Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN
“DIARE”

DISUSUN OLEH :
FATIMAH NURUL QUDSIYAH
(14201.11.19010)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan


Kebutuhan Dasar Manusia
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa Pembimbing Akademik

Fatimah Nurul Qudsiyah Erna Handayani, S.Kep.,Ns.,M.Kes


I. ANATOMI

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal adalah sistem organ


dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum
dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala
dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan
lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring Didalam lengkung
faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang, keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium Tekak terdiri dari:
1. Bagian superior
Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga
2. Bagian media
Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media
disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai
diakar lidah
3. Bagian inferior
Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior
disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke
dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan phagus –
“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke6 tulang
belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
d. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan
berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu -
Kardia. - Fundus. - Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung
dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang
bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzimenzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
1. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
2. Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan
suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus Halus (Usus Kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus
dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan
dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus
dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara
hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit
untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.
Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti
“kosong”.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap
air dari feses. Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
g. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada
bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum
dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan
oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat
digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim
ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung.
h. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran
penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma,
dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting
dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati
biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk
hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang
kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena
yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai
vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluhpembuluh kecil di
dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan
proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya
dengan zatzat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
i. Kantung Empedu
Kantung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu
yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia,
panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna
hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
II. FISIOLOGI
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh,
mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit.
Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai
proses kimia di dalam tubuh.
Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat dalam
makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.
Enam zat nutrisi esensial (kelompok nutrien) yaitu : air, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1) Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh
2) Menyediakan “struktur material” untuk jaringan tubuh seperti
tulang dan otot
3) Mengatur proses tubuh
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai elemen yang dibutuhkan untuk proses
dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti:
karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral.
1. Elemen Nutrisi
Elemen nutrient/zat gizi terdiri atas:

1. Karbohidrat.
2. Protein.
3. Lemak.
4. Vitamin.
5. Mineral.
6. Air.

Karbohidrat, lemak, dan protein disebut energi nutrient karena merupakan


sumber energi dari makanan; sedangkan vitamin, mineral, dan air merupakan
substansi penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengatur
metabolisme jaringan tubuh.Fungsi zat gizi adalah:
1. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikian jaringan.
3. Sebagai pelindung dan pengatur.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan
dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat mengahasilkan 4 kilokalori (kkal).
Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah
yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa. Pemecahan energi
selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak.

a. Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi tiga jenis
yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
1) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan
merupakan molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat
langsung diserap oleh pembuluh darah. Jenis dari monosakarida adalah
glukosal dektrosa yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran,
fruktosa banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan galaktosa yang
berasal dari pecahan disakarida.
2) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltose, dan laktosa. Sukrosa dan
maltose banyak pada makanan nabati, sedangkan laktosa yaitu merupakan
jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun susu hewan.
3) Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis
polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan selulosa.
b. Fungsi karbohidrat
1) Sumber energi yang murah.
2) Sumber energi utama bagi otak dan saraf.
3) Membuat cadangan tenaga tubuh.
4) Pengaturan metabolisme lemak.
5) Untuk efesiensi penggunaan protein.
6) Memberikan rasa kenyang.
2. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan mengganti
jaringan tubuh. Setiap 1gram protein menghasilan 4 kkal. Bentuk sederhana dari
protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk
hormone dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh
tetapi harus didapat dari makanan. Jenis asam amino esensial diantaranya lisin,
triptofan, fenilalanin, leusin.Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu:
a) Protein sederhana
Jenis protein ini tidak berkaitan dengan zat lain, misalnya abumin dan
globulin.
b) Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti glikogen
membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
c) Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalam albuminosa, pepton, dan gelatin.
a. Fungsi Protein
1) Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotik
koloid, keseimbangan asam.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan.
3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan homon.
4) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
5) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan
dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.
3. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Berdasarkan ikatan
kimianya lemak dibedakan menjadi:

a) Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.
b) Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yaitu ikatan lemak
dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan glikogen.
a. Fungsi lemak
1) Memberikan kalori, di mana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa oksidasi
akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3) Memberikan asam-asam lemak esensial.
4. Mineral

Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena perannya


sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi
makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100mg atau lebih; dan mikromineral
jika kebutuhan tubuh kurang dari 100mg. Termasuk dalam makromineral adalah
kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang termasuk dalam mikromineral adalah
klorida, yodium, iron, zinc.

