2022
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare dapat
disebabkan oleh berbagai infeksi selain penyebab lain seperti, malabsorbsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada gastrointestinal atau penyakit
lain diluar saluran pencernaan, tetapi sekarang lebih dikenal degan “Penyakit Diare”.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat
membawa bencana bila terlambat.
Diare ialah keadaan freekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi
dan lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercambur lendir dan darah atau lendir saja.
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan
3. Esofagus
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.Makanan masuk ke
dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim.
- Lendir
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
5. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern.Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar terdiri
dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Usus buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8. Umbai cacing
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.
3. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama pada anak. Yang
meliputi:
jamur(candida albicanus).
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak dibawah
2. Faktor Malabsorbsi
b. Malabsorsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor Makanan
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas menurun), ubun-
c. Keram abdominal
d. Demam
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
5. Klasifikasi Diare
6. Patofisiologi
1. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbs dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi
asidosis metabolik.
Transport aktip akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus
halus. Sel dalam mukosa intestinal mngalami iritasi dan meningkatnya seekrsi dan
cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
dan elektrolit dan bahan bahan makanan, ini terjadi pada sindrom absorbsi.
intestinal.
7. Pathway Diare pada anak
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
a. Jenis cairan
Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte
Parenteral : NaCl, Isotonic, infus
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian
Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan
glukosa.
Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai seberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
d. Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk
menghitung kebutuhan cairan.
Identifikasi penyebab diare
Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas
dan sekresi usus, antiemetik
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg jenis makanan :
Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan
harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan
larutan gula garam dengan 1 gelas air matang yang agak dingindilarutkan dalam 1
sendok the gula pasir dan 1 jumput garam dapur.Jika anak terus muntah atau tidak mau
minum sama sekali perlu diberikan melaluui sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak
dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas
persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan
yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
a. Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus waktu memantaunya.
b. Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
c. Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah
berubah konsistensinya.
d. Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan selaput
lendir mulut kering.
e. Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak atau
secara realimentasi.
Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C sebagai berikut:
A. Rencana terapi A
Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan
perawatan di rumah:
Beri cairan tambahan
1. Jelaskan pada ibu, untuk:
a. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
b. Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
c. Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut
ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:
a. Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
b. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
c. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit
(200 ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit
atau cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak berak:
Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik sesuai
yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel 2.2 Pemberian Oralit
d. Setelah 3 jam
c. Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat.
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama
dalam perjalan menuju klinik.
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.
(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,
rujuk anak untuk pengobatan intravena.
1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif
diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).
3) Kebutuhan nutrisi
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
2) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang
kesadaran.
c. Pemeriksaan Fisik
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
perianal.
d. Diagnose keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi ,inflamasi di usus
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare
e. Intervensi keperawatan
No Diagnose keperawatan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Diare berhubungan dengan Eliminasi fekal Manajemen diare
proses infeksi ,inflamasi di (L.04033)
(1.03101)
usus
Kriteria hasil : 1. Identifikasi
DIARE ( D.0020) 1. Control penyebab diare
pengeluaran
Definisi : pengeluaran feses feses meningkat ( mis,
yang sering , lunak, dan (5)
2. Keluhan inflamasi
tidak berbentuk
defekasi lama gastrointestinal
dan sulit
Penyebab : menurun (5) , iritasi
3. Mengejan saat
Fisiologis defekasi gastrointestinal
1. Inflamasi menurun (5) , proses infeksi
gastrointestinal 4. Distensi
abdomen , melabsorbsi ,
2. Intasi menurun (5)
gastrointestinal 5. Terasa massa ansietas ,
3. Proses infeksi pada rectal strees, obat –
4. Malabsorpsi menurun (5)
6. Urgency obatan ,
Psikologis menurun (5)
1. Kecemasan pemberian
7. Nyeri abdomen
2. Tingkat stress (5) botol susu )
8. Kram abdomen
Situasional menurun (5) 2. Identifikasi
1. Terpapar 9. Konsistensi riwayat
kontaminan feses membaik
2. Terpapar toksin (5) pemeberian
10. Frekuensi
3. Penyalahgunaan defekasi makanan
laksatif membaik (5) 3. Identifikasi
4. Penyalahgunaan zat 11. Peristaltic usus
5. Program membaik (5) gejala
pengobatanm infaginasi
6. Perubahan air dan ( misalnya
makanan
7. Bakteri pada air tangisan
keras ,
Gejala dan tanda mayor
kepucatan pada
1. Defekasi lebih dari bayi )
tiga kali dalam 24
4. Monitor warna
jam
2. Feses lembek atau , volume ,
cair frekuensi dan
Gejala dan tanda minor konsistensi
tinja
1. Urgency
2. Nyeri / kram 5. Monitor tanda
abdomen dan gejala
3. Frekuensi peristaltic
hipovalemia
meningkat
4. Bising usus ( mis,
hiperaktif takikardia ,
1. Berikan asupan
cairan oral
( misalnya
larutan air
garam gula ,
oralit ,
pedialyte,
renalyte)
2. Pasang jalur
intravena
3. Berikan cairan
intravena
( misalnya
ringer asetat ,
ringer laktat,) ,
jika perlu
4. Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan
darah lengkap
dan elektrolit
5. Ambil sampel
feses untuk
kultur , jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan
untuk makanan
porsi kecil dan
sering secara
bertahap
2. Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas
, pedas dan
mengandung
laktosa
3. Anjurkan
melanjutkan
pemberian asi
f. Implementasi Keperawatan
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan lingkungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada pasien dengan gangguan personal hygiene berdasarkan
dengan kriterian pasien mampu mampu untuk membersihkan tubuh sendiri
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu, mampu untuk merawat mulut dan
gigi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu, serta mengungkapkan secara
verbal kepuasan tentang kebersihan hygiene oral.