Anda di halaman 1dari 32

BAB I

A. Laporan Pendahuluan

1. Pengertian
Menurut menurut Depkes RI (2015), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai
sensasi ingin defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley,
Neil R, 2006).
Menurut WHO (2000) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah
gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi
dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja
dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih
dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau
bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.

2. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ
aksesori, secara otomatis saluran pencernaan atas dua bagian yaitu saluran
pencernaan atas yang mulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
dan organ aksesori yang terdiri atas hati, kandung empedu, dan pancreas
(Hidayat, 2006).

a. Anatomi fisiologi

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan


(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan

Reskiani S.kep page 1


anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai


dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi

dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta


membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh.

Gambar anatomi sistem pencernaan

Reskiani S.kep page 2


Gambar anatomi fisiologi sistem pencernaan

a) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus.
b) Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
keatas bagian depan berhubung didepan ruas tulang belakang keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang

Reskiani S.kep page 3


bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian
superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu
bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang
sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar
lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
c) Kerogkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering
juga disebut esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot
rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berb agai bakteri.

Reskiani S.kep page 4


3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e) Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
f) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari
kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di
dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

g) Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus

penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar

h) Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.

Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.

Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk

nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).

Reskiani S.kep page 5


i) Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar

(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai

tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja

disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon

desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan

untuk buang air besar (BAB).

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan

limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)

dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot

sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar)

yang merupakan fungsi utama anus.

j) Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi

utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting

seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan

erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan

dasar yaitu asini yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan

pulau pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon.

k) Kandung empedu

Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat

menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses

Reskiani S.kep page 6


pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7- 10 cm

dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan karena

warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini terhubungkan dengan

hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi

penting yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan

dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)

yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan

kolesterol.Syarifuddin, 1999 )

3. Jenis-jenis diare
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :

 Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
 Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare
persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
 Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

4. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.

Reskiani S.kep page 7


7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi
usus
5. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dilihat dari beberapa faktor penyebab antara lain :

1. Faktor Kelainan pada Saluran Makanan


Kelainan pada lambung, usus halus dan usus besar yang
disebabkan untuk penyakit antara lain akilia gastrika, humor, pasca
gastrektomi, vagotomi, vistula intestinal. Obstruksi intestinal parsial,
divertikulosis, kolitis ulerosa, poliposis dan endotriatis dapat
mengakibatkan perubahan pergerakan pada dinding usus. Jika pergerakan
dinding unsur menurun (normal 5–30x/menit) hal ini menyebabkan
perkembang biakan bakteri bertambah dalam rongga usus atau jika
pergerakan dinding usus meningkat, peristaltik usus juga meningkat,
sehingga terjadi percepatan kontak makanan dengan permukaan usus,
makanan lebih cepat masuk kedalam lumen usus dan kolon, kolon
bereaksi cepat untuk mengeluarkan isinya sehingga terjadi hipersekresi
yang menambah keenceran tinja.

2. Faktor kelainan diluar saluran pencernaan


Kelainan diluar saluran pencernaan yang dapat mengakibatkan diare
dibagi atas :
a) Faktor penyakit
Faktor penyakit seperti pankreatitis, uremia, dan penyakit kolagen.
Kelainan endokrin (hipertiroidisme, DM, penyakit addison).
Berdasarkan dari sifat dan karakteristik penyakit ini dalam keadaan
bereaksi, saluran pencernaan berespon terhadap relaksi penyakit
tersebut yang menyebabkan gangguan pegerakan usus bisa menurun
atau meningkat normal 5–30x/menit sehingga terjadi hipersekresi oleh
usus yang mengakibatkan diare.

Reskiani S.kep page 8


b) Faktor psikologis / neurologis

Adanya rasa cemas dan takut akan mempengaruhi hipotalamus


yang dapat mengakibatkan penyerapan makanan, air dan elektrolit
terganggu. Hal ini dapat mengakibatkan hiperperistaltaik pada kolon
sehingga terjadi penambahan jumlah cairan dalam kolon dan
mengakibatkan diare.

