Anda di halaman 1dari 45

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan masyarakat
Indonesia. Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan terus berupaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi. Peran tersebut pada dewasa ini semakin dituntut akibat adanya
perubahan-perubahan epidemiologik penyakit, perubahan struktur organisasi,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosioal ekonomi
masyarakat dan pelayanan yang lebih efektif, ramah dan sanggup memenuhi
kebutuhan mereka.
Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan
dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan
asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai
kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai, maka setiap
tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
Manajemen menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan zaman,
begitu juga organisasi tanpa manajemen akan menjadi sulit. Organisasi
diselenggarakan karena adanya kepentingan atau tujuan yang hendak dicapai.
Setiap organisasi mempunyai keterbatasan akan sumber daya manusia, uang dan
fisik untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan mencapai tujuan tergantung
pada pemilihan tujuan yang akan dicapai dengan cara menggunakan sumber daya

1
2

untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan apa yang diharapkan, maka salah
satu aspek yang diperhatikan adalah faktor manusia. Tanpa adanya kerjasama sulit
bagi organisasi untuk mencapai sukses dan adapun kiranya untuk mencapai tujuan
tersebut organisasi atau perusahaan seharusnya turut membantu menciptakan
prestasi kerja karyawan.
Prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari
tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja. Perusahaan atau
organisasi dapat menjadikan penilaian prestasi kerja sebagai acuan atau standar di
dalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan karyawan,
memotivasi, meningkatkan keterampilan kerja, dan termasuk untuk promosi pada
jenjang karir yang lebih tinggi, pemberhentian dan penghargaan atau penggajian.
Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubungkan, meyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga
terdapat kerjasama yang terarah dalam mencapai tujuan organisasi. Usaha yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dengan memberi
arahan, mengadakan pertemuan dan memberi penjelasan, bimbingan atau nasihat.
Manajemen keperawatan mempelajari bagaimana mengelola sekelompok
perawat dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan kepada klien. Fokusnya adalah membahas tentang teori-teori
manajemen dan kepemimipinan untuk memberikan pelayanan keperawatan
profesional. Penekanannya meliputi penggunaan keterampilan manajemen dan
kepemimpinan pada asuhan klien secara menyeluruh melalui manajemen
pelayanan keperawatan dan berupaya memprakarsai perubahan yang efektif dalam
sistem asuhan keperawatan. Konsep dasar manajemen yang relevan dan spesifik
diaplikasikan pada pelayanan keperawatan, current issues yang berkaitan, serta
sesuai dengan perkembangan keperawatan dan pola pelayanan
keperawatan/kesehatan. Pemahaman akan berbagai konsep manajemen
keperawatan tersebut menjadi dasar untuk melakukan kajian dan telaah situasi
pada berbagai area pelayanan keperawatan.
3

Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling


berhubungan, saling bergantung, mempengaruhi dan berkepentingan. Oleh karena
itu, inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktik keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan profesional merupakan fokus utama keperawatan
Indonesia dalam proses profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa dicapai apabila
para perawat Indonesia menguasai pengelolaan keperawatan secara proporsional
pada saat ini dan masa yang akan datang. Manajemen Keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata, yaitu rumah sakit dan komunitas
sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus
dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan perubahan, konsep manajemen
keperawatan, perencanaan yang berupa rencana strategi mempelajari
cendekiawan, pengumpulan, perencanaan yang berupa rencana stratejik, melalui
pendekatan, pengumpulan data, analisis SWOT dan menyusun langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional khususnya dalam pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan
dan pengendalian.Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan praktek menejemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan mampu menggunakan menejemen dan
kepemimpinan pada asuhan keperawatan terhadap klien secara menyeluruh
melalui menejemen pelayanan keperawatan dan berupaya memperkrasai
perubahan yang efektif dalam sistem asuhan keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Mampu melaksanakan peran fungsi sebagai kepala ruangan, ketua tim atau
perawat primer dan perawat pelaksana diruang rawat inap yang meliputi :
4

a. Perencanaan (Planning)
1) Mampu melaksanakan analisa kebutuhan tenaga keperawatan
2) Mampu melaksanakan analisa kebutuhan sarana dan prasarana
keperawatan dalam ruang rawat inap
b. Pengorganisasian (Organizing)
Mampu menerapkan system penugasan yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi ruangan dengan focus pada metode penugasan tim atau
modifikasi tim primer
c. Penggerakan (Actuiting)
Mampu menerapkan komunikasi efektif dalam menejemen pelayanan di
ruang rawat inap diantaranya, operan, pre dan post conference,
discharge planning dan dokumentasi keperawatan.
d. Pengendalian (Controlling)
1) Mampu melaksanakan supervise pada kegiatan yang diruangan
2) Mampu meningkatkan kualitas pelayanan ataupun asuhan
keperawatan
3) Mampu melaksanakan ronde keperawatan di ruang rawat inap.
e. Evaluasi (Evaluation)
1) Mampu melaksanakan evaluasi pada penerapan standar asuhan
keperawatan
2) Mampu melaksanakan evaluasi kepuasan pasien dan perawat.
f. Mampu melaksanakan pengorganisasian kelompok untuk mengadakan
seminar dengan topik seminar yang berkaitan dengan menejemen
pengelolaan ruangan.

1.3 Waktu dan Tempat Praktek


Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan dilakukan di Ruang Mahoni RSUD
Kota Tangerang yang berlangsung selama 2 minggu mulai tanggal 6 Mei 2019
sampai 17 Mei 2019.
5

1.4 Cara Pengumpulan Data


Adapun tehnik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Tehnik wawancara
Yaitu dengan mengumpulkan data primer dan sekunder dengan cara Tanya
jawab langsung terhadap klien, keluarga dan tim kesehatan
b. Tehnik observasi
Yaitu melakukan observasisecar alangsung denganmelihat langsung kepada
klien selama melakukan praktek
c. Pemeriksaan fisik
Yaitu tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
d. Studi dokumentasi
Dengan cara mencari bahan acuan dan landasan teori yang berkaitan debgan
kasus yang dihadapi sehingga dapat membandingkan dengan dilapangan
e. Studi dokumentasi
Yaitu dengan melihat atau membaca status klien meliputi catatan
keperawatan dan sumber lain
f. Partisipasi aktif
Yaitu dengan melibatkan klien sebagai system untuk ikut serta dalam
merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan.

1.5 Kategori Penilaian


Setelah masing-masing data didapatkankemudian akan dilakukan penilaian
menggunakan presentase lalu ditafsirkan dengan kalimat kualitatif berdasarkan
Arikunto (2014) yaitu : Kriteria sangat baik (76-100%), baik (56-75%),
cukup/kurang (21-55%), sangat kurang (1-20%).

