A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Menurut menurut Depkes RI (2015), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai
sensasi ingin defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley,
Neil R, 2006).
Menurut WHO (2000) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah
gejala kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi
dimana pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja
dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih
dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau
bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
2. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan organ
aksesori, secara otomatis saluran pencernaan atas dua bagian yaitu saluran
pencernaan atas yang mulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
dan organ aksesori yang terdiri atas hati, kandung empedu, dan pancreas
(Hidayat, 2006).
a. Anatomi fisiologi
a) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus.
b) Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
keatas bagian depan berhubung didepan ruas tulang belakang keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar)
j) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan
k) Kandung empedu
dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi
kolesterol.Syarifuddin, 1999 )
3. Jenis-jenis diare
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :
Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare
persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.
4. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
3. Faktor Infeksi
4. Faktor Makanan
Makanan yang terkontaminasi, mengandung kimia beracun, basi,
masuk melalui mulut ke dalam lambung. Didalam lambung makanan
akan dinetralisir oleh asam lambung. Apabila lolos, makanan yang
mengandung zat kimia beracun akan sulit diserap oleh usus halus dan
bersifat merusak, reaksi usus akan mengeluarkan cairan sehingga terjadi
peningkatan jumlah cairan dalam usus yang mengakibatkan diare.
( Ngastiyah 2005, Syarifuddin 1999, Barbara C Long 1999 )
Masuk ke lambung
Peningkatan tekanan Makanan terkontaminasi,
osmotic makanan yang mengandung
Masuk ke dalam usus kimia racun,
dan berkembang biak
Pergeseran air dan cemas,
elektrolit ke organ usus stress
Masuk melalui
Hiperperistaltik usus mulut kemudian
masuk ke dalam
lambung Rangsangan
Penyerapan air dan makanan saraf
dan elektrolit terganggu parasimpatik
Di dalam lambung meningkat
akan netralisir oleh
Hipersekresi air dan asam lambung
elektrolit/isi rongga usus Motilitas
Makanan tidak dapat usus
di serap oleh usus terganggu
Peristaltic usus
hiperperistaltik
Diare
Kerusakan
Frekuensi BAB meningkat mukosa usus Distensi abdomen
Resiko kekurangan
volume cairan
7. Komplikasi Diare
Beberapa komplikasi yang diakibatkan diare, antara lain:
Dehidrasi ringat hingga berat.
Sepsis, infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang
dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh anak.
Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama
air yang keluar saat diare, yang dapat ditandai dengan lemas, lumpuh,
hingga kejang.
Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam
c) Dehidrasi berat
20 tetes).
(2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15
kg
Kebutuhan cairan
jam.
Jenis cairan :
Kecepatan 4 jam
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
makanan padat.
ditemukan.
4. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 tahun
Jenis makanannya berupa makanan padat atau makan cair/susu
sesuai dengan kebiasaan makan di rumah. Pemberian Obat
a. Obat anti sekresi
- Asetosal
Dosis yang diberikan 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30
B. Asuhan keperawatan
1) Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
perlu di tanyakan keluhan utama saat masuk rumah sakit
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada salah satu anggota keluarga yang mengalami diare,
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5
kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama
dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
NIC :
NIC :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan
kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)
Rasional :Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui
feses
3) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
4) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)
Rasional : Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi
5) Kolaborasi Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr.
Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-sukmaayuwi-6299-2-
babii.pdf