugasan, supervisi,dan evaluasi
3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
c) Tanggung jawab anggota tim
1) Memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara
langsung
2) Kerja sama antar anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
4) Mengembangkan kepemimpinan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari untuk
pengembangan dan revisi rencana askep
d) Kelebihan metode tim
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota tim
e) Kekurangan metode tim
Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakan
di waktu sibuk.
Bagan 2.2
Skema Model TIM
Kepala Ruang
Pasien Pasien
Bagan 2.3
Skema Model TIM
Primary Nurse
Pasien
Tugas Gilir Sore Tugas Gilir Malam Tugas Gilir Sesuai Kebutuhan
Σ jamkerja/tahun
Catatan :
Waktu perawatan menurutGillies(1989) :
a) Waktu perawatan langsung
Self care = ½ x4 jam = 2 jam
Partial care = ¾ x4 jam = 3 jam
Total care = 1 – 1½ x4 jam = 4-6 jam
Intensivecare =2 x 4 jam = 8 jam
Rata-rataperawatan langsung = 4-5 jam
b) Waktu perawatan tak langsung = 38 menit/klien/hari
c) Waktu penyuluhan = 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli:trampil = 55 % :45 %
Proporsidinaspagi:sore:malam : 47 % :36 % :17 %
2) Rumus Douglas
∑ perawat = ∑ pasien x derajat ketergantungan
Tabel2.1
Derajat KetergantunganKlien
3) Rumus Depkes2003
Berdasarkan :
Tingkat ketergantungan klien
Rata-rata klien/hari
Jamperawatan yang diperlukan/hari/klien
Jamperawatan yang diperlukan/ruangan/hr
Jam kerja efektif setiap perawat
Caraperhitungan:
a) Hitung jumlah perawat yang tersedia
Σ jamperawat =A
Jam kerja efektif per shift
c) Tugasnon keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan + B x 25% = C
d) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A=B=C
e) Berdasarkan hasil workshop Depkes diCiloto di tetapkan bahwa:
Libur minggu :52 hari
Cuti tahunan :12 hari
Libur Nasional :10 hari
Sakit/ijin :7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan
misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk
dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agarsupervisordankepala perawat dapat mengaturjadwal waktu
personilyangliburdanyangmasuksecaraadil,harusadadepartemenatau divisi
yangmengaturkebijaksanaanpenjadwalanuntukmemandu
pembuatankeputusan.Apabila kebijaksanaanmenyangkut persoalan berikut
tidakada,maka manajerperawat harusbersatusebagai sebuah kelompok
untukmenyusun:
1) Orangdengan jabatan yang bertanggungjawab mempersiapkan jadwalwaktu
untuk personildi masing-masing unit.
2) Periodewaktuuntukdiliputiolehmasing-masingjadwalmasuk/libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwalmasuk/libur
4) Waktumasuk/liburtotalyangdiperlukanolehmasing-masingpekerja per hari,
minggu atau bulan.
5) Haridimulainyaminggu kerja
6) Dimulaidandiakhirinyawaktuuntukmasing-masingpergilirantugas.
7) Jumlahpergiliranyangharusdipergilirkandiantaramasing-masng pekerja.
8) Frekuensiyang diperlukan daripergiliran pergantian.
9) Keperluanpergilirandarisatuunitkelainunitdanfrekuensipergiliran tersebut.
10) Keperluanpenjadwalanduahariliburpermingguataurata-ratadua hari libur per
minggu
11) Frekuensilibur akhir pekan untuk masing-masing kategoripersonil.
12) Definisidari“liburakhir pekan”untuk personiltugasmalam.
13) Perlunyaperluasan harilibur yang berurutan dan yang tak berurutan
14) Harikerjaberurutan maksimumyang diperbolehkan
15) Jarakwaktuminimumyangdiharuskanantaraurutanpergantiantugas
16) Jumlahhariliburyangdibayaruntukdiberikanpadamasing-masing pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawaiharus dijadwalkan
libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai
jadwaltugasliburan masuk /libur.
19) Proseduryangharusdiikutidalammeminta liburkerjapadaharilibur tertentu.
20) Jumlahhari-hariliburyangdibayaruntukdiberikanpadamasing- masing
pekerja.
21) Lamanyawaktupemberitahuandimukauntukdiberikanpegawai mengenai
jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikutidalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasanpadapenjadwalanliburanselamaharilibur,natal,tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburanatau harilibur padasaat tertentu.
25) Prosedurpenyelesaianperselisihanantarpersonil sehubungandengan
permintaan waktuliburan dan harilibur.