1.6 Peserta Praktek


Mahasiswa tahap profesi Ners Program Study Ilmu Keperaatan STIKes Yatsi
Tangerang periode 2018/2019 di Ruang Mahoni RSUD Kota Tangerang dengan
anggota
a. Arif Setiawan
6

b. Emlia Agustina Gultom


c. Ike Nurjanah
d. Ika Yuliawati
e. Marpuah
f. Mia Agustien
7

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit


2.1.1 Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang didirikan sebagai
upaya tindak lanjut Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat Kota Tangerang, yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Pengembangan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang adalah pelayanan berdasarkan standar Rumah Sakit Umum
kelas C non kelas dengan kapasitas 150 TT yang dilaksanakan sesuai
dengan situasi dan kondisi rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang berlokasi di pusat Kota
Tangerang, di Jl.Pulau Putri Raya Perumahan Modernland Kelurahan
Kelapa Indah Kecamatan Tangerang. Pembangunan fisik RSUD telah
dibuat dengan memperhatikan zoning dan rencana alur pelayanan sehingga
tidak menyalahi aturan standar persyaratan yang ditetapkan oleh Profil
RDUD Kota Tangerang Tahun 2014, Kementerian Kesehatan RI serta
aman, efektif dan efisien bagi pasien.
Pelayanan rumah sakit melihat dan mengacu kepada sumber daya
yang ada akan memberikan keuntungan kepada masyarakat, dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan pegawai. Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang yang direncanakan pada tahun 2012 dan telah selesai
pembangunannya dalam waktu 1 tahun, berdiri di atas lahan sebesar
14.000M2 dengan tinggi bangunan 8 lantai, merupakan Rumah Sakit tipe
C non kelas. Fasilitas yang disediakan terdiri dari Instalasi gawat darurat,
Instalasi rawat jalan dengan 4 bidang spesialistik dasar dan 8 bidang
spesialistik tambahan lainnya, Instalasi rawat Inap dengan 300 tempat
tidur, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, Hemodialisa, Radiologi,
Laboratorium, Farmasi, Rehabilitasi Medik, Ruang jenazah, dapur,

7
8

laundry, CSSD, IPSRS, Ruang Administrasi Rumah Sakit, Ruang Medical


Record, dan Ruang Keamanan serta sudah mendapat akreditasi sesuai
dengan standar pelayanan. Dan pada tahun 2013 berdasarkan SK Walikota
No 445/Kep.87-RSUD/2014 , tertanggal 30 Januari 2014 ,RSUD Kota
Tangerang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
dengan status BLUD penuh dan telah diresmikan oleh Walikota H. ARIF
R WISMANSYAH pada tanggal 10 Maret 2014 dan dihadiri oeh tokoh -
tokoh masyarakat Kota Tangerang kemudian penyerahan sertifikat
penempatan kelas RSUD Kota Tangerang oleh Menteri Kesehatan RI pada
tanggal 23 Juli 2014

2.1.2 Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang


a. Unsur Organisasi Struktural
Unsur Organisasi Struktural Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang terdiri dari:
1) Direktur
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang
membawahi : Bagian Tata Usaha, Bidang Pelayanan Medik Dan
Keperawatan, Bidang Pelayanan Penunjang, Bidang Perencanaan,
Penelitian, Dan Pengembangan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah, Instalasi
Perawatan Intensif,Instalasi Kebidanan, Instalasi Radiologi,
Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Rehabilitasi
Medik, Instalasi Hemodialisis, Instalasi Rekam Medik, Instalasi
Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana, Instalasi Gizi, Instalasi
Pemulasaraan, Komite Medik, Komite Keperawatan, Staf Medik
Fungsional, Satuan Pemeriksaan Internal, Kelompok Jabatan
Fungsional
2) Bagian Tata Usaha, membawahi: Sub Bagian Umum, Sub Bagian
Keuangan, Sub Bagian Kepegawaian
3) Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
9

Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan membawahi: Seksi


Pelayanan Medik, Seksi Keperawatan
4) Bidang Pelayanan Penunjang
Bidang Pelayanan Penunjang membawahi: Seksi Pelayanan
Penunjang Medik, Seksi Pelayanan penunjang Non Medik
5) Bidang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan
Bidang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan membawahi:
Seksi Perencanaan, Seksi Penelitian dan pengembangan
b. Unsur Organisasi Non Struktural
Unsur Organisasi Non Struktural Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Tangerang terdiri dari : Instalasi Rawat Jalan , Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah, Instalasi Perawatan Intensif,
Instalasi Kebidanan, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Hemodialisis,
Instalasi Rekam Medik, Instalasi Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana,
Instalasi Gizi, Instalasi Pemulasaraan, Komite Medik, Komite
Keperawatan, Staf Medik Fungsional, Satuan Pemeriksaan Internal,
Kelompok Jabatan Fungsional

2.1.3 Visi dan Misi


Visi RSU Kota Tangerang adalah “terwujudnya RSUD Kota Tangerang
sebagai Rumah Sakit rujukan yang berdaya saing tinggi dan berakhlakul
karimah”
Misi RSU Kota Tangerang adalah :
a. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang bermutu,
terjangkau dan terpercaya
b. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian
kesehatan.
c. Mewujudkan rumah sakit yang nyaman dan ramah lingkungan.
10

2.1.4 Falsafah
Bekerja sama dengan prinsip Kerja Tim untuk mencapai visi dan misi

2.1.5 Nilai
Nilai/budaya kerja RSUD Kota Tangerang yaitu dalam memberikan
pelayanan utamakan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun

2.1.6 Tujuan
Tujuan RSUD Kota Tangerang adalah:
a. Tersedianya bangunan yang kokoh, bersih, menarik, nyaman, sesuai
dengan harapan masyarakat, peralatan yang lengkap dan mengikuti
perkembagan teknologi.
b. Tersedianya SDM yang mempunyai skill, knowledge, dan attitude
yang sesuai dengan norma-norma di masyarakat.
c. Tersedianya sistem dan sub-sistem yang efektif dan efisien.
d. Terwujudnya dukungan RS terhadap RPJMD Kota Tangerang.
e. Terwujudnya pelayanan yang profesional dalam hal produk
pelayanan, fasilitas pelayanan dan cara memperlakukan pelanggan.
f. Terselenggaranya pelayanan kesehatan perorangan yang mendukung
pembangunan kesehatan daerah.
g. Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota
Tangerang

2.1.7 Motto
Motto kerja melayani dengan CINTA
(Cepat, Inovatif, Nyaman, Tepat dan Akurat)
11

2.1.8 Gambaran Umum Ruang Mahoni


a. Deskriptif Ruangan
Nama RS : RSUD Kota Tangerang
Nama Ruangan : Mahoni
Jenis type / kelas : Kelas 3 non kelas terdiri dari 26 bed
Kapasitas Ruangan : 5 Ruang perawatan, dan 1 ruang isolasi
terdapat masing-masing 1 kamar mandi diruang perawatan, 26 lemari
pasien, 26 tiang infus dan 26 oksigen dinding dan suction, 1 Nurse
Station, 1 kamar mandi petugas, dan 1 ruang kepala ruangan dan
petugas, 1 ruang spoelhook, dan 1 ruang untuk penyimpanan BHP dan
1 ruangan pantry.
Jumlah Tempat Tidur : 26 TT
Jenis Penyakit : Ruang Penyakit campuran (Paru, Jantung,
Syaraf, Mata, Kulit dan THT)
Jumlah perawat : 10 Perawat D3, 4 perawat S1 Ners
Jumlah Asper : 1 orang
Jumlah ADM : 2 orang
Jumlah Cleaning Service : 1 orang
b. Fasilitas Ruang Mahoni
1) Ruang perawatan
Untuk ruang perawatan kelas 3 non kelas terdiri dari 26 TT, 1 Kamar
Mandi disetiap ruangan rawat inap, 26 lemari pasien, 26 tiang infus,
26 Oksigen dinding, terdapat 2 buah AC setiap ruang rawat inap.
2) Ruang petugas kesehatan
- Ruang jaga perawat
- Ruang pantry
- Kamar mandi
- Lemari penyimpanan alat
- Loker pribadi perawat
- Komputer
- Kulkas
12

