Anda di halaman 1dari 53

LEMBAR KERJA HARIAN KATIM

DI RUANG BEDAH RSUD PRINGSEWU

Oleh :

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
keselamatan pasien adalah memperhatikan isu-isu budaya/iklim keselamatan
pasien dilangkah awal. Survei untuk mengukur iklim keselamatan di rumah sakit
kemudian berkembang dan digunakan secara rutin dan berperan dalam memprediksi
perhatian RS terhadap keselamatan pasien. Menurut Agencyof Health Care Research
and Quality dalam menilai budaya keselamatan pasien di rumah sakit terdapat beberapa
aspek dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu harapan dan tindakan supervisor/manajer
dalam mempromosikan keselamatan pasien, pembelajaran peningkatan bekerlanjutan,
kerjasama tim dalam unit, keterbukaan komunikasi, umpan balik terhadap error, respon
tidak menyalahkan, staf yang adekuat, persepsi secara keseluruhan, dukungan
manajamenen rumah sakit, kerjasama tim antar unit, penyerahan dan pemindahan pasien
dan frekuensi pelaporan kejadian.World Health Organization (WHO) mencanangkan
Safety Is a Fundamental Principle of Patient Care and a Critical Component of Quality
Management, program tersebut merupakan program bersama dengan berbagai negara
untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut rumah
sakit harus menerapkan sistim keselamatan pasien. (Liza Salawati,2020).

Menurut Nursalam (2015) Keperawatan sebagai pelayanan yang professional


bersifat humanistic, menggunakan pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan kiat
keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar
professional Keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama.
Keperawatan professional secara umum merupakan tanggung jawab seorang Perawat
yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusian, sehingga dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etika). Tuntutan
masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global sekarang dirasakan
sebagai siatau fenomena uamh harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu,
keperawatan di Indonesiapada saat ini dan di masa akan yang dating perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan memperhatikan dan
mengelola perubahan di Indonesia secara professional. Konstribusi pelayanan
keperawatan terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di sarana kesehatan sangat
tergantung pada manajemen pelayanan keperawatan yang ada di rumah sakit maupun
tatanan pelayanankesehatan.

Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan


nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Ciri-ciri mutu asuhan
keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber
daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan
efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga
keperawatan serta aspek social, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yangbaik.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam
aplikasi prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan manajemen
asuhan keperawatan dengan menggunakan keterampilan menajemen keperawatan di
ruangAlamanda RSUD Pringsewu.
2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa diharapkan
mampu untuk :
a. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik manajemen
pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
b. Memudahkan perawat yang ada di ruangAlamanda RSUD Pringsewu dalam
mengatasi masalah yang terkait dengan manajemen keperawatan dengan metode
5M (Man, Methode, Material, Money dan Marketing) yang dipaparkan dalam
analisa SWOT.
c. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan standart
keperawatan yang berlaku

C. Manfaat
1. Ruang Bedah
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai
standar profesional melalui pengelolaan manajemen keperawatan sesuai peran dan
fungsi menejemen diruang Bedah.
2. Perawat di Ruang Bedah RSUD Pringsewu
Meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan. Dapat mengaplikasikan konsep-
konsep manajemen keperawatan terutama diruang Bedah RSUD Pringsewu
3. Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Diharapkan RSUD Pringsewu khususnya bagian manajemen dapat
memfasilitasi Ruangan Bedah RSUDP untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan
sesuai dengan standar yang ada, baik dari segi keadaan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Nursalam 2014).Manajemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok
perawat dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien secara professional (Gillies, dalam
Nursalam 2014).

Melalui manajemen ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan.


Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi suatu
output yang diharapkan. Input manajemen ini terdiri atas manusia, uang, dan material,
alat dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen sehingga
tercapailah output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan, staf yang
kompeten dan ahli dibidangnya serta peningkatan mutu suatu pelayanan.Pengetahuan
manajemen merupakan pengetahuan yang universal, demikian juga pengetahuan
manajemen yang ada di dalam ilmu keperawatan. Pengetahuan manajemen keperawatan
menggunakan konsep-konsep yang berlaku terhadap semua situasi manajemen
keperawatan. Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum
yang memprioritaskan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif.
Sejalan dengan prinsip manajemen secara umum, manajemen dalam keperawatan juga
terdiri atas input, proses dan output.Input dari manajemen keperawatan terdiri atas
tenaga keperawatan, bahan-bahan, peralatan, bangunan fisik, klien, pengetahuan, dan
keterampilan yang akan mengalami suatu proses transformasi melalui manajemen asuhan
keperawatan oleh tenaga keperawatan sehingga dihasilkan suatu resolusi masalah
keperawatan klien.

Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan oleh perawat klinis, perawat kepala,


pengawas, direktur dan tingkat eksekutif di bidang keperawatan. Tapi pada dasarnya,
prinsip manajemen yang diterapkan adalah sama. Lima elemen besar dari teori
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan
pengendalian. Seluruh aktivitas manajemen serta sumber daya yang ada bergerak secara
simultan untuk mencapai output yang diinginkan. Adapun output yang diinginkan dalam
proses manajemen keperawatan adalah resolusi masalah keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif kepada klien, keluarga, dan
masyarakat. Aktifitas ini dilakukan secara mandiri dan saling ketergantungan.

B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),
pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000). Pada
dasarnya manajemen keperawatan adalah proses dimana seorang perawat menjalankan
profesi keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan
manajemen keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut ini adalah
pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih mendalam, yaitu :
1. Fungsi Perencanaan
Menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa yang
dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu rencana untuk memberikan
pandangan kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting karena
mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu
mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan
juga dapat menolong pekerja-pekerja mencapai kepuasan dalam bekerja.selain itu
perencanaan juga membantu penggunaan waktu yang efektif.
Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan
menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasikan data-
data yang akan digunakan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dan
menentukan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan
juga membantu untuk menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka
inginkan serta mereka butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat
digunakan seefektif dan seefisien mungkin.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan
mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horisontal yang bertanggungjawab
untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000).
Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai komando,
kesatuan komando, rentang kontrol, dan spesialisasi. Prinsip rantai komando
menggunakan hubungan dalam alur yang hirarkis dalam alur autokratis dari atas
kebawah. Komunikasi terjadi sepanjang rantai komando dan cenderung satu arah.
Sedangkan dalam prinsip kesatuan komando memiliki satu pengawas, satu pemimpin,
dan satu rencana untuk kelompok aktifitas dengan objektif yang sama. Prinsip rentang
kontrol menyatakan bahwa individu harus menjadi pengawas yang mengawasi secara
efektif dalam hal jumlah, fungsi maupun geografi. Prinsip spesialisasi menampilkan
satu fungsi kepemimpinan tunggal.
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur fotmal
direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan
samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara
efektif. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam
pola hubungan kerja yang mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam
kepentingan dan kemauan. Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan
timbal balik pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan
lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinan.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi,
manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti
kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang dijalankan,
misalnya seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda
sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan Pemberian Pelayanan Kesehatan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat
dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan
maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak
opimal.
Menurut Ann Marriner Tomei (2009) Grat & Massey (2009) dan
Marquis & Huston (2010) metoda pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan akan terus di kembangkan di masa depan dalam menghadapi
trend pelayanan keperawatan yaitu:
a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada
semua pasien di bangsal).
a) Kelebihan
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang tenaga dengan perbandingan tenaga
perawat profesional (pelaksana lanjutan atau penyedia) yang lebih
sedikit di bandingkan dengan tenaga perawat pelaksana san perawat
pembantu (pemula)
b) Kekurangan
1) Tidak memberikan kepuasan pasa pasien ataupun perawat
2) Pelayanan keperawatan silakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Perawat cenderung berorientasi pasa tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
Bagan 2.1
Skema Model Fugsional

