Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH PERAN KELUARGA DAN KONDISI SANITASI

LINGKUNGAN TERHADAP PENCEGAHAN TERJADINYA


DEMAM BERDARAH DENGUE DIWILAYAH
KERJA PUSKESMAS KAWATUNA

PROPOSAL

WINI OLIVIA PRATIWI


201601142

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PERAN KELUARGA DAN KONDISI SANITASI


LINGKUNGAN TERHADAP PENCEGAHAN TERJADINYA
DEMAM BERDARAH DENGUE DIWILAYAH
KERJA PUSKESMAS KAWATUNA

PROPOSAL

WINI OLIVIA PRATIWI


201601142

Proposal ini telah Disetujui


untuk Diseminarkan

Tanggal 2020
Pembimbing I Pembimbing II

Ismawati, S.Kep.,Ns.,M.Sc Hasnidar, S.Kep.,Ns., M. Kep


NIK 2011090118 NIK 20110901016

Mengetahui,

Ketua Prodi Ners


STIKes Widya Nusantara Palu

Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK 20110901016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 7
B. Kerangka Konsep 26
C. Hipotesis 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian 28
D. Variabel Penelitian 29
E. Definisi Operasional 29
F. Instrumen Penelitian 30
G. Tekhnik Pengumpulan Data 30
H. Analisis Data 32
I. Bagan Alur Penelitian 34

DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan penyakit menular merupakan masalah kesehatan di Indonesia,
penyebab penyakit ini berawal dari jasad renik seperti patogen, virus, dan jamur,
dan dapat meluas melalui satu individu yang sudah terkena penyakit kepada orang
sehat akibatnya orang tersebut dapat menjadi agen penularan penyakitnya yaitu
Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypty dan masuk ke dalam peredaran darah manusia.

Akibat kontaminasi dari Demam Berdarah Dengue (DBD) berkembang


secara menyeluruh di wiliyah Indonesia dalam kurun waktu 2 periode. Self
Limiting Disiase. Penyakit DBD memiliki manifestasi klinis yang berat dan
frekuensinya meningkat. Di Indonesia sendiri merupakan Negara yang dimana
jumlah populasi begitu padat yang mencapai 261 juta jiwa penduduk. Dan
dilaporkan dari kota besar sampai pendesaan penyakit DBD di Indonesia
menyebar sampai di pelosok desa terpencil. 1

Penyakit DBD dapat muncul sepanjang Tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan peran
keluarga. DBD pertama kali diketahui pada Tahun 1950an namun, pada Tahun
1975 hingga sekarang merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak di
Negara-negara Asia. Penyakit DBD sangat sensitif pada perubahan iklim.
Perubahan iklim ini sangat berpengaruh pada media transmisi penyakit, dan
dimana apabila vector ini berkembang maka kehidupannya bergantung pada
kecepatan angin, tingkat suhu dan kelembapan suatu wadah yang tersedia..2

Daur hidup nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) sendiri dipengaruh oleh
adanya genangan air sebagai media perkembangbiak dari telur menjadi nyamuk
dewasa, penyakit DBD juga dapat berasal dari tempat berkembangbiakkan
nyamuk seperti tempat penampungan air, dan bebrapa benda misalnya vas bunga,
ban bekas, tempat penampuangan sampah, dan tempat penampungan air alamiah
seperti tangaki daun, dan biasanya juga disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang
kurang baik atau buruk.3

Hubungan antara manusia dengan sekitarnya menjadi potensi tumbuhnya


penyakit yang mendasar pada faktor lingkungan dimana kondisi patologi berupa
kelemahan fungsi perkembangan suatu organ tubuh yang di sebabkan akibat
interaksi manusia. Respon imun yang di pengaruh oleh faktor lingkuan dapat
menyebabkan seseorang akan terjangkit DBD, keadaan lingkungan yang kurang
baik menyebabkan keadaan sanitasi menjadi kurang baik, terdapat faktor lain yang
menjadi pemicu timbulnya penyakit DBD yaitu hospes kerentanan (suscepitiblity),
lingkugan (environment). Keadaan letak suatu wilayah berpengaruh terhadap
jumlah curah hujan, kelembapan udara, dan musim di setiap daerah. Kondisi lain
yang dapat mempengaruhi seperti karakter, perpindahan, kebudayaan dan sosial
ekonomi penduduk dan konsistensi nyamuk sebagai penular penyakit. Terdapat 4
jenis Serotip virus Dangue yang menjadi agen faktor virus Dangue. 4 Penyakit yang
mendasar dengan sanitasi lingkungan, dimana penyakit yang timbul dari
kenyaman area yang mencakup kondisi daerah seperti keadaan permukiman,
lokasi tempat penampungan sampah akhir, dan lokasi sarana penyediaan air
bersih.5

Sanitasi lingkungan berkaitantan serta perjalanan kenaikkan jumlah nyamuk,


dengan buruknya kondisi sanitasi akan menimbulkan jenis-jenis penyakit seperti
maslah pada penyakit DBD yang ditimbulkan dari nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk
akan lebih cepat berkembangbiak di suatu wilayah yang memiliki genangaan air
dan tempat penampungan air yang tidak ditutupi Salah satu faktor resiko dari
penularan penyakit DBD yaitu peran dan kebiasaan kelompok yang kurang baik
dengan keadaan lingkungan yang tidak menjalankan sesuai dengan standar
kesehatan.

WHO mengungkapkan 2,5 miliar yang mendiami suatu wilayah perkotaan di


Negara yang memiliki iklim suhu yang hangat tdan subtropics mendapat
masalahan buruk terhadap penularan DBD. Diperkirakan 50 juta jiwa diseluruh
dunia terjadi infeksi dengue setiap musim, untuk wilayah Asia Tenggara diketahui
ada 100 juta kejadian penyakit demam dengue. Semua itu harus mendapatkan
perawatan di rumah sakit, dan dari 90% pengidap kebanyakan anak yang berusia
15 tahun dan jumlah kematian penyakit DBD mencapai 5% dengan perkiraan
25.000 kematian setiap tahunnya.7

Data yang ada diseluruh dunia menujukan jumlah penderita DBD setiap
tahunnya mencapai urutan pertama di Asia. Sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO
mencatat Negara Indonesia sebagian besar dengan kasus penyakit DBD tertinggi
di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand.7

Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan di


Indonesia, yang penularannya, penyakit yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang biasa terjadi
antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup masyarakat. Dampak ekonomi
langsung adalah biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak
langsung adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain
pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan di rumah sakit.8