- TV
- Dispenser
- Kipas angin dan AC
- Troly emergency
- Lemari penyimpanan B3
- Lemari linen
- Oksigen transportable
- Kulkas obat
- Rak berkas
- Set Ganti perban
- EKG Set
- Troly obat pasien
- Tempat sampah medis, non-medis dan safety box
c. Jenis Penyakit :
1) TB Paru
2) Stroke Hemoragic
3) Bronchopeumonia
4) Meningitis
5) ADHF
6) DM
7) Hipertensi
d. Jumlah perawat diruangan terdiri dari :
1) 1 kepala ruangan
2) 4 ketua tim
3) 9 perawat pelaksana
4) 1 Asper
13

Gambar 2.1.6
Struktur Organisasi Ruang Mahoni
Kepala ruangan

Katim 1 Katim 2 Katim 3 Katim 4

Asper

Keterangan :
: Kepala Ruangan
: Ketua Tim 1
: Ketua Tim 2
: Ketua Tim 3
: Ketua Tim 4
: Perawat Pelaksana Tim 1
: Perawat Pelaksana Tim 2
: Perawat Pelaksana Tim 3
: Perawat Pelaksana Tim 4
: Asper
14

Tabel 2.1
Jumlah Tempat Tidur (TT) Di Ruangan Mahoni
NO KELAS RUANGAN KETERANGAN
1 Isolasi 1 perempuan / laki - laki
2 Kamar 506 5 TT Perempuan Paru
3 Kamar 507 5 TT Laki-laki Paru
4 Kamar 508 5 TT Laki-laki Jantung Syaraf,
THT, Kulit
5 Kamar 509 5 TT Perempuan Jantung Syaraf,
THT, Kulit
6 Kamar 510 1 Laki-laki/Perempuan
Jantung Syaraf, THT, Kulit
7 R. Tindakan 1
8 Nurse station 1
9 R. Kepala ruangan 1
dan Ruang perawat
10 Pantri 1
11 R. alat dan BHP 1
12 R. Spoelhook 1
JUMLAH 12 26 TT

Tabel 2.2
Latar Belakang Pendidikan Perawat Diruangan Mahoni
NO Ketenagaan Pendidikan Jumlah Ket
1 Kepala Ruangan S1 Ners 1 orang
2 Ketua Tim D3 Kep 4 orang
3 Pelaksana S1 Ners 3 orang
D3 Kep 6 orang
4 Asper 1 org
15

Gambar 2.3
Denah Ruangan Kemuning Atas
pantry I
R. S
P O
L
506 507
Tindakan
R prwt& A
karu S
I Ns i

N Jalur evakuasi

T R Cuci
alat
Gudang
U 510 509 508

2.2 Unsur Input


2.3.1 Fungsi Manajemen
a. Perencanaan (planning)
1) Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek yang dilakukan di Ruang Mahoni RSU
Kota Tangerang adalah dengan melakukan pre conference dan post
conference setiap pergantian shift. Di dalam pre conference
dibicarakan mengenai keadaan pasien, tindakan keperawatan yang
sudah diberikan kepada pasien oleh perawat sebelumnya, rencana
tindakan yang akan diberikan oleh perawat selanjutnya, tindakan
yang belum dilakukan oleh perawat sebelumnya, perencanaan pasien
yang akan pulang.
2) Jangka Panjang
Didalam pre conference diruang Mahoni dipimpin oleh kepala
ruangan. Kepala ruangan juga selalu mengontrol ruangan untuk
mengetahuai kekurangan dan kebutuhan yang ada diruang Mahoni,
jika ada kekurangan di ruang Mahoni kepala ruangan mengajukan
proposal ke bagian manager pembiayaan di RSU Kota Tangerang,
contohnya pengajuan untuk jangka panjang yaitu kekurangan alat-
alat medis.
16

b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian di Ruang Mahoni RSU Kota Tangerang
menggunakan metode tim, dimana terdapat 2 tim dengan kepala
ruangan, wakil kepala ruangan, ketua tim dan anggota di dalamnya.
Ketua timber tanggungjawab terhadap SDM (Sumber Daya Manusia).
Ketua tim bertugas mengatur dan menentukan tugas-tugas yang akan
dilakuka perawat pelaksana. Ruang Mahoni terdiri 4 ruang perawatan.
1) Penggerak (actuating)
Kepala Ruang Mahoni bersifat terbuka kepada semua perawat
diruangan contohnya dalam operan shift kepala ruangan selalu ikut
operan ke setiap ruangan, sehingga semua perawat diruang Mahoni
terjalin keakraban satu sama lain dan kerjasama yang baik.
2) Pengendalian/ pengawasan (controlling)
a) Jangka Pendek
Kepala ruang Mahoni selalu mengawasi perawat pelaksana
agar mengetahui sejauh mana pekerjaan yang sudah dilakukan
dan masalah-masalah apa saja yang ada. Contohnya kepala
ruang perawatan selalu bertanya kepada perawat pelaksana ada
masalah atau tidak dalam tugas yang diberikannya. Selain itu
Kepala Ruangan mengadakan supervisi baik secara langsung
atau tidak langsung kepada perawat pelaksana. Setiap perawat
diruang Mahoni selalu melakukan pendokumentasian tindakan
yang telah dilakukan.Misalnya setiap pemberian obat dan
tindakan keperawatan kepada pasien, perawat pelaksana selalu
melakukan pendokumentasian dididalam buku rekam medik
pasien.
b) Jangka Panjang
Kepala ruangan selalu mengadakan pengontrolan evaluasi
tenaga kerja atau barang.
17

3) Penilaian (evaluasi)
Diruang Mahoni evaluasi dilakukan oleh kepala ruangan pada saat
post conference,dimana kepala ruangan bertanya kepada perawat
pelaksana tentang sejauh mana pekerjaan atau tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan dan tindakan - tindakan yang belum dilakukan
serta masalah-masalah apasaja yang ada.

