PROPOSAL
PROPOSAL
Tanggal 2020
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
NIK 20110901016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 7
B. Kerangka Konsep 26
C. Hipotesis 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian 28
D. Variabel Penelitian 29
E. Definisi Operasional 29
F. Instrumen Penelitian 30
G. Tekhnik Pengumpulan Data 30
H. Analisis Data 32
I. Bagan Alur Penelitian 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan penyakit menular merupakan masalah kesehatan di Indonesia,
penyebab penyakit ini berawal dari jasad renik seperti patogen, virus, dan jamur,
dan dapat meluas melalui satu individu yang sudah terkena penyakit kepada orang
sehat akibatnya orang tersebut dapat menjadi agen penularan penyakitnya yaitu
Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypty dan masuk ke dalam peredaran darah manusia.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang Tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan peran
keluarga. DBD pertama kali diketahui pada Tahun 1950an namun, pada Tahun
1975 hingga sekarang merupakan penyebab kematian utama pada anak-anak di
Negara-negara Asia. Penyakit DBD sangat sensitif pada perubahan iklim.
Perubahan iklim ini sangat berpengaruh pada media transmisi penyakit, dan
dimana apabila vector ini berkembang maka kehidupannya bergantung pada
kecepatan angin, tingkat suhu dan kelembapan suatu wadah yang tersedia..2
Daur hidup nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) sendiri dipengaruh oleh
adanya genangan air sebagai media perkembangbiak dari telur menjadi nyamuk
dewasa, penyakit DBD juga dapat berasal dari tempat berkembangbiakkan
nyamuk seperti tempat penampungan air, dan bebrapa benda misalnya vas bunga,
ban bekas, tempat penampuangan sampah, dan tempat penampungan air alamiah
seperti tangaki daun, dan biasanya juga disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang
kurang baik atau buruk.3
Data yang ada diseluruh dunia menujukan jumlah penderita DBD setiap
tahunnya mencapai urutan pertama di Asia. Sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO
mencatat Negara Indonesia sebagian besar dengan kasus penyakit DBD tertinggi
di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand.7
Dari latar belakang diatas maka calon peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul” pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan
terhadap pencegahan terjadinya demam berdarah dengue Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawatuna”.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh peran keluarga dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap
pencegahan terjadinya demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kawatuna?
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus:
2. Bagi Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pencegahan DBD
1. Definisi Demam Berdarah
2. Etiologi DBD
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypty yang mengandung virus dengue, dan pada saat nyamuk Aedes
Aegypti maka virus dengue akan masuk dalam tubuh, setelah masa inkubasi 3-
25 hari penderita akan mengalami demam tinggi selama 3 hari berturut-turutb.
Biasanya banyak penderita yang mengalami kondisi fatal karena mengaggap
ringan gejala DBD tersebut.
1. Ciri-ciri nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue yaitu:
a) Badan nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada
seluruh tubuhnya atau loreng.
b) Nyamuk ini dapat berkembangbiak Pada Tempat Penampungan Air
(TPA) dan pada barang-barang yang memungkinkan untuk digenangi
air seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, barang bekas dan
lain-lain
c) Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembangbiakan di got atau
selokan ataupun kolam yang airnya langsung berhubungan dengan
tanah
d) Nyamuk Aedes aegypti biasanya menggigit manusia pada pagi dan sore
hari
e) Nyamuk ini termasuk jenis nyamuk yang dapat terbang hingga 100
meter
f) Nyamuk akan singgah pada pakaian yang bergantungan dalam kamar.11
2. Siklus hidup Aedes Aegypti:
a) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biangkannya.
b) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian
berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyauk
(Perkemban-biakan dari telur- jemtik- kepompong- nyamuk
membuthkan waktu 7-10 hari).
c) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (betina) akan
menggigit ( mengisap darah ) manusia dan siap untuk melakakuka
perkawinan dengan nyamuk jantan.
d) Setelah mengisap darah, nyamuk betina istirahat sambil menunggu
proses pematangan telurnya. Nyamuk lebih suka beristirahat di tumbuh-
tumbuhan atau di benda yang tergantung ditempat perkembangbiakanya.
e) Nyamuk yang membawah virus demam berdarah terjadi apabila nyamuk
mengisap darah dari seseorang yang menderita demam berdarah maa
selama hidupnya nyamuk tersebut akan menjadi agen penularan virus
demam berdarah.
f) Siklus nyamuk mengisap darah dan bertelur ini berulangsetiap 3-4 hari.
g) Umur nyamuk betina itu rata-rata 2-3 bulan.
3. Tingkat siklus nyamuk Demam Berdarah:
a) Telur
Telur nyamuk Aedes Aegypti memiliki dinsing bergaris-garis
dan bentuknya seperti bangunan kasa. Telur berwarna hitam dan
diletakkan satu per satu pada dinding perindukan. Panjang telur nyamuk
Aedes Aegypti 1 mm dengan bentuk bulat oval atau memanjang, apabila
dilihat dengan mikroskop bentuknya seperti ceurutu. Telur menetap
berbulan-bulan dengan tingkat tempratur -2℃ hingga 42℃ dalam cuaca
kering. Telur hendak menetas jika kelembapannya sangat rendah dalam
waktu 4 sampai 5 hari.
b) Larva
Pertumbuhan larva terkadang terpaut dengan temperatur,
jumlah penduduk, dan ketersedian pangan. Larva akan bertumbuh
dengan keadaan suhu 28℃ sekitar 10 hari, dan pada suhu air antara 30-
40℃ larva akan tumbuh menjadi pupa dalam kurun 5 sampai 7 hari.
Larva menyukai air yang bersih, akan tetapi larva juga akan hidup
dalam air yang kurang baik yang bersifat asam atau basa.
Larva beristirahat didalam air kemudian membentuk sudut dengan
permukaan dan menggantung hamper tegak. Larva akan berenang
menuju kedasar tempat apabila menyentuh dengan gerakan jungkir
balik. Larva akan mengambil oksigen diudara dengan berenang menuju
dasar tempat permukaan kemudian menempelkan siphoonnya diatas
permukaan air. Larva Aedes Aegypti memiliki empat tahap
perkembangan disebut instar meliputi: instar I,II,III,dan IV, di mana
setiap pergantian instar ini ditandai dengan adanya pergantian kulit yang
disebut ekdisi. Larva instar IV mempunyai ciri siphon pendek, sangat
gelap dan kontras dengan warna tubuhnya. Gerakan larva instar IV lebih
sensitive terhadap rangsangan cahaya dan lincah. Dalam keadaan
normal (cukup makan dan suhu sekitaran 25-27℃ ) perkembangan larva
instar sekitar 6 sampai 8 hari.
c) Pupa
Pupa nyamuk Aedes Aegypti berbentuk bengkok, kepala besar
dan menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thoraks yang
digunakan untuk bernafas. Pupa Aedes Aegypti bersifat aquatic tidak
seperti kebanyakan pupa serangga lain yang sangat aktif dan yang sering
disebut acrobat (tumbler). Pupa Aedes Aegypty tidak makan hanya saja
memerlukan oksigen untuk bernafas melalui sepasang struktur seperti
terompet kecil pada thoraksnya. Pupa tahap akhir akan membungkus
tubuh larva dan mengalami metamorphosis menjadi Aedes Aegypti yang
dewasa.
d) Imago (nyamuk dewasa)
Pupa membutuhkan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu
menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jantan menetas lebih dulu dari
nyamuk betina, nyamuk betina setelah dewasa membutuhkan darah
untuk dapat mengalami kopulasi.
Klasifikasi dari Aedes Aegypti adalah sebagai berikut:
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Nematocera
Infra Ordo : Culicom Orfa
Super family : Culicoides
Sub Famili : Culicoidea
Genus : Aedes
Species : Aedes Aegypti
Dalam menurunkan keturunanya, nyamuk Aedes aegypti betina
hanya kawin satu kali seumur hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi
24-28 hari dari saat nyamuk dewasa.11
Kondisi Sanitasi
Lingkungan:
1) Lingkungan
rumah.
2) Penampungan air.
3) Tempat
pembuangan
sampah.
4) Kondisi rumah.
Pencegahan DBD
Peran keluarga:
1) Perilaku atau sifat
Ket:
: variabel yang di teliti
→ : pengaruh variabel independen dan variabel dependen
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian
dan fenomena serta hubungan-hubungannya.32(Sugiyono,2017).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional, yaitu
dalam pengukuran dan pengamatan dilakukan pada saat bersamaa, dan dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh peran keluarga
dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue
di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
124
n=
(1+ ( 124. 0,22 ))
124
n=
1+124.24,8
124
n=
1+3,07
124
n=
4,07
n = 30 orang
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N =Ukuran populasi
1 = Angka ketentuan
e = Presentasi kelonggaran pengambilan sampel yang masih bisa di toleril.
Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e= 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Sehingga:
Berdasarkan perhitungan di atas dari 124 populasi penelitian ini
menggunakan 30 sampel.Penelitian ini mengambil sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuia dengan yang diharapkan.
4. Kriteria sampel
a. Kriteria Inklusi:
1).Warga yang pernah terdiagnoasa penyakit DBD dan terdaftar di
Puskesmas Kawatuna.
2). Mendapatkan pelayanan kesehatan
3). Dapat berkomunikasi dengan baik
4). Usia : .≥12 tahun
b. Kriteria Eklusi:
1).subjek tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian
2).Pindah tempat tinggal saat dilakukan penelitian
D. Variabel Penelitian
Variabel menelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang
diambil oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimilki oleh kelompok lain.34 Variabel ini dibedakan menjadi dua yaitu
variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.35 Variabel
independen dalam penelitian ini adalah peran keluarga dan kondisi sanitasi
lingkungan
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.36 Dalam penelitian ini
variabel terikatnya adalah pencegahan penyakit Demam Berdarah
Dengue(DBD) Di wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna.
E. Devnisi Operasional
Devinisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua
istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optional, sehingga
mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian. 37
Adapun definisi operasional ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pencegahan penyakit DBD
Upaya untuk mengurangi resiko penderita DBD yang di akibatkan oleh
nyamuk dengan cara melakukan 3M Plus.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :1. Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2. Tidak (0, jika jawaban responden Tidak)
2. Sanitasi Lingkungan
Mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur : 1. Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2. Tidak (0, Jika jawaban responden Tidak)
3. Peran keluarga
Seperangkat perilaku antar pribadi, sifat serta kegiatan yang berhubungan
dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur : 1.Ya (1, jika jawaban responden Ya)
2.Tidak (0, jika jawaban responden Tidak)
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
sumber data primer, yaitu pengisian lembar kuesioner. Di dalam lembar
kuesioner ada daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, dimana
responden tinggal memberikan jawaban. Kuesioner berisi daftar pertanyaan
terkait identitas responden dan variabel dalam penelitian yang diajukan
peneliti terhadap responden. Pertanyaan yang dugunakan adalah angket
terutup dan terstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa
sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia.
2. Alat tulis
Suatu alat untuk mencatat hasil penelitian, seperti pensil, pena, dan kertas
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara analisis univariat yaitu untuk
mengetahui frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang teliti.
Analisa univariat bertujuan untuk melihat apakah data sudah layak untuk di
lakukan analisis, hasil penelitian dalam bentuk tabel, grafish, dan narasi untuk
mengevaluasi proporsi masing-masing variabel yang di teliti. Setelah data
dikumpulkan, data tersebut dilakukan pengolahan dengan cara manual dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi
Pada umumnya analisa ini diperoleh hasil dalam bentuk presentase dengan
rumus sebagai berikut:
P= X 100%= ….%
p : proporsi
f : jumlah subjek yang ada
n : sampel
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk menjawab hipotesis.
Analisis bivariate bertujuan untuk menganalisis peran keluarga dan
kondisi sanitasi lingkungan. Dilakukan untuk melihat kemaknaan
hubungan variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji
statistik yaitu Chi-Square.
Alasan penelitian menggunakan uji Chi-Square untuk melihat adanya
hubungan antar variabel yang akan diteliti dengan menggunakan taraf
signifikan (α = 0,05). Α 0,05 merupakan batas maksimal tertinggi
kesalahan yang dijadikan patokan oleh peneliti. Kaidah keputusan analisis
datanya, yaitu apa bila p- value ≥ 0,05, maka HO diterimah artinya tidak
ada hubungan sebaliknya apabila p-value ≤ 0,05 maka HO ditolak artinya
ada hubungan.
Adapun rumus Chi-Square, yaitu:
Keterangan:
X² = Nilai Chi-Square
Fo = Frekuensi Observasi Atau Pengamatan
Fe = Frekuensi Ekspetasi Atau Harapan
Menurut dahlan55 syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai
nilai expected lebih kecil dari lima maksimal 20% dari jumlah sel. Jika
syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, digunakan uji alternative, alternatif
uji Chi-Square bergantung pada jenis tabe.
a. Untuk tabel 2x2, alternative uji Chi-Square adalah uji fisher’s
b. Untuk tabel 2xk atau Bx2 dimana B dan K adalah data kategori
nominal lebih dari dua kategori, alternative Chi-Square adalah
penyederhanaan sel. Jika penyederhanaan sel tidak ogis, terpaksa
kita menggunakan uji Chi-Square.
c. Untuk tabel 2xk atau Bx2, dimana B dan K adalah dua kategorik
dengan kategorik lebih dari 2, alternative Chi-Square adalah uji
Mann-Whitney atau penyederhanaan sel.
I. Alur penelitian
Mengidentifikasi masalah
Mengajukan surat rekomendasi penelitian dari pihak Kampus STIKes Widya Nusantara Palu ke
Kepala Kelurahan
Pelaksanaan penelitian
pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
1
Pratiwi, A. 2016. Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tentang DBD Antar Metode
Ceramah Dan Video Animasi Pada Murid Kelas V Dan VI SD Negeri 12
Metro Pusat. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016.
2
Wulandari, R.E. 2016. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Unsur Iklim, Keberadaan
Jentik Nyamuk Ae. Aegypti Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
Di Kabupaten Pacitan Tahun 2015. Skripsi. Universitas Airlangga 2016
3
sholehuddin Mochammad, 2015. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku
Pengendalian Jentik Nyamuk Dan Kepadatan Penduduk Dengan
Kejadian Penyakit Dbd Di Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.
4
Wahyuningsih, F. 2014. Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pengasinan Kota Bekasi Tahun 2011-2013.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syariah Hidayatullah Jakarta 2014.
5
Notoatmodjo, S. 2013. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta
6
World Health Organization (Who). 2015. Penyakit Demam Berdarah Dengue Dan
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan Ri.
7
kementrian Kesehatan Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. 2017.
8
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI
9
Lidya Ayun, L. 2015. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Fisik Dan Perilaku
Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sekaran Kecamatan Ceunungpati Kota Semarang Tahun
2015. Skripsi. Universitas Negeri Semarang 2015.
10
Rerung Ak. 2015. Karaktersitik Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Dewasa
Di Rumah Sakit Universitas Hasanudin Periode 1 Januari -31 Desember
2014. Skripsi. Makasar : Universitas Hasanudin.
11
Hermayudi, Ariani, Ap. 2017. Penyakit Daerah Tropis. Yogyakarta: Nuha Medika.
12
Departemen Kesehatan Ri. 2016. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta
13
Monica Ester. 2012. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan, Dan Pengendalian. Jakarta:Egc
14
Misnadiarly. 2009. Demam Berdarah Dengue (Dengue) Ekstrak Daun Jambu Biji
Bisa Untuk Mengatasi Dbd.Jakarta: Pustaka Popular Obor.
15
Anies, 2015. Penyakit Berbasis Lingkungan. Depok: Ar-ruzz Media
16
Eka W. 2009. Beberapa faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Ppacitan Tahun
2009. Skripsi. Universitas Muhahadadiyah Surakarta 2009.
17
Azwar. A. 1995. Dasar Kesehatan Lingkungan.Ntanggerang Selatan: Binarupa
Aksara.
18
Isnaini A. 2014. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Perkembangbiakkan
Vektor Penyebab Penaykit Malaria Di Kabupaten Boyolali. Jurnal.
Universitas Indonesia.
19
Tosepu, R. 2016. Epidemiologi Lingkungan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
Medika, 2016.
20
Sumantri Arif, 2017. Kesehatan Lingkungan. Depok: Prenada Media Group.
21
Apriyani, Ummiyati, S. R, Sutomo, A.H. 2016 Sanitasi Lingkungan Dan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Sp Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue Di Banguntapan Bantul. Jurnal. Berita Kedokteran
Masyarakat. Diterbitkan 1 Februari 2017.
22
Priesley, Dkk. 2018. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan
Menutup, Menguras Dan Mendaur Ulang Plus (Psn 3m Plus) Terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Andalans.
Jurnal. Universitas Andalans Padang.
23
Suryandono. A. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga
Dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) Dengan Perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
RW 1 Kelurahan Medona Kecamatan Pekalongan Barat Kota
Pekalongan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang 2009.
24
Ernawati, dkk. 2018. Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Wilayah Endemic DBD. Volume 9, Nomor 1, Januari 2018.
Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta.
25
Wulandari, R.E.. 2016. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Unsur Ilim, Keberadaan
Jentik Nyamuk Ae, Aegypti Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue
Di Kabupaten Pacitan Tahun 2015. Skripsi. Universitas Airlangga 2016.
26
Harmoko., 2012, Asuhan Keperawatan Keluarga, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,H.
30
27
Widya. Satna. V. W, 2016., Hubungan Peran Keluarga Dengan Perilaku
Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru. Skripsi (Perpustakaan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)
28
Riyadi, Totok., 2016, Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan
Pada Pasien Asma Di RSUD Kota Surakarta (STIKES Kusuma Husada
Surakarta)
29
Setiadi., 2008, Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga, Graha Ilmu,
Yogyakarta
30
R. Jhonson & R. Leny., 2010, Keperawatan Keluarga, Diterbitkan Nuha Medika,
Bantul