Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

NETI ASTARI
2022207209165

PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

A. Pengertian

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena

frekuensi satu kali atau lebih dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare dapat disebabkan

oleh berbagai infeksi selain penyebab lain seperti, malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan

salah satu gejala dari penyakit pada gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran

pencernaan, tetapi sekarang lebih dikenal degan “Penyakit Diare”. Penyakit diare terutama

pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila

terlambat.

Diare ialah keadaan freekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan

lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula

bercambur lendir dan darah atau lendir saja.

B. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi

zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,

usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang

terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.Mulut

biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan

lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem

pencernaan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh

organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari

manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan

lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan

(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian

kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-

bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.

Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein

dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut

secara otomatis.

2. Tenggorokan

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani

yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring

terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit

dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas

dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas

tulang belakang.

3. Esofagus

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan

mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan

dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:
οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu dengan

faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

-          bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

-          bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

-          serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.Terdiri

dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari

kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan

menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke

dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi

secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

-          Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.Setiap kelainan

pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada

terbentuknya tukak lambung.

-          Asam klorida (HCl)


Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin

guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai

penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

-          Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

5. Usus halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara

lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat

yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi

isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).

Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan

lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M

sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus

halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),

dan usus penyerapan (ileum).

-          Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo

duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ

retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus

dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.Nama

duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas

jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke dalam duodenum

melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika

penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti

mengalirkan makanan.

-          Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua

dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan

(ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2

meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan

dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran

mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara

histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar

Brunner.Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni

sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong

dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune

yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya berasal dari bahasa

Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

-          Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara

7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-

garam empedu.

6. Usus besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar terdiri dari :Kolon

asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan

dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga

berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi

normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan

dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

7. Usus buntu

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu

kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.

Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar

herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang

kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

8. Umbai cacing

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada organ ini

disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan

apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi

rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,

vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung

dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang

dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di

retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

9. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang

berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena

tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens

penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar

(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum

akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana

penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,

konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa

menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam

pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung

saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus

diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar

– BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

C. Etiologi

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama pada anak.

Yang meliputi:

 Infeksi bakteri : fibrio, Ecoli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,

aeromonas, dan sebagainya.

 Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis) adenovirus,

rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.

 Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides,

protozoa(entamoeba hystolytica, giardia lamblia, tricomonas hominis),

jamur(candida albicanus).

b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media

akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak dibawah umur dua

tahun.

2. Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi nlaktosa, maltosa, dan sukrosa);

monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, dan galaktosa) pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

b. Malabsorsi lemak.

c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
D. Manifestasi Klinik

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas menurun), ubun-ubun

dan mata cekung, membran mukosa kering

3. Keram abdominal

4. Demam

5. Mual dan muntah

6. Anoreksia

7. Lemah

8. Pucat

9. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat

10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

E. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke

dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan

sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.


3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltic usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

F. Klasifikasi Diare

1. Diare akut

Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti secara cepat

atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula menetap dan melanjut

menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi

biasanya disebut gastroenteritis infantil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-anak

adalah intoleransi laktosa. Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap

disentri yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki

manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, berbau khas seperti

“bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama

pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan

kolera dikelompokkan kedalam diare akut.

2. Diare kronis

Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Sedangkan

berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non spesifik. Diare spesifik

adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Diare yang

disebabkan oleh makanan disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare

dapat diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan parenteral. Diare persisten lebih

ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh
agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih ditujukan untuk diare yang memiliki

manifestasi klinis hilang-timbul, sering berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan

yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi.

G. Patofisiologi

1. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat

dari gangguan absorbs dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.

2. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam

tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis

metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari :

 Transport aktip akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus

halus. Sel dalam mukosa intestinal mngalami iritasi dan meningkatnya seekrsi dan

cairan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal

shingga mnurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal, dan

terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit

 Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan

dan elektrolit dan bahan bahan makanan, ini terjadi pada sindrom absorbsi.

 Meningkatkan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi

intestinal.

H. Pathways
Sumber : Suriadi & Yuliani R ( 2001 ). Asuhan Keperawatan Pada
Anak, Edisi 1 , Jakarta, CV, Sagung Seto

I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

2. Kultur tinja

3. Pemeriksaan elektolit, BUN, Creatinine dan glukosa

4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa dan adanya darah.

J. Penatalaksanaan terapetik

1. Penanganan fokus pada penyebab

2. Pemberian cairan dan elektrolit oral (seperti pedialite atau oralite) terapi parenteral

3. Pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI.

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan

pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai

permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)

Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :

a. Identitas Klien

1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian,

nomor medical record.

2) Identitas klien

Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan

gaya hidup.

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Bab cair lebih dari 3x.

2. Riwayat Keperawatan Sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair berkali-

kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau

darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun,

suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

3. Riwayat Keperawatan Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi

parasit), alergi makanan, dll.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan

komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan

angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi

kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun

2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan suhu

tubuh.

3) Keadaan sistem tubuh

a. Mata : cekung, kering, sangat cekung

b. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic

meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal

atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau

kelihatan tidak bisa minum

c. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis

metabolic (kontraksi otot pernafasan)

d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun

pada diare sedang .

e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu

meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill

time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

f. Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).


2. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan sekunder terhadap diare.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare / output

berlebih dan intake yang kurang.

3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder

terhadap diare

4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan paparan informasi yang kurang.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan skunder terhadap diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan

dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 24

x/mnt )

o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung, UUB tidak

cekung.

o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.

Intervensi :

a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit


R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan

segera untuk memperbaiki defisit

b. Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran

tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

c. Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan

kehilangan cairan 1 lt.

d. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

e. Kolaborasi :

1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal

ginjal (kompensasi).

2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

3. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar

seimbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik

sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare/output

berlebih dan tidak adekuatnya intake.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam di RS kebutuhan

nutrisi terpenuhi

Kriteria :

- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,

berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi

lambung dan sluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,

sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat

- obat-obatan atau vitamin

R/ Mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh

3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak

sekunder dari diare


Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi

peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil :

- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio laesa)

Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2) Berikan kompres hangat

R/ Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas

tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

4) Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan

frekwensi BAB (diare)

Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama 3 x 24 jam integritas kulit

tidak terganggu

Kriteria hasil :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman


2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah

dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena

kelebaban dan keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak

terjadi iskemi dan irirtasi .

Anda mungkin juga menyukai