Secara umum fungsi dari mineral adalah:

1) Membangun jaringan tulang.


2) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
3) Memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
4) Membuat berbagai enzim.
5. Vitamin
Vitamin adalah sustansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada makanan
dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses
metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin dapat dikasifikasikan
menjadi:

1) Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, folic
acid, serta vitamin C.
2) Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A, D, E, K.
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan kesehatan.

6. Air
Air adalah komponen tubuh yang sangat penting karena fungsi sel bergantung
pada lingkungan air.Air membentuk 60-70% berat tubuh total. Persentase air
dalam seluruh tubuh lebih besar untuk orang kurus daripada orang yang obesitas
karena otot terdiri atas lebih banyak air daripada jaringan yang lain, kecuali darah.
Bayi memiliki persentase total air yang paling besar dalam tubuh, dan lansia
memiliki persentase total air yang paling sedikit. Saat kehilangan air, seseorang
tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari beberapa hari.
Individu memenuhi cairan yang dibutuhkan dengan minum air dan makan
makanan yang tinggi air, seperti buah-buahan, dan sayur-sayuran segar. Air juga
di produksi selama proses pencernaan saat makanan dioksidasi. Pada individu
yang sehat, asupan cairan dari berbagai sumber sama dengan keluaran cairan
melalui eleminasi, respirasi dan keringat. Seseorang yang sakit memiliki
kebutuhan cairan yang meningkat.Sebaliknya, seseorang yang sakit juga
mengalami penurunan kemampuan untuk mengekskresikan cairan yang
menyebabkan dibutuhkannya restriksi cairan.
III. DEVINISI
Nutrisi adalah proses pemasukan dan penngolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan untuk menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Dimana zat makanan itu terdiri atas zat-zat gizi dan zat lainnya yang dapat
menghasilkan energi dan tenaga. Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan penting dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan
sisanya. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana individu
yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic.
Nutrisi adalah zat yang dibutuhkan tubuh manusia untuk mempertahankan
kesehatan. Sedangkan diet adalah pengaturan jumlah dan zat makanan agar tetap
sehat. Fungsi zat gizi sendiri adalah:
1. Pertumbuhan
2. Kebutuhan Aktivitas sehar-hari sebagai sumber energi
3. Reproduksi
4. Daya tahan tubuh pembentukan sel darah putih di dalamnya
5. Mempertahankan struktur organ tubuh dan vial
6. Memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi adalah
substansi organik dan nonorganik yang ditemukan dalam makanan dan
dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. Nutrisi berfungsi untuk
membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh,
sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.
Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses
kimia di dalam tubuh.
Menurut Alimul (2015), nutrisi merupakan proses pemasukan dan
pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi
energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh,
serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh.
IV. ETIOLOGI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
a. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat
memengaruhi pola konsumsi makan, hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan pemenuhan kebutuhan
gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa
daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan murah, tidak
digunakan dalam makanan sehari-hari, karena masyarakat menganggap
bahwa mengonsumsi tempe dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang buruk atau pantangan terhadap makanan tertentu
dapat juga memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat
larangan makan pisang, pepaya, bagi para gadis remaja. Padahal, makanan itu