2.3 Unsur Output


a. BOR : Bed Occupation Rate, adalah rasio pengguna tempat tidur.
Rumus perhitungannya sebagai berikut :
Jumlah hari perawatan (HP) x 100

BOR= Jumlah TT X Hari

69.48
65.38 67.00 68.85
70.00 64.39 65.13
60.58
57.44 57.82
60.00 53.97
51.12
50.00 43.97

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sept Okt Nop Des

Dari hasil perhitungan yang menggunakan rumus BOR (Bed Occupation


Rate) diperoleh hasil bahwa penggunaan tempat tidur tertinggi yang terendah
pada bulan Juni 2018 sebesar (43.97). Angka yang menunjukkan presentase
tempat tidur yang digunakan dalam satu tahun, BOR ideal = 75-85%.
18

b. ALOS: Average Length Of Stay adalah rata-rata lama pasien dirawat dalam
satu periode. Rumus perhitungannya sebagai berikut :

Jumlah lama dirawat

ALOS=Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal

ALOS RSUDKT
4 4 4 4 4 4 4

3 3 3 3 3

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sept Okt Nop Des

Dari hasil perhitungan yang menggunakan rumus ALOS (Average Length Of


Stay) diperoleh hasil bahwa rata-rata lama pasien dirawat terbanyak pada
bulan (Februari, Maret, April, Mei, Agustus, September dan November 2018)
sebesar 4 harisedangkan penggunaan tempat tidur yang terendah pada bulan
(Januari, Juni, Juli, Oktober dan Desember 2018) sebesar 3 hari. Angka yang
menunjukkan rata-rata lamanya seorang pasien dirawat, ALOS ideal = 3-12
hari.

c. TOI :Turn Over Interval yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Rumus perhitungannya sebagai
berikut :
(Jumlah Tempat Tidur x Periode) – Hari Perawatan

TOI=Jumlah pasien keluar Hidup dan Meninggal


19

TOI RSUDKT
3.9
3.55

2.77 2.67
2.61
2.41

1.8 1.93 1.93


1.52 1.62 1.53

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sept Okt Nop Des

Dari hasil perhitungan yang menggunakan rumus TOI (Turn Over Interval)
diperoleh hasil bahwa rata-rata hari dimana tempat tidur ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya tertinggi yaitu pada bulan Juni 2018 sebesar
(3.9) sedangkan yang terendah pada bulan Oktober 2018 sebesar (1.52), TOI
ideal =1-3 hari.

d. BTO : Bed Turn Over yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu
periode atau berapa kali tempat tidur yang dipakai dalam satu satuan waktu
(periode). Rumus perhitungannya sebagai berikut :

Jumlah pasien keluar & (H+M)

BTO= Jumlah tempat tidur


20

BTO RSUDKT
6.73 6.73
5.96 6.19
5.73 5.77
5.35
4.85
4.58 4.77
4.27 4.31

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sept Okt Nop Des

Dari hasil perhitungan yang menggunakan rumus BTO (Bed Turn Over) diperoleh
hasil bahwa frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu periode atau berapa kali
tempat tidur yang dipakai dalam satu satuan waktu (periode) tertinggi yaitu pada
bulan September dan Oktober sebesar (6.73) sedangkan yang terendah pada bulan
Mei sebesar (4.27), BTO ideal = >30 kali

2.4 Hasil Evaluasi Penerapan SAK


2.4.1 Kajian teori
Menurut Nursalam (2012) standar merupakan pernyataan yang absah,
model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai
tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam,
2012) :
a. Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria yang harus
dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan, apabila kriteria-kriteria
tersebut dapat dipenuhi maka mutu asuhan keperawatan dapat
21

dipertanggung jawabkan secara profesional dengan memahami dan


mematuhi kriteria dalam standar asuhan keperawatan yang selanjutnya
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan maka bukan hanya
keprofesian yang dapat dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi
pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek keamanan dan kenyamanan
pasien.
b. Suatu ruang perawatan di sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang
dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf di ruangan tersebut. Ruang
perawatan harus mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan
dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10 penyakit terbanyak
yang sering muncul di ruang tersebut.

2.4.2 Kajian Data


Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok lakukan bahwa di
Ruang Mahoni ditemukan SAK berdasarkan kriterian Nanda NIc Noc.
Ruang Mahoni mempunyai standar Asuhan Keperawatan mencangkup 10
besar penyakit terbanyak, bedasarkan Nanda NIC NOC, terdapat cover yang
mencantumkan Rumah Sakit dan dijilid dengan rapih, dan aksesnya mudah
dijangkau oleh semua perawat ruangan yaitu di nurse station.

2.4.3 Standar Operating Prosedur (SOP)


SPO (Standar Operasional Prosedur) seperti umumnya ruangan lainnya.
Dijilid rapih tercantum tahun pembuatan, halaman dan daftar isi. SPO
disusun oleh POKJA dan kemudian disahkan berasarkan surat perintah
Direktur RSUD Kota Tangerang, SPO ini disusun berdasarkan dari juklak
tindakan keperawatan.
22

Protap tindakan keperawatan pasien di Ruang Mahoni menggunakan


pedoman perawatan dasar tahun 2016 yang berisi :

Standar Operasional Prosedur ( SOP )


di Ruang Mahoni RSUD Tangerang
Tanggal
No. Nama SOP Nomor Dokumen
Diterbitkan
1 Menerima pasien baru 02.04.001 23 Februari 2016
2 Pelayanan pasien berkelanjutan 02.04.159 23 Februari 2016
3 Mengukur suhu tubuh 02.04.018 23 Februari 2016
4 Menghitung pernapasan 02.04.003 23 Februari 2016
5 Mengukur tekanan darah 02.04.002 23 Februari 2016
6 Menghitung denyut nadi 02.04.004 23 Februari 2016
7 Disharge Planning 02.04.042 23 Februari 2016
8 Pasien Pulang 02.04.043 23 Februari 2016
9 Pemberian obat per oral 02.04.022 23 Februari 2016
10 Memberikan obat secara intracutan 02.04.023 23 Februari 2016
11 Memberikan obat subcutan 02.04.024 23 Februari 2016
12 Memberikan obat tetes mata 02.04.027 23 Februari 2016
13 Memeberikan obat intramuskular 02.04.025 23 Februari 2016
14 Memeberikan obat telinga 02.04.028 23 Februari 2016
15 Memberikan obat suntikan intrvena 02.04.026 23 Februari 2016
16 Menimbang berat badan dan mengukur 02.04.017 23 Februari 2016
tinggi badan
17 Memasang selang nasogatrik 02.04.053 23 Februari 2016
18 Melepas selang nasogastrik 02.04.054 23 Februari 2016
19 Melakukan Bilas lambung 02.04.052 23 Februari 2016
20 Memasang kateter 02.04.030 23 Februari 2016
23

21 Melepas kateter 02.04.031 23 Februari 2016


22 Mengukur balance cairan) 02.04.102 23 Februari 2016
23 Penanganan complain 02.04.153 23 Februari 2016
24 Perawatan luka 02.04.016 23 Februari 2016
25 Memberikan oksigen perkanula 02.04.019 23 Februari 2016
26 Pelayanan preventif, paliati, kuratif dan 02.04.158 23 Februari 2016
rehabilitative
27 Hisap lendir/suction 02.04.007 23 Februari 2016
28 Memasang infuse 02.04.083 23 Februari 2016
29 Melepas infus 02.04.082 23 Februari 2016
30 Mengganti cairan infus 02.04.087 23 Februari 2016
31 Melaksanakan pergantian shift 02.04.011 23 Februari 2016
32 Catatan perkembangan pasien 02.04.046 23 Februari 2016
terintegrasi
33 Komnikasi efektif untuk mendorong 02.04.095 23 Februari 2016
keterlibatan pasien dalam pelayanan
34 Memindahkan pasien dari brancard ke 02.04.070 23 Februari 2016
tempat tidur
(Sumber : Data Primer Ruang Mahoni)