Kepala Ruangan

Perawat Visit Perawat Perawat Injeksi Perawat


Pengobatan Perawatan Luka

Pasien
b. Metode Tim
Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3
grup yang terdiri dari tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu bengan jumlah tenaga 6-7 orang dalam satu tim.
a) Konsep metoda tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan
pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan berhasil
baik bila di dukung oleh KARU.
b) Tanggung jawab ketua tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat koordinasi, penugasan, supervisi,dan evaluasi
3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
c) Tanggung jawab anggota tim
1) Memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara
langsung
2) Kerja sama antar anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
4) Mengembangkan kepemimpinan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari untuk
pengembangan dan revisi rencana askep
d) Kelebihan metode tim
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota tim
e) Kekurangan metode tim
Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakan
di waktu sibuk.
Bagan 2.2
Skema Model TIM

Kepala Ruang

Ketua TIM Ketua Tim

Anggota TIM Anggota TIM

Pasien Pasien

c. Metode Keperawatan Primer


Metode primer yaitu metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik keperawatan
profesional. Setiap perawat profesional bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Model penugasan
dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

a) Konsep dasar metode primer


 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga

b) Ketenagaan metode primer


 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasuspasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat professional lainnya maupun non
professional sebagai perawat asisten.

c) Kelebihan metode keperawatan primer


 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri.
d) Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dan kriteria asertife, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.

Bagan 2.3
Skema Model TIM

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Sore Tugas Gilir Malam Tugas Gilir Sesuai Kebutuhan

d. Metode Manajemen Kasus


Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yangberbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1pasien 1perawat,
dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus
seperti isolasi dan intensive care.

3. Fungsi Pengarahan (Actuating)


Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah
pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan pekerja
sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai
objektif organisasi. Pada pengarahan yang harus dipertimbangkan adalah komunikasi
dalam hubungan interpersonal. Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang
pemimpin mendapatkan masukan yang optimum dari bawahannya untuk kepentingan
semua masalah oleh karena itu seorang pemimpin harus benar-benar mengerti
keterbatasan bawahannya.
Komponen yang terdapat dalam pengarahan (actuating) antara lain :
a. Motivasi
Motivasi adalahkarakteristikpsikologi manusiayangmemberi
konstribusipadatingkatkomitmenseseorang,halinitermasukfaktoryang
menyebabkan, menyalurkan danmempertahankan tingkah lakumanusia
dalamarahtekadtertentu(Stoner,Freman 1995).Motivasiadalahsesuatu
yangmendorongseseoranguntukmelakukansesuatu (Ngalim, 2000). Dari
pengertian di atas dapat diambil 3 point penting yaitu : kebutuhan, dorongan dan
tujuan. Kebutuhanmunculapabila seseorangmerasakansesuatuyangkurang baik
fisiologismaupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
kebutuhantadi sedangkantujuanadalahakhirdari satusiklus motivasi. (Luthan,
2000).
b. Sistem Klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasipasienadalahmetodepengelompokanpasien menurut
jumlahdankompleksitaspersyaratanperawatanmereka.Di dalam kebanyakan
sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengankebergantunganmereka
pada pemberi perawatanatausesuai dengan waktu pemberian perawatan dan
kemampuan yang diperlukan untukmemberikan perawatan. Tujuan setiap
sistemklasifikasipasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-
masing nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian
pasien, karakteristik pasien dimasing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing
kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut,
memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran kesehatan
kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien
adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan,
masing-masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan. Klasifikasi tingkat
ketergantungan pasien menurut Douglas(1984) adalah:
1) Minimalcare
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam dengan
kriteria :
 Kebersihan diri,mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shift
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Interme dietcare
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu
 Pengobatan lebih dari sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6 jam/24jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisidiatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT
 Menggunakan terapi intravena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi
c. Ketenagaan Keperawatan dan Pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruangrawat adalah untuk mendaya
gunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan
pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Perkiraan
kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio
perawat dan metode penugasan. Terdapat beberapa formula dalam perhitungan
kebutuhan tenaga, yaitu sebagai berikut:
1) Rumus Gillies
Σ jamkep yg dibutuhkan klien/hr xrata-rataklien/hrxΣ hr/tahun

Σ hr/tahun – hr libur perawatxΣ jamkerja/hari

= Σ jamkep yg dibutuhkan klien/ tahun

Σ jamkerja/tahun

Catatan :
 Waktu perawatan menurutGillies(1989) :
a) Waktu perawatan langsung
 Self care = ½ x4 jam = 2 jam
 Partial care = ¾ x4 jam = 3 jam
 Total care = 1 – 1½ x4 jam = 4-6 jam
 Intensivecare =2 x 4 jam = 8 jam
 Rata-rataperawatan langsung = 4-5 jam
b) Waktu perawatan tak langsung = 38 menit/klien/hari
c) Waktu penyuluhan = 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli:trampil = 55 % :45 %
 Proporsidinaspagi:sore:malam : 47 % :36 % :17 %

2) Rumus Douglas
∑ perawat = ∑ pasien x derajat ketergantungan

Tabel2.1
Derajat KetergantunganKlien

Minimalcare Partialcare Totalcare


Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
Σ
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3) Rumus Depkes2003
Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jamperawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jamperawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat

Caraperhitungan:
a) Hitung jumlah perawat yang tersedia
Σ jamperawat =A
Jam kerja efektif per shift

b) Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan tugas-


tugas non keperawatan

Σ hr minggu/th +cuti+ hr besar x hasil A = B


Jumlah hari kerja efektif

c) Tugasnon keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan + B x 25% = C
d) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A=B=C
e) Berdasarkan hasil workshop Depkes diCiloto di tetapkan bahwa:
 Libur minggu :52 hari
 Cuti tahunan :12 hari
 Libur Nasional :10 hari
 Sakit/ijin :7-12 hari

d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan
misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk
dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agarsupervisordankepala perawat dapat mengaturjadwal waktu
personilyangliburdanyangmasuksecaraadil,harusadadepartemenatau divisi
yangmengaturkebijaksanaanpenjadwalanuntukmemandu
pembuatankeputusan.Apabila kebijaksanaanmenyangkut persoalan berikut
tidakada,maka manajerperawat harusbersatusebagai sebuah kelompok
untukmenyusun:
1) Orangdengan jabatan yang bertanggungjawab mempersiapkan jadwalwaktu
untuk personildi masing-masing unit.
2) Periodewaktuuntukdiliputiolehmasing-masingjadwalmasuk/libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwalmasuk/libur
4) Waktumasuk/liburtotalyangdiperlukanolehmasing-masingpekerja per hari,
minggu atau bulan.
5) Haridimulainyaminggu kerja
6) Dimulaidandiakhirinyawaktuuntukmasing-masingpergilirantugas.
7) Jumlahpergiliranyangharusdipergilirkandiantaramasing-masng pekerja.
8) Frekuensiyang diperlukan daripergiliran pergantian.
9) Keperluanpergilirandarisatuunitkelainunitdanfrekuensipergiliran tersebut.
10) Keperluanpenjadwalanduahariliburpermingguataurata-ratadua hari libur per
minggu
11) Frekuensilibur akhir pekan untuk masing-masing kategoripersonil.
12) Definisidari“liburakhir pekan”untuk personiltugasmalam.
13) Perlunyaperluasan harilibur yang berurutan dan yang tak berurutan
14) Harikerjaberurutan maksimumyang diperbolehkan
15) Jarakwaktuminimumyangdiharuskanantaraurutanpergantiantugas
16) Jumlahhariliburyangdibayaruntukdiberikanpadamasing-masing pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawaiharus dijadwalkan
libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai
jadwaltugasliburan masuk /libur.
19) Proseduryangharusdiikutidalammeminta liburkerjapadaharilibur tertentu.
20) Jumlahhari-hariliburyangdibayaruntukdiberikanpadamasing- masing
pekerja.
21) Lamanyawaktupemberitahuandimukauntukdiberikanpegawai mengenai
jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikutidalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasanpadapenjadwalanliburanselamaharilibur,natal,tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburanatau harilibur padasaat tertentu.
25) Prosedurpenyelesaianperselisihanantarpersonil sehubungandengan
permintaan waktuliburan dan harilibur.
26) Prosedurpemrosesanpermintaan“darurat”untukpenyesuaianjadwalwaktu
e. Pengembangan Staf
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran,serta memperbaiki kepuasan
kerja.Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja (Moenir,1994), yaitu:
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yangdalam waktusingkat akandiserahi jabatansebagai
kepala.Masalah-masalahbaikyangmenyangkut segi manajemen maupun
penyelenggaraannyaatauprosesdari kegiatan yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya(Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar,letak perbedaannya
ada pada materinya. Pada materi loka karya bersifat teknis, administrative dan
sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasia danya aturan-
aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan
dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga digunakan untuk menambah
pengetahuan baru bagi pesertayangada kaitannya dengan pekerjaan
peserta.Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan
atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning byDoing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka
dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan
kepada mereka.Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan
secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.Dalam prakteknya
metode pendidikandanlatihanini disesuaikan dengan pertimbangantujuan,
fasilitasyang tersedia,biaya, waktu dan kegiatan instansilainnya.

4. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala sesuatunya
terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol dalam Swansburg,
2000). Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul sebaiknya satu
sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak langsung. Untuk
merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak semula. Proses pengontrolan dapat
digambarkan dengan salah satunya membuat standar bagi semua dasar-dasar
manajemen dalam istilah-istilah yang diterima serta hasil yang dapat diukur yang
ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian dan tujuan yang ditentukan.

C. Pilar – Pilar Dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar yaitu :
1. Pilar I : pendekatan manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen
sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.Pada pilar I yaitu
pendekatan manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek:
harian,bulanan,dan tahunan). Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa
yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu
dilakukan.Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1) Rencana Harian Kepala Ruangan
a) Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi :
 Asuhan keperawatan
 Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
 Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain
yang terkait
 Kegiatan tersebut meliputi antara lain: Operan, pre conference dan
post conference, mengecek SDM dan sarana prasarana, melakukan
interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus, melakukan supervisi pada ketua tim/perawat
pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat,
lingkungan yang belum teratasi, mempersiapkan dan
merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam,
dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
b) Uraian tugas kepala ruangan dalam fungsi perencanaan meliputi :
 Menunjuk ketua tim
 Mengikuti serah terima pasien
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
 Merencanakan logistik ruangan/fasilitas ruangan
 Melakukan pendokumentasian

2) Rencana Harian Ketua Tim


a) Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
 Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggungjawabnya.
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
 Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas
 Operan shift dan pre conference & post conference
 Merencanakan asuhan keperawatan
 Melakukan supervisi perawat pelaksana.
 Menulis dokumentasi
 Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
 Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
b) Tanggung jawab ketua tim :
 Mengkaji klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat
dan dapat melakukan serah terima tugas
 Mengkoordinasikan rencana keperawatan yang tepat waktu
membimbing anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan
 Menilai keadaan klien dari hasil pengawasan langsung / laporan
anggota
c) Kemampuan ketua tim :
 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan tim
 Menjaga kesesuaian dalam asuhan keperawatan
 Melaksanakan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
 Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
 Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien
maupun kerja dari anggota tim
 Menjadi role model
 Melaksanakan evaluasi secara fisik dan objektif
d) Uraian tugas Ketua Tim:
 Bertugas pada setiap sift jaga
 Bersama anggota tim menerima operan tugas jaga dari katim yang
jaga sebelumnya
 Bersama anggota tim melakukan doa bersama sebagai awal dan
akhir tugas dilakukan setelah operan jaga sebelumnya
 Bersama anggota tim melakukan konfimasi / superfisi tentang
kondisi pasien segera setelah selesai operan jaga sebelumnya
 Melakukan pre conference dengan semua anggota tim yang lain
yang ada dalam timnya setiap awal dinas
 Membagi tugas asuhan pasien kepada anggota tim sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien
 Mendelegasikan tugas kepada anggota tim pada setiap sift jaga
 Melakukan pengkajian, melaporkan masalah atau dignosa dan
perencanaan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti dengan keperawatan
 Membantu tugas anggota tim untuk kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien
 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh anggota tim yang ada dibawah tanggung
jawabnya
 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai dengan tujuan
yang ada didalam perencanaan askep dan ada bukti dalam rekap
keperawatan
 Melakukan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima
laporan akhir tugas