merupakan sumber vitamin yang baik. Ada pula larangan makan ikan bagi
anak-anak, karena ikan dianggap mengakibatkan cacingan. Padahal, ikan
mcrupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat
mengakibatkan banyak terjadi kasus malnutrisi pada rcmaja karena asupan
gizinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi, penyediaan
makanan bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit karena perubahan
status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan
status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam mcnyediakan makanan
bergizi. Sebaliknya orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk
menyediakaan makanan yang bergizi.
V. MANIFESTASI KLINIS
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
1. Kram Perut
2. Nyeri Perut
3. Perubahan Dalam Sensasi Rasa
4. Berat Badan 20% Atau Lebih Di Bawah Kisaran Berat Badan Ideal
5. Kerapuhan Kapiler
6. Diare
7. Rambut Rontok Yang Berlebihan
8. Penghindaran Makanan
9. Asupan Makanan Kurang Dari Yang Direkomendasikan Uang
Saku Harian (Rda)
Suara Usus Hiperaktif
1. Informasi Tidak Memadai
2. Kurangnya Minat Pada Makanan
3. Nada Otot Tidak Cukup
4. Misinformasi
5. Salah Persepsi
6. Selaput Lendir Pucat
7. Ketidakmampuan Untuk Menelan Makanan
8. Kelemahan Otot untuk mengunyah makanan
9. Penurunan Berat Badan Dengan intake makanan yanga dekuat
Obesitas (00232)
1. Aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang disarankan untuk
jenis kelamin dan usia
2. Konsumsi gula pasir minuman - perilaku makan yang tidak teratur
- persepsi makan yang tidak teratur
3. Konsumsi alkohol berlebihan
4. Ketakutan tentang kekurangan penyediaan makanan
5. Susu formula atau bayi campuran
6. Sering ngemil
7. Gangguan genetik
8. Heritabilitas saling terkait faktor (mis., jaringan adiposa distribusi,
energi pengeluaran, lipoprotein lipase aktivitas, sintesis lipid,
lipolisis)
9. Frekuensi makan makanan berminyak tinggi
10. Diabetes mellitus ibu hamil
11. Ibu hamil perokok
12. Kegemukan pada masa bayi
13. Parental obesity
14. Ukuran porsi cenderung besar
Risiko Overweight (00234)
1. Aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang disarankan untuk
jenis kelamin dan usia
2. Konsumsi gula pasir minuman
3. perilaku makan yang tidak teratur
4. persepsi makan yang tidak teratur
5. Konsumsi alkohol berlebihan
6. Ketakutan tentang kekurangan penyediaan makanan
7. Susu formula atau bayi campuran
8. Sering ngemil
9. Gangguan genetik
10. Heritabilitas saling terkait faktor (mis., jaringan adiposa distribusi,
energi pengeluaran, lipoprotein lipase aktivitas, sintesis lipid,
lipolisis)
11. Frekuensi makan makanan berminyak tinggi
12. Diabetes mellitus ibu hamil
13. Ibu hamil perokok
14. Kegemukan pada masa bayi
15. Parental obesity
16. Ukuran porsi cenderung besar
VI. PATOFISIOLOGI
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat
aktivitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan serta
prosedur dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingkat aktivitas, maka
nutrisi dan kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tingkat aktivitas
akan meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan prosedur atau
pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan,
pencernaan, absorbsi, metabolisme dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zar makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan
kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal. Penyakit-penyakit
fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan. Biasanya terjadi pada
penyakit-penyakit saluran cerna. Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran
pencernaan yang menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi,
gangguan tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut
dapat menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare
dapat menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat. Terhadap
penyakit pada kandung empedu, di mana kandung empedu tidak berfungsi secara
wajar, empedu yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.
VII. PATHWAY
Malnutrisi Kerusakan saluran pencernaan