2.4.4 Proses Asuhan Keperawatan


a) Pengkajian
Dalam pengkajian perawat mencatat data yang dikaji sesuai dengan
pedoman pengkajian, data dikelompok bio-psiko-sosial-spiritual, data
dikaji sejak pasien masuk sampai pulang dan rumusan masalah
dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan
norma.
24

b) Diagnosis Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosis keperawatan sudah berdasarkan masalah
yang telah dirumuskan, mencerminkan PE/PES dan diagnose
keperawatan actual dan potensial
c) Perencanaan
Perawat mengatakan bahwa rencana tindakan keperawatan
menggunakan system ceklis diisi berdasarkan diagnosis keperawatan,
disusun menurut urutan prioritas, masalah, rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subjek, perubahan, perilaku, kondisi pasien/subyek,
perubahan, perilaku, kondisi pasien atau kriteria waktu, mengacu pada
tujuan dan rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/kelurga
serta tim kesehatan lainnya seperti dokter dan ahli gizi.
d) Implementasi
Perawat melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana yang
telah dibuat di dokumentasikan di lembar catatan tindakan keperawatan
berupa system ceklist dan pendokumentasian dilakukan setelah
melakukan implementasi.
e) Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh perawat terhadap tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan pada tujuan/kriteria pasien yang kana dicapai dan
pendokumentasian dilakukan.
f) Timbang Terima
Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 minggu didapatkan bahwa
pelaksanaan serah terima jaga atau operan di ruang Mahoni sudah
dilakukan sesuai dengan SPO
g) Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawata yang
bertugas di ruang Mahoni, ronde keperawatan belum dilakukan
dikarenakan belum maksimalnya pembahasan kasus yang terjadwal
secara rutin dan kontinyu
25

h) Pasien Safety
Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 minggu tentang pelaksanaan
Universal Precaution didapatkan pelaksanaan cuci tangan sudah
dilakukan oleh perawat pada momen setelah melakukan tindakan
keperawatan, tetapi untuk momen sebelum kepasien ada 10 perawat
yang masih belum melakukan.
i) Disharge Planning
Menurut Nursalam (2011) Discharge planning adalah suatu proses
dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti
dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan
maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien
merasa siap untuk kembali lingkungannya. Pada system penugasan
penugasan metode tim pada saat pasien masuk. Dari hasil pengamatan
data discharge planning sudah dilakukan dan diisi pada lembar discharge
planning pada pasien.

2.4.5 Instrumen Kepuasan


Dirungan Mahoni sdah terpasang kotak saran untuk menyampaikan keluhan
pasien, untuk instrument penilaiankepuasan pasien yang dignakan adalah
instrument evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit,
kesan dan saran. Ruang mahoni sudah dilakukan oleh tim mutu durangan
yang ditunjuk oleh kepala ruangan dan diserahkan setiap bulan ke TIM
KMKM RSUD Kota Tangerang.

Tabel 2.15 Kepuasan Pasien/Keluarga Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan


No Kateristik Kategori
Puas Tidak Puas
1 Keandalan 60% 40%
2 Jaminan 88% 12%
3 Kenyataan 56% 44%
26

4 Empati 62% 38%


5 Tanggung jawab 73% 27%

Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh mahasiswa kepada 10


sampel yang rata-rata berpendidikan SLTA yaitu keluarga pasien didapatkan
data seperti terlihat diatas.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tingkat kepuasan pasien nyaris
mendekati perbandingan 1:1 dengan angka ketidakpuasan. Hal ini menjadi
masalah serius bagi manajemen.

2.4.6 Evaluasi Kepuasan Kinerja Perawat


Dibawah ini adalah hasil analisa data dari penyebaran instrument yang
dibagikan pada tanggal 6-12 Mei 2019 pada 13 Perawat di Ruang Mahoni

Tabel 2.5.6 Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat


No Kateristik Kategori
Puas Tidak Puas
1 Budaya dan Nilai Organisasi 85% 15%
2 Peluang 55% 45%
3 Komunikasi 80% 20%
4 Kepemimpinan 55% 45%
5 Aktifitas kerja 65% 35%
6 Lingkungan kerja 70% 30%
7 Kompensasi 20% 80%

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan mahasiswa dari


tanggal 6-12 Mei 2019 pada 13 perawat dapat dilihat pada table 2.5.6 diatas.
Menjadi perhatian bagi mahasiswa bahwa angka kepuasan khususnya poin 7
yaitu tentang menyangkut kompensasi adalah 20%, pengkajian lebih lanjut
pada perawat, yang merasa tidak puas karena adanya beberapa factor yaitu
tentang pemberian insentif yang tidak tepat waktu, perlakuan dan perhatian
27

institusi rumah sakit terhadap karyawan rumah sakit dirasa kurang, jumlah
gaji yang diberikan dirasa kurang karena Risiko pekerjaan.

2.5 Analisa SWOT


Dalam analisa SWOT yang ada diruang Mahoni ditemukan ada empat unsur
pokok yang diperlukan dan dipahami sehingga pelaksanaan rencana akan dapat
lebih lancar. Keempat unsur tersebut yaitu :
a. Strength (kekuatan)
Kekuatan adalah berbagai kelebihan yang dimiliki oleh ruangan Mahoni dan
apabila dapat dimanfaatkan akan berperan besar dalam memperlancar
berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang dimiliki oleh ruang Mahoni
sesuai visi dan misi rumah sakit.K ekuatan ruang Mahoni adalah :
1) Ruang Mahoni memberikan pelayanan keperawatan dengan penuh
tanggung jawab kepada pasien & kemprehensif, misalnya melakukan
tindakan keperawatan seperti pemberian obat dilakukan dengan 7 benar.
Perawat selalu menanyakan keadaan pasien sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, sehingga pasien merasakan kepuasan dalam
menerima pelayanan asuhan keperawatan
2) Setiap perawat diruang Mahoni melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
prosedur, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan serta mengutamakan keamanan pada saat
melakukan tindakan seperti penggunaan handscoon, gaun dan masker.
3) Adanya orientasi pegawai baru selama 3 bulan
4) Perawat ruang mahoni masih muda-muda
5) Semua perawat sudah dilakukan pelatihan BTCLS dan Infeksi Nosokomial
6) Adanya evaluasi kinerja yang dilakukan setiap tahun
7) Memiliki visi, misi, falsafah, moto RSUD Kota Tangerang
8) RSUD Kota Tangerang telah terakreditasi paripurna dan terkareditasi
Rumah Sakit Syariah
9) Disetiap shift ada penanggung jawab shift, ruangan
10) Ruang mahoni memiliki SAK dan SOP
28

11) Ruang Mahoni memiliki pembagian ruangan yang jelas untuk pasien
infeksi dan non infeksi
12) Ruang Mahoni selalu mengganti laken 1 hari sekali.
13) Ruang Mahoni merupakan bangsal kelas 3 non kelas menggunakan BPJS
14) Tersedia tempat sampah yang berbeda sampah
15) Pergantian alat yang rusak bisa langsung dilaporkan oleh instalsi terkait

b. Weakness (kelemahan)
Kelemahan ruang perawatan Mahoni adalah :
1) Perawat lulusan S1 Ners masih sedikit hanya 4 perawat (termasuk 1 orang
KARU) dan lulusan D3 perawat 10 perawat
2) Untuk menerapkan sistem MPKP belum dilaksanakan karena tenaga masih
kurang, dan model penugasan yang dilakukan yaitu model asuhan fungsional
3) Karu merangkap jadi CI ruangan untuk mentoring perawat baru dan
mahasiswa
4) Pencatatan dokumentasi belum dengan sistem komputerisasi dan digital,
semua dilakukan secara manual
5) Supervisi terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan belum dilakukan
optimal
6) Tidak adanya aseptik dispensing, obat masih disiapkan di ruangan oleh
perawat bukan dari farmasi dengan sistem single dose.
7) Diruang Mahoni pada setiap plabot pasien yang terpasang infus tidak
terpasang etiket / identitas pasien ( nama, tgl mulai star – selesai, kolf ke
berapa dan jumlah tetesan)
8) Diruang Mahoni belum menyediakan media informasi untuk edukasi seperti
bahaya pasien jatuh dari tempat tidur
9) Belum adanya poster dan leaflet untuk terapi latihan pada pasien stroke saat
di Rumah sakit dan setelah pulang ke rumah untuk diedukasi kepada pasien
dan anggota keluarga
10) House keeping atau CS yang belum maksimal dalam membantu pekerjaan
perawat saat pasien pulang tidak langsung merapihkan ruangan.
29

