Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN VOMITUS


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

Dosen Pembimbing :
Ns. Neli Husniawati, S.Kep.MKep.

Disusun Oleh:
Fenny firnita utami
1032201016

Program Studi S-1 Keperawatan Fakultas Kesehatan


Universitas Mohammad Husni Thamrin
2022-2023
A. DEFINISI
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan
atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan
segera terjadi. Mual sering disertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf
parasimpatis termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia, pucat dan penurunan tingkat
pernapasan. Muntah didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui
mulut, sering kali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro et al., 2015).
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara ekslusif melalui mulut
denganbantuan kontraksi otot-otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitas, ruminasi,
ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali
kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan
secara sadar untuk di kunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus
merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat
disebabkan oleh hipotoni spingter eshophagus bagian bawah, posisi abnormal
sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat
(Dipiro et al, 2015).
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Nanda, 2015).
B. ETIOLOGI
Menurut medicine, 2016 muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka
evaluasi diagnosis muntah tergantung pada deferensial diagnosis yang di buat
berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain.
Kelainan anatomik kongenital,genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat
pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi dan psikogenik sebagai penyebab
muntah lebih sering terjadi dengan meningkatnya umur. Intoleransi makanan, perilaku
menolak makanan dengan atau tanpa muntah sering merupakan gejala dari penyakit
jantung, ginjal,paru, metabolik, genetik, kelainan neuromotor.
Penyebab muntah bisa karena :
1. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau dipusat keseimbangan.
2. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat (galaksoemia dan sebagainya), kelaina metabolisme asam
amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria).
3. Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur
(misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan nsefalitis),
maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil
samping metabolisme lainnya).
4. Masalah sensitifitas.
5. Keracunan makanan atau toksin di saluran pencernaan
6. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari
perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jati
telunjuknya.
Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering
terjadi pada anak-anak. Pada kondosi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama
dengan diare dan rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan
bakteri patogen. Virus utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara
bakteri patogen mencakup Salmonella, Shigella, Campylobacter dan Escherichia
coli.
C. PATH WAY

Distensi berlebihan, iritasi


respon kimiawi oleh ometic
(bahan penyebab Imfuls-imflus
muntah/ipekak) hipoksida dan Aferen Dicetuskan
\ nyeri pada lambung atau
duodenum
Berjalan melalui
nervus vagus
dan simpatis

Merangsang
Peningkatan tekanan Obat pencetus muntah
pusat muntah di
intra kranial (Opomorvin,Levodopa,
medulla
Digitalis) Toksin bakteri
oblongata

Memaksa spingter
Merangsang CTZ
eshopagus bagian atas Otot-otot
membuka, glotis abdomen dan
menutup dan palatum diafragma
Perubahan
mole menyekat berkontaraksi
gerak yang
nasofaring
cepat
Mencetuskan
gerakan peristaltic
Tekanan memaksa isi
terbalik
lambung melewati
spingter untuk
disemburkan keluar Isi usus mengalir
melalui mulut balik ke dalam
lambung

Muntah
Distensi lambung

NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN Lambung
TUBUH mendorong
diafragma kearah
kavum thorax

Tekanan
intraorakal
Gangguan
meningkat
keseimbangan cairan
dan elektrolit
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala vomitus atau Muntah Nanda, 2015 antara lain:
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing

E. KOMPLIKASI
a) Komplikasi metabolik:
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa, deplesi
kalium, Natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hllangnya cairan lewat
muntah atau masukan yang kurang oleh karena selalu muntah. Alkalosis
sebagai akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini dioerberat oleh masuknya
ion hidrogen ke dalam sel karena defesiensi kalium dari berkurangnya natrium
ekstraseluler. Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat
ginjal bersama-sama bikarbonat. Natrium dapat hilang lwat muntah dan urine.
Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7 atau 8, kadar natrium
dan kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium dan Kalium.
b) Gagal Tummbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake
menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan terjadi
kegagalan tumbuh kembang.
c) Aspirasi isi lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi
ringan berulang menyebabkan timbulnya infeksi infeksi saluran nafas berulang.
Hal ini terjadi sebagai konsekuensi GERD.
d) MalloryWeissyndome
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan lambung.
Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan
endoskopi di temukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian bawah
daerah LES. Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila nemia terjadi karena
perdarahan hebat perlu dilakukan transfusi darah
e) Peptikesofagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasi
mukosa esophagus oleh asam lambung.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit, pada penyakit gastroenteritis akut dengan
muntah, obat dehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya
adalah denan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic
tube yang di hubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan
konsultasi dengan bagian brdah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi.
Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak
dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder
atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya,
hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan
peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemik dapat di
gunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual
dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan
gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmokologi muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut:
1. Antagonis dopamie
Tidak di perlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastriintestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya di perlukan
pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh
obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya
Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kg BB/kali PO 3-4 kali per hari.
Pasca operasi 0,25 mg/kg BB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis
maksimal pada bayi 0.75 mg/kg BB/hari. Ekstrapiramidal seperti reaksi distonia
dan diskinetik sekarang ini karena dapat dikatakan lebih aman. Domperidon
merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis
dopamine. Domperidon mencegah refluks eshopagus berdasarkan efek
peningkatan tonus sfingter eshophagus bagian bawah.
2. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara
antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk
perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral; 1-1,5mg/kg
BB/hari dibagi 4-6 dosis. Iv/IM: 5 mg/kg bb/hari dibagi dalam 4 dosis.
3. Prokloperazin dan klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi
antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan,
radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun
dengan dosis 0.4 - 0.6 mg/kg BB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis,dosis maksimal
berat badan <20>.
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan kebaikan pda muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah
0,6 mikrogram/kg BB/hari di bagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3 mg
per dosis.
5. S-HT 3 antagonis setrotonin
Yang sering digunakan adalah ondanasetron. Mekanisme kerja nya di duga di
langsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5/HT yang pada CTZ di area
postrema otak dan mungkin juga pada eferen vagal saluran cerna.
Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi
muntah akibat kemoterapi 4-18 tahun : 0.15 mg/kg BB IV 30 menit sebelum
kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan
kemudian setiap 8 jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pasca operasi : 2-12 yr
<40-40 kg: 4mg IV : >12 yr : dosis dewasa 8 mg PO/kali.

G. PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual,
muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang di derita pasien saat
masuk rumah sakit).
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat kesehatan keluarga ( riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan laboratorium: analisis urine dan darah
b) Foto polos abdomen maupun dengan kontras
c) USG
d) Pyelografi intravena/moniitoring PH esophagus
e) Endoskopi dengan biopsy/monitoring PH esophagus
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nausea berhubungan dengan gangguan biofisik
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual
dan muntah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbs.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
Nausea b.d gangguan Setelah dilakukan Nausea mangement
biofisik tindakan keperawatan 1) Lakukan
selama 3x24 jam pengkajian lengkap
diharapkan tidak rasa mual
mengalami mual dengan termasuk frekuensi,
kriteria hasil: durasi, tingkat
Level kenyamanan mual, dan faktor
Hidrasi yang menyebabkan
Status nutrisi : intake pasien mual.
makanan dan cairan 2) Evaluasi efek mual
symptam severity terhadap nafsu
Nausea and vomitus makan pasien,
control aktivitas sehari-
1) Pasien dapat hari, dan pola tidur
menghindari faktor pasien.
penyebab nausea 3) Anjurkan makan
dengan baik sedikit tapi sering
2) Pasien melakukan dan dalam kedaan
acupressure point hangat.
P6untuk mencegah 4) Anjurkan pasien
mengurangi mual mengurangi jumlah
Nausea dan vomitus makanan yang bisa
severity menimbulkan mual.
1) Pasien 5) Berikan istirahat
mengatakan tidak dan tidur yang
mual adekuat untuk
2) Pasien menguangi mual
mengatakan tidak 6) Lakukan
muntah akupresure point
3) Tidak ada P6 3 jari dibawah
peningkatan pergelangan
sekresi saliva tangan pasien.
Lakukan selama 2-
3 menit setiap 2
jam selama
kemoterapi.
7) Kolaborasi
pemberian
pemberian
antiemetik :
ondansentron 4 mg
IV jika mual.
Kekurangan volume Setelah melakukan Fluid management
cairan b.d adanya rasa tidakan selama 3x 24 jam 1) Timbang
mual dan muntah diharapkan klien tidak popok/pembalut
mengalami kekurangan jika diperlukan
cairan kriteria hasil: 2) Pertahankan
• Fluid balance catatan intake dan
• Hydaration output yang akurat
• Nutritional status : 3) Monitor status
food and fluid hidrasi
• Intake (kelembapan
1) Mempertahankan membran mukosa,
urine output sesuai nadi adekuat,
dengan usia dan tekanan darah
BB, BJ urine ortostatik), jika
normal, HT normal diperlukan
2) Tekanan darah, 4) Monitor vital sign
nadi, suhu tubuh 5) Monitor maukan
dalam batas normal makanan/cairan
3) Tidak ada tanda dan hitung intake
dehidrasi, kalori harian
elastisitas turgor 6) Kolaborasikan
kulit baik, membran pemberian cairan
mukosa lemah, IV
tidak ada rasa haus 7) Monitor status
berlebihan nutrisi
8) Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
9) Dorong masukan
oral
10) Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai
output
11) Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
12) Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
13) Kolaborasi dengan
dokter
14) Aturan
kemungkinan
transfusi
15) Persiapan untuk
transfusi
Hypovolemia
management
1) Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
2) Pekihara IV line
3) Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
4) Monitor tanda vital
5) Monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan
6) Monitor berat
badan
7) Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
8) Pemberian cairan
IV monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
9) Monitor adanya
tanda gagal ginjal
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 3x24 Fluid management
nutrisi kurang dari jam diharpkan nutrisi klien 1) Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh seimbang dengan kriteria makanan
hasil: 2) Kolaborasi dengan
Nutritional status: ahli gizi untuk
adequacy of nutrient 3) Menentukan jumlah
Nutritional status : food kalori dan nutrisi
and fluid intake weigh yang dibutuhkan
control pasien
1) Albumin serum 4) Yakinkan diet yang
2) Pre albumin serum dinamakan
3) Hematokrit mengandung tinggi
4) Hemoglobin serat untuk
5) Total iron binding mencegah
capacity konstipasi
6) Jumlah limfosit 5) Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
6) Monitor adanya
penurunn BB dan
gula darah
7) Monitor lingkungan
selama makan
8) Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
9) Monitor turgor kulit
10) Monitor
kekeringan, rambut
kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
11) Monitor mual dan
muntah
12) Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13) Monitor intake
nutrisi
14) Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
15) Kolaborasi dengan
dokter tentangg
kebutuhan
duplemen
makanan seperti
NGT/TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan
16) Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
17) Kelola pemberan
anti emetik.
18) Anjurkan banyak
minum
19) Pertahankan terapi
IV line
20) Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik

H. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi diakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus
proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Assocation, 2014, Diagnosis and classification of Diabetes
Mellitus, Diabetes care, 37 (1), S81-S90.
Dipiro J.T., Wells B.G,. schwinghammer T.L. and Dipiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.
Kocsis B. and Szabo D., 2013, Antibiotic resistance mechanisms in
Enterobacteriaceae, Dalam microbial pathogens and strategies for combating them:
science, technology and education, India, pp. 251-257.
Medicine J.H., 2016, Antibotic Guidelines 2015-2016. Johns Hopkins Medicine, USA.
Nurarif.A.H.dan kusuma.H.(2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Medication

Anda mungkin juga menyukai