3) Rencana Harian Perawat Pelaksana


a) Isi rencana harian perawat pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana
harian perawat pelaksana shift sore dan malam sedikit berbeda jika
hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan
sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan
pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
 Operan
 Pre conference dan Post conference
 Mendokumentasikan askep
b) Tanggung JawabPerawat Pelaksana
Dalam pelaksanaan tugasnya perawat pelaksana bertanggung jawab
pada penanggung jawab kepada kepala ruangan / kepala instalasi
tersebut, anta lain sebagai berikut :
 Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuahan keperawatan
sesuai standar
 Kebernaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
asuhan keperawatan / kegiantan yang dilakukan.

c) Wewenang
Dalam pelaksanaan tugasnya perawat pelaksana mempunyai wewenang
sebagai berikut:
 Meminta informasi dan penjelasan kepada atasan
 Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batas kewenangan
d) UraianTugas
 Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya
 Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketetntuan yang berlaku
 Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai
 Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan sesuai batas kewenangan
 Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuan

b. Pengorganisasian
Melaksanakan fungsi pengorganisasian, meliputi:
 Merumuskan sistem pengorganisasian
 Menjelaskan rincian tugas ketua tim
 Menjelaskan rentang kendali diruang rawat
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas
 Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
 Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

c. Pengarahan
Melaksanakan fungsi pengarahan antara lain :
 Memberikan pengarahan kepada ketua tim
 Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap anggota tim
2. Pilar II: sistem penghargaan (Compensatory Reward)
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus
utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat
produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan
SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktek
profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila
perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang
terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur,
sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai yang diharapkan.

a) Proses Rekruitmen Tenaga Perawat di Ruang MPKP


Rekruitmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen perawat yang ada
di rumah sakit.Dalam menentukan perawat yang diperlukan di ruang MPKP, perlu
diketahui kategori Ruang MPKP yang akan dikembangkan. Misalnya Untuk level
MPKP Profesional I diharapkan Karu dan Katim mempunyai latar belakang
pendidikan Ners, Sarjana Keperawatan dengan jenjang karir minimal Perawat
Klinik 3 (PK 3), serta seluruh perawat pelaksana minimal mempunyai latar
belakang pendidikan D III Keperawatan dengan jenjang karir minimal Perawat
Klinik 2 (PK 2). Proses rekuitmen perawat di ruang MPKP :
 Seluruh perawat di Rumah Sakit harus menyepakati level MPKP yang akan
dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit
tersebut, diharapkan minimal memilih MPKP level pemula.
 Setelah level disepakati maka kepala bidang perawatan melakukan sosialisasi
pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para pejabat struktural yang
ada di rumah sakit untuk mendapatkan komitmen dan dukungan.
 Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di
ruangan tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria perawat yang
dibutuhkan dengan tujuan merekrut perawat yang memenuhi kriteria. Kepala
ruangan memotivasi perawat di ruangannya yang memenuhi kriteria untuk
mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran dan biodata.

b) Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP


Proses seleksi perawat di ruang MPKP :
 Proses seleksi dimulai dari telaah dokumen untuk menetapkan perawat yang
memenuhi syarat menjadi kepala ruangan, perawat primer/ketua tim, dan
perawat pelaksana/asosiet.
 Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes tulis
menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan bakal calon ketua
tim dan kepala ruangan.
 Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
 Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang
memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala ruangan.
 Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes maka
pimpinan rumah sakit membuat surat keputusan (SK) penempatan perawat
yang bekerja di ruang MPKP.
 Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk membuat
pernyataan akan kesediaannya bekerja dan mengembangkan ruang MPKP dan
menandatanganinya. Perawat diberikan penjelasan tentang lingkup kerja dan
pengembangan karir.

c) Proses orientasi tenaga perawat di ruang MPKP


Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa
orientasi yang sering disebut pelatihan awal sebelum seseorang bekerja pada unit
kerja tertentu. Orientasi berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP
dan informasi umum tentang rumah sakit (visi, misi, program jangka pendek dan
jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan). Kegitatan orientasi
menggunakan metode klasikal, praktik lapangan dan praktik kerja.Kegiatan
orientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja di ruang MPKP. Karu dan
Katim membuat rencana orientasi.
3. Pilar III (Professional Relationship)
Sosialisasi tentang case conference dan menganjurkan kepada kepala ruangan untuk
melakukan case conference.

4. Pilar IV
Buat format TAK, melaksanakan kegiatan TAK seminggu minimal sekali sesuai
dengan kasus, dan menyusun jadwal perawat yang bertanggung jawab dalam kegiatan
TAK serta membuat leaflet sesuai dengan diagnosa pasien untuk keluarga di ruang
perawatan.

D. Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang akan dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan /atau perawat konselor,
kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2009). Beberapa ahli mengungkapkan pengertian
dari rondekeperawatan. Chambliss (2009), ronde keperawatan adalah pertemuan
antara staff yang usai kerja melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi
pasien, dengan staf menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan
yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan secara
sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani masalah medis.
Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan
perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde
keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien
untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima
pasien.Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan
oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa untuk
pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
(Clement, 2011).Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk
membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer
dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh
anggota tim.
Rondekeperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis
ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.

2. Karakteristik Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet danperawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.

3. Tujuan Ronde Keperawatan


Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu: tujuan
bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi perawat menurut
Armola et al. (2010) adalah:
 Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
 Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
 Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus
 Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian
keterampilan klinis
 Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
 Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan
dalam profesi keperawatan
Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi pasien.
Hal ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan ronde
keperawatan bagi pasien, yaitu:
 Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke hari
 Untuk mengamati pekerjaan staff
 Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan laporan kepada
dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan, dsb.
 Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
 Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
 Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
 Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan kepada
pasien
 Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti ulcus
decubitus, foot drop, dsb
 Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga perawat
memperoleh wawasan yang lebih baik
 Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan

4. Manfaat Ronde Keperawatan


Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat,
diantaranya:
a. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada
perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah
membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu menurut Wolak
et al. (2008) dengan adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan
perawat. Peningkatan ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan
saja, tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak et
al. (2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan
keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan
berkembang secara profisonal.
b. Melalui kegiatan ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang
telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde
keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau
keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh
O’connor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian
atau teknik intervensi.
c. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan mahasiswa
perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan
sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde
keperawatan akan mendapat pengalaman secara nyata dilapangan (Clement,
2011).
d. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu mengorientasikan perawat
baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui mengenai
pasien yang dirawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah,
ronde keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
(Clement, 2011).
e. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana
(2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak
lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan ronde
keperawatan menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat.