26) Prosedurpemrosesanpermintaan“darurat”untukpenyesuaianjadwalwaktu
e. Pengembangan Staf
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran,serta memperbaiki kepuasan
kerja.Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja (Moenir,1994), yaitu:
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yangdalam waktusingkat akandiserahi jabatansebagai
kepala.Masalah-masalahbaikyangmenyangkut segi manajemen maupun
penyelenggaraannyaatauprosesdari kegiatan yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya(Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar,letak perbedaannya
ada pada materinya. Pada materi loka karya bersifat teknis, administrative dan
sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasia danya aturan-
aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan
dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga digunakan untuk menambah
pengetahuan baru bagi pesertayangada kaitannya dengan pekerjaan
peserta.Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan
atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning byDoing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka
dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan
kepada mereka.Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan
secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.Dalam prakteknya
metode pendidikandanlatihanini disesuaikan dengan pertimbangantujuan,
fasilitasyang tersedia,biaya, waktu dan kegiatan instansilainnya.
4. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala sesuatunya
terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol dalam Swansburg,
2000). Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul sebaiknya satu
sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak langsung. Untuk
merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak semula. Proses pengontrolan dapat
digambarkan dengan salah satunya membuat standar bagi semua dasar-dasar
manajemen dalam istilah-istilah yang diterima serta hasil yang dapat diukur yang
ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian dan tujuan yang ditentukan.
c) Wewenang
Dalam pelaksanaan tugasnya perawat pelaksana mempunyai wewenang
sebagai berikut:
Meminta informasi dan penjelasan kepada atasan
Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batas kewenangan
d) UraianTugas
Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya
Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketetntuan yang berlaku
Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai
Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan sesuai batas kewenangan
Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuan
b. Pengorganisasian
Melaksanakan fungsi pengorganisasian, meliputi:
Merumuskan sistem pengorganisasian
Menjelaskan rincian tugas ketua tim
Menjelaskan rentang kendali diruang rawat
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas
Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
c. Pengarahan
Melaksanakan fungsi pengarahan antara lain :
Memberikan pengarahan kepada ketua tim
Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap anggota tim
2. Pilar II: sistem penghargaan (Compensatory Reward)
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus
utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat
produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan
SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktek
profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila
perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang
terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur,
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai yang diharapkan.
4. Pilar IV
Buat format TAK, melaksanakan kegiatan TAK seminggu minimal sekali sesuai
dengan kasus, dan menyusun jadwal perawat yang bertanggung jawab dalam kegiatan
TAK serta membuat leaflet sesuai dengan diagnosa pasien untuk keluarga di ruang
perawatan.
D. Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang akan dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan /atau perawat konselor,
kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2009). Beberapa ahli mengungkapkan pengertian
dari rondekeperawatan. Chambliss (2009), ronde keperawatan adalah pertemuan
antara staff yang usai kerja melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi
pasien, dengan staf menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan
yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan secara
sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani masalah medis.
Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan
perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde
keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien
untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima
pasien.Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan
oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa untuk
pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
(Clement, 2011).Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk
membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer
dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh
anggota tim.
Rondekeperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis
ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
Pelaksanaan
Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan/ telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2) Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
3) Perawat dapat :
- Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
- Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
- Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
- Meningkatkan kemampuan justifikasi.
- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
7. Hal yang perlu dipersiapkan dalam ronde keperawatan
Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
b. Menentukan tim ronde keperawatan.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?; Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
E. Conference
1. Definisi
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan pada pasien.
4. Post Conference
a. Definisi
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan
tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah
melakukan operan dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Tabel 3.1 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruang Bedah Periode Bulan
Juni, Juli dan Agustus Tahun 2023
Bulan
No Uraian Total
Juni Juli Agustus
1 Total dirawat 129 124 130 383
2 Hari rawat 523 544 518 1.585
3 Pasien keluar
Hidup 177 138 157 472
Mati 2 2 3 7
4 Pasien out 127 122 127 376
Gambar 3.1 BOR Ruang Bedah Periode Bulan Juni, July dan Agustus Tahun
2023
Gambar 3.2 LOS Ruang Bedah RSUD Pringsewu Periode Bulan Juni, July
dan Agustus Tahun 2023
Gambar 3.3 TOI Ruang Bedah RSUD Pringsewu Periode Bulan Juni, July,
Agustus 2023
Gambar 3.4 BTO Ruang Bedah RSUD Pringsewu Periode Bulan Juni, July
dan Agustus Tahun 2023
2. Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan
4 Inventarisasi 0 0
Jumlah 17 100
No Diklat Jumlah %
1 Pernah diklat 1 7,1
2 Tidak pernah diklat 13 92,9
Jumlah 14 100
Gambar 3.5 Struktur Organisasi Ruang Bedah RSUD Pringsewu Taun 2023
Kepala Ruangan
R R. R.Spulhok R.
