HYPEREMESIS GRAVIDARUM
1.2 Fisiologi
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi
dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1.2.1 Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
1
2
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
1.2.4 Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
2.2 Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
teori yang menjelaskan tentang penyebab HEG yaitu:
2.2.1 Teori endokrin : menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone,
estrogen dan HCG dapat menjadi factor pencetus mual dan muntah.
2.2.2 Teori metabolic : menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual muntah pada kehamilan.
2.2.3 Teori alergi dapat ditegakkan karena adanya histamine sebagai pemicu
terjadinya mual dan muntah. Lebih lanjut, mual dan muntah
berlebihan dapat terjadi karena klien sensitive terhadap sekresi korpus
luteum.
2.2.4 Teori infeksi menyatakan bahwa adanya hubungan antara helicobacter
pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
2.2.5 Teori psikosomatik : hiperremesis gravidarum merupakan keadaan
gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik.
2.3.2 Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang,
lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun
dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan
8
2.4 Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester
pertama.Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin
berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan
lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang
pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
2.5 Pathway
2.7 Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian
pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
2.8 Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak
dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya
disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
2.8.1 Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan
antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti
histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.
2.8.2 Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama
24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
2.8.6 Diet
2.8.6.1 Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2.8.6.2 Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi
linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan
ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
2.8.6.3 Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman
boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali Kalsium.
3.1.2.3 Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
3.1.2.4 Gastrointestinal
Mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 Kg), membran
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas
berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah
kering.
3.1.2.5 Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
3.1.2.6 Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam
koma
3.1.2.7 Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan
maka dilakukan abortus terapeutik.
3.1.2.8 Interaksi social
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan
peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
3.3 Perencanaan
Diagnosa1 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan 1. Memulai 1. Nutrisi maternal yang
asuhan keperawatan pemberian asupan adekuat sangat penting
selama ……x……. oral sesuai yang untuk kesehatan ibu dan
jam nutrisi terpenuhi diprogramkan dan pertumbuhan serta
secara adekuate kemampuan perkembangan janin
dengan kriteria hasil toleransi klien
1. Peningkatan BB 2. Memberi sajian 2. Untuk dapat
2. Mual muntah makanan yang merangsang nafsu
berkurang menarik dalam makan dan mencukupi
3. Peningkatan jumlah kecil tapi kebutuhan secara
nafsu makan sering. perlahan
4. Lingkar lengan 3. Melaksanakan 3. Terapi yang teratur dan
normal program terapi / adekuat akan
5. Elastisitas turgor obat secara teratur membantu proses
kulit baik penyembuhan.
6. Lidah tidak 4. Membantu 4. Rasa bau dan mulut
bering dan kotor perawatan mulut/ yang kotor dapat
16
Daftar Pustaka
Arief, B.2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC
Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :
EGC
NANDA Internaional. 2015. Diagnosa keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Pearce, E.C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta : PT Gramedia
Prawirohardjo, S.2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
www.scribd.com, diakkses tanggal 3 januari 2016