5. Tipe - Tipe Ronde Keperawatan


Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu
matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching
nurse.
a. Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat berkeliling ke
ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang
dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standart pelayanan, kebersihan dan
kerapihan, dan menilai penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan
pelayanan pada pasien.
b. Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde ini adalah
ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada
sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang telah dilakukan serta
melibatkan pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi
proses pembelajaran antara perawat dan head nurse.
c. Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde disini berfokus
pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat
dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde
dilakukan dimalam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
d. Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara teacher
nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana terjadi proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau mahasiswa
perawat.Dengan pembelajaran langsung. Perawat atau mahasiswa dapat langsung
mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien.
e. Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-nurse
rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde yang dilakukan
antara perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang
dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah
ronde pada pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi
dokter, perawat, ahli gizi serta fisioterapi, dsb.

6. Tahapan Ronde Keperawatan


Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
a. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan), orientation
(orientasi).
b. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi), observation
(pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan).
c. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection
(refleksi), preparation (persiapan).
Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:
Persiapan
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
 Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.

Pelaksanaan
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan/ telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
 Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.

Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
 Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
 Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2) Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
 Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
3) Perawat dapat :
- Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
- Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
- Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
- Meningkatkan kemampuan justifikasi.
- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
7. Hal yang perlu dipersiapkan dalam ronde keperawatan
Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
b. Menentukan tim ronde keperawatan.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?; Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?

8. Komponen yang terlibat dalam Ronde Keperawatan


Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah
perawat primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu
juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya.
a. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim :
 Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
 Menjelaskan masalah keperawata utama.
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
 Menjelaskan tindakan selanjutnya.
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim) dalam
menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
 Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
 Menjelaskan masalah keperawatan utama
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
 Menjelaskan tindakan selanjtunya
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
c. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde keperawatan


ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pasien yang dipilih
untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
 Pasien dengan kasus baru atau langkah.

E. Conference
1. Definisi
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan pada pasien.

2. Tujuan umum conference


Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan
gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian
asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan
non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana
pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,
kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M. Marelli, et.al, 1997).

3. Pedoman pelaksanaan conference


a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil
tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
f. Raung diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan

4. Post Conference
a. Definisi
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan
tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah
melakukan operan dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.

b. Tujuan Post Conferenc


Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

c. Syarat post conference


 Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
 Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
 Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
 Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim

d. Pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi


Adapun panduan bagi Perawat pelaksana dalam melakukan konferensi adalah
sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
- konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi
atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
- Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
- Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
- Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
- Keluhan klien
- TTV dan kesadaran
- Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
- Masalah keperawatan
- Rencana keperawatan hari ini.
- Perubahan keadaan terapi medis.
- Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)

Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat tentang masalah yang


terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
- Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
- Ketepatan pemberian infuse.
- Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
- Ketepatan pemberian obat / injeksi.
- Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
- Ketepatan dokumentasi.
- Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
- Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing–masing perawatan asosiet.
- Membantu perawat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan
ketika melakukan post conference.
BAB III
KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN

3.1 Analisa Situasi Ruangan


A. Man
1. Pasien
Ruang Bedah adalah ruang rawat inap untuk pasien dengan kasus bedah
(peri operatif dan post operatif) yang terdiri dari ruang kelas 3 dan ruang isolasi
dengan kapasitas 30 tempat tidur.
a. Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang Bedah

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di Ruang Bedah Periode Bulan
Juni, Juli dan Agustus Tahun 2023

Bulan
No Uraian Total
Juni Juli Agustus
1 Total dirawat 129 124 130 383
2 Hari rawat 523 544 518 1.585
3 Pasien keluar
Hidup 177 138 157 472
Mati 2 2 3 7
4 Pasien out 127 122 127 376

Sumber : Data sekunder

b. Efisiensi pelayanan di Ruang Bedah


1) BOR (Bed Occupancy Rate)

Gambar 3.1 BOR Ruang Bedah Periode Bulan Juni, July dan Agustus Tahun
2023

Bulan Juni July Agustus


BOR 58,1 60,4 57,5

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata


persentase pemakaian tempat tidur (BOR) Ruang Bedah (58,1%) berada di
bawah standar nasional (75%-85%).
2) LOS (Length Of Stay)

Gambar 3.2 LOS Ruang Bedah RSUD Pringsewu Periode Bulan Juni, July
dan Agustus Tahun 2023

Bulan Juni July Agustus


LOS 4.05 4,38 3,9

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.2 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata


lamanya perawatan seorang pasien (LOS) Ruang Bedah RSUD Pringsewu
(3,6 hari) berada di bawah standar nasional (6-9 hari).
3) TOI (Turn Over Interval)

Gambar 3.3 TOI Ruang Bedah RSUD Pringsewu Periode Bulan Juni, July,
Agustus 2023

Bulan Juni July Agustus


TOI 2,92 2,87 2,93

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.3 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata


tempat tidur tidak ditempati (TOI) Ruang Bedah RSUD Pringsewu (2,7
hari) telah sesuai dengan standar nasional (1-3 hari).

4) BTO (Bed Turn Over)

Gambar 3.4 BTO Ruang Bedah RSUD Pringsewu Periode Bulan Juni, July
dan Agustus Tahun 2023

Bulan Juni July Agustus


BTO 4,3 4,1 4,3

Sumber : Data Sekunder


Berdasarkan gambar 3.4 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata
frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) Ruang Bedah RSUD Pringsewu
telah sesuai dengan standar nasional (4-5 kali).

2. Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan

Tabel 3.2 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di Ruang


Bedah RSUD Pringsewu Tahun 2023

No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Persen


1 Perawat 14 82,3
2 Klining Servis 2 11,8
3 Administrasi 1 5,9

4 Inventarisasi 0 0

Jumlah 17 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, sebagian besar (77.8%) ketenegaan di


Ruang Bedah RSUD Pringsewu adalah tenaga keperawatan.

b. Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.3 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang


Bedah RSUD Pringsewu Tahun 2023

No Pendidikan Jumlah Persen


1 Diploma IV & Strata 1 2 11,8
2 Profesi Keperawatan 4 23,6
3 Diploma III 8 47
4 Diploma I 1 5,8
5 SLTA 2 11,8
Jumlah 17 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sebagian besar (47%) ketenagaan di Ruang


Bedah RSUD Pringsewu berpendidikan Diploma III.
c. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.4 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Ruang Bedah RSUD Pringsewu Tahun 2023

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 D III Keperawatan 8 57,1
2 D IV/SI Keperawatan 2 14,3
3 Profesi Keperawatan 4 28,6
Jumlah 14 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, sebagian besar (57,1%) tenaga keperawatan


di Ruang Bedah RSUD Pringsewu berpendidikan Diploma III (perawat
terampil).
d. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja

Tabel 3.5 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di Ruang


Bedah RSUD Pringsewu Tahun 2013

No Masa Kerja Jumlah %


1 > 5 tahun 12 85,7
2 < 5 tahun 2 14,3
Jumlah 14 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, sebagian besar (85,7%) tenaga keperawatan


di Ruang Bedah RSUD Pringsewu memiliki pengalaman kerja > 5 tahun.
e. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat yang diperoleh

Tabel 3.6 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diklat yang


Diperoleh di Ruang Bedah RSUD Pringsewu Tahun 2023

No Diklat Jumlah %
1 Pernah diklat 1 7,1
2 Tidak pernah diklat 13 92,9
Jumlah 14 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, hampir seluruhnya (92,9%) tenaga


keperawatan di Ruang Bedah RSUD Pringsewu tidak pernah memperoleh
pendidikan atau pelatihan tambahan (seperti : diklat perawatan luka, PPGD,
BTCLS, dan lain-lain).
f. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Bedah RSUD Pringsewu
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang Bedah RSUD Pringsewu
berdasarkan Rumus Gillies adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
 Waktu perawatan langsung
No Kategori Rata-rata Rata-rata Jam Jumlah Jam
Pasien/hari Perawatan/hari Perawatan/hari
1 Minimal Care 4 2 8
2 Partial Care 11 3 33
3 Total Care 2 4 8
Jumlah 17 49

 Waktu perawatan tak langsung : 38 menit X 17 = 10,7 jam


 Waktu Penyuluhan : 15 menit X 17 = 4,25 jam
 Jumlah jam perawatan perhari = 49 + 10,7 + 4,25 = 63.95
 Jumlah kebutuhan tenaga perawat adalah
63.95 X365 23.323,5
= = 11,6
365 – (52+12+14) X 7 2009
 Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain ditambah 25% = 2,9
 Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
= 11,6 + 2,9 + 3 (Karu + 2 Katim) = 17,5
= 17 orang
 Berdasarkan perhitungan di atas, maka Ruang Nusa Indah masih
kekurangan tenaga perawat sebanyak 4 orang.
3. Struktur Organisasi Ruang Bedah

Gambar 3.5 Struktur Organisasi Ruang Bedah RSUD Pringsewu Taun 2023

Kepala Instalasi Rawat Inap

Ns. Devi Azhari, S.Kep, M.Kes

Kepala Ruangan

Trisilo Wahyudi, S.Kep, Ners

Pelaksana Perawatan Administrasi Inventaris


1. Ns. Helvia Maulida, S.Kep
2. Andi Wijaya, A.Md.Kep
3. Ahmad Karnain, S.Kep
4. Siti Nurwatiyah, A.Md.Kep
5. Nurhayati, S.Kep,.Ners
6. Ns. Gustriyanti, S.Kep
7. Wuri Ismawati, A.Md.Kep Eka Seluruh
8. Reza Herizana, A.Md.Kep Asdiantika Perawat
9. Rahmad Susilo, A.Md.Kep
10. Yunila Astuty, A.Md.Kep
11. Rika Elvira, A.Md.Kep
12. Eli Nurhayati, A.Md.Kep
Sumber : Data Sekunder

 Struktur organisasi tidak sesuai dengan model MPKP yang diterapkan di


Ruang Bedah RSUD Pringsewu yaitu metode Tim.
B. Material
1. Denah Ruang Bedah RSUD Pringsewu

Gambar 3.6 Denah Ruang Bedah

R R. R.Spulhok R.
Ruang R. Bedah
Bedah Bedah Tindakan
Bedah
R. Alat 30-35
24-29 6-11 36-41
Tenun
Pintu
Masuk
R.
R. Nurse Station R. Stok R.
Isoslasi
Bedah R.Beda R.Kepala tempat pertem
18-23 h 12-17 Ruangan R. Dapur Tidur uan
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang Bedah
RSUD Pringsewu dapat disampaikan bahwa :
 Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar
matahari
 Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin dan jendela.
 Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
 Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
 Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
 Sarana air bersih : Tersedia
 Pembuangan air limbah : Lancar
 Tempat sampah medis dan non medis terpisah.

2. Kapasitas Ruang Bedah RSUD Prinsewu


Ruang Nusa Indah memiliki kapasitas 34 tempat tidur dengan klasifikasi :
 5 tempat tidur ruang bedah 12-17
 1 tempat tidur ruang isolasi bedah 12-17
 6 tempat tidur ruang bedah 18-23
 6 tempat tidur ruang bedah 24-29
 6 tempat tidur ruang bedah 30-35
 6 tempat tidur ruang bedah 36-41
3. Fasilitas Untuk Petugas
 Ruang nurse station
 Ruang ganti perawat
 Kamar mandi dan WC
 Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
 Ruang kepala ruangan

4. Fasilitas Alat Tenun

Tabel 3.7 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Bedah Tahun 2023

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Sprai 60 Baik
2 Stik laken 40 Baik
3 Perlak 40 Baik
4 Sarung bantal 35 Baik
5 Kasur 30 Baik
6 Kain skern 6 Baik
7 Bantal 38 Baik

Sumber : Data Sekunder

5. Fasilitas Alat Medis

Tabel 3.8 Daftar Inventaris Alat Medis Ruang Bedah RSUD Pringsewu Tahun
2023

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Suction 1 Baik
2 Kursi roda 2 1 Rusak
3 Torniquet 2 Baik
4 Tensi meter 2 Baik
5 Manometer O2 4 Baik
7 Stetoskop dewasa 1 Baik
8 Stetoskop anak - -
9 Pinset anatomis 7 Baik
10 Pinset sirurgis 7 Baik
11 Gunting verban 2 Baik
12 Nierbeken 4 Baik
13 Tong spatel 1 Baik
No Nama Barang Jumlah Kondisi
14 Bak instrumen
15 Kom kecil 2 Baik
16 Kom besar 2 Baik
17 Gunting jaringan - -
18 Tromol kasa besar 1 Baik
19 Tromol kasa kecil 2 Baik
20 Pot urinal - -
21 Pispot - -
22 Standar infus 16 Baik
23 Termometer raksa - -
24 Termometer digital 1 Baik
25 Brancar 2 Baik
26 Timbangan 1 Baik
27 Bak spuit kecil 4 Baik
28 Dorongan instumen 2 Baik
29 Tensi duduk - -
30 WWZ - -
31 Ambubag 1 Baik
32 Gunting heakting 2 Baik
33 Nebu - -
34 Korentang 1 Baik

Sumber : Data Sekunder


 Berdasarkan hasil observasi, belum tersedia daftar pasien yang dirawat di Ruang
Bedah.