3. Faktor Infeksi

Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam lambung


akan dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut
bisa mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan
masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak. Didalam usus halus
akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dan
dapat meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air,
dan elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare.

4. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi,
masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan
akan dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang
mengandung zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan
bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi
peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan diare.
( Ngastiyah 2005, Syarifuddin 1999, Barbara C Long 1999 )

Reskiani S.kep page 9


Phatway :
Faktor malasorbsi Faktor Faktor
Faktor infeksi
karbohidat, lemak, protein makanan psikologis

Masuk ke lambung
Peningkatan tekanan Makanan terkontaminasi,
osmotic makanan yang mengandung
Masuk ke dalam usus kimia racun,
dan berkembang biak
Pergeseran air dan cemas,
elektrolit ke organ usus stress
Masuk melalui
Hiperperistaltik usus mulut kemudian
masuk ke dalam
lambung Rangsangan
Penyerapan air dan makanan saraf
dan elektrolit terganggu parasimpatik
Di dalam lambung meningkat
akan netralisir oleh
Hipersekresi air dan asam lambung
elektrolit/isi rongga usus Motilitas
Makanan tidak dapat usus
di serap oleh usus terganggu

Peristaltic usus
hiperperistaltik

Diare

Kerusakan
Frekuensi BAB meningkat mukosa usus Distensi abdomen

Iritasi kulit Nyeri di bagian Mual/ muntah


anus abdomen

Kerusakan Nyeri akut Ketidakseimbangan


nutrisis kurang dari
integritas kulit
kebtutuhan

Resiko kekurangan
volume cairan

Reskiani S.kep page 10


6. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Muntah sebelum dan sesudah diare
6. Anoreksia
7. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
8. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.
9. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
10. Keram abdominal
11. Mual dan muntah
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.

7. Komplikasi Diare
Beberapa komplikasi yang diakibatkan diare, antara lain:
 Dehidrasi ringat hingga berat.
 Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
 Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang
dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
 Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama
air yang keluar saat diare, yang dapat ditandai dengan lemas, lumpuh,
hingga kejang.
 Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam

Reskiani S.kep page 11


8. Penatalaksanaan
Prinsip Pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras,
dan sebagainya). Penatalaksanaan diare menurut FKUI (2002) dan Juffrie
(2003) :
a. Pemberian Cairan
1. Terapi rehidrasi oral
Oralit merupakan larutan yang mengandung glukosa/natrium
dalam proporsi yang dirancang untuk merangsang penyerapan
glukosa dan natrium. Salah satunya adalah yang mengandung 2%
glukosa, dan Na 60 mmol/L, K 20, Cl 60 dan HCO3 10. Oralit
aman diberikan via sonde nasogastrik. Orang tua pasien perlu
dijelaskan bahwa oralit bukan obat untuk muntah atau diare
melainkan terapi untuk mengatasi atau mencegah dehidrasi.
Oralit rasanya asin dan banyak anak yang tidak
menyukainya. Gunakan oralit yang telah diberi aroma. Berikan
sesering mungkin. Anak yang dehidrasi biasanya akan minum
cairan apapun. Rehidrasi oral digunakan dalam manajemen anak
dengan gastroenteritis di rumah maupun di rumah sakit.
2. Terapi Parenteral
Pemilihan terapi cairan pengganti akan tergantung pada
gangguan elektrolit yang ada. Biasanya cairan N/2-D5 diberikan
dengan tambahan kalium (20 mmol/L) atau Ringer Laktat akan
mengganti kehilangan dari diare dan atau muntah-muntah.
Cara memberikan cairan dalam terapi rehidrasi:
a) Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas
setiap defekasi.
b) Dehidrasi ringan
Satu jam pertama yaitu 25-50 ml/kgbb per oral (intra gastrik),

Reskiani S.kep page 12


selanjutnya 125 ml/kgbb per hari.

c) Dehidrasi berat

(1) Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-

10 kg Satu jam pertama yaitu 40

ml/kgBB/jam =10 tetes/kgBB/menit (set infus

berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (set

infus 1ml = 20 tetes). Tujuh jam berikutnya 12

ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15

tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

Enam belas jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral

atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan

dengan cairan intra vena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1

ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml =

20 tetes).

(2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15

kg

Satu jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8

tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10

tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). Tujuh jam berikutnya

10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)

atau 4 tetes/kgBB/menit (1ml = 20 tetes). Enam belas jam

berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik.

Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan cairan intra

Reskiani S.kep page 13


vena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3

tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

(3) Untuk anak 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg


Satu jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). Tujuh jam berikutnya
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). Enam
belas jam berikutnya 100 ml/kgBB oralit per oral atau
bila anak tidak mau minum dapat diberikan cairan
intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1,5
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
(4) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3
kg

 Kebutuhan cairan

125 ml + 100 ml +25 ml = 250 ml/kgBB/24

jam.

 Jenis cairan :

cairan = 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + 1

bagian NaHCO3 1,5%).

 Kecepatan 4 jam

pertama 25 ml/kgBB/jam atau 6

tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes), atau 8

tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam

berikutnya 100 ml/kgBB/20 jam atau 2

tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Reskiani S.kep page 14


(5) Untuk bayi berat badan lahir rendah dengan
BB kurang dari 2 kg.
(a) Kebutuhan cairan 250 ml/kgBB/24 jam.
(b) Jenis cairan : cairan = 4 : 1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1,5%).
(c) Kecepatan cairan sama dengan bayi baru lahir.

3. Diet (Pemberian makanan)


1) Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg.
Jenis makanan:

(a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung

laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh).

(b) Makanan setengah padat (bubur susu) atau

makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau

minum susu karena di rumah sudah biasa diberi

makanan padat.

(c) Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung

laktosa atau susu dengan asam lemak berantai

sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang

ditemukan.

4. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 tahun
Jenis makanannya berupa makanan padat atau makan cair/susu
sesuai dengan kebiasaan makan di rumah. Pemberian Obat
a. Obat anti sekresi
- Asetosal
Dosis yang diberikan 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30

Reskiani S.kep page 15


mg.\
- Klorpromazin
Dosis yang diberikan 0,5-1 mg/kgBB/hari

b. Obat anti spasmolitik


Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine,
ekstrak beladona, opium, loperamid, dan sebagainya tidak
diperlukan untuk mengatasi diare.
c. Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal,
dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare.
d. Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi
diare akut, kecuali bila penyebabnya jelas seperti:
- Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari.
- Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari.
Antibiotik lain dapat pula diberikan bila terdapat penyakit
penyerta seperti:
 Infeksi ringan (OMA, faringitis), diberikan penisilin
prokain 50.000 U/kgBB/hari.
 Infeksi sedang (bronkitis), diberikan penisilin prokain
atau ampisilin 50 mg/kgBB/hari.
 Infeksi berat (bronkopneumonia), diberikan penisilin
prokain dengan klorampenikol 75 mg/kgBB/hari atau
ampisilin 75-100 mg/kgBB/hari ditambah gentamisin 6
mg/kgBB/hari atau derivate sefalosforin 30-50
mg/kgBB/hari.
9. Pencegahan
1. Menjaga kebersihan lingkungan, terutama sumber air minum. Pastikan
air dan makanan yang dikonsumsi bersih dan matang.

Reskiani S.kep page 16


2. Membiasakan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
setelah buang air kecil atau buang air besar, dan setelah memegang
benda kotor.
3. Memberikan ASI pada anak berusia <2 tahun untuk meningkatkan daya
tahan tubuhnya
4. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan perkembangbiakan bakteri).
5. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses bayi
dan sebelum menyiapkan makanan (Xue, 2008 dalam Sodikin, 2011)

B. Asuhan keperawatan
1) Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
perlu di tanyakan keluhan utama saat masuk rumah sakit
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu

Reskiani S.kep page 17


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada salah satu anggota keluarga yang mengalami diare,
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5
kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
 Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai

Reskiani S.kep page 18


kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:
 Autonomy vs Shame and doundt
 Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan
tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
 Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
 bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
2. hitungan (GK)
3. Meniru membuat garis lurus (GH)
4. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
5. Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
 pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
 keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
 Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
 Mata : cekung, kering, sangat cekung
 Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan

Reskiani S.kep page 19


kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
 Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
 Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang
 Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan
pada daerah perianal.
 Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
 Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat,
PCO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
2) Diangnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual dan muntah akibat faktor biologis
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan asupan cairan yang tidak
adekuat sekunder akibat diare
3) Intervensi keperawatan

Reskiani S.kep page 20


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
NOC :
Kriterial hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang secara verbal Pasien
tampak rileks dan tenang
NIC :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presifitasi.
Rasional : identifikasi karakter nyeri dilakukan untuk memilih
intervensi yang di lakukan
2. Kaji ulang factor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Rasional : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi
3. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : dapat meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi
kemungkinan tekanan pada tubuh.
4. Ajarkan tehnik distraksi visual
Rasional : tehnik distraksi dalam dapat mengurangi stress fisik maupun
emosional yaitu dapat menurunkan instesitas nyeri
5. Anjurkan untuk cukup istirahat
Rasional : istirahat yang cukup dapat mempercepat proses
penyembuhan
6. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : pemberian analgetik indikasi untuk mengurangi nyeri

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


mual dan muntah akibat faktor biologis
NOC :
Kriterial hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Reskiani S.kep page 21


 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

 Tidak ada tanda tanda malnutrisi

 Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelanTidak terjadi

penurunan berat badan yang berart

NIC :

1. Kaji pola makan klien

Rasional :sebagai indicator untuk mengukur tingkat kemampuan

pasien dalam pemenuhan nutrisi

2. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

Rasional : agar kebutuhan nutrisi terpenuhi

3. Tunda program keperawatan tidak saat makan

Rasioanal :Menghindari menganggu klien pada saat makan

4. Edukasi keluarga klien pentingnya pemenuhan nutrisi.

Rasional :Untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga

klien dan dengan pengetahuan yang baik akan memotivasi klien

melakukan usaha pemenuhan nutrisi bagi klien

5. Kolaborasi dengan ahli nutrisi untuk jumlah kalori dan tipe

nutrisi yang dibutuhkan untuk pemenuhan nutrisi.

Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi

kebutuhan nutrisi klien.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan asupan cairan


yang tidak adekuat sekunder akibat diare
NOC : Kriteria hasil :

 Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR

Reskiani S.kep page 22


: < 40 x/mnt )
 Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
 Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

NIC :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan
kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)
Rasional :Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui
feses
3) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
4) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)
Rasional : Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi
5) Kolaborasi Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.

Reskiani S.kep page 23


Daftar pustaka

Depkes RI, 2015; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005


Tentang Kesehatan; Jakarta; Hal 1. Fisioterapi Indonesia; Jakarta; Hal.5.

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr.
Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.

Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmaayuwi-6299-2-
babii.pdf

Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik Edisi 3.Alih bahasa Alfrina.


Jakarta : EGC

Solidikin 2011 asuhan keperawatan anak :gangguan sistem gastrointertinal dan


hepatobilier, Jakarta salemba medika

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Reskiani S.kep page 24


Reskiani S.kep page 25
Reskiani S.kep page 26
Reskiani S.kep page 27
Reskiani S.kep page 28
Reskiani S.kep page 29
Reskiani S.kep page 30
Reskiani S.kep page 31
Reskiani S.kep page 32

Anda mungkin juga menyukai