Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA (GONDOK)

PADA NY.D RUANG EDELWEIS 6


DI RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

RADDA LUTHFIA NUR SAFITRI


1911102411018
5B

PEMBIMBING : Ns. Sumitri Andi. S, S.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Strauma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid  yang biasanya terjadi karena folikel
folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun- tahun folikel tumbuh semakin membesar
dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul
satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.

2. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor


penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

a. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum
dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
1) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol)
2) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea
dan litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi,
menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta
kelainan arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah
tersebut.

4. Tanda Dan Gejala


Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan
pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Peningkatan
simaptis seperti; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin,
diare, gemetar, dan kelelahan.
5. Manifestasi  Klinis.
a. Pemebengkakan secara berlebihan pada leher.
b.  Batuk kaena pipa udara (tractea) terdesak kesisi lain.
c. Kesulitan menelan (nyeri saat menelan).
d. Kesulitan dalam bernafas dan suara bising pada waktu bernafas.
e. Suara parau karena tekanan pada saraf suara

6. Patofisiologi dan Pathways


Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon
tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan
ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid..
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid
Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari
sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid
sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tyroid.
7. Klasifikasi Struma 
1. Berdasarkan fisiologisnya :
a. Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal
b. Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal
c. Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan
2. Berdasarkan klinisnya :
a. Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)
 Difusa    :  endemik goiter, gravida
 Nodusa   :  neoplasma
b. Toksik (hipertiroid)
 Difusa    :  grave, tirotoksikosis primer
 Nodusa  :  tirotoksikosis skunder  
3. Berdasarkan morfologinya :
a.    Struma Hyperplastica Diffusa
Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun
relatif).Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama pubertas,
pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi untuk
menghasilkan tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan supply
iodine yang terbatas.  Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner tinggi dan
koloid pucat. Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika iodine menjadi adekuat kembali
(diberikan iodine atau kebutuhannya menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides
atau kelenjar akan menjadi fase istirahat.
b.    Struma Colloides Diffusa
Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive akan tiroksin oleh
karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau defisiensi
iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali normal dengan mengalami
involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar membesar.
c.    Struma Nodular
Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari struma
colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama dari
tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi pada masing-masing periode
kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan). Sehingga terdapat daerah hiperinvolusi,
daerah hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul hiperplasi dan juga
pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang hiperinvolusi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Anamnesa

1) Identifikasi klien.

2) Keluhan utama klien.

Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan dan

bernapas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah

nyeri akibat luka operasi.

3) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar

sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus

sehingga perlu dilakukan operasi.

4) Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,

sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.

6) Riwayat psikososial

Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada

kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

2. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-

tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.

2) Kepala dan leher

Pada klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post operasi

thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa

steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam

dua sampai tiga hari.

3) Sistem pernafasan

Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau

karena adanya darah dalam jalan nafas.

4) Sistem Neurologi

Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah

yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.

5) Sistem gastrointestinal

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat

anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

6) Aktivitas/istirahat

Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.

7) Eliminasi

Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

8) Integritas ego

Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.

9) Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya

sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.

10) Rasa nyeri/kenyamanan

Nyeri orbital, fotofobia.

11) Keamanan

Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin

digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat

dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada

konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi

sangat parah.

3. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Pemeriksaan sidik tiroid.
Berfungsi untuk melihat teraan ukuran, bentuk lokal dan yang  bermasalah. Fungsi
bagian-bagian tiroid.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi.
Berfungsi untuk melihat beberapa bentuk kelainan dan  konsistensinya.
c. Biopsi Aspirasi Jarum halus.
d. Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan  pengukuran suhu kulit pada
suatu tempat.
e. Penanda tumor berfungsi untuk mengukur peninggian tiroglobulin kadar tg serum normal
antara 1,5-30 nymle.
f.  X Ray (foto leher).

4. Penatalaksanaan Keperawatan
a.  Konservatif/medikamentosa
1.      Indikasi :
·        Usia tua
·        Pasien sangat awal
·        Rekurensi pasca bedah
·        Pada persiapan operasi
·        Struma residif
·        Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3
2.      Struma non toksik  :  iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl
3.      Struma toksik   :
·        Bed rest
·        PTU 100-200 mg  (propilthiouracil)
Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan akhir
dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan dosis 3x 100
mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis
maintenance 2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.
 ·       Lugol 5 – 10 tetes
Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi serta
kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun sekarang tidak
digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik dalam mengurangi vaskularisasi dan
kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.
·    
1. Radioterapi
Menggunakan iodium I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan
obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal
penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan hipotiroid
rekuren. Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak.
2. Operatif
1. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
2. Lobectomy,  mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
3. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
4. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.
5. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan
sebaliknya.
3.  RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang

bersangkutan dengan menyertakan nervus accessories,vena jugularis eksterna dan interna,

musculus sternocleidomastoideus dan musculus omohyoideus serta kelenjar ludah

submandibularis.

6. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan

2. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas

3. Gangguan Citra Tubuh b/d perubahan fungsi tubuh

Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

(SDKI) (SLKI) (SIKI)


Defisit Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)

Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Identifikasi status nutrisi

ketidakmamp selama 3x24 jam diharapkan 1.1 Identifikasi alergi dan

uan menelan status nutrisi dapat teratasi intoleransi makanan

makanan dengan kriteria hasil : 1.2 Identifikasi perlunya

(D.0019)  Porsi makan yang penggunaan selang nasogastric

dihabiskan ( 1 ke 5) 1.3 Monitor asupan

 Berat badan atau IMT (1 makanan

ke 5) 1.4 Monitor berat badan

 Frekuensi Makan (1 ke 1.5 Anjurkan posisi duduk,

5) jika mampu

 Nafsu Makan (1 ke 5) 1.5 Kolaborasi dengan ahli gizi


 Perasaan cepat untuk menentukan jumlah

kenyang (5 ke 1) kalori dan jenis nutrient yang

Ket : dibutuhkan

1. Menurun Promosi Berat Badan

2. Cukup menurun (I.03136)

3. Sedang 2.1 Identifikasi

4.Cukup kemungkinan

meningkat penyebab berat

5. Meningkat badan kurang

2.2 Monitor adanya mual

dan muntah

2.3 Berikan pujian kepada

pasien untuk peningkatan

yang dicapai

2.4 Jelaskan jenis makanan

yang bergizi tinggi

terjangkau
Pola napas tidak Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)

efektif b/d hambatan Setelah dilakukan tindakan 3.1 Monitor pola napas, monitor saturasi

upaya napas selama 3x24 jam diharapkan oksigen

(D.0005) pola napas dapat teratasi dengan 3.2 Monitor frekuensi, irama, kedalaman

kriteria hasil : dan upaya napas

 Dyspnea (5 ke 1) 3.3 Monitor adanya sumbatan jalan napas

 Penggunaan otot bantu 3.4 Atur interval pemantauan respirasi


pernapasan ( 5 ke 1) sesuai kondisi pasien

 Frekuensi napas ( 1 ke 5) 3.5 Jelaskan tujuan dan prosedur

 Kedalaman Napas ( 1 ke pemantauan

4) Terapi Oksigen (I.01026)

Ket : 4. 1 Monitor kecepatan aliran oksigen

1. Menurun 4.2 Monitor posisi alat terapi oksigen

2. Cukup Menurun 4.3 Monitor tanda-tanda hipoventilasi

3. Sedang 4.4 Monitor integritas mukosa hidung

4. Cukup Meningkat akibat pemasangan oksigen

5. Meningkat 4.5 Bersihkan secret pada mulut, hidung

dan trakea, jika perlu

4.6 Pertahankan kepatenan jalan napas

4.7 Berikan oksigen, jika perlu


Gangguan Citra Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra Tubuh (I.09305)

Tubuh b/d perubahan Setelah dilakukan tindakan 5.1 Identifikasi harapan citra tubuh

fungsi tubuh selama 3x24 jam diharapkan berdasarkan tahap perkembangan

(D.0083) citra tubuh dapat teratasi dengan 5.2 Identifikasi perubahan citra tubuh

kriteria hasil : yang mengakibatkan isolasi social

 Verbalisasi 5.3 Monitor frekuensi pernyataan kritik

perasaan negative terhadap diri sendiri

tentang perubahan 5.4 Jelaskan pada keluarga tentang

tubuh (1 ke 5) perawatan perubahan citra tubuh

 Verbalisasi 5.5 Anjurkan menggunakan alat bantu

kekhawatiran pada (mis. Wig, kosmetik)


reaksi orang lain (1 5.6 Latih fungsi tubuh yang dimiliki

ke 5) 5.7 Diskusikan cara mengembangkan

 Melihat bagian harapan citra tubuh secara realistis

tubuh (1 ke 5)

 Menyentuh bagian

tubuh (1 ke 5)

Ket :

1. Meningkat

2. Cukup meningkat

3. Sedang

4. Cukup menurun

5. Menurun

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/438015853/Laporan-Pendahuluan-Struma-Novi

https://www.academia.edu/8610731/Laporan_Pendahuluan_STRUMA

Anda mungkin juga menyukai