Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

1. Anatomi Fisiologi Sistem


1.1 anatomi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

1.2 Fisiologi
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi
dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1.2.1 Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian

1
2

kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.

1.2.2 Tenggorokan (Faring)


Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri
dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung,
bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian
inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior
disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media
disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah.
Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.

1.2.3 Kerongkongan (Esofagus)


Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka),
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
3

1.2.4 Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.

1.2.5 Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus
terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).
1.2.5.1 Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya
ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua
belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
4

pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan


makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah
yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
1.2.5.2 Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus
kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus.
1.2.5.3 Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki
panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam empedu.

1.2.6 Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
5

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa


menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
1.2.7 Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus (Pearce, 2008).

2. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum


2.1 Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Lowdermilk,
2004). Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat saampaai kesepuluh
dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia kehamilan minggu ke-20,
namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan
tahap berikutnya. Hampir 10% klien ini ditemukan dengan gejala yang
menetap selama kehamilan.
6

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga


pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk.
(Prawirohardjo, 2002).

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah


berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Arief, 2009).

Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, hiperemesis gravidarum adalah


mual dan muntah yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari –
hari yang tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat
badan.

2.2 Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
teori yang menjelaskan tentang penyebab HEG yaitu:
2.2.1 Teori endokrin : menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone,
estrogen dan HCG dapat menjadi factor pencetus mual dan muntah.
2.2.2 Teori metabolic : menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual muntah pada kehamilan.
2.2.3 Teori alergi dapat ditegakkan karena adanya histamine sebagai pemicu
terjadinya mual dan muntah. Lebih lanjut, mual dan muntah
berlebihan dapat terjadi karena klien sensitive terhadap sekresi korpus
luteum.
2.2.4 Teori infeksi menyatakan bahwa adanya hubungan antara helicobacter
pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
2.2.5 Teori psikosomatik : hiperremesis gravidarum merupakan keadaan
gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik.

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :


2.2.1 Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada
mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa
faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
7

2.2.2 Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan


metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.
2.2.3 Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik.
2.2.4 Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini
walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena
kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru
sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien

2.3 Tanda dan Gejala


2.3.1 Muntah yang hebat
2.3.2 Haus
2.3.3 Dehidrasi
2.3.4 BB menurun (>1/10 normal)
2.3.5 Keadaan umum menurun
2.3.6 Peningkatan suhu tubuh
2.3.7 Ikterik
2.3.8 Gangguan kesadaran, delirium

Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi dalam


tiga tingkatan yaitu:
2.3.1 Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,
ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan
nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit,
tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering
dan mata cekung

2.3.2 Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang,
lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun
dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan
8

konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena


mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
2.3.3 Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat
dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf
yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala :
nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah
tanda adanya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan
dari esophagus, lambung, dan retina.

2.4 Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama.Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin
berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan
lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.

Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada


hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas
mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor
psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas
wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan
gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
berat.Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida
darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
9

Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang
pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.

2.5 Pathway

(www.scribd.com, diakkses tanggal 3 januari 2016)


2.6 Komplikasi
2.6.1 Dehidrasi
2.6.2 Ikterik
2.6.3 Takikardi
2.6.4 Alkalosis
2.6.5 Kelaparan
2.6.6 Menarik diri, depresi
10

2.6.7 Ensefalopati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus, diplopia,


perubahan mental
2.6.8 Suhu tubuh meningkat
2.6.9 Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan
hubungan keluarga

2.7 Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian
pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

2.8 Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak
dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya
disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
2.8.1 Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan
antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti
histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.

2.8.2 Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama
24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

2.8.3 Terapi psikologik


Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang
11

serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi


latar belakang penyakit ini.

2.8.4 Cairan parenteral


Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak
2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.

2.8.5 Penghentian kehamilan


Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila
keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital.

2.8.6 Diet
2.8.6.1 Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2.8.6.2 Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi
linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan
ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
2.8.6.3 Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman
boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali Kalsium.

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hiperemesis Gravidarum


3.1 Pengkajian
3.1.1 Data subjektif
12

3.1.1.1 Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemili ,


riwayat pemeriksaan ANC dan komplikasi.
3.1.1.2 Riwayat diet, khususnya intake cairan
3.1.1.3 Pengobatan yang didapat saat ini.
3.1.1.4 Riwayat pembedahan khususnya pada abdomen
3.1.1.5 Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit
obstetric dan ginekologi, kolelitiasis atau gangguan
abdomen lainnya, gangguan tiroid, dan ada tidaknya depresi
3.1.1.6 Riwayat social seperti terpapar penyakit yang mengganggu
komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya
pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan,
ketidakhadiran ditempat kerja, perubahan status kesehatan
atau stressor kehamilan, respon anggota keluarga yang
dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit,
serta system pendukung.
3.1.1.7 Integritas ego seperti konflik interpersonal lkeluarga,
kesulitan ekonomi,perubahan persepsi tentang kondisi, dan
ehamilan yang tidak direncanakan.
3.1.1.8 Riwayat penyakit sebelumnya, misal mengalami muntah,
kaji warna, volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga
factor yang memperberat dan memperingan keadaan serta
pengobatan
3.1.1.9 Keluhan
a. Muntah yang hebat
b. Mual, muntah pada pagi hari dan setelah makan
c. Nyeri epigastrik
d. Merasa haus
e. Tidak nafsu makan
f. Muntah makanan/cairan asam
3.1.1.10 Faktor predisposisi
a. Umur ibu < 20 tahun
b. Multiple gestasi
c. Obesitas
d. Trofoblastik desease

3.1.2 Data objektif


3.1.2.1 Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100
kali per menit).
3.1.2.2 Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
13

3.1.2.3 Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
3.1.2.4 Gastrointestinal
Mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 Kg), membran
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas
berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah
kering.
3.1.2.5 Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
3.1.2.6 Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam
koma
3.1.2.7 Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan
maka dilakukan abortus terapeutik.
3.1.2.8 Interaksi social
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan
peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.