Ruang R. Bedah
Bedah Bedah Tindakan
Bedah
R. Alat 30-35
24-29 6-11 36-41
Tenun
Pintu
Masuk
R.
R. Nurse Station R. Stok R.
Isoslasi
Bedah R.Beda R.Kepala tempat pertem
18-23 h 12-17 Ruangan R. Dapur Tidur uan
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang Bedah
RSUD Pringsewu dapat disampaikan bahwa :
Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar
matahari
Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin dan jendela.
Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
Sarana air bersih : Tersedia
Pembuangan air limbah : Lancar
Tempat sampah medis dan non medis terpisah.
Tabel 3.7 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Bedah Tahun 2023
Tabel 3.8 Daftar Inventaris Alat Medis Ruang Bedah RSUD Pringsewu Tahun
2023
C. Methods
1. Visi dan Misi
a. Visi dan Misi RSUD Pringsewu
Visi Terwujudnya Pelayanan Prima di RSUD Pringsewu
2. MPKP
a. Penerapan MPKP
Ruang Bedah melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Dalam daftar dinas Ruang Bedah terbagi menjadi 2 tim. Tim 1 terdiri dari
Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang, dan Tim 2 terdiri dari Katim 1
orang dan anggota tim 4 orang.
Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk kamar bedah 12-
17, bedah 18-23 dan bedah 24-29. Sedangkan Tim 2 bertanggung jawab
untuk kamar bedah 30-35, bedah 36-41 dan Isolasi. Tersedia buku laporan
pasien untuk 2 Tim yang diisi lengkap tiap shift yang berisi keadaan umum,
pemenuhan KDM, terafi tindakan yang sudah dan akan dilakukan pada shift
berikutnya. Juga tersedia buku TPRS, buku therafi dan buku visite untuk 2
tim.
Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 1 shift, yaitu
shift pagi dari jam 08.00 WIB – 14.00 WIB. Berdasarkan hasil observasi
pelaksanaan metode Tim belum optimal karena kurangnya tenaga
keperawatan.
b. Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 5 pasien, 100 % pasien menyatakan
bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan
pulang.
c. Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan Bedah
dalam MPKP dapat disampaikan sebagai berikut :
Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MPKP di Ruang
Bedah RSUD Pringsewu Tahun 2023
1 Perencanaan 59,37
2 Pengorganisasian 54,16
3 Pengarahan 61,53
4 Pengendalian 30
d. Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap 10
sampel status pasien, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.11 Distribusi Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Bedah Tahun 2023
Berdasarkan Tabel 3.13 di atas, sebagian besar responden (80 %) telah di rawat
di Ruang Bedah RSUD Pringsewu 3-7 hari.
c. Gambaran kepuasan responden terhadap mutu pelayanan keperawatan di
Ruang Bedah RSUD Pringsewu
Berdasakan tabel 3.14 di atas, sebagian besar (60%) responden merasa puas
terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang Bedah RSUD Pringsewu.
D. Money
Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung diperoleh
melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur permintaan
barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.
E. Marketing
Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti BPJS dan umum.
Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan dan Rumah
Sakit untuk kegiatan praktek klinik mahasiswa.
Perumusan Masalah
Masalah
No A B C D E F G H I J JUMLAH RANK
Manajemen
1. Kurangnya
pendidikan dan
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31 5
pelatihan tambahan
I. Prioritas Masalah
bagi tenaga perawat
2 Struktur organisasi
Keterangan Bobot
belum ada sesuai
3 3 2 3 1 4 : Sangat
4 4 Rendah
4 3 3 33 3
dengan MPKP
2 : Rendah
metode Tim
3 : Cukup
3. Tidak ada daftar
pasien yang dirawat 3 4 4 3 4 4 : Tinggi
3 3 3 3 4 34 2
inap di Ruang bedah 5 : Sangat Tinggi
Keterangan :
A : Resiko terjadi
B : Resiko parah
C :Potensialuntuk pelatihan
D : Minat perawat
E : Mungkin diatasi
F : Sesuai program
G : Tempat
H :Fasilitas kesehatan
I : Sumber daya
J : Sesuai dengan peran
perawat
Sesuai hasil perhitungan diatas maka prioritas masalah yang ditemukan yaitu :
1. Belum adanya Visi dan Misi ruangan bedah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
2. Belum ada daftar pasien yang dirawat inap di Ruang bedah
3. Struktur organisasi belum ada sesuai dengan MPKP metode Tim
4. Belum adanya pendelegasian secara tertulis dari Kepala Ruangan kepada kepala Tim,
pada saat kepala ruangan berhalangan.
5. Kurangnya pendidikan dan pelatihan tambahan bagi tenaga perawat