11) Terdapat lemari dan meja pasien yang kurang rapih


12) Belum tersedianya kotak saran yang dimanfaatkan sebagai masukakan
ruangan yang bisa diisi oleh semua pihak untukmeingkatkan mutu Rumah
Sakit

c. Opportunity (peluang/kesempatan)
Kesempatan adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh ruang
Mahoni, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya dalam mencapai
tujuan ruang Mahoni sesuai visi misi RSU Kota Tangerang yaitu :
1) Kesempatan yang ada diruang Mahoni adalah diruang Mahoni mempunyai
SDM yang ramah kepada pasien.
2) Adanya kesempatan perawat ruangan untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
3) Adanya kerjasama yang baik antar bidang di RSUD Kota Tangerang dalam
peningkatan pelayanan
4) Adanya sistem remunerase jasa berdasarkan kinerja dan jabatan
5) Di Ruang Mahoni Jadwal dr visite sesuai jam kerja yaitu jam 07-14 Wib

d. Threat (hambatan)
Hambatan disini adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi ruang
Mahoni, apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam mencapai tujuan
ruang Mahoni. Kendala yang dihadapi ruang Mahoni adalah
2) Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih
professional
3) Makin tingginya kesadaran msyarakat akan pentingnya kesehatan
4) Beban kerja yang tinggi dikarenakan pasien yang dirawat dengan DNR dan
inform consent yang mememrlukan perawatan di ruang intensif.
5) Adanya Rumah sakit lain disekitar Kota Tangerang dengan fasilitas lengkap
seperti tipe A dan B.
30

BAB III
ANALISA MASALAH

3.1 Inventaris Masalah


Inventaris masalah yang ada diruangan Mahoni yaitu :
a. Perawat lulusan S1 Ners masih sedikit hanya 4 perawat (termasuk 1 orang
KARU) dan lulusan D3 perawat 10 perawat
b. Karu merangkap jadi CI ruangan untuk mentoring perawat baru dan
mahasiswa
c. Pencatatan dokumentasi belum dengan sistem komputerisasi dan digital,
semua dilakukan secara manual
d. Supervisi terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan belum dilakukan
optimal
e. Tidak adanya aseptik dispensing, obat masih disiapkan di ruangan oleh
perawat bukan dari farmasi dengan sistem single dose
f. Perawat menyiapkan obat tidak memakai APD yang sesuai, ruangan
pencampuran obat belum tersedia
g. Diruang Mahoni pada setiap plabot pasien yang terpasang infus tidak
terpasang etiket / identitas pasien ( nama, tgl mulai star – selesai, kolf ke
berapa dan jumlah tetesan)
h. House keeping atau CS yang belum maksimal dalam membantu pekerjaan
perawat saat pasien pulang tidak langsung merapihkan ruangan.
i. Terdapat lemari dan meja pasien yang kurang rapih
j. Kotak saran yang ada belum dimanfaatkan sebagai masukkan ruangan yang
bisa diisi oleh semua pihak untuk meingkatkan mutu Rumah Sakit
k. Belum adanya poster dan leaflet untuk terapi latihan pada pasien stroke saat di
Rumah sakit dan setelah pulang ke rumah untuk diedukasi kepada pasien dan
anggota keluarga
l. Pasien batuk terutama pasien paru wanita dan laki-laki tidak memakai masker

30
31

3.2 Rumusan Masalah


Tabel 3.2 Rumusan masalah
No Data Masalah Penyebab
1. Di ruang Mahoni sistem aseptik Risiko terjadi Kurang
dispensing belum berjalan, obat kontaminasi pengetahuan
masih disiapkan di ruangan oleh terhadap obat yang petugas tentang
perawat bukan dari farmasi dengan diberikan kepada tehnik aseptic
sistem single dose. pasien sehingga dispensing dan
Dari hasil pengkajian tanggal 6-10 kualitas obat tidak Petugas tidak
Mei 2019: perawat menyiapkan obat sesuai yang memakai APD
tidak memakai APD diharapakan yang sesuai
2. Di ruang Mahoni Belum adanya Risiko anajemen Kurang
poster dan leaflet untuk terapi latihan kesehatan pasien pengetahuan
pada pasien stroke saat di Rumah stroke dalam latihan perawat tentang
sakit dan setelah pulang ke rumah ROM oleh pasien edukasi ROM,
untuk diedukasi kepada pasien dan dan keluarga tidak sarana dan
anggota keluarga, pengetahuan efektif prasarana yang
perawat yang kurang kurang
Dari hasil pengkajian tanggal 6-10
Mei 2019: edukasi tentang ROM
tidak maksimal
3 Di Ruang Mahoni pasien batuk tidak Risiko terjadi infeksi Kurang
memperhatikan etika batuk, dan nosokomial (TB) pengetahuan
pasien TB tidak mau menggunakan kepada petugas, petugas tentang
masker pasien dan pentingnya
Dari hasil pengkajian tanggal 6-10 pengunjung masker, pasien
Mei 2019: Pada pasien batuk yang tidak betah
terutama di Ruang paru wanita dan menggunakan
laki-laki tidak diberikan masker masker
4 Dari hasil pengkajian tanggal 6-10 Risiko terapi Kepedulian
32

Mei 2019: Diruang Mahoni pada pemberian cairan petugas tentang


setiap plabot pasien yang terpasang infus kurang efektif pentingnya etiket
infus tidak terpasang etiket / identitas infus masih
pasien ( nama, tgl mulai star – kurang, sarana dan
selesai, kolf ke berapa dan jumlah prasarana kurang
tetesan)

