Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE PADA ANAK DI RUANG ANAK ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM


KEFAMENANU KABUPATEN TTU

Nama Mahasiswa :Maria Cornelia Locatelli Misa


Nim :223111075

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA

2022
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare dapat
disebabkan oleh berbagai infeksi selain penyebab lain seperti, malabsorbsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada gastrointestinal atau penyakit
lain diluar saluran pencernaan, tetapi sekarang lebih dikenal degan “Penyakit Diare”.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat
membawa bencana bila terlambat.

Diare ialah keadaan freekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi
dan lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercambur lendir dan darah atau lendir saja.

2. Anatomi dan fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,


lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal


dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring, dan
laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

3. Esofagus

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui


sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –
“memakan”).Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

-          bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

-          bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

-          serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.Makanan masuk ke
dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

-          Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.Setiap


kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.

-          Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

-          Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

5. Usus halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

-          Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.

-          Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern.Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

-          Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

6. Usus besar

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar terdiri
dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

7. Usus buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

8. Umbai cacing

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.

9. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan


yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum
ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di
ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

3. Etiologi
1. Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama pada anak. Yang
meliputi:

 Infeksi bakteri : fibrio, Ecoli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,

aeromonas, dan sebagainya.


 Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis)

adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.

 Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides,

protozoa(entamoeba hystolytica, giardia lamblia, tricomonas hominis),

jamur(candida albicanus).

b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis

media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,

dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak dibawah

umur dua tahun.

2. Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi nlaktosa, maltosa, dan

sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, dan galaktosa) pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

b. Malabsorsi lemak.

c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


4. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

4. Tanda dan gejala


a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas menurun), ubun-

ubun dan mata cekung, membran mukosa kering

c. Keram abdominal

d. Demam

e. Mual dan muntah

f. Anoreksia

g. Lemah
h. Pucat

i. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat

j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

5. Klasifikasi Diare

Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas


Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung
paling lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
a) Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefenisikan sebagai
peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens
infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai
infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya
sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b) Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air
dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis
terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus,
defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c) Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam usia
minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme
patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
d) Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,
merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan
partikel makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-
anak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak
terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi
enterik.

6. Patofisiologi
1. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan

akibat dari gangguan absorbs dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.

2. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke

dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi

asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari :

 Transport aktip akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus

halus. Sel dalam mukosa intestinal mngalami iritasi dan meningkatnya seekrsi dan

cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal

shingga mnurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal, dan

terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit

 Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan

dan elektrolit dan bahan bahan makanan, ini terjadi pada sindrom absorbsi.

 Meningkatkan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi

intestinal.
7. Pathway Diare pada anak

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis

1. Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
a. Jenis cairan
 Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte
 Parenteral : NaCl, Isotonic, infus
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian

 Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan
glukosa.
 Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai seberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
d. Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk
menghitung kebutuhan cairan.
 Identifikasi penyebab diare
Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas
dan sekresi usus, antiemetik
2. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg jenis makanan :

 Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Bila dehidrasi masih ringan

Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan
harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan
larutan gula garam dengan 1 gelas air matang yang agak dingindilarutkan dalam 1
sendok the gula pasir dan 1 jumput garam dapur.Jika anak terus muntah atau tidak mau
minum sama sekali perlu diberikan melaluui sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak
dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas
persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
 Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan
yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
a. Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus waktu memantaunya.
b. Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
c. Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah
berubah konsistensinya.
d. Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan selaput
lendir mulut kering.
e. Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak atau
secara realimentasi.
Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C sebagai berikut:
A. Rencana terapi A
Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan
perawatan di rumah:
 Beri cairan tambahan
1. Jelaskan pada ibu, untuk:

a. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
b. Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
c. Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut
ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:

a. Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
b. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
c. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit
(200 ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit
atau cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak berak:

a. Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali berak.


b. Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali berak.
Katakan kepada ibu:
a. Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/ cangkir/ gelas.
b. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.
c. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
 Beri tablet Zinc selama 10 hari
 Lanjutkan pemberian makan

 Kapan harus kembali untuk konseling ibu


B. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik sesuai
yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel 2.2 Pemberian Oralit

Umur ≤ 4 bulan 4 - <12 bulan 1 - <2 tahun 2 - <5 tahun

Berat < 6 kg 6 - <10 kg 10 - <12 kg 12 – 19 kg

Jumlah 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 – 1400


Sumber: MTBS, 2011.

a. Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama

1. Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman


diatas.
2. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan juga
100-200 ml air matang selama periode ini.
b. Tunjukkan cara memberikan larutan oralit

1. Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas


2. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat.
3.Lanjutkan ASI selama anak mau.

c. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut


 Umur <6 bulan : 10 mg/hari
 Umur ≥6 bulan : 20 mg/hari

d. Setelah 3 jam

 Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.


 Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.

 Mulailah memberi makan anak.

 Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai

a. Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah

b. Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk

menyelesaikan 3 jam pengobatan.

c. Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi

d. Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A).


3. Rencana terapi C

Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaiu dengan:


a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit
melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer
Laktat (atau jika tak tersedia, gunakan cairan Nacl yang dibagi sebagai
berikut:
No Umur Pemberia Pemberian Berikut
n 70 ml/kg Selama
Pertama 30 ml/kg
Selama

1. Bayi 1 jam* 5 5 jam


(dibawah umur 12
bulan)
2. Anak 30 menit* 2 ½ jam
(12 bulan sampai 5
tahun)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
Sumber: MTBS, 2011.

b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat.

c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau


minum: biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan
beri juga tablet Zinc.

d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.


Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan.

e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas


untuk pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).

f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama
dalam perjalan menuju klinik.

g. Jika perawat sudah terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk


rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui
pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam
(total 120 ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:

(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.
(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,
rujuk anak untuk pengobatan intravena.

i. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.


Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C)
untuk melanjutkan pengobatan.
4. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare

a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet


Zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.

b. Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama


10 hari:

1) Umur < 6 bulan : ½ tablet

2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet

c. Cara pemberian tablet Zinc

1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.

2) Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah pemberian


tablet Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan
potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu
dosis penuh.

3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama


10 hari penuh, meskipun diare sudah berhent, karena Zinc
selain memberi pengobatan juga dapat memberikan
perlindungan terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan.

4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan


infus, tetap berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa
minum atau makan.
5. Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai


suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada
penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus,
akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen
saluran cerna. Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa
usus sehingga meningkatkan respons imun alami (innate immunity).
Probiotik menghasilkan ion hidorgen yang akan menurunkan pH usus
dengan memproduksi asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.

Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif
diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).

3) Kebutuhan nutrisi

Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia


sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan
kebutuhan nutrisi akan bertambah jika, pasien juga mengalami
muntah-muntah atau diare lama, keadaan ini menyebabkan makin
menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas
tercapai, bahkan dapat timbul komplikasi.

Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan


yang menyebabkan malabsorbsi harus dihindarkan. Pemberian
makanan harus mempertimbangkan umur, berat badan dan
kemampuan anak menerimanya. Pada umumnya anak umur 1 tahun
sudah bisa makan makanan biasa, dianjurkan makan bubur tanpa
sayuran pada hari masih diare dan minum teh. Hari esoknya jika
defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak
berlemak (Ngastiyah, 2014).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIARE

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan


pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)

Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :

a. Identitas Klien

1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, nomor medical record.

2) Identitas klien

Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Bab cair lebih dari 3x.

2. Riwayat Keperawatan Sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan

BAB cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah,

tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang

mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan

meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan

kesadaran.

3. Riwayat Keperawatan Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik

atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans

dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,

lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan

anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur

dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun

2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi,

Respirasi dan suhu tubuh.

3) Keadaan sistem tubuh

a. Mata : cekung, kering, sangat cekung

b. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,

peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual

muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan

haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum

c. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena

asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi

menurun pada diare sedang .

e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu

meningkat > 375 0


c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah

perianal.

f. Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).

d. Diagnose keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi ,inflamasi di usus
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare
e. Intervensi keperawatan
No Diagnose keperawatan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Diare berhubungan dengan Eliminasi fekal Manajemen diare
proses infeksi ,inflamasi di (L.04033)
(1.03101)
usus
Kriteria hasil : 1. Identifikasi
DIARE ( D.0020) 1. Control penyebab diare
pengeluaran
Definisi : pengeluaran feses feses meningkat ( mis,
yang sering , lunak, dan (5)
2. Keluhan inflamasi
tidak berbentuk
defekasi lama gastrointestinal
dan sulit
Penyebab : menurun (5) , iritasi
3. Mengejan saat
 Fisiologis defekasi gastrointestinal
1. Inflamasi menurun (5) , proses infeksi
gastrointestinal 4. Distensi
abdomen , melabsorbsi ,
2. Intasi menurun (5)
gastrointestinal 5. Terasa massa ansietas ,
3. Proses infeksi pada rectal strees, obat –
4. Malabsorpsi menurun (5)
6. Urgency obatan ,
 Psikologis menurun (5)
1. Kecemasan pemberian
7. Nyeri abdomen
2. Tingkat stress (5) botol susu )
8. Kram abdomen
 Situasional menurun (5) 2. Identifikasi
1. Terpapar 9. Konsistensi riwayat
kontaminan feses membaik
2. Terpapar toksin (5) pemeberian
10. Frekuensi
3. Penyalahgunaan defekasi makanan
laksatif membaik (5) 3. Identifikasi
4. Penyalahgunaan zat 11. Peristaltic usus
5. Program membaik (5) gejala
pengobatanm infaginasi
6. Perubahan air dan ( misalnya
makanan
7. Bakteri pada air tangisan
keras ,
Gejala dan tanda mayor
kepucatan pada
1. Defekasi lebih dari bayi )
tiga kali dalam 24
4. Monitor warna
jam
2. Feses lembek atau , volume ,
cair frekuensi dan
Gejala dan tanda minor konsistensi
tinja
1. Urgency
2. Nyeri / kram 5. Monitor tanda
abdomen dan gejala
3. Frekuensi peristaltic
hipovalemia
meningkat
4. Bising usus ( mis,
hiperaktif takikardia ,

Kondisi klinis terkait nadi teraba


lemah ,
1. Kanker kolon
2. Diverticulitus tekanan darah
3. Iritasi usus turu , turgor
4. Crohn’s disease kulit turun ,
5. Ulkus peptikum
mukosa mulut
6. Gastritis
7. Spasme kolon kering , CRT
8. Colitis ulsertif melambat , BB
9. Hipertiroidisme
menurun)
10. Demam typoid
11. Malaria 6. Monitor
12. Sigelosis jumlah
13. Kolera’disentri
pengeluaran
14. Hepatitis
diare
7. Monitor
keamanan
penyiapan
makanan
Terapeutik

1. Berikan asupan
cairan oral
( misalnya
larutan air
garam gula ,
oralit ,
pedialyte,
renalyte)
2. Pasang jalur
intravena
3. Berikan cairan
intravena
( misalnya
ringer asetat ,
ringer laktat,) ,
jika perlu
4. Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan
darah lengkap
dan elektrolit
5. Ambil sampel
feses untuk
kultur , jika
perlu
Edukasi

1. Anjurkan
untuk makanan
porsi kecil dan
sering secara
bertahap
2. Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas
, pedas dan
mengandung
laktosa
3. Anjurkan
melanjutkan
pemberian asi

f. Implementasi Keperawatan
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan lingkungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada pasien dengan gangguan personal hygiene berdasarkan
dengan kriterian pasien mampu mampu untuk membersihkan tubuh sendiri
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu, mampu untuk merawat mulut dan
gigi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu, serta mengungkapkan secara
verbal kepuasan tentang kebersihan hygiene oral.

Anda mungkin juga menyukai