Kurangnya nutrisi masuk Gangguan makanan yg dicerna


ke sel

Sel kekurangan nutrisi Terjadinya mual dan refluks

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Lemah Lemas Gangguan aktifitas Berat badan turun


VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemeriksaan penunjang yang dilakukan
seperti.
1. Rontgen untuk mengetahui kelemahan yang muncul ada yang dapat
menghambat tindakan oprasi.
2. USG
3. Laboratorium
4. Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses.
5. SGOT & SGPT.
6. Sikologi untuk menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
IX. PENATALAKSANAAN
Pelaksanaan (Tindakan) yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah sebai berikut:

1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral


Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara
sendiri dengan cara membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral
(mulut), bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan
selera makan pada pasien.
 Alat dan Bahan
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Mangkok cuci tangan
7. Pangalas
8. Jenis diet
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien.
4. Pasang pengalas.
5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan.
6. Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan secara
sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan.
7. Setelah selesai, bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk duduk
sebentar.
8. Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan.
9. Cuci tangan.
2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara memberi makanan melalui
pipa lambung atau pipa penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.

 Alat dan Bahan


1. Pipa penduga dalam tempatnya
2. Corong
3. Spuit 20 cc
4. Pengalas
5. Bengkok
6. Plester, gunting
7. Makanan dalam bentuk cair
8. Air matang
9. Obat
10. Stetoskop
11. Klem
12. Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
13. Vaselin
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi semifowler.
4. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada.
5. Letakkan bengkok di dekat pasien.
6. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari
epigastrium sampai hidung kemudian dibengkokkan ke telingan dan beri
tanda batasnya.
7. Berikan vaselin atau pelican pada ujung pipa dan klem pangkal pipa
tersebut lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil
pasien dianjurkan untuk menelannya.
8. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung
dengan cara sebagai berikut.
a. Masukkan ujung slang yang diklem ke dalam baskom yang berisi
air (klem dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk
ke paru, dan jika tidak ada gelembung maka pipa masuk ke
lambung. Setelah itu diklem atau dilipat kembali.
b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa
tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung
terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah masuk, setelah itu
dikeluarkan udara yang ada di dalam sebanyak jumlah yang
dimasukkan.
9. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemeberian makanan dengan cara
pasang corong atau spuit pada pangkal pipa.
10. Masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat
pinggirnya.
11. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada
masukkan obat dan beri minum lalu pipa penduga diklem.
12. Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan.
13. Cuci tangan
3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemeberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa
cairan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui dara vena, baik secara
sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer ( untuk nutrisi
parenteral parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien
yang tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastric dengan tujuan untuk
menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi
harian.

Metode Pemberian

a) Nutrisi parenteral parsial


Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yang digunakan untuk
memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien kerena pasien masih
dapat menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan
dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
b) Nutrisi parenteral total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yakni kebutuhan nutrisi
sepenuhnya melalui cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien
tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang
mengandung lemak seperti intralipid.
c) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka
waktu lama dan melalui vena perifer
X. KOMPLIKASI
1. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam pengguanaan kalori.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
4. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering
dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas,
dan lain-lain.
5. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
6. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen,
kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
XI. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data klien diperoleh melalui wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang. Semua data yang didapat tersebut diperoleh melalui
proses komuniksi, baik komunikasi secara langsung (verbal, tulis) maupun
secara tidak langsung (non verbal).
Perawat perlu mengetahui hambatan, kekurangan dan keuntungan oksigenasi.
Perawat perlu memperhatikan sesuatu yang mempengaruhi oksigenasi
I. Identitas Klien
Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,
Status pernikahan, NO. RM, Asal, Tanggal M IRI, Tipe M IRI, Cara M
IRI
II. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Perjalanan penyakit pasien yang sedang dialami saat ini
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat
ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi
penyakit yang diderita klien saat ini
V. Riwayat Penyakit Keluarga
Dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan untuk
mengidentifikasi adanya sifat genetik atau penyakit yang memiliki
kecendrungan familiar, untuk mengkaji kebiasaan keluarga dan
terpapar penyakit menular dapat mempengaruhi anggota keluarga.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : normal, composmentis (kesadaran penuh)
2. Ttv
 Tekanan Darah
 Nadi
 Suhu
 Respirasi Rate
3. Head To Toe
Pemeriksaan fisik Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi terhadap berbagai sistem tubuh. Untuk mendapatkan informasi
tentang masalah kesehatan yang potensial.
a) Keadaan umum Keadaan umum meliputi penampilan umum,
postur tubuh, gaya bicara, mimik wajah.
b) Tanda-tanda vital Bertujuan untuk mengetahui keadaan tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh.
c) Kulit Kaji keadaan kulit mengenai tekstur, kelembaban, turgor,
warna dan fungsi perabaan, pruritus, perubahan warna lain,
jerawat, erupsi, kering berlebih, selain itu perlu dikaji apakah ada
sianosis.
d) Kepala Kaji cedera lain seperti memar pada kepala, periksa
kebersihan dan keutuhan rambut.
e) Mata Periksa mata untuk mengetahui ada tidak nya nyeri tekan,
kaji reflek cahaya, edema kelopak mata.
f) Hidung Perdarahan hidung (epitaksis), kaji cairan keluar dari
hidung, ada tidaknya sumbatan.
g) Telinga Kaji ada tidaknya sakit telinga, rabas, bukti kehilangan
pendengaran.
h) Mulut Pernafasan mulut, perdarahan gusi, kaedaan gigi, jumlah
gigi, kaji kelembaban mukosa, warna mukosa bibir.
i) Tenggorokan Sakit tenggorokan, kaji adanya kemerahan atau
edema, kaji ada tidaknya kesulitan dalam menelan, tersedak, serak
atau ketidakteraturan suara lain.
j) Leher Kaji nyeri, keterbatasan gerak, kekakuan, kesulitan menahan
kepala lurus, pembesaran tiroid, pembesaran nodus atau massa lain.
k) Dada Kaji kesimetrisan bentuk dada, pembesaran payudara,
pembesaran nodus remaja, tanyakan tentang pemeriksaan
payudara.
1. Inspeksi dada Pada Pemeriksaan ini pemeriksa melihat
gerakan dinding dada, bandingkan kesimetrisan dinding
dada kiri dan kanan. Lihat adanya bekas luka, bekas
operasi, atau adanya lesi. Perhatikan warna kulit daerah
dada. Kaji pola pernafasan pasien, perhatikan adanya
retraksi interkosta, dan penggunaan otot bantu nafas.
2. Palpasi dada Pada Pemeriksaan pertama dilakukan oleh
pemeriksa yaitu, meletakan tangan di atas kedua dinding
dada. Rasakan kesimetrisan pengembangan dinding dada
saat inspirasi dan ekspirasi. Selanjutnya, rasakan adanya
massa dan krepitasi (jika terjadi fraktur). Setelah itu,
lakukan Pemeriksaan taktil fremitus dengan cara letakan
tangan diatas dada, lalu minta pasien mengatakan “tujuh
tujuh” atau “Sembilan Sembilan”. Lakukan Pemeriksaan
disemua lapang paru. Prinsip Pemeriksaan adalah getaran
suara akan merambat melalui udara yang ada dalam paru–
paru (vibrasi) dan saat bicara, getaran ini akan terasa dari
luar dinding dada.
3. Perkusi paru Suara perkusi normal adalah suara perkusi
sonor, yaitu suara seperti bunyi “dug-dug”. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan mengetuk pada seluruh lapang paru pada
ruang interkosta (dilakukan di antara dua kosta atau ICS ).
Pada area jantung akan menghasilkan bunyi peka (ICS 3–5,
sebelah kiri sternum). Hasil perkusi juga akan terdengar
pekak pada daerah hepar dan daerah payudara.
4. Auskultasi Auskultasi dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Anjurkan pasien untuk bernafas normal. Setelah
beberapa saat, letakan stetoskop pada ICS 2 kanan,
minta pasien bernafas panjang
2) Bandingkan suara terdengar di lapang paru kiri dan
kanan