3.3 Prioritas Masalah


Dalam penentuan prioritas masalah banyak macamnya, secara sederhana
dibedakan menjadi 2:
a. Scoring Technique
Dengan cara ini pemilihan prioritas masalah dilakukan dengan memberikan
nilai (score) untuk parameter kriteria yang ditetapkan. Teknik merumuskan
dan atau menetapkan keputusan dengan menggunakan kriteria yang disusun
dalam bentuk matrik ini dikenal dengan nama teknik kriteria matriks.
b. Non Scoring Technique
Memilih masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, hanya dapat
dilakukan jika data tersedia dengan lengkap.
Mencari Penyebab Masalah dengan cara :
1) Diagram Sebab Akibat
Merupakan hubungan antara sebab (faktor yang mengakibatkan sesuatu
pada kualitas) dengan akibat (karakteristik kualitas). Lima faktor yang
berpengaruh/berakibat pada kualitas:
a) Manusia
b) Metode/cara
c) Lingkungan
d) Alat
e) Material/bahan
2) Analisa Masalah
Mengidentifikasi perubahan yang menimbulkan penyebab penyimpangan/
masalah tersebut. Untuk identifikasi diperlukan:
33

a) Fakta dan bukan fakta


b) Penentuan perbedaan antara fakta dan bukan fakta
c) Pencarian perubahan yang terjadi dalam daerah perbedaan
Dengan memperhitungkan keterbatasan waktu, wewenang dankemampuan
mahasiwa maka alternative penyesuaian masalah akan difokuskan pada 4
masalah. Tehnik yang digunakan untuk memprioritaskan masalah menggunakan
pembobotan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai-berikut :
a. Magnitude (Mg) : kecendrungan besar seringnya kejadian masalah
b. Severy (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
c. Manageability (Mn) : bisa dipecahkan
d. Nursing concern (Nr) : berfokus pada keperawatan
e. Affordability (Afd) : ketersediaan sumber manusia

Rentang yang digunakan 1-4 dengan kriteria sebagai berikut


Nilai 1 = tidak sesuai
Nilai 2 = kurang sesuai
Nilai 3 = cukup sesuai
Nilai 4 = sangat sesuai

Tabel 3.2 Analisa Masalah


No Masalah Aspek Jumlah Prioritas
Mg Sv Mn Nr Afd
1. Risiko terjadi 3 3 2 3 2 13 4
kontaminasi terhadap
obat yang diberikan
kepada pasien sehingga
kualitas obat tidak
sesuai yang diharapakan
2. Risiko anajemen 3 3 3 3 3 15 2
kesehatan pasien stroke
34

dalam latihan ROM oleh


pasien dan keluarga
tidak efektif
3 Risiko terjadi infeksi 3 3 3 4 3 16 1
nosokomial (TB) kepada
petugas, pasien dan
pengunjung
4 Risiko terapi pemberian 3 3 3 3 2 14 3
cairan infus kurang
efektif

Berdasarkan kajian data yang dilakukan selama 10 hari dapat diidentifikasi


permasalahan dalam lingkup manajemen keperawatan di Ruang Mahoni RSUD
Kota Tangerang sebagai berikut :
1. Risiko terjadi infeksi nosokomial (TB) kepada petugas, pasien dan
pengunjung
2. Risiko manajemen kesehatan pasien stroke dalam latihan ROM oleh pasien
dan keluarga tidak efektif
3. Risiko terapi pemberian cairan infus kurang efektif
4. Risiko terjadi kontaminasi terhadap obat yang diberikan kepada pasien
sehingga kualitas obat tidak sesuai yang diharapakan
35

3.4 Fishbone

METODE MAN

Terapi latihan pada pasien stroke


hanya dilakukan oleh tenaga
rehabilitasi medik
Perawat tidak melakukan edukasi
Proses penyampaian pentingnya mobilisasi terapi latihan pada pasien stroke Manajemen kesehatan
dan terapi latihan ROM pasien stroke hanya pasien stroke dalam latihan
melalui lisan, tidak dengan pengetahuan ROM oleh pasien dan
tahapan-tahapannya. Tingkat pendidikan perawat S1 Ners keluarga tidak efektif
Mobilisasi dan terapi latihan ROM pasen sebanyak 28,6%, D3 Kep sebanyak
stroke tidak berjalan dengan lancar pada semua 71,4%.
pasien stroke.
PROBLEM

Terbatasnya poster perihal terapi Anggaran dari BLUD RSUD Kota


latihan ROM pada pasien stroke Tangerang dan BPJS

Tidak adanya leafleat sebagai MACHINE


pengingat pasien dan keluarga
tentang stroke

MATERIAL
36

3.5 Fishbone

METODE MAN

Perawat tidak melakukan edukasi Resiko terjadi infeksi


etika batuk pada pasien TB nosokomial (TB) kepada
Diruang Mahoni pada setiap TB saat petugas, pasien dan
batuk tidak dipakaikan masker. pengunjung
Tingkat pendidikan perawat S1 Ners
sebanyak 28,6%, D3 Kep sebanyak
Kurangnya sosialisasi etika batuk dan 71,4%.
pemakaian masker bagi pasien dan keluarga

PROBLEM

Di ruang Mahoni kesediaan masker bedah Anggaran dari BLUD RSUD Kota
untuk pasien terbatas Tangerang dan BPJS

Di ruang Mahoni kesediaan masker N95 MACHINE


untuk perawat tidak tersedia

Banner tentang Etika Batuk


hanya tersedia di depan ruangan

MATERIAL
37

3.6 Tabel Plan Of Action


No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Strategi Alat Waktu Tempat Penanggung
Pelaksanaan jawab
1 Risiko terjadi Perawat 1. Melakukan edukasi 1. Pasien Praktek Leaflet Senin Ruang Amel, Mia
infeksi melaksanakan dengan pasien tentang 2. Perawat Edukasi Etika 13 Mei Mahoni
nosokomial (TB) pemberian etika batuk. batuk 2019
kepada petugas, edukasi tentang 2. Melakukan koordinasi
pasien dan pentingnya kepada perawat agar
pengunjung menutup mulut lebih meningkatkan
berhubungan saat batuk, edukasi kepasien
dengan Kurang memberikan dan tentang etika batuk
pengetahuan mekaiakan 3. Diskusi untuk
petugas tentang masker pada pengadaan leaflet
pentingnya pasien yang Etika batuk
masker, pasien batuk terutama
yang tidak betah pada pasien TB
menggunakan
masker
2 Manajemen Perawat 1.Melakukan edukasi 1. Pasien Praktek Leaflet Selasa Ruang Marpuah,
kesehatan pasien melaksanakan dengan pasien latihan 2. Keluarga ROM 14 Mei Mahoni Ikha
stroke dalam pemberian ROM pasien 2019
latihan ROM oleh edukasi untuk Melakukan koordinasi 3.Perawat.
pasien dan keluarga secara kepada perawat agar
keluarga tidak efektif tentang lebih meningkatkan
38

No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Strategi Alat Waktu Tempat Penanggung
Pelaksanaan jawab
efektif latihan ROM edukasi kepasien
berhubungan kepada pasien tentang latihan ROM
dengan Kurang dan keluarga. Diskusi untuk
pengetahuan Pasien sadar pengadaan Leaflet
perawat tentang akan pentingnya ROM
edukasi ROM, latihan ROM 2
sarana dan rutin ketika
prasarana yang pulang
kurang
3. Risiko terapi Terukurnya 1. Melakukan koordinasi Perawat . Diskusi Stiker Rabu Ruang Ike, Arif
pemberian cairan balance cairan dengan kepala ruangan infus 15 Mei Mahoni
infus kurang yang efektif tentang etiket infus, 2019
efektif dalam 2. Diskusi untuk
berhubungan pemenuhan pengadaan etiket infus
dengan kebutuhan cairan untuk pasien
Kepedulian
petugas tentang
pentingnya etiket
infus masih
kurang, sarana
dan prasarana
kurang
39