C. Methods
1. Visi dan Misi
a. Visi dan Misi RSUD Pringsewu
Visi Terwujudnya Pelayanan Prima di RSUD Pringsewu

Misi 1. Memerikan pelayanan yang prima dan berkualitas


2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusiadan
berakhlak mulia.
3. Mengembangkan system keuangan, informasi dan
pemasaran Rumah Sakit Umum Daerah.

Motto CERIA : Cepat, Tepat, Nyaman dan Ekonomis

Falsafah Anda Sehat dan Puas Kami Bahagia

b. Visi dan Misi Ruang Bedah

Visi Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara ada)

Misi Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara ada)

Motto Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara ada)


Falsafah Perawat CERRIA : Cekatan, Ramah, Rapih, Ikhlas dan
Aseptik
Tujuan Perawatan Bedah :
1. Mencegah terjadinya infeksi selama dalam perawatan
2. Mengurangi tingkat kecemasan pada pasien dan
keluarga, khususnya pada pasien peri operatif dan
post operatif
3. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan
pasien, keluarga serta tim kesehatan lain dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan

2. MPKP
a. Penerapan MPKP
Ruang Bedah melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
 Dalam daftar dinas Ruang Bedah terbagi menjadi 2 tim. Tim 1 terdiri dari
Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang, dan Tim 2 terdiri dari Katim 1
orang dan anggota tim 4 orang.
 Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk kamar bedah 12-
17, bedah 18-23 dan bedah 24-29. Sedangkan Tim 2 bertanggung jawab
untuk kamar bedah 30-35, bedah 36-41 dan Isolasi. Tersedia buku laporan
pasien untuk 2 Tim yang diisi lengkap tiap shift yang berisi keadaan umum,
pemenuhan KDM, terafi tindakan yang sudah dan akan dilakukan pada shift
berikutnya. Juga tersedia buku TPRS, buku therafi dan buku visite untuk 2
tim.
 Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 1 shift, yaitu
shift pagi dari jam 08.00 WIB – 14.00 WIB. Berdasarkan hasil observasi
pelaksanaan metode Tim belum optimal karena kurangnya tenaga
keperawatan.
b. Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 5 pasien, 100 % pasien menyatakan
bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan
pulang.
c. Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan Bedah
dalam MPKP dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MPKP di Ruang
Bedah RSUD Pringsewu Tahun 2023

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)

1 Perencanaan 59,37

2 Pengorganisasian 54,16

3 Pengarahan 61,53

4 Pengendalian 30

5 Compensasi Reward 63,88

6 Hubungan Kerja 68,75


Berdasarkan tabel 3.9 di atas, aspek pengendalian memiliki nilai yang
paling rendah (30%), penilaian dalam aspek ini meliputi indikator mutu (BOR,
TOI, ALOS, NDR, GDR, ILO), audit dokumentasi keperawatan, survei
kepuasan pasien dan survei kepuasan perawat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada saat Kepala Ruangan
berhalangan hadir, Kepala Ruangan mendelegasikan tugas kepada Kepala
Tim. Namun pendelegasian tugas dilakukan tanpa dokumen tertulis.

d. Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap 10
sampel status pasien, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.10 Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Bedah


Tahun 2023

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)


1 Pengkajian 100
2 Diagnosa Keperawatan 100
3 Perencanaan 100
4 Implementasi 80
5 Evaluasi 40

Berdasarkan tabel 3.10 di atas, seluruh dokumentasi keperawatan pada


status pasien lengkap.

3. Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 3.11 Distribusi Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Bedah Tahun 2023

No Kriteria Jumlah Persen


1 Puas 10 56,25
2 Tidak Puas 4 43,75
Jumlah 14 100

Berdasakan tabel 3.11 di atas, sebagian besar (56,25%) tenaga perawat di


Ruang Bedah RSUD Pringsewu merasa puas dengan kinerjanya.

4. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien


a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 3.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen
1 SD 5 50
2 SLTP 4 40
3 SLTA 1 10
Jumlah 10 100

Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, sebagian besar responden (50 %) berpendidikan


SD.
b. Karakteristik responden berdasarkan lama hari rawat

Tabel 3.13 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Hari rawat

No Lama Hari Rawat Jumlah Persen


1 3-7 hari 8 80
2 >7 hari 2 20
Jumlah 10 100

Berdasarkan Tabel 3.13 di atas, sebagian besar responden (80 %) telah di rawat
di Ruang Bedah RSUD Pringsewu 3-7 hari.
c. Gambaran kepuasan responden terhadap mutu pelayanan keperawatan di
Ruang Bedah RSUD Pringsewu

Tabel 3.14 Distribusi Kepuasan Pasien di Ruang Bedah RSUD Pringsewu


Tahun 2023

No Kriteria Jumlah Persen


1 Puas 6 60
2 Tidak Puas 4 40
Jumlah 10 100

Berdasakan tabel 3.14 di atas, sebagian besar (60%) responden merasa puas
terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang Bedah RSUD Pringsewu.

D. Money
 Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung diperoleh
melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
 Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur permintaan
barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.

E. Marketing
 Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti BPJS dan umum.
 Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan dan Rumah
Sakit untuk kegiatan praktek klinik mahasiswa.