3) Dengar apakah ada suara nafas tambahan di semua
lapang paru. Suara nafas normal sebagai berikut :
a. Vasikuler: suara ini terdengar halus. Biasa didengar
di lapang paru. Suara ini dihasilkan oleh perputaran
udara dalam alveoli (inspirasi > ekspirasi).
b. Bronkovasikuler: suara ini biasa didengar di ICS 1
dan 2 kiri dan kanan. Suara ini dihasilkan dari
perputaran udara dari saluran besar menuju saluran
lebih kecil (inspirasi= ekspirasi)
c. Bronkhial: suaranya terdengar kerasa dan karas.
suara ini dihasilkan dari perputaran udara melalui
trakea (ekspirasi > inspirasi).
l) Kardiovaskuler
Kaji warna konjungtiva, ada tidaknya sianosis, warna bibir, adanya
peningkatan tekanan vena jugularis, kaji bunyi jantung pada dada,
pengukuran tekanan darah, dan frekuensi nadi.
m) Adbomen
Kaji bentuk adbomen, keadaan luka, kaji tanda-tanda infeksi,
perkusi area abdomen.
n) Punggung dan bokong
Kaji bentuk punggung dan bokong, kaji ekstremitas: CRT, turgor
kulit, kekuatan otot, refleks bisep, trisep, refleks patela, dan
achiles.
o) Genitalia
Kaji kebersihan genitalia, kebiasaan BAK
p) Anus
Kaji BAB dan keadaan di area anus.
q) Sistem persyarafan
Kaji adanya penurunan sensasi sensori, nyeri penurunan refleks,
nyeri kepala, fungsi syaraf kranial dan fungsi serebral, kejang,
tremor.
C. Pola-Pola Kesehatan
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor resiko sehubung dengan kesehatan yang berkaitan dengan
oksigenasi.
2. Pola metabolik-nutrisi
Untuk mendapatkan informasi tentang keadekuatan masukan diet dan pola
makan
3. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi) perubahan
berkemih (perubahan warna, jumlah, frekuensi)
4. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen
yang banyak. Orang yang biasa olahraga memiliki peningkatan aktivitas
metabolisme tubuh. Mengungkapkan pola aktivitas pasien sebelum sakit
dan sesudah sakit. Meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygene, istirahat
tidur, aktivitas dan gaya hidup.
1) Data psikologis Kemungkinan klien memperlihatkan
kecemasan terhadap penyakitnya, hal ini diakibatkan karena
proses penyakit lama dan kurangnya pengetahuan tentang
prosedur tindakan akan dilakukan. Kaji ungkapan pasien
tentang ketidakmampuan koping, perasaan negatif tentang
tubuh serta konsep diri klien
2) Data sosial Perlu dikaji tentang keyakinan pasien tentang
kesembuhannya dihubungkan dengan agama dianut pasien
dan bagaimana persepsi pasien terhadap penyakitnya,
bagaiman aktifitas pasien selama menjalani perawatan di
rumah sakit dan siapa menjadi pendorong atau pemberi
motivasi untuk kesembuhan
3) Riwayat seksual Untuk mendapatkan informasi tentang
masalah dan atau aktivitas orang muda dan adanya data
berhubungan dengan aktivitas seksual
4) Data spiritual Perlu dikaji tentang persepsi pasien terhadap
dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan
pasien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya.
Biasanya pasien akan ikut serta dalam aktifitas sosial atau
menarik diri dari interaksi sosial terutama jika sudah terjadi
komplikasi fisik seperti anemia, ulkus, gangren dan
gangguan penglihatan
5. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat
6. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu
atau tidak, penggunaan alat bantu dalam pengindraan pasien
7. Pola konsep diri-persepsi
Keadaan sosial yang mempengaruhi oksigenasi seseorang
8. Pola hubungan dan peran
Adanya gangguan interaksi sosial pada pasien serta merasa dirinya asing
9. Pola reproduksi-seksual
Pada pasien yang memiliki gangguan oksigenasi cenderung tidak mampu
berhubungan intim
10. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke oksigenasi
11. Keyakina dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
patungan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
 Makroscopis dan microscopis
 PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest
bila diduga terdapat intoleransi gula.
 Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan darah
 Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca
 Darah serum pada diare.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal
4. Pemeriksaan analisa gas darah.
Therapy
a) Pemberian cairan (rehidrasi)
b) Pemberian makanan (bubur)
c) Obat-obatan
 Obat anti sekresi
 Obat anti diare
 Antibiotika
 Obat anti spasmolitik.
d) Istirahat
e) Diet.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out
put yang berlebihan dengan intake yang kurang
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB
F. Intervensi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
out put yang berlebihan dengan intrake yang kurang (Carpenito, 2000).
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab
Intervensi :
a. Kaji status dehidrasi : mata, tugor kulit dan membran
mukosa.
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan
atau dehidrasi.
b. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan
cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk pengganti cairan.
c. Monitor TTV
Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyataan
verbal dan keefektifan intervensi.
d. Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Hb,
Ph, dan albumin.
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan penggantian dan
keefektifan terapi.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti
diare dan antibiotik.
Rasional : Untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan
/ elektrolit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah
(Carpenito, 2000 ).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari
Rasional : Untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau
keefektifan terapi.
b. