Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D DENGAN DIARE AKUT

DI PUSKESMAS SIDOMULYO

PEKANBARU

Pembimbing:
Ns. ANITA SYARIFAH, M.Kep

Disusun Oleh:
FITRIANA
NIM : 1941089

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TENGKU MAHARATU
2020
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi

faeces.Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016).

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang

melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare di sebabkan

oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Wong,

2011).

Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar

dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan

manifestasi di sertai muntah-muntah atau ketidaknyaman abdomen

(Muttaqin & Sari, 2011).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Gambar 2.1 Sistem Pencernaan

1
2

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari

mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi

untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari

tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu : a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan

jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan

oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan

sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan

oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah

oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang

lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus

bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan

dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim

(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri

secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut

secara otomatis.
3

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe

yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan

jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,

didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan

rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan

tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang

yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu

bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian

yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang

sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada

nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang

gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke

depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang

menghubungkan orofaring dengan laring.

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.

Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses

peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang

belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu

bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah


4

(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama

terdiri dari otot halus).

d. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga

bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai

gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur

makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung

menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan

prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi

sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida

menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin

guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan

sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai

bakteri.

e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)

dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari

lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot

memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
5

usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus

penyerapan (ileum).

Usus Dua Belas Jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau

duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung

dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua

belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari

bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari

merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya

oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar

pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara

saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan

makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan

bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum

melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus

halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung

untuk berhenti mengalirkan makanan.

Usus Kosong (Jejenum) Usus kosong atau jejunum adalah bagian

kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan

usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus

halus antara 2-8 meter, 1- 2 meter adalah bagian usus kosong. Usus

kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan

mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus

dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
6

Usus Penyerapan (Illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah

bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum

memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7

dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12

dan garam empedu.

f. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon

desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi

mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,

seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa

menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

g. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus

besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi

sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini

kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada

kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
7

rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam

rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk

melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material

akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali

dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,

konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak

yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang

lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang

penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran

pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus

terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.

Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses

dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang

merupakan fungsi utama anus (Pearce, 2016).

3. Manifestasi Klinis

Berikut adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.

1. Cengeng

2. Gelisah

3. Suhu meningkat

4. Nafsu makan menurun

5. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adadarahnya.

6. Anus lecet.
8

7. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume

dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung,

penurunan kesadaran, dan diakhiri dengansyok.

8. Berat badan menurun

9. Turgor kulit menurun

10. Mata dan ubun-ubun cekung

11. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

4. Patofisiologis

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu

(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan

elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat

peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya

hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya

dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat

masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,

kemudian mengeluarkan toksin dan akibat


9

toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

diare (Latief, Abdul dkk, 2011).

Menurut Latief, Abdul dkk (2011) Mekanisme dasar yang dapat

menyebabkan timbulnya diare adalah:

1. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak

dapat diserap oleh tubuh akanmenyebabkan tekanan osmotic dalam

rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin

pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air

dan elektrolit yang berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan

terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan

merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

3. Gangguan molititas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan

berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang

masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan

yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat

menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga

usus sehingga akan menyebabkan diare juga.

5. Komplikasi Diare

Beberapa komplikasi yang di akibatkan diare antara lain :

1. Dehidrasi ringan sampai menjadi berat

2. Sepsis, infeksi berat yang bias menyebar ke seluruh organ lain.

3. Malnutrisi terutama pada anak dengan usia kurang dari lima tahun,
10

yang dapat mengakibatkan menurunya kkebalan tubuh pada anak.

4. Ketidak seimbangan elektrolit karena elektrolit terbuang bersama air

yang keluar saat diare, yang dapat di tandai dengan adanya lemas

5. Kulit di sekitar anus mengalami iritasi memerah karena pH tinja sangat

asam.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang dengan diare akan di perlukan pemeriksaan

penunjang antara lain: pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,

hematokrit, leukosit, jumlah leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan

kreatinin, pemeriksaan tinja (makroskopis dan mikrokopis, Ph dan kadar

gula dalam tinja, biakan dan resistensi feses (colok dubur) dan foto x-ray

abdomen.

Pasien dengan diare karena virus biasanya mempunyai jumlah dan

hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi

bakteri terutama bakteri yang invasi ke mukosa, memiliki leukositosis

dengan kelebihan darah putih. Neutropenia dapat timbul pada samnellosis.

Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan

volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk

melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi

bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. Rektoskopi atau

sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik,

pasien dengan diare berdarah atau pasien dengan diare akut persisten. Pada

sebagian besar, sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal

(Wong, 2011).
11

7. Penatalaksanaan

Menurut Ngastiyah (2014) penatalaksanaan diare yaitu:

a. Penatalaksanaan Medis

1)Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal

pentingyang perludiperhatikan.

a) Jenis cairan: oral: pedialyte atau oralit, ricelyte. Parenteral:

NaCl, isotonic, infuse RL

b) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang

dikeluarkan.

c) Jalan masuk atau cairanpemberian. Cairan per oral, pada

pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral

berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL,

danglukosa. Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer

Laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja.

Mengenai beberapa banyak cairan yang diberikan tergantung

dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan

kehilangan cairan sesuai dengan umur dan beratbadannya.

d) Jadwal pemberian cairan

Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian

kembali status hidrasi untuk menghitung kebutuhan cairan.

Identifikasi penyebab diare. Terapi sistemik seperti pemberian

obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi usus,antimetik.

2)Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
12

badan kurang dari 7 kg jenis makanan: susu (ASI atau susu formula

yang mengandung laktosa rendah ada asam lemak tidak jenuh,

misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya). Makan setengah

padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau

minum susu karena dirumah tidak biasa. Susu khusus yang

disesuaikan dengan kelainan yangditemukan misalnya susu yang

tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang

atau tidakjenuh.

b. Penatalaksanaan keperawatan

1) Bila dehidrasi masihringan

Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah

pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila

tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air

matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula

pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus muntah tidak

mauminum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan

per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan

Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang

penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama

pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasidehidrasi.

2) Pada dehidrasi berat

Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui

kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang


13

masuk tubuh dapat dihitung dengancara:

a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set

infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol

infuse waktu memantaunya.

b) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernapasan,suhu.

c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih

sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.

d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah

bibir dan selaput lendir mulut kering.

e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan

makan lunak atau secara realimentasi.

Penanganan diare lainya yaitu dengan rencana terapi A, B, dan C

sebagai berikut:

a. Rencana terapi A

Penanganan diarea rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4

aturan perawatan dirumah:

1) Beri cairan tambahan

Jelaskan pada ibu, untuk Beri ASI lebih sering dan lebih lama

pada setiap kali pemberian. Jika anak memperoleh ASI Eksklusif,

berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.

Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih

cairan berikut ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin).

atau air matang.


14

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika: Anak telah diobati

dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.

2) Beri tablet Zinc selam 10 hari.

3) Lanjutkan pemberian makanan

4) Kapan harus kembali konseling bagi ibu.

b. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi ringan / sedang dengan oralit. Berikan oralit di

klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3jam.

Tabel 2.1
Pemberian Oralit
Umur ≤4 bulan 4 - ≤ 12 bulan 1 - < 2 tahun 2 - < 5tahun
Berat < 6 kg 6 -< 10 kg 10 - < 12 kg 12- 19 kg
Jumlah 200 -400 400-700 700 - 900 900-1400
(Sumber: Manajemen Terpadu Balita Sakit, 2015)

1) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama. Jika anak

menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman diatas.

Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,

berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.

2) Tunjukan cara memberikan larutanoralit :

 Minumkan sedikit-sedikit tapi sering daricangkir/gelas

 Jika anak muntah, tunggu 10 menit . Kemudian berikan lagi

lebih lambat.

 Lanjutkan ASI selama anak mau

3) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut 1). Umur <6

bulan: 10mg/hari 2). Umur ≥6 bulan: 20 mg/hari. Setelah 3 jam

Ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat dehidrasinya.


15

Pilih rencana terapi yang seusuai untuk melanjutkan pengobatan

dan Mulai memberi makan anak.

4) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai. Tunjukan

cara menyiapkan cairan oralit di rumah:

 Tunjukan beberapa banyak oralit yang harus diberikan

dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan.

 Beri oralit yang cukup untuk dehidrasi dengan menambahkan

6 bungkus lagi.

 Jelas 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi

A).

c. Rencana terapi C

1) Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum,

beri oralit melalui mulut sementara infuse dipersipakan. Beri

ml/kg cairan Ringer Laktat atau jika tersedia, gunakan cairan

NaCl yang dibagi sebagai berikut:

Tabel 2.2
Pemberian cairan
Pemberian Pemberian
Umur Pertama 30 Berikut 70 mg
mg ml/kg selama
ml/kg selama
Bayi (dibawah umur 1 jam 5 jam
12 bulan)
Anak (12 bulan 3 menit 2 jam
sampai 5 tahun)
(Sumber: Manajemen Terpadu Balita Sakit, 2015)

2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,

beri tetesan lebih cepat.


16

3) Beri oralit (kira-kira 5 m/kg/jam) segera setelah anak mau minum:

biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga

tablet Zinc.

4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.

Klasifikasi dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk

melanjutkan pengobatan.

5) Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas

untuk pemebrian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).

6) Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukancara

meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam

perjalanan menuju klinik.

7) Jika perawat sudah terlatih mengunakan pipa orogastik untuk

rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa

nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120

ml/kg).

8) Periksa kembali anak setiap1-2jam: Jika anak muntah terus atau

perut makin kembung, beri cairan lebih lambat. Jika setelah 3 jam

keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan

intravena.

9) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasi dehidrasi.

Kemudian tentukan rencana terapi sesuai (A, B, atau C) untuk

melanjutkan pengobatan.
17

d. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare

Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc

sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan. Dosis tablet Zinc (1

tablet – 20 mg). berikan dosis tunggal selama 10 hari, Umur < 6 bulan:

. tablet dan Umur ≥ 6 bulan: 1 tablet

Cara pemberian tablet Zinc

1). Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet

akan larut) 30 detik), segera berikan kepada anak.

2). Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet

Zinc, ulangi pemeberian dengan cara memberikan potongan lebih

kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh.

3). Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama 10

hari penuh, meskipun diare sudah berhenti, karena Zinc selain

memberi pengobatan juga dapat memberikan perlindungan

terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan.

e. Pemberian Probiotik Pada Penderita Diare

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai

suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada

penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus,

akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen.

Saluran cerna. Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa

usus sehingga meningkatkan respons imun alami (innate immunity).

Probiotik menghasilkan ion hidrogen yang menurunkan pH usus

dengan memproduksi asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan


18

bakteri pathogen. Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah

satu terapi suportif diare akut. Hal ini berdasarkan perannya dalam

menjaga keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya

diare. Probiotik aman dan efetif dalam mencegah dan mengobati diare

akut padaanak.

f. Kebutuhan Nutrisi

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia

sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan

nutrisi akan bertambah jika, pasien mengalami. Muntah-muntah atau

diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan

tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan dapat

timbul komplikasi. Pada pasien yang menderita malabsorbsi

pemberian jenis makan yang menyebabakan malabsorbsi harus

dihindarkan. Pemberian makanan harus mempertimbangkan umur

berat badan dan kemampuan anak menerimanya. Pada umumnya anak

umur 1 tahun sudah bisa makan makanan biasa, dianjurkan makan

bubur tanpa sayuran pada saat masih diare, dan minum teh. Jika

kondisi membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak.


19

Tabel 2.3
Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat
Dehidrasi Ringan/Sedang
1. Lihat: Baik, sadar Gelisa, rewel Lesu, lunglai atau
Keadaan Normal sadar Sangat
umum Ada
Sangat kering
Mata : Tidak ada Cekung Malas minum atau
Air mata mulut Basah Minum Tidak ada tidak Makan
dan lidah dan biasa Kering

Rasa haus Tidakhaus Haus, ingin


minumbanyak
2. Periksa
Turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit Tanpa lambat
dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang, Dehidrasi berat,
criteria criteria bila
3. Hasil Bila ada 1 tanda Ditambah 1
pemeriksaan atau lebih tanda
lain
Atau lebih tanda
lain.
4.Terapi Rencana Rencana terapi B Rencan terapi C
terapi A
20

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun

pertama kehidupan.Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11

bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap

infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit

pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas

aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus

asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak

menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh

terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

b. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

c. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau

lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu

pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare

berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian antibiotik atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari

saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA,

campak.
21

e. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang

dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan

buah dan susu. Kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat

rentan. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan

dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga

kebersihan, lingkungan tempat tinggal kotor.


22

2. Diagnosa Keperawatan
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diare akut:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put.
c. Diare berhubungan dengan faktor infeksi, inflamasi. Iritasi dan
malabsorpsi.
d. Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare.
e. Risiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare).
f. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi dan
kurang pengetahuan.

(NANDA, 2018; Doengoes, 2018)


23

3. Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah diberikan asuhan 1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan 1. Penurunan sirkulasi volume cairan
keperawatan selama 1 x 24 jam dan elektrolit. menyebabkan kekeringan mukosa dan
diharapkan kebutuhan cairan dan pemekatan urin. Deteksi dini
elektrolit dipertahankan secara memungkinkan terapi pergantian cairan
maksimal. segera untuk memperbaiki defisit.
Kriteria hasil : 2. Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, 2. Mengkaji hidrasi.

mebran mukosa dan status mental sesuai
Tanda vital dalam batas
indikasi.
normal (N: 120-60 x/mnt,
0 3. Pantau intake dan output (urin, feses, 3. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi
S; 36-37,5 c, RR :<40 emesis). glomerulus membuat keluaran tak
x/mnt ) adekuat untuk membersihkan sisa

Turgor elastik, membran metabolisme.
mukosa bibir basah, mata 4. Timbang berat badan setiap hari. 4. Mendeteksi kehilangan cairan, penurunan
tidak cowong, ubun-ubun 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan
tidak cekung. 1 ltr.

Konsistensi BAB lembek, 5. Anjurkan keluarga untuk memberi minum 5. Mengganti cairan dan elektrolit yang
frekwensi 1 kali perhari. banyak pada klien, 2-3 lt/hr. hilang secara oral.
6. Instruksikan keluarga dalam memberikan 6. Menjamin hasil optimum dan kepatuhan
terapi yang tepat, pemantauan masukan terhadap aturan terapeutik.
dan keluaran, dan tanda-tanda dehidrasi.
7. Kolaborasi Obat-obatan : (antisekresin, 7. Memantapkan penatalaksanaan diare
antispasmolitik, antibiotik) akut.
24

b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan output.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan: Setelah diberikan asuhan 1. Observasi dan catat respons terhadap 1. Mengkaji toleransi pemberian makan.
perawatan selama 1x24 jam pemberian makan.
diharapkan kebutuhan nutrisi 2. Diskusikan dan jelaskan tentang 2. Serat tinggi, lemak,air terlalu panas /
terpenuhi pembatasan diet (makanan berserat tinggi, dingin dapat merangsang mengiritasi
Kriteria hasil : berlemak dan air terlalu panas/dingin). lambung dan saluran usus.

Nafsu makan meningkat 3. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh 3. Situasi yang nyaman, rileks akan

dari bau yang tak sedap atau sampah, merangsang nafsu makan.
BB meningkat atau normal
sajikan makanan dalam keadaan hangat.
sesuai umur 4. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi 4. Mengurangi pemakaian energi yang
kegiatan yang berlebihan. berlebihan.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (ahli 5. Memberikan diet yang sesuai dengan
gizi): Diet TKTP rendah serat, susu. kebutuhan dan kelengkapan gizinya.
25

c. Diare berhubungan dengan faktor infeksi, inflamasi, iritasi dan malabsorpsi.


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan: Setelah diberikan asuhan 1. Kaji penyebab yang mempengaruhi 1. Mengetahui penyebab dapat digunakan
keperawatan selama 1 x 2 jam munculnya diare. untuk menentukan intervensi selanjutnya.
diharapkan pola eliminasi 2. Observasi bising usus, abdomen, frekuensi 2. Pada diare terjadi peningkatan bising
kembali normal BAB. usus, perubahan bentuk abdomen dan
Kriteria hasil : frekuensi BAB karena proses infeksi dan
 BAB 1-2x/hari malabsorpsi.
3. Hentikan makanan padat dan tinggi serat. 3. Mengurangi kerja usus dalam
 Konsistensi lembek
mengabsorpsi makanan dan mengurangi
frekuensi BAB.
4. Tingkatkan masukan cairan. 4. Mengganti cairan yang hilang karena
diare
5. Hindari makanan dan minuman yang 5. Mengurangi kerja usus dalam
merangsang. mengabsorpsi makanan.
6. Beri penyuluhan upaya pencegahan diare. 6. Memberi pengetahuan untuk keluarga
tentang diare dalam upaya mencegah anak
kembali terjangkit diare.
26

d. Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan: Setelah diberikan asuhan 1. Anjurkan minum yang banyak sesuai 1. Membantu memenuhi kebutuahan cairan
keperawatan selama 1 x 24 jam dengan kebutuhan cairan tubuh. yang hilang karena peningkatan suhu
diharapkan tidak terjadi tubuh.
peningkatan suhu tubuh 2. Anjurkan keluarga untuk mengenakan 2. Membantu mempercepat pengaupan atau
Kriteria hasil: pakaian yang lonngar dan gampang evaporasi.

Suhu tubuh dalam batas menyerap keringat.
normal (36-37,5 C) 3. Berikan kompres hangat. 3. Merangsang pusat pengatur panas untuk

Tidak terdapat tanda infeksi menurunkan produksi panas tubuh.
(rubor, dolor, kalor, tumor, 4. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam. 4. Deteksidini terjadinya perubahan
fungtio leasa) abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi).
5. Kolaborasi pemberian antipiretik 5. Menurunkan panastubuh melalui
mekanisme pengatur pusat panas di otak.
27

e. Risiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare).
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah diberikan asuhan 1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya 1. Kebersihan mencegah perkembang biakan
keperawatan selama 1x24 jam menjaga kebersihan perianal. kuman.
diharapkan integritas kulit tidak 2. Demontrasikan serta libatkan keluarga 2. Mencegah terjadinya iritassi kulit yang
terganggu dalam merawat perianal (bila basah dan tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
Kriteria hasil : mengganti pakaian bawah serta alasnya). keasaman feces.

Tidak terjadi iritasi: 3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang 3. Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi
kemerahan, lecet, waktu 2-3 jam. penekanan yang lama sehingga tak terjadi
kebersihan terjaga. iskemi dan iritasi.

Keluarga mampu
mendemontrasikan
perawatan perianal dengan
baik dan benar.
28

f. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Libatkan keluarga dalam melakukan 1. Pendekatan awal pada anak melalui ibu
tindakan perawatan selama 3 x 24 tindakan perawatan. atau Keluarga.
jam, klien mampu beradaptasi. 2. Berikan pujian jika klien mau diberikan 2. Menambah rasa percaya diri anak akan
Kriteria hasil: tindakan perawatan dan pengobatan. keberanian dan kemampuannya.

Mau menerima tindakan 3. Lakukan kontak sesering mungkin dan 3. Kasih sayang serta pengenalan diri
perawatan, klien tampak lakukan komunikasi baik verbal maupun perawat akan menumbuhkan rasa aman
tenang dan tidak rewel non verbal (sentuhan, belaian dll). pada klien.
4. Berikan mainan sebagai rangsang sensori 4. Mainan dapat mengalihkan perhatian dan
anak. menurunkan kecemasan anak.
29

g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Berikan informasi pada keluarga tentang 1. Untuk mendorong kepatuhan terhadap
tindakan perawatan selama 2 x 24 penyakit anak dan tindakan terapeutik. program terapeutik, khususnya jika sudah
jam, Keluarga memahami berada di rumah.
tentangg penyakit anaknya dan 2. Bantu keluarga dalam memberikan rasa 2. Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman
pengobatannya serta mampu nyaman dan dukungan pada anak. dan nyaman pada anak serta mau
kooperatif.
memberikan perawatan.
3. Izinkan anggota keluarga untuk 3. Untuk memenuhi kebutuhan anak dan
Kriteria hasil:
berpartisipasi dalam perawatan anak keluarga.

Keluarga menunjukkan sebanyak yang mereka inginkan.
kemampuan untuk merawat 4. Instruksikan keluarga mengenai 4. Untuk mencegah penyebaran infeksi.
anak, khususnya di rumah. pencegahan diare.
5. Atur perawatan kesehaan pasca 5. Untuk menjamin pengkajian dan
hospitalisasi. pengobatan yang kontinue.
6. Rujuk keluarga pada lembaga perawatan 6. Untuk pengawasan perawata di rumah
kesehatan komunitas. sesuai kebutuhan
30

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat

memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap

klien (Potter & Perry, 2011).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan memungkinkan perawat untuk

menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan

kondisi klien (Potter & Perry, 2011).


BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

1. Biodata

a. Nama / Nama Panggilan : Pasien Anak D

b. Tempat Tanggal Lahir / Usia : Pekanbaru, 10 April 2013

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Pendidikan : -

f. Alamat : Jl. Cipta Karya RW.01 RT. 03

g. Tanggal Masuk : 12 September 2020

h. Tanggal Pengkajian : 12 September 2020

i. Diagnosa Medis : Diare

2. Identitas Orang Tua

a. Ayah

1) Nama / Nama Panggilan : Tn. M

2) Usia : 28 Tahun

3) Pendidikan : SMA

4) Pekerjaan : Wiraswasta

5) Agama : Islam

6) Alamat : Jl. Cipta Karya RW.01 RT. 03

31
32

b. Ibu

1) Nama / Nama Panggilan : Ny. S

2) Usia : 25 Tahun

3) Pendidikan : SMA

4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

5) Agama : Islam

6) Alamat : Jl. Cipta Karya RW.01 RT. 03

c. Identitas Saudara Kandung

Pasien Anak D tidak mempunyai saudara kandung.

B. Pengkajian

1. Keluhan Utama

Buang Air Besar 3 kali sehari dengan konsistensi Encer.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dibawa ke puskesmas dengan keluhan BAB encer yang dialami

sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk ke puskesmas, diselingi muntah

- muntah 2 kali sejak 2 hari sebelum masuk ke puskesmas. Pasien

rewel (+), riwayat batuk pilek (-). Ibu mengatakan tidak tahu tentang

penyakit anaknya.

b. Riwayat Kesehatan Lalu

Pasien Anak D belum pernah mengalami sakit diare sebelumnya atau

pun dirawat dengan penyakit lain. Pasien Anak D tidak ada memiliki

riwayat alergi
33

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga Pasien Anak D tidak ada yang mengalami penyakit yang

menular seperti TB dan penyakit keturunan seperti Hipertensi dan

Diabetes Melitus.

3. Genogram

Ayah Ibu

Keterangan :

Laki-Laki Pasien

Perempuan Serumah

Pasien Anak D merupakan anak pertama dari Tn. M dan Ny. S. Pasien

Anak D lahir cara Persalinan Spontan dengan BB 2900 gram dan PB

49 cm. Tn. M tinggal bersama dengan orang tua Ny. S dan adik Ny. S.
34

4. Riwayat Imunisasi

No Jenis Waktu Reaksi Setelah


Imunisasi Pemberian Pemberian
1 Hepatitis 0 Bulan Tidak Ada
Membentuk Abses setelah
2 BCG Usia 2 Bulan
1-2 bulan
Pentavalen
3 Usia 3,4,5 Bulan Demam 1 hari
(1,2,3)
Usia 2,3,4,5
4 Polio (1,2,3,4) Tidak Ada
Bulan
5 Campak Usia 9 Bulan Tidak Ada

5. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan Fisik

Berat badan Pasien Anak D saat ini : 21 kg, Tinggi badan : 125

cm.

b. Perkembangan tiap

Tahap Usia anak saat

ini :

1) Duduk : Pasien Anak D sudah bisa duduk

2) Berdiri : Pasien Anak D sudah bisa berdiri

3) Berjalan : Pasien Anak D sudah bisa berjalan

4) Bicara pertama kali : Pasien Anak D bicara pertama kali usia 1

tahun
35

8) Berpakaian tanpa bantuan : Pasien Anak D sudah bisa berpakain

tanpa bantuan

6. Riwayat Nutrisi

a. Pemberian Nutrisi

Pasien Anak D makan 3 x sehari dengan lauk dan sayur, kadang2 makan

buah.

7. Riwayat Pasien Sosial

a. Tempat tinggal

Pasien Anak D diasuh oleh kedua orang tuanya dan tinggal dirumah

yang sama. Pasien Anak D juga tinggal bersama dan juga di asuh oleh

kakek dan nenek nya.

b. Lingkungan rumah

Pasien Anak D tinggal di rumah permanen dengan ventilasi dan

pencahayaan yang cukup. Rumah berada dipinggir jalan, depan rumah

terlihat cukup bersih tetapi pekarangan belakang banyak sampah.


36

8. Riwayat Spritual

a. Suport system dalam keluarga

Dalam keluarga mereka saling mendukung dalam mengambil

keputusan.

b. Kegiatan keagamaan

Dalam kegiatan ibadah keluarga selalu melakukan bersama-sama serta

mengikuti kegiatan ibadah yang ada di lingkungan nya.

9. Reaksi Hispotalisasi

a. Pemahaman Keluarga Tentang Sakit

Saat Pasien Anak D sakit ibu langsung membawa Pasien Anak D ke

fasilitas pelayanan yang terdekat, jika tidak ada perubahan baru

dibawa ke rumah sakit. Ibu merasa cemas dengan kondisi anaknya

saat ini.

Dokter menjelaskan kondisi, diagnosa dan rencana pengobatan yang

akan dilakukan oleh medis atau perawat.

b. Pemahaman Anak Tentang Sakit

Anak belum paham karena masih dibawah umur, hanya saja ibu

mengatakan Pasien Anak D saat ini rewel dan selalu menangis jika di

datangi perawat atau dokter.


37

10. Aktivitas Sehari-

hari a. Nutrisi

No Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit


1. Selera makan Selera makan Selera makan tidak
sangat baik ada / menurun
Nasi, lauk dan Makan bubur, lauk dan
2. Menu makan kadang2 buah buah
3. Frekwensi makan Makanan 3× Pasien Anak D porsi
sehari dengan 1 Makan berkurang jadi
porsi nasi ½ porsi
dihabiskan
4. Makan pantangan - -
5. Makanan yang disukai - -
6. Perubahan pola - -
makanan
7. Cara makan Pasien Anak D Napsu makan
Makan sendiri berkurang
Tanpa di suap
ibunya
8. Ritual saat makan - -

b. Cairan

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jenis minuman Air putih Air putih
2. Frekwensi minuman Pasien Anak D Pasien Anak D minum
minum kurang ± 7-9 kali perhari
lebih 7- 12 kali
sehari
3. Kebutuhan garam - -
4. Cara Pemenuhan Di minum Di minum

c. Eliminasi

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekwensi (waktu) 1× sehari 3× sehari
3.. Konsistensi Padat, lembek Cair + ampas
4. Kesulitan Tidak ada -
kesulitan
5. Obat pencegah Tidak ada Tidak ada
38

BAK
6. Frekwensi 3× atau 4× > 3× sehari
sehari
7. Volume 1000 cc <1000 cc
8. Warna atau kejernian Jernih Kuning pekat (warna
Kekuningan teh pekat)

d. Istirahat Tidur

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jam tidur
Siang Tidak teratur Terganggu tidak
teratur
Malam 20.00 wib Tidak teratur
2. Pola Tidur Sebelum tidur Tidak ada
Pasien Anak D kenyamanan
selalu
3. Kebiasaan sebelum Minta di Temani Dan Pasien Anak D
tidur Tidur rewel
4. Kesulitan tidur Tidak ada Terganggu karena
selalu BAB

e. Personal Hygiene

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Mandi
- Cara Pasien Anak D Selama Pasien Anak
dimandi oleh D sakit hanya di lap
ibunya Saja 1 x sehari

- Frekwensi
2 x sehari
2. Cuci rambut
- Frekwensi 1 x sehari -
- Cara Dicuci oleh -
ibunya
3. Gunting kuku
- Frekwensi 1 dalam 1 -
minggu
- Cara Dipotong oleh -
ibunya
4. Gosok gigi 2 x sehari -
39

f. Aktivitas/ Mobilitas Fisik

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Kegiatan sehari-hari Sekolah Libur
2. Pengaturan jadwal - -
3. Pengaturan alat bantu - -
aktivitas
4. Kesulitan pergerakan Tidak ada Terhalang oleh infuse
tubuh

11. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum Pasien

Keadaan Umum lemah, Kesadaran Compos mentis

b. Tanda-Tanda Vital

Suhu : 38 ºC Nadi : 138 x/menit

Respirasi : 30 x/menit Tekanan darah : -

c. Antropometri

Tinggi badan : 125 cm Berat badan : 21 kg

d. Sistem Pernapasan

1) Hidung : Bersih tidak ada peradangan

2) Kelenjar pada leher : Tidak ada pembengkakan pada leher

3) Dada: Bentuk dada : Bentuk dada simetris, Perbandingan ukuran

anterior-postenor dengan transversal 1 : 1

4) Gerakan dada : Simetris antara kiri dan kanan

5) Suara napas : Vesikuler

6) Clubbing finger : Normal


40

e. Sistem Cardio Vasculer

1) Conjungtiva : Pink

2) Suara jantung S1, S2 : Normal (LUB, DUB)

3) Capitarry refilling time : ≤ 3 detik

f. Sistem Pencernaan

1) Mulut : mukosa mulut kering

2) Jumlah gigi : 10

3) Kemampuan menelan : Tidak ada masalah

4) Abdomen : Peristaltik usus 24x/menit, distensi abdomen (-),

acites (-)

5) Arus : Tampak kemerahan darah anus

g. Sistem Indera

1) Mata: Sklera tidak ada ikterus, Kelopak mata : Bersih,

Konjungtiva tidak anemis.

2) Hidung : Tidak ada masalah pada penciuman

3) Telinga : Keadaan daun telinga : Bersih tidak ada kelaianan,

Fungsi pendengaran : Baik.

h. Sistem Saraf

1) Fungsi cesebral : Status mental Baik, tidak ada gangguan

2) Kesadaran : Compos mentis

3) Bicara ekspresive : -

4) Fungsi Mutorik: Pasien Anak D tidak mengalami kelemahan otak,

kekuatan otot baik pada ekstremitas atas dan bawah.


41

5) Fungsi Tensus : Pasien Anak D merasakan semua rangsangan

yang diberikan

i. Sistem Muskulo Skeletal

1) Kepala : Tidak ada kelainan

2) Vertebrata : Tidak ada kelaianan

3) Pelvis : Tidak ada kelaianan

4) Lutut : Tidak ada kelaianan

5) Kaki : Kedua kaki normal

6) Tangan : Kedua tangan normal

j. Sistem Integumen

1) Rambut : Pendek

2) Kulit : Bersih

3) Kuku : Pendek

k. Sistem Endokrin

1) Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar thyroid

l. Sistem Perkemihan

Tidak ada gangguan pada sistem perkemihan.

m. Sistem Reproduksi Vagina

Bersih tidak ada kelaianan

12. Therapi Medis

a. Oralit

b. Zinc tab

c. Paracetamol Sirup bila demam


42

C. Daftar Rumusan Masalah

1. Klasifikasi Data

Data Subyektif

a. Ibu Pasien mengatakan anaknya BAB sejak 3 hari yang lalu

b. Ibu Pasien mengatakan anaknya BAB encer 3 x sehari sejak kemaren

c. Ibu Pasien mengatakan anaknya lemas

d. Ibu Pasien mengatakan anaknya napsu makan berkurang

e. Ibu Pasien mengatakan anaknya kemerahan daerah pantat.

f. Ibu mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya.

a. Nampak BAB encer 3

b. Mukosa bibir kering

c. Turgor kulit kering

d. Pasien tampak lemas

e. Peristaltik 24x/ menit

f. Tanda-tanda vital

Nadi : 138 /menit Pernapasan : 30 /menit

Suhu : 37 ºC

g. Tampak kemerahan didaerah anus


43

ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Data Subyektif Virus, Parasit, Bakteri, Diare
 Ibu Pasien mengatakan Mikroorganisme
anaknya BAB sejak 3
hari yang lalu Infeksi pada sel
 Ibu Pasien mengatakan
anaknya BAB encer 3 Berkembang diusus
sehari
Hipersekresi air dan
Data obyektif elektrolit
 Namapak BAB encer 3
 Peristaltik 24x/ menit Isi rongga usus
 Anak tampak lemah
berlebihan
dan lemas
Diare
2. Data Subyektif Diare Kekurangan
 Ibu Pasien mengatakan volume
anaknya BAB encer Frekwensi BAB
sejak 3 hari yang lalu meningkat
 Ibu Pasien mengatakan
anaknya lemas Hilangnya cairan dan
elektrolit berlebihan
Data obyektif
 Mukosa bibir kering Gangguan keseimbangan
 Turgor kulit kering cairan elektrolit
 Pasien tampak lemah
dan lemas Dehidrasi
 Tanda-tanda vital
Resiko kekurangan
Nadi :138 /menit
volume cairan
Pernapasan : 30 /menit
Suhu : 38 ºC

3 Data Subyektif Kurang terpapar Defisit



Ibu Pasien mengatakan informasi pengetahuan
tidak tahu tentang
penyakit anaknya.
44

D. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan  Kaji penyebab
dengan proses infeksi, tindakan keperawatan yang
inflamasi diusus 3x24 jam diharapkan mempengaruhi
Diare pada pasien munculnya diare.
Data subyektif : teratasi.
 Ibu mengatakan  Observasi bising
anaknya BAB usus dan frekuensi
sejak 3 hari yang Kriteria hasil : BAB.
lalu  Fases berbentuk
 Hentikan makanan
 Ibu mengatakan lembek, BAB 1-
padat dan tinggi
anaknya BAB 2x/hari
serat.
encer 3 sehari  Menjaga daerah 
sekitar rectal dari Tingkatkan
Data obyektif : iritasi
masukan cairan.
 Nampak BAB  Tidak mengalami
encer lebih diare

Hindari makanan
kurang 3x sehari  Menjelaskan dan minuman yang
 Peristaltik 24x/ penyebab diare dan merangsang.
menit rasional tindakan
 Anak tampak

 Mempertahankan Beri penyuluhan
lemah dan lemas turgor kulit upaya pencegahan
diare.

Ajarkan pasien
untuk
menggunakan obat
anti diare
45

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
2 Kekurangan volume Setelah dilakukan  Pantau tanda dan
cairan b/d kehilangan tindakan keperawatan gejala kekurangan
cairan aktif 3x24 jam diharapkan cairan dan elektrolit.
pasien tidak kekurangan
Data subyektif cairan  Kaji tanda-tanda
 Ibu Pasien vital, turgor kulit,
mengatakan Kriteria hasil : mebran mukosa dan
anaknya BAB  Mempertahankan status mental sesuai
encer 3 sehari urine output sesuai indikasi.
 Ibu Pasien dengan usia dan BB
mengatakan  BJ urine normal, HT 
Pantau intake dan
anaknya lemas normal.
 Tekanan darah, nadi, output (urin, feses,
Data obyektif suhu tubuh dalam emesis).
 Mukosa bibir batas normal.
kering 
 Turgor kulit  Tidak ada tanda- Timbang berat
tanda dehidrasi,
kering badan setiap hari.
elastisitas turgor
 Pasien tampak kulit baik, membran 
lemah dan lemas
 Tanda-tanda vital mucosa lembab, Anjurkan keluarga
tidak ada rasa haus
Nadi :138 /menit untuk memberi
yang berlebihan
Pernapasan : 30 minum banyak pada
/menit klien, 2-3 lt/hr.

Suhu : 38 ºC  Instruksikan
keluarga untuk
memberikan terapi
yang tepat,
pemantauan
masukan dan
keluaran, dan tanda-
tanda dehidrasi.


Kolaborasi Obat-
obatan :
(antisekresin,
antispasmolitik,
antibiotik)
46

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
3 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan  Kaji pengetahuan
b/d kurang terpapar tindakan keperawatan ibu tentang Diare.
informasi 1x24 jam diharapkan
keluarga mengetahui  Jelaskan tentang
Data subyektif tentang penyakit anaknya penyakit Diare,

Ibu Pasien penyebab, tanda dan
mengatakan tidak Kriteria hasil : gejala.
tahu tentang  Dapat menyebutkan 
penyakit Jelaskan pencegahan
tentang penyakit
anaknya. Diare dan perawatan
 Dapat menyebutkan sederhana anak
penyebab, tanda dan Diare
gejala, komplikasi, 
Jelaskan
dan pencegahan.
 Dapat melakukan penatalaksanaan
sederhana saat anak awal ketika anak
Diare diare
 Dapat melakukan 
perawatan dengan Jelaskan kondisi
anak yang harus
anak Diare dibawa ke fasilitas
kesehatan

Ajarkan ibu
membuat larutan
gula garam
47

E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Nama Pasien : Pasien Anak D Nama Mahasiswa : Fitriana


No. Registrasi :
Puskesmas : Sidomulyo RJ
Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Sabtu 1 1. Mengkaji penyebab yang mempengaruhi Sabtu 12/September/2020
12/September/20
20 munculnya diare. S:
Jam 09.00  Ibu Pasien mengatakan anaknya bab encer ± 3x
1 2. Mengobservasi bising usus dan frekuensi Sehari
BAB  Ibu Pasien mengatakan masih adanya kemerahan
pada daerah anus
2 3. Mengkaji tanda-tanda vital, turgor kulit,
mebran mukosa dan status mental sesuai O:
indikasi  Fases berbentuk cair, BAB sehari sekali tiga kali
 Pasien sudah bisa minum obat
2 4. Memonitoring status hidrasi  turgor kulit belum baik
 Keluarga belum mampu mempertahankan
1 kelembaban kulit pada pasien
5. Kolaborasi pemberian Obat-obatan :
 Tampak kemerahan pada bagian anus

Pemberian Zink 1tab/oral, Oralit, Paracetamol
A:
 Diare(sedang)

Kekurangan Volume Cairan belum teratasi
P : Intervensi 5 di lanjutkan di rumah dan
menganjurkan banyak minum air putih untuk
pengganti cairan yang hilang.
48

Nama Pasien : Pasien Anak D Nama Mahasiswa : Fitriana


No. Registrasi :
Puskesmas : Sidomulyo RJ
Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Sabtu Sabtu 12/September/2020
12/September/20
20 3 1. Mengkaji pengetahuan Ibu tentang S :
Jam 10.00 penyakit Diare 
Ibu Pasien mengatakan senang mendapatkan
2. Menjelaskan tentang penyakit Diare, informasi dari perawat
penyebab, tanda dan gejala Diare
3. Menjelaskan tentang pencegahan dan O :
perawatan sederhana Diare 
Ibu dapat menyebutkan kembali tentang
4. Menjelaskan kapan anak harus dibawa ke penyakit Diare, penyebab, tanda dan gejala
fasilitas kesehatan Diare
5. Mengajarkan cara pemberian oralit dan 
Ibu dapat menjelaskan pencegahan dan
Membuat larutan garam dan gula perawatan sederhana Diare

Ibu dapat menjelaskan kembali kapan anak
harus dibawa ke fasilitas kesehatan

Ibu dapat mendemonstrasikan cara membuat
larutan garam dan gula

A : Defisit pengetahuan teratasi

P : Intervensi di hentikan
49

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. (2010). Gizi dan Kesehatan Masyarakat Cetakan 5. Jakarta: Rajawali


Pers.

Andarmoyo, S. & Isro’in, L. (2012). Personal Hygiene Konsep, Proses dan


Aplikasi Dalam Peraktik keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu.

Anzani1, B. P & Saftarina, F (2019). Penatalaksanaan Diare pada Anak Usia 2-10
Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. Majority, 8 (2): 24.

Aziz, A. H. (2011). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Cetakan ketiga. Jakarta:


Salemba Medika.

Bulechek M. G. (2016). Nursing Interventions Clasification Edisi 6. Jakarta: EGC

Deliana. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan tentang


Diare Pada Anak Usia Sekolah Di TK Nur Inayah Gowa. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Samata: Program Studi Keperwatan Fakultas Kesehatan.

Doenges, M. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Doenges, M. E. (2018). Rencana Asuhan Keperawatan Doenges Edisi 9 Vol. 3.


Jakarta: EGC

Elizabeth, J. C. (2010). Buku Saku Patofisiologi: alih bahasa, Nike Budhi Subekti;
editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha Ed.3. Jakarta : EGC

Hardhi, K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid 1. Jogjakarta : Riena Cipta

Moorhead S. (2016). Nursing Outcomes Clasification. Edisi kelima. Jakarta : EGC

Muttaqin, A & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & klasifikas Edisi 11. Jakarta:
EGC
50

Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Pearce, E. C. (2016). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Rusepno, H & Husein, A. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba


Medika

Sharon, A. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Suriadi & Rita. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: TIM

Susan, C. (2016). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. Jakarta : EGC

Wardani, S. (2016). Asuhan Keperawatan Manajemen Diare Pada Anak Oleh


Perawat Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1 (1): 24-
31.
Wijayaningsih, S. K. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM

Wilkinson, J., & Ahern, N. R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Wong, D. L. (2011). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai