PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah manajemen dan kepemimpinan sering di artikan hanya
berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam kegiatan keperawatan fungsi
tersebut sangatlah luas. Seperti halnya keperawatan, ilmu manajemen
mengembangkan dasar teori dari berbagai ilmu, seperti bisnis, psikologi,
sosiologi, dan antropologi. Karena organisasi bersifat kompleks dan
bervariasi, maka pandangan teori manajemen adalah bagaimana manajemen
dapat berhasil dan apa yang harus di perbaiki atau di ubah dalam mencapai
suatu tujuan organisasi. (Nursalam 2018)
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan
penyempurnaan guna menghasilkan pelayanan berkualitas dan bermanfaat
bagi masyarakat, sehingga dibutuhkan kemampuan pengelolaan manajerial
yang handal pada berbagai bidang termasuk manajemen di bidang
keperawatan.Tuntutan tersebut sebagai fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Respons yang ada harus bersifat kondusif dengan pengelolaan
keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya,
(Nursalam, 2011).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
merupakan suatu fenomena yang di respons oleh perawat. Respons yang
muncul antara lain dengan banyak belajar mengenai konsep pengelolaan
keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya secara
kondusif. Langkah-langkah konkret dapat berupa penataan sistem model
asuhan keperawatan profesional (MAKP), mulai dari ketenagaan/pasien,
penetapan sistem MAKP, sampai dengan perbaikan dokumentasi
keperawatan dengan menerapkan prinsip SME (sesuai standart, mudah di
laksanakan, serta efisien dan efektif).
1
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen keperawatan, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. (Arwani, 2005)
Pelayanan keperawatan yang terorganisir, memerlukan perawat
manajer dan administrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi pada semua aspek manajemen. Perawat manajer siap terhadap
perubahan dan mampu menghadapi tantangan dari lingkungan yang selalu
berubah dan menggalang sistem pendukung untuk yang lain. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai salah
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secarap profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling menopang (Nursalam, 2009).
Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan
adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah yang
biasa disebut Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Model ini
sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus
pada profesionalisme keperawatan.
Sebagai Rumah Sakit Unggulan, Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
berusaha untuk terus meningkatkan mutu pelayanan. Namun sebagai
Rumah Sakit yang masih dalam tahap pengembangan, aspek manajemen
merupakan salah satu faktor penunjang dalam peningkatan mutu pelayanan.
Berdasarkan hal tersebut Program Profesi Keperawatan (Ners) Universitas
Megarezky Makassar melakukan suatu program praktek dengan lingkup
manajemen keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar sebagai
bentuk aplikasi dari teori yang telah diperoleh dari Institusi.
2
B. Tujuan Praktik
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengenal masalah-masalah
manajemen keperawatan minimal ditingkat ruang perawatan.
C. Manfaat Praktik
1. Bagi Ruangan
Melalui praktik ini, Ruang Perawatan Merak dapat
menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional dari suatu
aspek manajemen layanan keperawatan tertentu yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum yang
akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi Program Profesi Ners Universitas Megarezky Makassar
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan
mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen
Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman dan pengetahuan nyata dalam
mengintegrasikan ilmu-ilmu manajemen keperawatan pada tatanan
nyata di Ruang Perawatan Merak.
3
E. Tempat dan Waktu
Praktik manajemen keperawatan dilaksanakan pada tanggal 8 juli s.d 4
agustus 2019 di Ruang Perawatan Merak Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
F. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap Orientasi
a. Perkenalan dengan Koordinator Bidang Kemahasiswaan, Kepala
ruangan, CI Lahan didampingi oleh pembimbing Akademik.
b. Diskusi dengan Kepala Koordinator bidang kemahasiswaan
Keperawatan, Kepala ruangan, CI Lahan dan Staf.
c. Mengumpulkan data melalui input, proses dan output dari aspek
manajemen keperawatan yang telah dikaji.
2. Tahap Identifikasi Permasalahan
a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian
b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan dan
penyebaran kuesioner, kemudian divalidasi dengan melalui
observasi langsung dan wawancara.
3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi
a. Melakukan analisa data
b. Penentuan prioritas masalah aspek pengkajian manajemen dari
input proses dan output yang telah disepakati bersama staf di
ruangan, yang dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi
alternatif pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan mencakup apa, siapa, berapa lama, tujuan yang akan
dicapai.
c. Presentasi hasil pengkajian dan sosialisasi kegiatan
4. Tahap pembuatan laporan dan presentasi hasil
a. Presentasi hasil akhir dari praktik
b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktik pada Kepala Ruangan
Perawatan Merak Rumah sakit Bhayangkara Makassar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang
tersedia.
Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk
mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
6
Divisi keperawatan yang baik dapat memotivasi perawat untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang terbaik Manajemen keperawatan
menggunakan komunikasi yang efektif.
Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau untuk
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat.
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi: penilaian pelaksanaan yang rencana yang telah dibuat, pemberian
instruksi, menetapkan standart dan membandingkannya dengan penampilan
serta memperbaiki kekurangan yang terjadi.
Berdasarkan prinsip diatas maka hendaknya manajer keperawatan
bekerjasama dengan perawat dan staf dalam perencanaan dan
pengorganisasian untuk mencapai tujuan yang telah dicapai sebelumnya,
7
2. Tujuan Pelayanan Keperawatan
Tujuan pelayanan keperawatan merupakan pernyataan konkret dan
spesifik tentang pelayanan keperawatan, yang digunakan untuk
menetapkan prioritas kegiatan sehingga dapat mencapai dan
mempertahankan misi serta filosofi yang diyakini.
Tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta
meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan.
Tujuan ini dicapai dengan mendidik perawat agar mempunyai sikap
profesional dan bertanggung jawab dalam pekerjaan, meningkatkan
hubungan dengan pasien/ keluarga/ masyarakat, meningkatkan
pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan kenyamanan
pasien, dan meningkatkan komunikasi antar staf serta meningkatkan
produktivitas dan kualitas kerja/ staf karyawan.
Tujuan tersebut juga dicapai melalui penetapan kebijakan yang
dibuat secara kooperatif antara tim kesehatan dalam upaya menjamin
kesejahteraan sosial bagi perawat dan staf lain sehingga mempunyai
kepuasan kerja dan pemberian kesempatan kepada perawat untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
8
4. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari:
a. Manajemen operasional (manajemen pelayanan keperawatan)
Pelayanan keperawatan di RS dikelola oleh bidang perawatan
yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial yaitu:
1) Manajemen puncak (kabid keperawatan)
2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
9
menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu
yang unik.
2) Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat
mampu memformulasikan diagnosa keperawatan.
3) Pelaksanaan merupakan penerapan rencana intervensi
keperawatan merupakan langkah berikut dalam proses
keperawatan.
4) Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dari standart dan
tujuan yang dipilih sebelumnya dibandingkan dengan
penerapan praktek yang aktual dan tingkat asuhan yang
diberikan.
F. Teori Mpkp
1. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu
kerangka kerja yang mendefenisikan empat unsure, yakni standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan system MPKP). Defenisi
tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produk/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam
memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu kerangka
kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni : standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. (Nursalam,
2018)
10
2. Komponen MPKP
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah
sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima
komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP,
hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,
pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan
serta sistem kompensasi dan penghargaan.
a. Nilai – nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan
klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai
otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan
yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini
berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
b. Hubungan antar professional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling
mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga
mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional
lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan
membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap
hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
d. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis
koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim
menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang
manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus
11
dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga
PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
e. Sistem kompensasi dan panghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan
untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang
profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada
perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan
penghargaan berdasarkan prosedur.
3. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
4. Pilar – Pilar MPKP
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah :
a. Pilar I : Pendekatan manajemen keperawatan
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan
rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan).
2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas
dan daftar alokasi pasien.
3) Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
12
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif
yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik
4) Pengawasan
5) Pengendalian.
b. Pilar II: Sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi,
penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
c. Pilar III: Hubungan professional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga).
Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya
hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya
antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain-
lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah
hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan
4. Jenis Metode Asuhan Keperawatan MPKP
a. Metode Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam
13
mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim
dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya
pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
1) Ketua tim (Penanggung Jawab)
2) Pelakasana perawatan
3) Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan
asuhan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Kelebihan metode tim :
1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2) Pasien dilayani secara komfrehesif
3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
4) Tercipta kerja sama yang baik .
5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim:
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
14
4) Akuntabilitas dalam tim kabur.
Konsep Metode Tim
1) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontuinitas rencana
keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruangan
Tanggung Jawab Anggota Tim
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
Tanggung Jawab Ketua Tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung Jawab Kepala Ruangan:
1) Planning (perencanaan)
a) Menunjuk Ka Tim
b) Mengikuti serah terima klien
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keeperawatan
f) Mengikuti visite dokter
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperwatan
15
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan pelatihan
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit
2) Organizing (pengorganisasian) :
a) Merumuskan system penugasan
b) Menjelaskan rincian tugas Ketua Tim
c) Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang
rawat
e) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fsilitas ruangan
f) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
g) Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim
h) Mengidentifikasi masalah dan cara penanganannya
3) Actuating (pengarahan)
a) Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
b) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap anggota Tim
c) Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
d) Membimbing bawahan
e) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
f) Melakukan supervisi
g) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan yankep diruangan
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Controlling (pengendalian)
a) Mengevaluasi kinerja katim
b) Memberikan umpan balik pada kinserja katim
c) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut
d) Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
16
e) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Metode Primary Team
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama
pasien dirawat.
Konsep dasar :
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi.
3) Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2) Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional
sebagai asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer:
1) Mendorong kemandirian perawat.
2) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
3) Berkomunikasi langsung dengan Dokter
4) Perawatan adalah perawatan komprehensif
5) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
6) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
7) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
17
Peran Kepala Ruang :
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA)
5) Evaluasi kerja
6) Merencanakan /menyelenggarakan pengembangan staf
Peran Perawat Primer :
1) Menerima pasien
2) Mengkaji kebutuhan pasien untuk asuhan
3) Membuat tujuan
4) Membuat rencana keperawatan
5) Melakukan konferens untuk menjelaskan rencana asuhan kepada
PA yang menjadi anggota timnya.
6) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas bersama PA
yang menjadi anggota timnya.
7) Melakukan kolaborasi dengan t9im kesehatan lainnya.
8) Memantau PA dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
9) Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
10) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
11) Menerima dan menyesuaikan rencana
12) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
13) Melakukan pendokumentasian (catatan perkembangan, catatan
tindakan keperawatan)
Peran Perawat Asosiet :
1) Mengikuti konferens untuk menerima penjelasan tentang asuhan
yang direncanakan oleh PP.
2) Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh PP
3) Memberi informasi/masukan yang diperlukan kepada PP tentang
klien untuk keperluan asuahan keperawatan selanjutnya.
18
4) Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam
catatan tindakan keperawatan.
c. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya metode penugasan kasus biasanya
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umunya dilaksanakan
untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan
khusus seperti isolasi dan intensive care.
Kelebihannya :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) System evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup bayak da mempunyai kemampua dasar
yang sama
Ketenagaan :
1) Manajer keperawatan/kepala ruangan
2) Staf perawat
d. Metode Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (
tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam,
2014).
19
Kelebihan dari metode fungsional :
1) Sederhana
2) Efisien.
3) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas.
5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian metode fungsional:
1) Pasien mendapat banyak perawat.
2) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
3) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
4) Pelayanan terputus-putus
5) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
e. Metode Modul / Distrik
Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Penetapan system model MAKP ini didasrakna
pada beberapa alasan :
- Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
S-1 Keperawatan atau setara.
- Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim
- Melalui kombinasi model tersebut diharapkan komunitas asuha
keperawatan primer, karena saat ini perawat sebagian besar
lulusan D-3
20
Keuntungan dan Kerugian :
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
5. Tingkatan MPKP
a. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional
dan ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan
berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut juga dilakukan
penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan
spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer.
Di ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan
melakukan penelitian keperawatan.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Metode yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan
yang akan menuju profesional I.
6. Peran Staf MPKP
a. Kepala Ruangan, tugasnya :Merencanakan pekeriaan, menentukan
kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan
supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf :
1) Melakukan askep langsung pada pasien
2) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan
c. Perawat Pelaksana : Melaksanakan askep langsung pada pasien
dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan
21
pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana
(ADL).
d. Pembantu Perawat : Membantu pasien dengan melaksanakan
perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan
membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Administrasi ruangan : Menjawab telpon, menyampaikan
pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi
ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-
obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
7. Kegiatan dalam MPKP
a. Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan kedaan klien.
Tujuan :
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
22
Tabel 2.1
Prosedur Operan
Tahap Kegiatan Tempat Pelaksanaan Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
Persiapan 1. Overan dilakukan setiap pergantian sif/ Nurse PP DAN PA
(operan) Station
2. Prinsip overan, terutama pada semua
pasien baru masuk dan pasien yang
memiliki permasalahan yang belum dapat
teratasi secara yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan overan :
a. Jumlah pasien
b. Identitas klien dan diagnosis medis
c. Data (keluhan/subjektif dan objektif)
d. Masalah keperawatan yang masih
muncul
e. Intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan (secara umum)
f. Intervensi kolaborasi dan dependen
g. Rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukan (persiapan
oprasi,pemeriksaan penunjang,dan lain
lain
23
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap (sif Ners Karu,PP,dan PA
jaga) Station
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan
3. Kepela ruangan membka secara overan
4. Perawat yang melakukan overan dapat
melakukan klarifikasi tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal hal yang
telah dioverankan dan berhak menanyakan
mengenai hal hal yang kurang jelas
5. Kepala ruangan atau PP menanyakan
kebutuhan dasar klien
6. Penyampaian yang jelas, singkat, dan
padat
7. Perawat yang melaksanakan overan
mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan kebutuhan dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan serta hal hal
penting lainnya selama masa perawatan.
8. Hal hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaliknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya
9. Lama overan untuk tiap pasien tidak lebih
dari lima menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan keterangan yang
rumit
24
Post Overan 1. Diskusi Nurse Karu,PP,PA
2. Pelaporan untuk overan dituliskan Station
Secara langsung pada format overan yang
ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu
PP yang jaga berikutnya diketahui oleh
kepala Ruangan
3. Ditutup oleh Karu
25
2.4 Penerimaan Pasien Baru
26
2.3 Discharge Planning
27
b. Pre dan Post Conference
1) Pre Conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh ka primer atau penanggung jawab primer. Jika yang dinas
pada primer tersebut hanya 1 orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala primer dan
penanggung jawab primer. (modul mpkp,2006)
Waktu : setelah operan
Tempat : meja masing-masing perawat primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
a) Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka
acara
b) Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
rencana harian masing-masing perawat pelaksana
c) Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
d) Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan
reinforcement
e) Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
2) Post conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh kepala primer atau penanggung jawab
primer. (modul mpkp, 2006)
Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
28
Tempat : meja masing-masing primer
PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
Kegiatan :
a) Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka
acara
b) Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan
kendala dalam asuhan yang telah diberikan
c) Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan
tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikut nya
d) Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup
acara
c. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan
melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
1) klien dilibatkan secara langsung
2) klien merupakan fokus kegiatan
3) perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
4) konsuler memfasilitasi kreatifitas
5) konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
Tujuan :
1) menumbuhkan cara berfikir secara kritis
2) menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
29
3) meningkatkan vadilitas data klien
4) menilai kemampuan justifikasi
5) meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
Peran perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang
bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara
lain :
1) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer lain dan atau konsuler
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta,tindakan yang rasional.
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
30
d. Discharge Planning (Persiapan Pasien Pulang)
Perencanaan pulang (Discharge planning ) akan memnghasilkan sebuah
hubungan yang terintegrasi yaitu antara keperawatan yang di terima
pada waktu di rumah sakit dengan keperawatan yang di berikan setelah
pasien pulang . Keperawatan di rumah sakit akan bermakna jika
dilanjutkan dengan perawat di rumah . Namun sampai dengan saat ini,
perencannan pulang bagi pasien yang di rawat di rumah sakit belum
optimal di laksanakan , dimana peran keperawatan terbatas pada
kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa informasi control ulang .
Pasien yang memerlukan keperawatan kesehatan di rumah , konseling
kesehatan atau penyuluhan , dan pelayanan komunitas tetapi tidak di
bantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering
kembali ke ruang kedaduratan dengan masalah minor ,seringkali di
terima kembali dalam waktu 24 jam sampai 48 jam , dan kemudian
pulang kembali
Tujuan Umum
Setelah di laksanakan praktik manejemen keperawatan di harapkan
ruangan mampu menerapkan discharge planning .
Tujuan Khusus
1. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan
2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Mempioritaskan masalah pasien yang utama
4. Membuat perencanaan pasien pulang yaitu mengajarkan pada
pasien yang harus dilakukan dan dihindari selama di ruamah .
5. Melakukan evaluasi pada pasien selama diberikan penyuluhan .
6. Mendokumentasikan
31
e. Penerimaan Pasien Baru
Pasien yang masuk rumah sakit yang membutuhkan tindakan
keperawatan karena membutuhkan pemantauan dan pengawasan yang
lebih lanjut dan karena memiliki defisit personal higiene dan gangguan
lainnya. Selain itu pasien juga membutuhkan dukungan mental berupa
konseling, healthty education. Di sini perawat di beri kepercayaan
untuk merawat pasien dalam waktu 24 jam sebagai perawat yang
profesional mampu memahami atau mempunyai kompetensi untuk
melihat kebutuhan yang digunakan pasien selama dalam proses
keperawatan. Menerima pasien baru masuk ke rumah sakit sesuai
protap untuk di rawat yang berlaku pada pasien segera memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan dengan
kemajuan IPTEK sehingga pasien mampu melihat, memperhatikan
kualitas keperawatan yang telah di beri penerimaan pasien baru
merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
melibatkan pasien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi mutu
kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien dapat dimulai
dengan adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan
keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang.
Tujuan umum.
Setelah dilakukan penerimaan pasien baru diharapkan pasien baru
mampu melakukan adaptasi ruangan dengan lebih baik, sehingga
tingkat kecemasan pasien dapat berkurang.
Tujuan khusus
Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik.
Menjelaskan tentang orientasi lingkungan.
Menjelaskan tentang perawatan.
Menyiapkan nursing kit
Menjelaskan tentang medis (dokter yang menangani dan jadwal
visite).
32
Menjelaskan tentang tata tertib ruangan.
Melakukan/ melengkapi pengkajian pasien baru.
Bagaimana standar operasional prosedur memindahkan pasien dari
kursi roda ke tempat tidur
33
G. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang di gunakan
untuk mengevaluasi Kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threatened) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis. Ke empat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT.
Pada Analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu di perhatikan.
1. Pengisian Item IFAS dan EFAS
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS di sesuaikan dengan komponen
yang ada dalam mengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan
contoh dalam pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini).
Data tersebut di bedakan menjadi dua, yaitu IFAS (internal factors) yang
meliputi aspek weaknesses dan strengths serta facktor EFAS (external
factors) yang meliputi aspek opportunities dan threatened.
2. Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
strategi perusahaan.
3. Pringkat atau Ratting
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai
dari 4 (skala baik) sampai dengan 1 (kurang/poor) berdasarkan pengaruh
faktor tersebut. Data ratting di dapatkan berdasarkan hasil pengukuran
baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor strength
dan opportunity menggunakan nilai kinerja yang negatif. Kemudian,
kalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai masing-masing
faktor.
34
Tabel 2.2
Tahap pelaksanaan ronde keperawatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
pasien
1 hari Pra Praronde Penanggung -
sebelum Jawab
ronde 1. Menentukan kasus dan topic
Ronde -
2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
35
1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilakukandan
serta menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan
Validasi data Karu, PP, Memberika
perawat, n respon Nurse
4. Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan
konselor dan station
5. Diskusi Antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut menjawab
pertanyaan
6. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
Karu
7. Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah
ditetapkan
10 menit Pasca 4. Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan Karu, - Nurse
supervisor, Station
ronde 5. Penutup
perawat
konselor,
pembimbin
g.
36
BAB III
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
37
Kesehatan Komdak XVIII/Sulselra. Tanggal 10 Desembar 1979 SPK C secara resmi
ditutup dan diganti dengan nama SPK Gaya Baru, yang hanya berlangsung selam 2
(dua) tahun yakni tahun 1979 – 1980, dan pada tahun 1980 SPK Gaya Baru berubah
menjadi SPK dengan masa pendidikan 3 (tiga) tahun, dan pada tahun 1984
menerima anggata Polri dari seluruh Indonesia untuk dididik menjadi tenaga
kesehatan.
Perkembangan fisik Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar dimulai
pada tangga 7 Oktober 1971 dengan diresmikannya ruang Disdokkes dan Rumah
Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar oleh Kapolda Sulsel. Pembangunan tahap
pertama tahun 1973 yang ditandai dengan diresmikannya ruang perawatan Perwira
(paviliun). Tahun 1977 dengan dukungan anggaran dari Menhankam Pangab
Jenderal M.Yusuf, dibangunlah sarana pendukung diagnostic dan sarana pelayanan
kesehatan. Pembangunan tahap kedua tahun 1983 terdiri atas Ruang Perawatan
Anak 2 (dua) lantai, Ruang Fisioterapi dan Gizi serta Ruang Gawat Darurat. Tahun
1996 diresmikan ruang Otopsi dan Musholla, tahun 1997 diresmikan Ruang ICU
dan Ruang Operasi, tahun 2000 Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar
mendapat bantuan lunak dari Spanyol berupa peralatan kesehatan. Perkembangan
pembangunan selanjutnya adalah pembangunan koridor yang menghubungakan
ruang-ruang perawatan maupun poliklinik, gedung perawatan Garuda dan Kasuari
yang berlantai 2 (dua).
Tanggal 1 Januari 1999 Gedung Kantin Bhayangkara, Gedung Primkoppol dan
tambahan Masjid Bhayangkara diresmikan oleh KADISDOKKES POLDA
SULSEL LETKOL POL. dr. S BUDI SISWANTO. Tanggal 10 Oktober 2001
Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar berubah status menjadi Rumah
Sakit tingkat II dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP/1549/X/2001.
Untuk menghilangkan kesan bahwa Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara hanya
diperuntukkan bagi anggota Polri maka berdasarkan Surat Keputusan Kapolda
Sulsel No. Pol.:SKEP/321/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001 diputuskan penggantian
nama Rumah Sakit Kepolisian Bhayangkara Makassar menjadi Rumah Sakit
Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar yang diresmikan oleh Kapolda Sulsel
Irjen Pol. Drs. FIRMAN GANI. Tanggal 14 Januari 2009, Depkes RI memberikan
Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor : YM.01.10/III/125/09 dengan status
Akreditasi Penuh Tingkat Dasar yang berlaku tangal 14 Januari 2009 sampai
dengan 14 Januari 2012 kepada Rumah Sakit Bhayangkara Mappa Oudang sebagai
38
pengakuan bahwa rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan yang meliputi :
Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Keperawatan, dan Rekam medis. Yang ditandatangani atas nama Menteri Kesehatan
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik FARID W. HUSAIN.
Peresmian Renovasi Gedung IGD pada tanggal 18 Sepet 2009 oleh KAPOLDA
SULSEL IRJEN POL. Drs. MATHIUS SALEMPANG. Pada tanggal 15 Juli 2009
KETUA UMUM BHAYANGKARI NY. NANNY BAMBANG HENDARSO
meresmikan Renovasi Ruang Cendrawasih. Peresmian Renovasi Ruang Perawatan
Cendrawasih B pada tanggal 16 Desember 2009 oleh KAPOLDA SULSEL IRJEN
POL. Drs. ADANG ROCHJANA. Tanggal 23 Nopember 2010, Menteri Keuangan
RI mengesahkan Penetapan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang
Makassar pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai Instansi Pemerintah
yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK – BLU),
dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 440 / KMK.05 / 2010, yang
ditandatangani Menteri Keuangan AGUS D.W. SEPTOWARDOJO. Tanggal 8 Juni
2011 nomenklatur Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Mappa Oudang Makassar
berubah nama menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dengan kode
Kemenkeu 646307.
Pada hari Jumat, tanggal 21 Oktober 2011 jam 14.00 wita secara resmi
KAPOLDA SULSEL INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. H. JOHNY
WAINAL USMAN, MM melalukan peletakan batu pertama dalam rangka
dimulainya renovasi ruang : Perawatan dan Bedah sentral serta ICU yang berlantai 3
(tiga). Pada tanggal 20 November 2013 telah diresmikan penggunaan gedung lantai
3 (Perawatan dan Bedah sentral dan ICU serta Perkantoran) oleh Kapolda Sulsel
Drs. Burhanuddin Andi, SH., MH.