3.2 Analisa SWOT

Strengths Weaknesses Opportunities


Threats (Ancaman)
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan)
Man Man Man Man
 Periode agustus  Periode  Adanya  Semakin kritisnya
Jumlah Pasien Meinilai BOR kebijakan masyarakat
130, lama hari 57,5 %, rumah sakit sehingga
rawat 518 hari AVLOS 3 hari memberikan menuntut untuk
 Jumlah perawat (s=6-9 hari). kesempatan mendapat
(karu+katim+PP)  Masa kerja bagi perawat pelayanan
14 orang, perawat di untuk keperawatan yang
kebutuhan ruang Bedah meningkatkan optimal
menurut rumus 14,3 % < 5 pendidikan  Semakin maju
gillies 13 orang tahun. 85,7% > dan pelatihan. dan
 Tingkat 5 tahun berkembangnya
pendidikan  Perawat yang pemikiran serta
perawat DIII 8 pernahmengikut pendidikan
orang dan 2 diklat BTCLS masyarakat
orang S1,4orang 14 orang dan mampu
Ners (menurut yang aktif btcls membandingkan
Gillies idealnya nya hanya 1 dan memilih
perawat ahli : orang. pelayanan yang
perawat terampil lebih baik.
adalah 69,2% :
30,8%)

Method Method Method Method


 Adanya visi dan  Belum adanya Visi  Adanya kerja sama  Adanya banyak
misi Rumah sakit dan Misi ruangan yang baik antara RS yang
 Penerimaan pasien bedah untuk institusi pendidikan memberikan
baru diberikan meningkatkan kesehatan dan pelayanan yang
informed consent kualitas pelayanan. rumah sakit dalam kompetitif
 Pemenuhan  Pada penerimaan kegiatan praktek
kebutuhan pasien pasien baru terkadang klinik mahasiswa.
sesuai dengan ditemukan keluarga /  Adanya pelatihan
pengkajian dan pasien tidak dan diklat terhadap
masalah yang di diorientasikan perawat untuk
temukan terhadap ruangan dan meningkatkan
 Adanya gelang fasilitas lainnya kapasitas baik
identitas pada pengetahuan dan
pasien baru yang  Peningkatan tindakan
mencegah komunikasi efektif keperawatan
terjadinya SBAR belum optimal ataupun cara
kesalahan pasien pengisian
 Timbang terima dokumentasi askep
dilakukan setiap
penggantian shift
 Pemberian obat
dilakukan dengan
sistem
tersentralisasi,
sehingga obat tidak
disimpan oleh
pasien
 Penyimpanan obat
di lemari tersendiri,
diberikan nama
umur dan diagnose
perpasien
 Adanya etiket
LASA (Look Alike
Sound Alike)
 Terdapat safety
book untuk alat
limbah medis
 Adanya kotak
sampah 2 warna
untuk memilah
sampah sejak awal,
limbah medis,
limbah rumah
tangga (plastik,
kertas dll,

Material Material Material Material


 Ada 7  Tidak tersedia daftar  Perlunya Semakin banyak RS
RuanganPerawatan pasien rawat inap pengemasan alat yang berdiri mulai
dengan fasilitas 18 diruang bedah yang steril yang dari tipe c dan b
TT, AC, Kamar  Pada kamar mandi efisien yang berlomba
mandi didalam, ada didekat closed ada  Perlunya memberikan
tirai yang pegangan untuk penambahan alat pelayanan terbaik
membatasi pasien keselamatan pasien yang kurang seperti
satu dengan minor surgery, set
lainnya, kamar perawatan luka,
mandi emergency set
menggunakan
closet duduk,
 Pintu kamar mandi
terbuka keluar
 Ruangan bersih,
nyaman, ventilasi
cukup, air cukup,
tidak ada bau
kurang sedap dari
kamar mandi
 Ruangan penunjang
keperawatan yang
cukup memadai
 Sterilisasi telah
tersentralisisasi
dengan
menggunakan
sistem CSSD
 Oksigen yang
tersentralisasi
 Adanya safety box
untuk tempat
pembuangan alat
medis tajam yang
sudah tidak
digunakan
 Adanya kotak
sampah dua warna
untuk memilah
sampah yang ada di
ruangan
 Sarana keselamatan
gedung terhadap
kebakaran tersedia
(APAR)
 Sarana dan prasara
cukup memadai
Money Money Money Money
 Adanya uang jasa  Uang tidak dikelola  Penyediaan  Tidak ada
pelayanan dari sendiri oleh ruangan, kebutuhan bahan ancaman
BPJS sehingga jika ada habis pakai di
keperluan ruangan ruangan dapat
akan sulit untuk langsung diperoleh
memenuhinya melalui amprahan
permintaan barang
ke logistik.
 Penyediaan alat/
fasilitas ruangan
dapat dilakukan
melalui prosedur
permintaan barang
yang diajukan
kebagian
administasi rumah
sakit.
Marketing Marketing Marketing Marketing
 Adanya pelanggan  Pandangan  Biaya yang lebih  Tidak ada ancaman
peserta asuransi masyarakat tentang murah untuk pasien
kesehatan (BPJS) RS yang kurang baik umum
 Adanya pelanggan  Adanya kerjasama
pasien umum. yang baik antara
Institusi Pendidikan
Kesehatan dan
Rumah Sakit untuk
kegiatan praktek
klinik mahasiswa

Perumusan Masalah
Masalah
No A B C D E F G H I J JUMLAH RANK
Manajemen
1. Kurangnya
pendidikan dan
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31 5
pelatihan tambahan
I. Prioritas Masalah
bagi tenaga perawat
2 Struktur organisasi
Keterangan Bobot
belum ada sesuai
3 3 2 3 1 4 : Sangat
4 4 Rendah
4 3 3 33 3
dengan MPKP
2 : Rendah
metode Tim
3 : Cukup
3. Tidak ada daftar
pasien yang dirawat 3 4 4 3 4 4 : Tinggi
3 3 3 3 4 34 2
inap di Ruang bedah 5 : Sangat Tinggi

4. Belum adanya Visi


dan Misi ruangan
bedah untuk 3 3 3 3 4 4 5 4 3 3 35 1
meningkatkan
kualitas pelayanan
5. Belum adanya
pendelegasian secara
tertulis dari Kepala
Ruangan kepada 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 32 4
kepala Tim, pada
saat kepala ruangan
berhalangan.

Keterangan :
A : Resiko terjadi
B : Resiko parah
C :Potensialuntuk pelatihan
D : Minat perawat
E : Mungkin diatasi
F : Sesuai program
G : Tempat
H :Fasilitas kesehatan
I : Sumber daya
J : Sesuai dengan peran
perawat

Sesuai hasil perhitungan diatas maka prioritas masalah yang ditemukan yaitu :
1. Belum adanya Visi dan Misi ruangan bedah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
2. Belum ada daftar pasien yang dirawat inap di Ruang bedah
3. Struktur organisasi belum ada sesuai dengan MPKP metode Tim
4. Belum adanya pendelegasian secara tertulis dari Kepala Ruangan kepada kepala Tim,
pada saat kepala ruangan berhalangan.
5. Kurangnya pendidikan dan pelatihan tambahan bagi tenaga perawat

Anda mungkin juga menyukai