No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Strategi Alat Waktu Tempat Penanggung
Pelaksanaan jawab
4 Risiko terjadi Melaksanakan 3. Review SPO tentang Perawat . Praktek Instrumen Kamis Ruang Marpuah,
kontaminasi tindakan sesuai aseptic dispensing pencampu 16 Mei Mahoni amel, ike,
terhadap obat dengan SPO ran obat 2019 ikha, arif
yang diberikan
kepada pasien
sehingga kualitas
obat tidak sesuai
yang diharapakan
berhubungan
dengan Kurang
pengetahuan
petugas tentang
tehnik aseptic
dispensing dan
Petugas tidak
memakai APD
yang sesuai
40

BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Masalah Alur Implementasi Tujuan Pelaksanaan Sasaran Waktu Tempat Hasil Evaluasi
1 Risiko terjadi
infeksi nosokomial
(TB) kepada
petugas, pasien dan
pengunjung

Pelaksanaan :
Melaksanakan
sosialisasi tentang - Membacakan SPO Memudahkan Mahasiswa Seluruh Senin Nurse 1. Sudah dilaksanakan
menutup mulut saat tentang etika batuk dalam memberikan Pemateri : perawat 13 Mei Stasion sesuai perencanaan
batuk, memberikan - Mendiskusikan saran dan konsep Amel Mahoni 2019 Ruang yang dibuat
dan mekaiakan tentang leaflet yang dalam prosedur MC : Mia Mahoni 2. Sudah memberikan
masker pada pasien akan dibagikan kepada pemberian terapi Notulen: ilustrasi pelaksanaan
yang batuk pasien tersebut Arif tindakan
terutama pada - Mendiskusikan kepada 3. Sudah memberikan
pasien TB perawat tentang contoh dalam
pemberian masker memberikan masker
pada pasien batuk kepada pasien yang
batuk.

40
41

No Masalah Alur Implementasi Tujuan Pelaksanaan Sasaran Waktu Tempat Hasil Evaluasi
2 Manajemen
kesehatan pasien
stroke dalam
latihan ROM oleh
pasien dan keluarga
tidak efektif

Pelaksanaan - Mendiskusikan Memudahkan Mahasiswa Perawat Selasa Nurse - Memberikan


Melaksanakan tentang leaflet latihan dalam Pemateri : Mahoni 14 Mei Stasion demonstrasi tentang
sosialisasi tentang ROM memberikan saran Marpuah 2019 Ruang latihan ROM pada
latihan ROM pada - Praktek tentang latihan dan konsep dalam MC : Ikha Mahoni pasien stroke
pasien stroke ROM pada pasien prosedur Notulen:
stroke pemberian terapi Ike
- Lembar edukasi pasien tersebut
untuk diisi
3. Risiko terapi
pemberian cairan
infus kurang efektif

Pelaksanaan :
Memberikan etiket - Mendiskusikan Memudahkan Mahasiswa Perawat Rabu Nurse - Memberikan
botol infus kepada tentang pengisian dalam Pemateri : Mahoni 15 Mei Stasion demonstrasi tentang
ruangan dan etiket pada botol infus memberikan saran Ike 2019 Ruang penulisan pada etiket di
42

No Masalah Alur Implementasi Tujuan Pelaksanaan Sasaran Waktu Tempat Hasil Evaluasi
mendemonstrasikan - Praktek tentang dan konsep dalam MC : Arif Mahoni botol infus
cara penulisannya penulisan etiket pada prosedur Notulen:
botol infus pemberian terapi Amel.
tersebut
4 Risiko terjadi
kontaminasi
terhadap obat yang
diberikan kepada
pasien sehingga
kualitas obat tidak
sesuai yang
diharapakan

Pelaksanaan
- Membacakan - Mendiskusikan Memudahkan Pelaksana Perawat Kamis Nurse - Memberikan
SPO tentang tentang pemakaian dalam Mahasiswa Mahoni 16 Mei Stasion demonstrasi tentang
pencampuran obat APD saat melakukan memberikan saran . 2019 Ruang penggunaan APD saat
- Memberikan pencampuran obat dan konsep dalam Mahoni pencampuran obat
review tentang - Memberikan Review prosedur
penggunaan APD SPO pencampuran pemberian terapi
pada saat obat tersebut
pencampuran obat
43

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Manajemen keperawatan mempelajari bagaimana mengelola
sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Fokusnya adalah membahas
tentang teori-teori manajemen dan kepemimipinan untuk memberikan
pelayanan keperawatan profesional. Penekanannya meliputi penggunaan
keterampilan manajemen dan kepemimpinan pada asuhan klien secara
menyeluruh melalui manajemen pelayanan keperawatan dan berupaya
memprakarsai perubahan yang efektif dalam sistem asuhan keperawatan.
Manajemen menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan
zaman, begitu juga organisasi tanpa manajemen akan menjadi sulit.
Organisasi diselenggarakan karena adanya kepentingan atau tujuan yang
hendak dicapai. Setiap organisasi mempunyai keterbatasan akan sumber daya
manusia, uang dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan
mencapai tujuan tergantung pada pemilihan tujuan yang akan dicapai dengan
cara menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka salah satu aspek yang diperhatikan adalah
faktor manusia.
Kegiatan praktek profesi manajemen keperawatan di RSUD Kota
Tangerang dilaksanakan selama 2 minggu dari tanggal 6-17 Mei 2019.
Kesimpulan yang didapat kelompok dari pengkajian sampai evaluasi dengan
teknik untuk membuat skala prioritas masalah menggunakan aspek
Magnitude (Mg) yaitu kecendrungan besar seringnya kejadian masalah,
Severy (Sv) yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan, Manageability (Mn)
yaitu bisa dipecahkan, Nursing concern (Nr) yaitu berfokus pada
keperawatan dan Affordability (Afd) yaitu ketersediaan sumber manusia dan
didapatkan prioritas masalah Risiko terjadi infeksi nosokomial (TB) kepada
petugas, pasien dan pengunjung, Risiko manajemen kesehatan pasien stroke
dalam latihan ROM oleh pasien dan keluarga tidak efektif, Risiko terapi

43
44

pemberian cairan infus kurang efektif, Risiko terjadi kontaminasi terhadap


obat yang diberikan kepada pasien sehingga kualitas obat tidak sesuai yang
diharapakan.
Implementasi yang dilakukan kelompok selama 4 hari dari tanggal 13-
16 Mei 2019 yaitu melaksanakan sosialisasi/Review dan edukasi kepada
pasien, keluarga dan pengunjung tentang etika batuk dan pasien TB tidak
latihan ROM, review aseptic dispensing dan penggunaan etiket pada botol
infus yang diberikan kepada pasien

5.2 Saran
1. Menerapkan atau mengaplikasikan manajemen keperawatan dengan
efektif dalam setiap melakukan proses keperawatan, sehingga dalam
memberikan pelayanan bisa dilakukan secara optimal.
2. Manajemen keperawatan dikatakan baik apabila dalam satu tim bisa
berpartisipasi secara aktif
3. Untuk mengoptimalkan pelayanan di ruang Mahoni diharapkan Rumah
Sakit dapat memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
ruangan
4. Adnya supervisi keperawatan dalam peningkatan pelayanan
45

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2012.Manajemen Jeperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional edisi 2 .Jakarta : EGC
Rangkuti.2013. Analisis SWOT : Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta :
Gramedia Pustaka
Swanburg. 2012. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis. EGC

Anda mungkin juga menyukai