Di Indonesia sendiri penyakit DBD ditemukan di Surabaya dan Jakarta tahun


1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia, dengan angka kematian mencapai 41.3%. berdasarkan data Profil kesehatan
Indonesia pada tahun 2017 terdapat 68.407 kasus kesakitan demam berdarah
dengan jumlah kasus tahun 2016 terdapat 204.171 kasus kesakitan dengan jumlah
kematian sebanyak 1.598 orang. Angka kesakitan atau Incedence Rate DBD tahun
2016 ke tahun 2017 yaitu 78,85 per 100.000 penduduk menjadi 26,10 per 100.000
penduduk.7
Kasus penyakit DBD di Indonesia meningkat serta bertambah luasnya
wilayah yang terjangkit yang disebabkan oleh multi factorial seperti meningkatnya
jumlah fasilitas transportasi umum, permukiman masyarakat yang mulai padat,
rutinitaas sehari-hari masyarakat dalam penggunaan dan penampungan air, berupa
bak mandi yang tidak menentu untuk waktu membersihkan lebih berpotensi untuk
menjadi lokasi perkembangbiakkan nyamuk, budaya masyarakat menyimpan
barang bekas atau jarang memperhatikan keadaan lingkungan terhadap
menimbulkan pertumbuhan nyamuk yang semakin cepat. Kurangnya kepatuhan
masyrakat dalam menerapkan 3M plus dan menjaga kebersihan, akibatnya nyamuk
akan berkembang dan terdapat nyamuk Aedes Aegypti sebagai pembawah penyakit
DBD ke seluruh wilayah.9

Factor resiko yang berhubungan dengan penyakit Demam Berdarah Dengue


dari faktor lingkungan seperti perilaku penerapan 3M Plus, pengelolahan sampah
dan peran keluarga dalam menanggani masalah penyakit Demam Berdarah.
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan cara merubah perilaku masyarakat agar
lebih mengutamakan pola hidup bersih untuk menghindari dari berbagai macam
penyakit.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan Maret 2019 di


Puskesmas Kawatuna dengan melakukan wawancara pada 5 orang warga tentang
pencegahan DBD dari hasil wawancara yang dilakukan 1 orang warga mengatakan
paham mengenai pencegahan DBD dan 4 orang warga lainnya mengatakan tidak
paham terhadap pencegahan DBD dan masih banyak warga yang belum
mengetahui bagaimana cara pencegahan DBD dan kebersihan lingkungan juga
belum terwujud secara optimal, oleh karena itu masih ditemukan sampah-sampah
yang dibuang sembarang atau berserahkan di halaman rumah dan di lingkungan
pemukiman seperti: kaleng-kaleng bekas, ban-ban bekas, tempurung, serta masih
ditemukan tempat-tempat perindukan dan perkembangbiakan nyamuk demam
berdarah dengue di dalam dan di luar rumah, yang kesemuanya ini dapat
merupakan tempat perindukan nyamuk demam berdarah dengue. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis apakah ada pengaruh peran keluarga dan kondisi
sanitasi lingkungan terhadap pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di
wilayah kerja puskesmas kawatuna.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh calon peneliti


pada bulan Maret di Puskesmas Kawatuna diperoleh data jumlah warga yang
terkena DBD pada tahun 2019 sebanyak 124, dimananya 56 laki-laki dan 68
perempuan.

Dari latar belakang diatas maka calon peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul” pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan
terhadap pencegahan terjadinya demam berdarah dengue Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian belakang masalah di atas, maka adapun rumusan masalah


dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap
pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kawatuna?

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum:

Menganalisis adanya pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi


lingkungan terhadap pencegahan demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna

2. Tujuan Khusus:

a) Mengidentifikasi keadaan demam berdarah dengue di Wilayah Kerja


Puskesmas Kawatuna.
b) Menganalisis antara peran keluarga terhadap kejadian penyakit demam
berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna
c) Menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
d) Mengidentifikasi masalah demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna.
D. Manfaat Penelitian

1.Bagi Pendidikan STIKes Widya Nusantara Palu

Penelitian ini diharapkan dapat memperkarya bahan dalam bidang


ilmu keperawatan khususnya yang berhubungan dengan pengaruh peran
keluarga dan kondisi sanitasli lingkungan terhadap pencegahan terjadinya
demam berdarag dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.

2. Bagi Masyarakat

Di harapkan menerima suatu penjelasan lanjutan yang menjadi ilmu di


masyarakat untuk mencegahan terjadianya DBD, diharapkan masyarakat
dapat menebarkan dan melaksanakan metode pencegahan dan penumpasan
DBD.

3. Bagi UPTD Puskesmas Kawatuna

Di harapkan dapat bermanfaat sebagai informasi kesehatan sehingga


penelitian ini memperoleh sebagai sumber penjelasan dan pengolahan yang
akan digunakan untuk bahan pengkajian di masa yang akan datang, juga
demi suatu informasi mendasar pada bahan yang sebagai landasan dalam
upaya program pencegahan DBD.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pencegahan DBD
1. Definisi Demam Berdarah

World Health Organization Demam berdarah dengue (DBD)


merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes
aegypty sehingga dapat menyebabkan infeksi dari satu tempat ketempat yang
lain. Virus dengue dapat menyerang bayi, anak-anak maupun orang dewasa.
Sedangkan menurut ( Depkes RI,2016) DBD merupakan penyakit akut yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypty atau Aedes albopictus yang terinfeksi virus DBD.7

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan


oleh virus dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi
mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari,
manifestasi pendarahan (petekie, purpura, pendarahan konjungtiva, epistaksis,
pendarahan mukosa, pendarahan gusi, hematermesis, melena, hematuria)
termasuk Uji Tourniquet (Runple leede)positif, trombositropenia ( jumlah
trombosit ≤100.000 ) hemakonsentarsi ( peningkatan hematokrit ≥ 20% )
disertai atau tanpa pembesaran hati.10

Nyamuk Aedes ( Stegomyia) betina biaanya akan terinfeksi virus


dengue saat mengisap darah dari penderita yang bearadah dalam fase demam
akut pentakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari,
kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk
yang infeksi menggigit dan menularkan air liurnya ke luka gigitan pada orang
lain. Masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari (Rata-rata 4-6 hari).
Penyakit tersebut ditandai dengan tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk
mual, muntah dan ruam kulit.

2. Etiologi DBD
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypty yang mengandung virus dengue, dan pada saat nyamuk Aedes
Aegypti maka virus dengue akan masuk dalam tubuh, setelah masa inkubasi 3-
25 hari penderita akan mengalami demam tinggi selama 3 hari berturut-turutb.
Biasanya banyak penderita yang mengalami kondisi fatal karena mengaggap
ringan gejala DBD tersebut.
1. Ciri-ciri nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue yaitu:
a) Badan nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada
seluruh tubuhnya atau loreng.
b) Nyamuk ini dapat berkembangbiak Pada Tempat Penampungan Air
(TPA) dan pada barang-barang yang memungkinkan untuk digenangi
air seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, barang bekas dan
lain-lain
c) Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembangbiakan di got atau
selokan ataupun kolam yang airnya langsung berhubungan dengan
tanah
d) Nyamuk Aedes aegypti biasanya menggigit manusia pada pagi dan sore
hari
e) Nyamuk ini termasuk jenis nyamuk yang dapat terbang hingga 100
meter
f) Nyamuk akan singgah pada pakaian yang bergantungan dalam kamar.11
2. Siklus hidup Aedes Aegypti:
a) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biangkannya.
b) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian
berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyauk
(Perkemban-biakan dari telur- jemtik- kepompong- nyamuk
membuthkan waktu 7-10 hari).
c) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (betina) akan
menggigit ( mengisap darah ) manusia dan siap untuk melakakuka
perkawinan dengan nyamuk jantan.
d) Setelah mengisap darah, nyamuk betina istirahat sambil menunggu
proses pematangan telurnya. Nyamuk lebih suka beristirahat di tumbuh-
tumbuhan atau di benda yang tergantung ditempat perkembangbiakanya.
e) Nyamuk yang membawah virus demam berdarah terjadi apabila nyamuk
mengisap darah dari seseorang yang menderita demam berdarah maa
selama hidupnya nyamuk tersebut akan menjadi agen penularan virus
demam berdarah.
f) Siklus nyamuk mengisap darah dan bertelur ini berulangsetiap 3-4 hari.
g) Umur nyamuk betina itu rata-rata 2-3 bulan.
3. Tingkat siklus nyamuk Demam Berdarah:
a) Telur
Telur nyamuk Aedes Aegypti memiliki dinsing bergaris-garis
dan bentuknya seperti bangunan kasa. Telur berwarna hitam dan
diletakkan satu per satu pada dinding perindukan. Panjang telur nyamuk
Aedes Aegypti 1 mm dengan bentuk bulat oval atau memanjang, apabila
dilihat dengan mikroskop bentuknya seperti ceurutu. Telur menetap
berbulan-bulan dengan tingkat tempratur -2℃ hingga 42℃ dalam cuaca
kering. Telur hendak menetas jika kelembapannya sangat rendah dalam
waktu 4 sampai 5 hari.
b) Larva
Pertumbuhan larva terkadang terpaut dengan temperatur,
jumlah penduduk, dan ketersedian pangan. Larva akan bertumbuh
dengan keadaan suhu 28℃ sekitar 10 hari, dan pada suhu air antara 30-
40℃ larva akan tumbuh menjadi pupa dalam kurun 5 sampai 7 hari.
Larva menyukai air yang bersih, akan tetapi larva juga akan hidup
dalam air yang kurang baik yang bersifat asam atau basa.
Larva beristirahat didalam air kemudian membentuk sudut dengan
permukaan dan menggantung hamper tegak. Larva akan berenang
menuju kedasar tempat apabila menyentuh dengan gerakan jungkir
balik. Larva akan mengambil oksigen diudara dengan berenang menuju
dasar tempat permukaan kemudian menempelkan siphoonnya diatas
permukaan air. Larva Aedes Aegypti memiliki empat tahap
perkembangan disebut instar meliputi: instar I,II,III,dan IV, di mana
setiap pergantian instar ini ditandai dengan adanya pergantian kulit yang
disebut ekdisi. Larva instar IV mempunyai ciri siphon pendek, sangat
gelap dan kontras dengan warna tubuhnya. Gerakan larva instar IV lebih
sensitive terhadap rangsangan cahaya dan lincah. Dalam keadaan
normal (cukup makan dan suhu sekitaran 25-27℃ ) perkembangan larva
instar sekitar 6 sampai 8 hari.
c) Pupa
Pupa nyamuk Aedes Aegypti berbentuk bengkok, kepala besar
dan menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thoraks yang
digunakan untuk bernafas. Pupa Aedes Aegypti bersifat aquatic tidak
seperti kebanyakan pupa serangga lain yang sangat aktif dan yang sering
disebut acrobat (tumbler). Pupa Aedes Aegypty tidak makan hanya saja
memerlukan oksigen untuk bernafas melalui sepasang struktur seperti
terompet kecil pada thoraksnya. Pupa tahap akhir akan membungkus
tubuh larva dan mengalami metamorphosis menjadi Aedes Aegypti yang
dewasa.
d) Imago (nyamuk dewasa)
Pupa membutuhkan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu
menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jantan menetas lebih dulu dari
nyamuk betina, nyamuk betina setelah dewasa membutuhkan darah
untuk dapat mengalami kopulasi.
Klasifikasi dari Aedes Aegypti adalah sebagai berikut:

Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Nematocera
Infra Ordo : Culicom Orfa
Super family : Culicoides
Sub Famili : Culicoidea
Genus : Aedes
Species : Aedes Aegypti
Dalam menurunkan keturunanya, nyamuk Aedes aegypti betina
hanya kawin satu kali seumur hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi
24-28 hari dari saat nyamuk dewasa.11

3. Pemberantasan vektor DBD


1. Pemberantasan nyamuk dewasa
Dilakukan dengan cara penyemprotan dengan menggunakan
insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk yang suka hinggap pada benda-
benda yang digantung, oleh karena itu penyemprotan tidak dilakukan di
dinding rumah tidak seperti pada pemberantasan nyamuk menular malaria.
Alat yang sering digunakan dalam pemberantasan nyamuk dewasa
adalah mesin Fog (pengasapan) dan penyemprotan dengan cara pengasapan
tidak mempunyai efek risedu. Untuk membasmi penularan virus dengue
penyemprotan dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus interval 1 minggu.
Penyemprotan siklus pertama, dimana semua nyamuk yang mengandung
virus dengue dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi demi kian
akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang dimana diantaranya akan
mengisap darah pada pemderita Viremia (pasien yang positif terinfeksi
DBD) sehingga masih ada yang menimbulkan terjadinya penularan
kembali. Oleh karena itu perlu kita lakukan penyemprotan yang pertama
supaya nyamuk baru yang terinfeksi tersebut akan terbasmi sebelum sempat
menularkan pada orang lain.
Penyemprotan ini sangat bermanfaat untuk dapat membasmi penularan,
akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap
jentiknya supaya populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah-
rendahnya.
2. Pemberantasan jentik
Dalam pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dikenal
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD).12 Dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a) Fisik
Pemberantasan yang dikenal dengan sebutan 3M yaitu
menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, menutup tempat
penampungan air, mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan
barang-barang bekas. Pengurusan tempat-tempat yang penampungan air
perluh dibersihkan secara teratur sekurang-kurangnya satu atau dua kali
dalam minggu agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak ditempat
tersebut. Upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambunga, oleh karena
keberadaan jentik nyamukberkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
b) Kimia
Pemberantasan dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
yang dikenal dengan isitilah larvasida.
c) Biologi
Pemberantasan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang). Dan dapat juga menggunakan Bacilluc
Thuringiensis (Bti).12
4. Tanda Dan Gejala Penyakit Demam Beradarag Dengue
Penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnose klinis dan
laboratoris. Berikut ini tanda dan gejalanya yang dapat dilihat dari penderita
DBD dengan diagnoasa klinis dan laboratoris:
1. Diagnoasa klinis
a) Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38-40℃)
b) Manifestasi perdarahan dengan bentuk uji tourniquest positif, petekie
(bintik merah pada kulit), purpura (pendarahan kecil didalam kulit),
Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epitaksis
(pendarahan hidung), perdarahan gusi, Hematemesi (muntah darah),
Melena (BAB darah dan Hmaturi(adanya darah dalam urin).
c) Perdarahan pada hidung dan gusi
d) Rasa sakit pada otot dan persedihan, timbul bintik-bintik merah pada
kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
e) Pembesaran hati (Hepatomegali).
f) Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
g) Gejalah klinis lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
selera makan), lemah, mual, sakit perut, diare dan sakit kepala.13
2. Gejala lain pada penyakit DBD adalah:
a) Kurangnya nafsu makan
b) Berubanya indra perasa
c) Konstipasi
d) Nyeri pada perut
e) Nyeri pada lipatan paha
f) Radangan pada tenggorokan
g) Depresi.14
3. Diagnosa laboratoris
a) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000 /mmHg.
b) Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih. 13
(Monica, 2012).
5. Penyebab dan penularan penyakit DBD
Penyebab penyakit DBD mempunyai 4 tipe: Tipe 1,2,3, dan 4, dalam
group B Antropod Borne virus (Arbovirus). Adapun tipe 3 merupakan serotip
virus dominan menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit DBD
ini diperkirakan ≤ 7 hari. Penularan penyakit DBD ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti ditularkan nyamuk Aedes albopictus yang hidup
dikebun.15
Cara masuknya penularan virus dengue yaitu virus akan masuk
ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan beredar dalam sirkulasi darah
selama periode sampai timbul gejalah demam. Dvirus beredar didalam sirkulasi
darah manusia yang disebut fase viremia. Apabila nyamuk belum terinfeksi
mengisap darah manusia dalam fase viremia maka virus akan masuk kedalam
tubuh nyamuk dan berkembang biak selama periode 8 sampai 10 hari sebelum
virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Rentang waktu diperlukan
untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi lingkungan terutama
temperature sekitar. Siklus penularan virus dengue dari manusia-nyamuk-
manusia dan seterusnya.16
6. Bionomik vektor DBD
1. Tempat Perindukan Nyamuk
Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa di genangan air yang
tertampung di suatu tempat.
a) Tempat penampungan air (TPA), seperti, drum, bak mandi WC, tempat
ember dan lain-lain.
b) Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti, tempat
vas bunga, bak bekas, kelang-kaleng bekas, botol-botol bekas dan lain-
lain.
c) Tempat penampungan air alamiah seperti, pelepah daun, tempurung
kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lian-lain.
2. Kesenangan nyamuk menggigit
Nyamuk betina biasanya mencari mangsa pada siang hari. Aktivitas
menggigit biasanya pada waktu pagi sampai petang hari, dengan puncak
aktivitas pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 berbedah dengan nyamuk yang
lainnya, Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang-
ulang kali.
3. Kesenangan nyamuk istirahat
Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar
berdekat dengan tempat perkembangbiakkannya. Biasanaya ditempat yang
agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tertentu tersebut nyamuk
menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses
pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di
dinding tempat-tempat perkembangbiaknya, sedikit di atas permukaan air.
Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang
2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir telur tersebut dapat bertahan sampai
berbulan-bulan bila berada di tempat kering dengan suhu 2℃ dan bila
menetas lebih cepat.11
7. Eidemiologi DBD
Timbulnya suatu penyait dapat di terangkan melalui konsep segitiga
epidemiologi, yaitu adanya agen host dan lingkungan.
1. Agent (Virus Dengue)
Berupa virus atau suatu subtansi elemen yang kurang kehadirannya
atau tdiak hadirnya dan dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan
suatu penyakit atau dikenal dengan empat virus dengue yaitu Den-I,Den-2,
Den-3, dan Den-4.
Virus dengue yang memiliki masa inkubasi tidak terlalu lama yaitu
antara 3 sampai 7 hari, virus akan ada di dalam tubuh manusia. Dalam masa
inkubasi penderita akan akan menjadi sumber penularan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD).
2. Host (Pejamu)
Semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu perjalanan penyakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit pada manusia dalam penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) yaitu:
a) Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan
terhadap infeksi virus Dengue. Semua golongan umur dapat terserang
virus Dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir.
b) Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan keretanan terhadap
serangan Demam Berdarah Dengue (DBD) dikaitkan dengan perbedaan
jenis kelamin(gender)
c) Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat ringan penyakit da nada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baikyang
mempengaruhi peningkatan antibody yang vukup baik, maka terjadi
infeksi virus Dengue yang berat.
d) Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah
terjadinya infeksi virus Dengue, karena daerah yang berpenduduk padat
akan meningkat jumlah insiden kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
tersebut.
e) Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan infeksi virus Dengue.
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan yang mempenagruhi timbulnya penyakit Dengue
atau di renal dengan kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang
mempenagruhi kehidupan dan perkembangan sesuatu organisasi.
a) Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus Dengue ditemukan tersebar luas
dibagian Negara terutama di Negara tropic dan subtropik yang terletak
antara 30℃ Lintang Utara Dan 40℃ Lintang Selatan Seperti Asia
Tenggara, Pasifik Barat dengan tingkat kejaidan sekitar 50-100 juta
setiap tahunnya.
b) Musim
Periode epidemic yang terutama berlangsung selama musim
hujan dan erat kaitannya dengan kelembapan pada musim hujan. Hal
tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dan menggigit
karena di dukung oelh lingkungan yang baik untuk masah inkubasi.11
c) Suhu udara
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi
metabolismesnya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun
sampai dibawah 10℃ . pada suhu yang lebh tinggi 35℃, nyamuk juga
akan mengalami perubahan, dalam arti lebih lambatnya proses-proses
fisiologi. Rata-rata ideal untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25℃-27℃.
Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 10℃
atau lebih dari 40℃.
8. Sanitasi lingkungan
1. Sanitasi
Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitik
beratkan penguasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan.17
Sanitasi adalah faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada efek
merusak perkembangan fisik kesehatan dengan kelangsungan hidup
manusia.18
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan kombinasi antara kondisi fisik, biologis dan
sosial yang mencangkup kelangsungan hidup mahluk hidup. Berikut
penjelasan dari tiga komponen lingkungan tersebut:
a) Lingkungan fisik
Suatu yang berada disekitar kita meliputi, cahaya, tanah, air,
udara, zat kimia, dan populasi sekitar pejamu.
b) Lingkungan biologis
Lingkungan yang meliputi segala sesuatu yang ada disekitar
kita yang terdiri dari mikroorganisme penyebab penyakit infeksi seperti
hewan dan tumbuhan, dan vektor pembawa penyakit seperti hewan atau
tumbuhan yang menjadi sumber bahan makanan, obat dan lai-lain.
c) Lingkungan sosial
Tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan
sesuatu secara bersama-sama antar sesama maupun dengan
lingkungannya. Seperti bentuk kehidupan sosial, organisme, dan
institusi yang mempengaruhi suatu individu itu sendiri dalam
membentuk masyarakat, seperti dalam bentuk organisme masyarakat,
system pelayanan kesehatan, system ekonomi, kepadatan penduduk,
kebiasaan hidup masyarakat, serta kepadatan rumah.19
Ilmu lingkungan adalah suatau bidang akademik yang
mengintegrasikan prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan
manusia. Adapun penerapan prinsip dan ketentuan ekologi dalam
kehidupan manusia dapat berupa pendekatan dan metodologi, yaitu:
a) Pendekatan Holistik
Pendekatan semua faktor yang diperhitungkan secara
keseluruhan dan saling ketergantungan satu sama lain untuk
kepentingan semua yang berupa analitik dan reduksionistik.
b) Pendekatan Evolusioner
Pendekatan yang mengkaji para pelaku lingkungan hidup, baik
secara individual, populasi, maupun komunitas sebagai dasar untuk
menjelaskan perilaku manusia yang spesifik.
c) Pendekatan Interkatif
Pendekatan belajar yang merujuk pada suatu kehidupan yang
dilihat dari suatu hubungan interaktif antara komponen penyusunan
yang merupakan pendekatan botton up untuk mengenal lingkungan
hidup dengan yang lebih baik.20
d) Pendekatan Situasional
Pendekatan yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu
yang menganjurkan pendekatan ekologi dengan memperhatikan
perubahan situasi pada saat timbulya masala yang dihadapi.
e) Pendekatan Sosiositem Dan Ekosistem
Pendekatan yang berupaya untuk memisahkan lingkungan
hidup ke dalam system sosial dan system alami dengan mempelajari
berdasarkan aliran materi, energy, dan informasi. Dimana keduanya
akan menghasilakn suatu proses sleksi dan adaptasi.
f) Pendekatan Peranan dan Perilaku Manusia
Pendekatan yang mempelajari peranan manusia dalam program
MAB (man and biosphere) atau pendekatan pemanfaattan oleh
manusia.
g) Pendekatan Kontekstualisasi Progresif
Pendekatan lingkungan sosial dalam bentuk kehidupan sosial,
politik, organisme, dan institusi yang dapat mempengaruhi individu
itu sendiri dalam mebentuk masyarakat, seperti membentuk
organisasi masyarakat, system pelayanan. sehingga setiap
masalahanya dapat dimengerti dan di pahami dengan baik.
h) Pendekatan Kualitas Lingkungan
Pendekatan yang merupakan kelanjutan dari pendekatan
kontektualisasi progresif yang kemudian di kembangkan dengan
melalui penyusunan analisis dampak lingkungan (AMDAL).20
3. Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah upaya suatu kesehatan lingkungan yang
dimana mencangkup kondisi lingkungan rumah, keadaan tempat
pembuangan sampah, dan penyediaan air bersih.6
Ilmu sanitasi lingkungan adalah suatu ilmu kesehatan lingkungan
terhadap bagimaa cara dan usaha individu atau masyarakat untuk
mengontrol dan memulihkan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya
bagi kesehatan dan yang mengancam bagi kelangsungan hidup manusia.20
Ilmu sanitasi lingkungan ini mempelajari hubungan timbal balik antar
makhluk hidup dengan lingkungannya yang disebut ekologi. Ekologi itu
sendiri mempelajari satu jenis makhluk hidup dengan ligkungannya yang
disebut autekologi, sedangkan ekologi mempelajari satu jenis atau
beberapa makhluk hidup sekaligus dalam suatu habitat atau komunitas
disebut sinekologi. Contoh dari ekologi yaitu perkotaan, hutan, perairan
dan sebagainya. Sementara itu ilmu yang mempelajari timbal-balik antara
manusia dengan lingkungannya disebut eutekologi manusia.20
Sanitasi lingkungan merupakan faktor yang berterkaitan dengan
peningkatan kasus peyakit DBD, karena padatnya lingkungan pemukiman
penduduk sehingga sehingga menyebabkan penularan penyakit DBD,
padatnya pemukiman penduduk juga dapat mempermudah nyamuk Aedes
untuk menularkan virusnya. Sanitasi lingkungan terdiri dari pengolahan
sampah yang cukup padat, kondisi tempat penampungan air bersih, serta
keadaan kondisi perumahan.21
9. Pencegahan Penyakit Demam Berdara Dengue (DBD)
Upayah pencegahan penyakit DBD di antaranya:
1. Mencegah nyamuk berkembang biak:
Mensosialisasikan pada masyarakat tentang upaya pencegahan
penyakit DBD dirumah secara mandiri yang dilakukan oleh masyarakat.
Program yang biasa dikenal dengan sebutan Pemberantasan Sarang
Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan Mendaur ulang Plus (PSN 3M
Plus) untuk menghilangkan sarang nyamuk vektor DBD dan untuk
mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Aedes. PSN 3M Plus merupakan
perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit
DBD dengan usaha untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD.22
Melaksanakan program 3M Plus dengan cara:1. Membersihkan tempat
penampungan air seperti bak mandi, penampungan air, kolam dan lain-lain.
2. Menutup tempat penampungan air didalam rumah. 3.Mengubur benda-
benda yang tidak dipakai dan benda yang dapat digenangi air, seperti
kaleng bekas, tempurung kelapa, plastik, dan lainnya. Membunuh jentik
nyamuk dengan pemberian bubuk abate.23
Kegiatan 3M Plus efektif untuk pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD). Pencegahan sarang nyamuk dilakukan melalui
managemen lingkungan seperti pengendalian biologis, pengendalian
kimiawi dengan dukungan peran serta masyarakat, dan pemberantasan
sarang nyamuk yang efektif dalam pencegahan DBD.24
2. Menanggulangi sarang nyamuk;
Jangan biarkan nyamuk bersarang dalam rumah bila perluh bunuh
dengan anti nyamuk malathion.
3. Menjaga diri jangan sampai digigit nyamuk;
Tidur menggunakan kelambu, bila perluh memakai anti nyamuk oles
di kulit.
4. Perawatan penderita
Harus dirawat dengan baik jangan sampai menularkan sumber penular
bagi orang lain.25
10. Devinisi Peran Keluarga
1. Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial , baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada
situasi sosial tertentu.26
a) Fungsi peran
Peranan dapat pembimbing seseorang dalam berprilaku, karena fungsi
peran dapat memberikan arah pada proses sosialisasi, pewarisan tradisi,
kepercayaan, nilai-nilai dan pengetahuan, dan dapat mempersatukan
kelompok atau masyarakat serta menghidupkan sistem pengendalian
dan kontrol, sihingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.27
b) Macam-macam peran
Macam-macam peran sebagai berikut:
1) Peran formal
Peran formal merupakan peran yang membutuhkan
suatu keterampilan dan kemampuan tertentu sehimgga dapat
menjalankan peran tersebut. Peran formal yang standar terdapat
dalam keluarga seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang
perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keunagan, dan
tukang masak. Bila sosoerang anggota keluarga tidak memenuhi
suatu peran dan meninggalkan rumah maka anggota lain akan
mengambil alih kekosongan ini agar tetap berfungsi. Peran dasar
yang membentuk posisi sosial sebagai suami ayah dan istri ibu
sebagai berikut:
a) Peran sebagai provider atau penyedia
b) Sebagai pengatur rumah tangga
c) Perawatan anak baik yang sehat maupun yang sakit
d) Sosialisasi anak
e) Rekreasi
f) Persaudaraan, memelihara hubungan keluarga
g) Peran terapeutik dan peran seksual
2) Peran informal
Memiliki tuntunan yang berbeda tidak perlu di
dasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin melainkan didasarkan
pada atribut-atribut persoanalitas atau kepribadian anggota
keluarga individu. Berikut beberapa contoh peran informal
antara lain:
a) pendorong, dapat merangkul orang lain dan membuat mereka
merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk
didengarkan.
b) Pengharmoni, berperan untuk meneganhi perbedaan pendapat
dan menyatuhkan kembali perbedaan tersebut.
c) Inisiatot-konstributor mengajuhkan atau mengemukakan ide-
ide baru.
d) Pendamai, jika ada keluarga yang ada masalah maka dapat
diselesaikan dengan cara musyawara.
e) Pencari nafkah yaitu peran keluarga yang dijalankan oleh
orang tua dalam memenuhi kebutuhan.
f) Perawata keluarga, peran yang dijalankan terkait merawat
keluarga jika ada yang sakit.
g) Penghubung keluarga, biasanya ibu mengirim dan memonitor
komunikasi dalam keluarga.
h) Pionir keluarga, membawah keluarga pindah ke wilayah yang
asing dan mendapatkan pengalaman yang baru.
i) Coordinator, keluarga merencanakan kegiatan-kegiatan
keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban.
j) Pengikut dan saksi, saksi lebih pasif, saksi hanya mengamati
dan tidak melibatkan dirinya.26
c) Peran dalam keluarga
Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah
diterimah oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada
pola yang diterapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir.
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.28
1) Peran ayah, ayah merupakan suami dari istri dan ayah dari anak-
anak, ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung
dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagian anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran ibu, ibu sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya , ibu
mempunyai peran mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari oeranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, peran ibu juga sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peran anak melaksanakan perannya psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual.28
2. Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap yang
sama dalam keadaan saling ketergantungan dengan hubungan ikatan
perkawinan atau pengangkatan. Dan berinteraksi satu sama lain, serta
masing-masing berperan dalam menciptakan dan mempertahankan suatu
kebudayaan.26
Jadi peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam mendukung keluarga yang menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu.29
1. Ada dua macam-macam struktur keluarga yaitu:
1) Tradisional:
a) the nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak yang hidup bersama dalam satu rumah.
b) The dyad family, yaitu keluarga terdiri dari suami dan istri tanpa
anak yang hidup dalam satu rumah.
c) Keluarga usila, adalah keluarga terdiri dari suami dan istri yang
sudah tua dan anak sudah memisahkan diri atau sudah berkeluarga.
d) The childless family adalah keluarga yang tidak memiliki anak
karena lambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan
yang terjadi pada wanita.
e) The extended family (keluarga luas/ beasr) adalah keluarga terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama-sama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua atau kakek-
nenek, keponakan, dan lain-lain.
f) The single parent family (keluarga duda atau janda) adalah keluarga
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, biasanya hal
ini di akibatkan oleh proses perceraian, kematian dan ditinggal atau
menyalahi hukum pernikahan.
g) Commuter family adalah kedua orang tua yang bekerja di kota yang
berbeda dan memilih salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
mereka, sehingga orang tua yang berkerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat libur (weekend).
h) Multigenerational family adalah keluarga yang terdiri dari beberapa
generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
i) Kin network family adalah keluarga yang terdiri dari beberapa
keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling berdekatan
atau saling menggunakan barang dan pelayanan yang sama. Seperti
menggunakan dapur, kamar mandi, menonton televise,
menggunakan telvon dan lain-lain.
j) Blended family adalah keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
k) The single adult living aloneatau sigle adult family adalah keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendirian karena
pilihannya atau seperti perceraian atau ditinggal mati.
1) Non tradisional:
a) The unmarried teenage mother yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan diluar ikatan
pernikahan.
b) The stepparent family adalah keluarga yang terdiri dari orang tua
tiri.
c) Commune family adalah pasangan keluarga dengan anak yang tidak
ada hubungan keluarga atau saudara, yang hidup bersama dalam
satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasu anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterpsexual cohabiting family adalah keluarga
yang hidup bersama atau satu rumah dan berganti-ganti pasangan
tanpa melalui ikatan pernikahan.
e) Gay and lesbian family adalah seseorang yang mempunyai
persamaan sex atau jenis kelamin dan hidup bersama sebagaimana
pasangan suami istri (marital partners).
f) Cohabitating adalah orang dewasa yang hidup bersama dalam satu
rumah diluar ikatan perkawinan karena diakibatkan oleh beberapa
alasan tertentu.
g) Group marriage family adalah beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang merasa telah
menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group network family adalah keluarga inti yang dibatasi oleh aturan
atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain, saling
menggunakan barang-barang rumah tangga, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i) Foster family adalah keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara dalam waktu sementara, dan orang
tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatuhkan
anak kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family adalah keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan menta.
k) Gang merupakan keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosioanal dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.30
2. Fungsi keluarga
fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a) fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan
gizi keluarga.
b) Fungsi psikologi yaitu memberikan kasih saying dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian di antara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan
identitas pada keluarga.
c) Fungsi sosialisasi pada anak membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan
meneruskan budaya.
d) Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung unuk
memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan dating.
e) Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
perannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai tingkat
perkembangannya.26
3. Tugas keluarga
Ada beberapa tugas dasar yang didalamnya terdapat delapan tugas
pokok, antara lain:
a) memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggota.
b) Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam
keluarga
c) Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan
kedudukannya
d) Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban
dan kehangatan para anggota keluarga.
e) Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan
f) Memelihara ketertiban anggota keluarga
g) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas
h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.26
4. Peran keluarga
Salah satu peran keluarga adalah sebagian tempat kita
berlabuh, tempat berlindung, tempat mendapat kasih saying dan
perhatian. Keluarga juga tempat saling memotivasi atau mendukung
sesame anggotanya. Keluarga merupakan tempat tumpuan harapan
hidup tenang, nyaman, dan bahagia.
5. Faktor yang mempengaruhi peran keluarga
a) faktor kelas sosial, ditemukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, dan penghasilan, apabila pendapatan atau penghasilan
lebih besar maka memunginkan lebih bisa terpenuhi kebutuhannya.
Sehingga semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan
semakin tinggi pula kelas sosialnya.(Notoatmodjo, 2013 dalam
Widya, 2016).
b) Faktor bentuk keluarga , keluarga merupakan unsur penting dalam
perawatan anak, kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga. Keperawatan anak harus mengenali keluarga sebagai
tempat tinggal. Keluarga dengan orag tua lengkap akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.(Wong, 2009
dalam Widya, 2016)
c) Faktor tahap perkembangan keluarga, faktor ini di mulai dari
pernikahan, dilanjutkan tahap menyatuhkan dua pribadi yang
berbeda, dan di lanjutkan dengan tahap persiapan menjadi orang
tua. Tahap selanjutya menjadi orang tua denngan tahap berduka.
(Wong, 2009) dalam Widya 2016)
d) Faktor model peran, informasi yang terkait dengan masalah sehari-
hari dalam masyarakat, akan menyebabkan masalah peran dari
individu, sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik.
(Friedman, 2002, dalam Widya, 2016).
e) Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau
sakit, kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan
keluarga dengan pengaruh sehat sakit terhadap peran keluarga.27
11. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian
yang dilakukan dan memberi landasan topic yang dipilih sesuai dengan
identifikasi masalahnya.31 Dalam penelitian ini calon penelitian mengambiil
variable bebas peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan sedangkan
variable terikat adalah pencegahan DBD .
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable yang diteliti. Variable
tersebut adalah peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan. Peran keluarga
yang mencakup perilaku atau sifat dan kondisi sanitasi lingkungan yang
mencakup lingkungan sekitar rumah, kondisi tempat penampungan air, sistem
pembuangan sampah dan kondis lingkungan rumah untuk menjadi indikator
penelitian pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap
pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
Gambar yang lebih jelas dan terarahkan alur penelitian ini
digambarkan dalam keranga konsep seperti berikut:

Kondisi Sanitasi
Lingkungan:
1) Lingkungan
rumah.
2) Penampungan air.
3) Tempat
pembuangan
sampah.
4) Kondisi rumah.
Pencegahan DBD

Peran keluarga:
1) Perilaku atau sifat

Gambar 1.1 Kerangka Konsep

Ket:
: variabel yang di teliti
→ : pengaruh variabel independen dan variabel dependen

12. Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini merupakan dugaan jawaban sementara
dalam masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan
hipotesisi.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ha :Ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan
terhadap pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna.
2. Ho :Tidak ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan
terhadap pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian
dan fenomena serta hubungan-hubungannya.32(Sugiyono,2017).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional, yaitu
dalam pengukuran dan pengamatan dilakukan pada saat bersamaa, dan dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh peran keluarga
dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue
di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Juni 2020

C. Populasi Dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data atau subjek penelitian yang
diperlukan dalam suatu penelitian.33 (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua warga yang pernah menderita penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna
Pada Tahun 2019 sebanyak 124 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi atau yang dianggap dapat
mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian warga yang
pernah menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kawatuna, dan dianggap dapat mewakili populasi
pada saat penelitian.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive Sampling yaitu dimana peneliti menentukan pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan yang
diharapkan.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Dengan menggunakan rumus slovin yaitu:
N
n=
(1+ ( Ne2 ) )

124
n=
(1+ ( 124. 0,22 ))

124
n=
1+124.24,8

124
n=
1+3,07

124
n=
4,07

n = 30 orang

Keterangan :
n = Ukuran sampel
N =Ukuran populasi
1 = Angka ketentuan
e = Presentasi kelonggaran pengambilan sampel yang masih bisa di toleril.
Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e= 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Sehingga:
Berdasarkan perhitungan di atas dari 124 populasi penelitian ini
menggunakan 30 sampel.Penelitian ini mengambil sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuia dengan yang diharapkan.

4. Kriteria sampel
a. Kriteria Inklusi:
1).Warga yang pernah terdiagnoasa penyakit DBD dan terdaftar di
Puskesmas Kawatuna.
2). Mendapatkan pelayanan kesehatan
3). Dapat berkomunikasi dengan baik
4). Usia : .≥12 tahun
b. Kriteria Eklusi:
1).subjek tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian
2).Pindah tempat tinggal saat dilakukan penelitian

D. Variabel Penelitian
Variabel menelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang
diambil oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimilki oleh kelompok lain.34 Variabel ini dibedakan menjadi dua yaitu
variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.35 Variabel
independen dalam penelitian ini adalah peran keluarga dan kondisi sanitasi
lingkungan
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.36 Dalam penelitian ini
variabel terikatnya adalah pencegahan penyakit Demam Berdarah
Dengue(DBD) Di wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
E. Devnisi Operasional
Devinisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua
istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optional, sehingga
mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian. 37
Adapun definisi operasional ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pencegahan penyakit DBD
Upaya untuk mengurangi resiko penderita DBD yang di akibatkan oleh
nyamuk dengan cara melakukan 3M Plus.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :1. Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2. Tidak (0, jika jawaban responden Tidak)
2. Sanitasi Lingkungan
Mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur : 1. Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2. Tidak (0, Jika jawaban responden Tidak)
3. Peran keluarga
Seperangkat perilaku antar pribadi, sifat serta kegiatan yang berhubungan
dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur : 1.Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2.Tidak (0, jika jawaban responden Tidak)

F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
sumber data primer, yaitu pengisian lembar kuesioner. Di dalam lembar
kuesioner ada daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, dimana
responden tinggal memberikan jawaban. Kuesioner berisi daftar pertanyaan
terkait identitas responden dan variabel dalam penelitian yang diajukan
peneliti terhadap responden. Pertanyaan yang dugunakan adalah angket
terutup dan terstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa
sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia.
2. Alat tulis
Suatu alat untuk mencatat hasil penelitian, seperti pensil, pena, dan kertas

G. Tekhnik Pengumpulan Data


1. Data primer
Data yang diperoleh melalui responden pada penelitian data primer
yang digunakan, yaitu dengan cara observasi adalah pengamatan secara
cermat untuk mengetahui secara langsung kepada responden. Penelitian
ini melakukan observasi kepada warga yang perna menderita Demam
Bberdarah Dengue (DBD).
2. Data Sekunder
Data atau informasi yang telah tersedia dari hasil pengumpulan data
untuk keperluan tertentu, yang dapat digunakan sebagian atau seluruhnya
sebagai sumber penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder di ambil di
Puskesmas Kawatuna.

H. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara analisis univariat yaitu untuk
mengetahui frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang teliti.
Analisa univariat bertujuan untuk melihat apakah data sudah layak untuk di
lakukan analisis, hasil penelitian dalam bentuk tabel, grafish, dan narasi untuk
mengevaluasi proporsi masing-masing variabel yang di teliti. Setelah data
dikumpulkan, data tersebut dilakukan pengolahan dengan cara manual dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi
Pada umumnya analisa ini diperoleh hasil dalam bentuk presentase dengan
rumus sebagai berikut:
P= X 100%= ….%
p : proporsi
f : jumlah subjek yang ada
n : sampel
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis.
Analisis bivariate bertujuan untuk menganalisis peran keluarga dan
kondisi sanitasi lingkungan. Dilakukan untuk melihat kemaknaan
hubungan variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji
statistik yaitu Chi-Square.
Alasan penelitian menggunakan uji Chi-Square untuk melihat adanya
hubungan antar variabel yang akan diteliti dengan menggunakan taraf
signifikan (α = 0,05). Α 0,05 merupakan batas maksimal tertinggi
kesalahan yang dijadikan patokan oleh peneliti. Kaidah keputusan analisis
datanya, yaitu apa bila p- value ≥ 0,05, maka HO diterimah artinya tidak
ada hubungan sebaliknya apabila p-value ≤ 0,05 maka HO ditolak artinya
ada hubungan.
Adapun rumus Chi-Square, yaitu:
Keterangan:
X² = Nilai Chi-Square
Fo = Frekuensi Observasi Atau Pengamatan
Fe = Frekuensi Ekspetasi Atau Harapan
Menurut dahlan55 syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai
nilai expected lebih kecil dari lima maksimal 20% dari jumlah sel. Jika
syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, digunakan uji alternative, alternatif
uji Chi-Square bergantung pada jenis tabe.
a. Untuk tabel 2x2, alternative uji Chi-Square adalah uji fisher’s
b. Untuk tabel 2xk atau Bx2 dimana B dan K adalah data kategori
nominal lebih dari dua kategori, alternative Chi-Square adalah
penyederhanaan sel. Jika penyederhanaan sel tidak ogis, terpaksa
kita menggunakan uji Chi-Square.
c. Untuk tabel 2xk atau Bx2, dimana B dan K adalah dua kategorik
dengan kategorik lebih dari 2, alternative Chi-Square adalah uji
Mann-Whitney atau penyederhanaan sel.

I. Alur penelitian

Mengidentifikasi masalah

Menentukan lokasi penelitian

Mengajukan surat rekomendasi pengambilan data awal dari pihak STIKes


Widya Nusantara Palu

Mengajukan surat izin pengambilan data awal ke Kepala Puskesmas


Kawatuna
Mengajukan surat izin dan pengambilan data awal ke kepala kelurahan kawatuna

Waktu penelitian pada bulan mei 2020

Mengajukan surat rekomendasi penelitian dari pihak Kampus STIKes Widya Nusantara Palu ke
Kepala Kelurahan

Mengajukan surat izin rekomendasi penelitian ke Kepala Kelurahan Kawatuna

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan data dan analisis data

pembahasan

Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Gambar 1.2: Alur penelitian (Sumber: 2020)

DAFTAR PUSTAKA
1
Pratiwi, A. 2016. Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tentang DBD Antar Metode
Ceramah Dan Video Animasi Pada Murid Kelas V Dan VI SD Negeri 12
Metro Pusat. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016.

2
Wulandari, R.E. 2016. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Unsur Iklim, Keberadaan
Jentik Nyamuk Ae. Aegypti Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
Di Kabupaten Pacitan Tahun 2015. Skripsi. Universitas Airlangga 2016
3
sholehuddin Mochammad, 2015. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku
Pengendalian Jentik Nyamuk Dan Kepadatan Penduduk Dengan
Kejadian Penyakit Dbd Di Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

4
Wahyuningsih, F. 2014. Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pengasinan Kota Bekasi Tahun 2011-2013.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syariah Hidayatullah Jakarta 2014.

5
Notoatmodjo, S. 2013. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta

6
World Health Organization (Who). 2015. Penyakit Demam Berdarah Dengue Dan
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan Ri.

7
kementrian Kesehatan Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. 2017.

8
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI

9
Lidya Ayun, L. 2015. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dan Perilaku
Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sekaran Kecamatan Ceunungpati Kota Semarang Tahun
2015. Skripsi. Universitas Negeri Semarang 2015.

10
Rerung Ak. 2015. Karaktersitik Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Dewasa
Di Rumah Sakit Universitas Hasanudin Periode 1 Januari -31 Desember
2014. Skripsi. Makasar : Universitas Hasanudin.

11
Hermayudi, Ariani, Ap. 2017. Penyakit Daerah Tropis. Yogyakarta: Nuha Medika.

12
Departemen Kesehatan Ri. 2016. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta

13
Monica Ester. 2012. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan, Dan Pengendalian. Jakarta:Egc

14
Misnadiarly. 2009. Demam Berdarah Dengue (Dengue) Ekstrak Daun Jambu Biji
Bisa Untuk Mengatasi Dbd.Jakarta: Pustaka Popular Obor.
15
Anies, 2015. Penyakit Berbasis Lingkungan. Depok: Ar-ruzz Media

16
Eka W. 2009. Beberapa faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Ppacitan Tahun
2009. Skripsi. Universitas Muhahadadiyah Surakarta 2009.

17
Azwar. A. 1995. Dasar Kesehatan Lingkungan.Ntanggerang Selatan: Binarupa
Aksara.

18
Isnaini A. 2014. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Perkembangbiakkan
Vektor Penyebab Penaykit Malaria Di Kabupaten Boyolali. Jurnal.
Universitas Indonesia.

19
Tosepu, R. 2016. Epidemiologi Lingkungan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
Medika, 2016.

20
Sumantri Arif, 2017. Kesehatan Lingkungan. Depok: Prenada Media Group.

21
Apriyani, Ummiyati, S. R, Sutomo, A.H. 2016 Sanitasi Lingkungan Dan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Sp Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue Di Banguntapan Bantul. Jurnal. Berita Kedokteran
Masyarakat. Diterbitkan 1 Februari 2017.

22
Priesley, Dkk. 2018. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan
Menutup, Menguras Dan Mendaur Ulang Plus (Psn 3m Plus) Terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Andalans.
Jurnal. Universitas Andalans Padang.

23
Suryandono. A. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga
Dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) Dengan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
RW 1 Kelurahan Medona Kecamatan Pekalongan Barat Kota
Pekalongan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang 2009.
24
Ernawati, dkk. 2018. Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Wilayah Endemic DBD. Volume 9, Nomor 1, Januari 2018.
Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta.

25
Wulandari, R.E.. 2016. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Unsur Ilim, Keberadaan
Jentik Nyamuk Ae, Aegypti Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
Di Kabupaten Pacitan Tahun 2015. Skripsi. Universitas Airlangga 2016.

26
Harmoko., 2012, Asuhan Keperawatan Keluarga, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,H.
30

27
Widya. Satna. V. W, 2016., Hubungan Peran Keluarga Dengan Perilaku
Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru. Skripsi (Perpustakaan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)

28
Riyadi, Totok., 2016, Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan
Pada Pasien Asma Di RSUD Kota Surakarta (STIKES Kusuma Husada
Surakarta)

29
Setiadi., 2008, Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga, Graha Ilmu,
Yogyakarta

30
R. Jhonson & R. Leny., 2010, Keperawatan Keluarga, Diterbitkan Nuha Medika,
Bantul

Anda mungkin juga menyukai