Pada Bulan Januari 2017 telah digunakan gedung lantai 4
- Lantai 1 : Radiologi dan Laboratorium serta Bank Darah
- Lantai 2 : Ruang Perawatan Nuri
- Lantai 3 : Ruang Perawatan Camar
- Lantai 4 : Ruang Perawatan Walet
39
Pada tanggal 29 November 2017 Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
dinyatakan terakreditasi versi 2012 dengan status LULUS MADYA.
1. Kepemimpinan
Sejak berdirinya pada tanggal 2 Nopember 1965, Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar telah mengalami beberapa kali pergantian Pimpinan/Kepala, yaitu :
1. Letkol Pol dr. ZAINAL ARIFIN, Sp. M (1969 - 1985)
2. Letkol Pol. dr. IDA BAGUS PUTRA DJUNGUTAN, SP. B (1985 - 1991)
3. Kombes Pol. drg. PETER SAHELANGI, DFM (1993 – 2007)
4. Kombes Pol. dr. SYAFRIZAL, MM (2007 - 2009)
5. Kombes Pol. dr. DIDI MINTADI, Sp. JP (2009 - 2010)
6. Kombes Pol. dr. PURWADI, MS, MARS (2010 - 2013)
7. Kombes Pol. dr. BUDI HERYADI, MM (2013 - 2016)
8. Kombes Pol. dr. ARIS BUDIYANTO, Sp. THT (2016 - 2018)
9. Kombes Pol. dr. FARID AMANSYAH, Sp. PD (2018 - Sekarang)
40
3. Motto
Prima dalam pelayanan, utama dalam penyembuhan, terkendali dalam
pembiayan.
4. Tujuan
b. Pelayanan Kesehatan / Medik yang telah dimiliki rumah sakit lebih dari
lima kegiatan, terdiri atas :
1) Pelayanan Rawat Jalan, terdiri atas :
a) Penyakit Dalam
b) Kesehatan Anak
c) Kebidanan & Kandungan
d) Bedah Umum
e) Anestesi & Reaminasi
41
f) Radiologi & Imaging
g) Patologi Klinik
h) Patologi Anatomi
i) Rehab Medis
j) Gizi Klinik
k) Mata
l) THT
m) Bedah Syaraf
n) Syaraf
o) Jantung & Pembuluh Darah
p) Kulit & Kelamin
q) Kedokteran Jiwa
r) Paru
s) Orthopedi
t) Urologi
u) Kesehatan Gigi dan Mulut
v) Kedokteran Forensik
2) Penunjang
a) Sentra Visum & Medikolegal
b) Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)
c) Medical Check Up
d) Audiometri
e) Ekhocardiografi dan Tread Mill
f) Laboratorium Klinik & Patologi Klinik
g) Radiologi & Imaging
h) USG 4 Dimensi
i) USG Mata dan Auto Refractor
j) CT-SCAN
k) Rehabmedik
l) Ruang Autopsi/ Rumah Duka
m) Instalasi Farmasi 24 Jam
3) Pelayanan Rawat Inap, terdiri atas :
a) Pelayanan Rawat Inap Kelas VVIP
b) Pelayanan Rawat Inap Kelas VIP
42
c) Pelayanan Rawat Inap Kelas I
d) Pelayanan Rawat Inap Kelas II
e) Pelayanan Rawat Inap Kelas III
f) Pelayanan Intensif Care Unit (ICU).
Tabel 1. Klasifikasi dan Kapasitas Tempat Tidur Tahun 2018 Hingga sekarang
1. VVIP 6 1,9%
2. VIP 39 12,6%
4. Kelas II 98 31,7%
Total 309
1. Perawatan 10
Tahanan
2. Perawatan 12 Baru
Penyakit
Infeksius
3. Kamar Bayi 6
4. Icu 10
5. Igd 17
6. Kamar Bedah
43
Komposisi pegawai berdasarkan kualifikasi pendidikan. Tabel 2. Komposisi
Pegawai Rumah Sakit Bhayangkara Makassar berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Tahun 2016
44
Tabel. 6 Jenis Spesialis Penunjang
No Jenis Spesialis Jumlah Keterangan
Penunjang
2. Radiologi &Imaging 4
3. Patologi Klinik 2
4. Patologi Anatomi 1
5. Rehab Medis 1
6. Gizi Klinik 1
1. Mata 1
2. Tht 6
3. Syaraf 3
4. Jantung &Pembuluh 3
Darah
5. Kulit &Kelamin 2
6. Kedokteran Jiwa 3
7. Paru 3
8. Orthopedi 3
9 Urologi 1
45
No Pendidikan Jumlah Prosentase
1. S-3 1 0,4%
2. S-2 11 4,7%
3. S1 Profesi 84 35,7%
4. S-1 65 27,7%
46
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dengan
meningkatkan kualitas disegala bidang pelayanan kesehatan. Termasuk
didalamnya menyelenggarakan kegiatan kedokteran kepolisian
(kedokteran forensik. Perawatan tahanan. Kesehatan kamtibmas dan
DVI), baik kegiatan operasional pembinaan kemitraan maupun
pendidikan dan latihan.
2) Menyelenggarakan perencanaan pengorganisasian pelaksanaan dan
pengawasan anggaran secara transparan dan akuntabel.
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional.
bermoral dan memiliki budaya organisasi sebagai pelayanan prima.
4) Mengelola sumber daya secara efektif. Efisien dan akuntabel guna
mendukung pelaksanaan tugas pembinaan maupun operasional polri.
Kepala Ruangan
Rosmini, S.kep., NS
47
Anggota Anggota
4. Ketenagakerjaan
a. Jumlah Tenaga Perawat
Jumlah tenaga perawat di ruang perawatan ruangan Merak Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar sebanyak 12 orang bertugas sesuai dengan
pembagian jadwal/shift yang telah ditentukan sebelumnya.
48
d. Ketenagakerjaan
Ketenagaan adalah organisasi yang merupakan kumpulan
sekelompok orang orang untuk mewujudkan tujuan (Gillies, 1996 dalam
Chandra, 2014). Program kepegawaian akan mencegah pengalihan
pegawai yang berlebihan dari satu devisi atau unit ke lain devisi atau
unit. Program keperawatan yang seragam ke seluruh organisasi
keperawatan juga memudahkan administrasi kontrak kerja yang
mengatur pegawai keperawatan.
Tujuan ketenagaan mendayagunakan tenaga keperawatan yang
efektif dan produktif yang dapat memberikan layanan bermutu sehingga
dapat memenuhi kepuasan pengguna jasa.
49
1 KM/WC
Masing-masing 1 tiang infus
Kamar 3 tempat tidur
10,11 kelas 2 AC
2 1 TV
1 KM/WC
3 lemari kecil
3 Tiang infus
Kamar 4 tempat tidur
kelas 2 2 AC
1 TV
1 KM/WC
4 lemari kecil
1 lemari besar
2 kursi
1 meja
4 tirai
4 Tiang infus
2. Nurse station 1 kulkas
2 jam dinding
1 dispenser
1 Ember infeksius
1 meja bilik
Box file
6 rak
42 Kotak obat
2 tempat sampah medis
1 tempat sampah Non medis
1 telepon
1 komputer
1 Troly
1 wastafel
1 kipas angina
50
1 loker perawat
1 lemari linen dan peralatan
2) Peralatan
Tabel. 11 Alat kesehatan Ruangan
No. Nama Barang Situasi Sekarang
1 Tempat Tidur Biasa Tersedia
2 Troli Tindakan Tersedia
3 Tensi Meter Dewasa Tersedia 3) A
4 Tensi anak -
l
4 Stetoskop Tersedia
5 Tabung O2 Tersedia a
6 Alat EKG Tersedia t
7 Nebulizer Tersedia
8 Timbangan badan Tersedia
9 RollStur tersedia
10 Tromol kecil Tersedia
11 Standar infuse Tersedia
12 Senter / pen light Tersedia
13 Meteran kain Tersedia
14 Korentang Tersedia
15 Nierbeken Tersedia
16 Handskun Tersedia
17 Alat Apar Tersedia
18 Humidifier Tersedia
19 Kapas Alkohol Tersedia
20 Iodium Tersedia
21 Plester Tersedia
22 Spoit Tersedia
23 Korentang Tersedia
24 Troli Emergency Tersedia
25 Tromol Besar Tersedia
26 Kotak Urgency Tersedia
51
3 Gorden penyekat Tersedia
4 keset Tersedia
DAFTAR PUSTAKA
52
53