3.1.3 Pemeriksaan penunjang


3.1.3.1 USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia
gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
3.1.3.2 Urinalisis untuk menetukan adanya infeksi dan atau dehidrasi
meliputi pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
3.1.3.3 Kadar Hb dan hematokrit (Ht).
3.1.3.4 Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi
muntah berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium,
klorida, protein.
3.1.3.5 Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen
dan kadar asam.
3.1.3.6 Tiroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menentukan penyakit
pada tiroid
14

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin normal


Diagnosa 1 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
3.2.1 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

3.2.2 Batasan karakteristik


a. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal.
b. Bising usus hiperaktif
c. Cepat kenyanng setelah makan
d. Diare
e. Gangguan sensasi rasa
f. Kelemahan otot untuk mengunyah
g. Kelemahan otot untuk menelan
h. Kerapuhan kapiler
i. Kesalahan persepsi
j. Ketidakmampuan menelan makanan
k. Kram abdomen
l. Kurang informasi
m. Kurang minat pada makanan
n. Membrane mukosa pucat
o. Nyeri abdomen
p. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
q. Sariawan rongga mulut
r. Tonus otot menurun

3.2.3 Faktor yang berhubungan


a. Factor biologis ( misalnya : mual dan muntah)
b. Ketidakmampuan makan
c. Kurang asupan makanan

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas (00092)


3.2.4 Definisi
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.
15

3.2.5 Batasan karakteristik


a. Dispnea setelah beraktivitas
b. Keletihan
c. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
d. Perubahan EKG
e. Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
f. Respons TD abnormal terhadap aktivitas.

3.2.6 Faktor yang berhubungan


a. Gaya hidup kurang gerak
b. Imobilitas
c. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Tirah baring
e. Kelemahan

3.3 Perencanaan
Diagnosa1 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan 1. Memulai 1. Nutrisi maternal yang
asuhan keperawatan pemberian asupan adekuat sangat penting
selama ……x……. oral sesuai yang untuk kesehatan ibu dan
jam nutrisi terpenuhi diprogramkan dan pertumbuhan serta
secara adekuate kemampuan perkembangan janin
dengan kriteria hasil toleransi klien
1. Peningkatan BB 2. Memberi sajian 2. Untuk dapat
2. Mual muntah makanan yang merangsang nafsu
berkurang menarik dalam makan dan mencukupi
3. Peningkatan jumlah kecil tapi kebutuhan secara
nafsu makan sering. perlahan
4. Lingkar lengan 3. Melaksanakan 3. Terapi yang teratur dan
normal program terapi / adekuat akan
5. Elastisitas turgor obat secara teratur membantu proses
kulit baik penyembuhan.
6. Lidah tidak 4. Membantu 4. Rasa bau dan mulut
bering dan kotor perawatan mulut/ yang kotor dapat
16

7. Kesadaran oral hygiene) membuat rasa tidak


kompos mentis sesering mungkin nyaman dan
8. Keseimbangan dan menyediakan mengurangi nafsu
intake-output tempat muntah makan.
9. Konjungtiva 5. Memantau dan 5. Sebagai data untuk
ananemis mendokumentasik memantau keberhasilan
10. TTV dalam batas an asupan oral intervensi.
normal serta menimbang
berat badan klien
6. Memberikan 6. Memotivasi dan
penyuluhan akan meningkatkan
pentingnya ketertarikan ibu
asupan nutrisi terhadap nutrisi
untuk ibu hamil seimbang
dan tumbuh
kembang janin
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas (00092)
4 Setelah diberikan 1. Kaji kemampuan / 1. Memudahkan dalam
asuhan keperawatan kekuatan tonus memberikan intervensi
selama ……x……. otot dan derajat yang tepat.
jam klien dapat ketergantungan
melakukan aktivitas dalam beraktivitas
secara mandiri 2. Membantu klien 2. Peninggian tempat tidur
dengan kriteria hasil dalam posisi yang dibagian kepala dapat
1. Kelemahan nyaman mengurangi rasa sakit
berkurang atau mual dan muntah
hilang 3. Mobilisasi ringan 3. Pengerakan ringan akan
2. Keadaan umum melatih kemampuan
baik. otot dan mengurangi
3. Peningkatan rasa bosan dan tidak
aktivitas nyaman mual dan
muntah
4. Memperbaiki
4. Memberikan
psikologis klien dan
relaksasi berupa
mengurangi ketegangan
masase dengan
melibatkan suami
17

Daftar Pustaka
Arief, B.2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :
EGC
NANDA Internaional. 2015. Diagnosa keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Pearce, E.C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta : PT Gramedia
Prawirohardjo, S.2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
www.scribd.com, diakkses tanggal 3 januari 2016

Banjarmasin, Januari 2016

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Anda mungkin juga menyukai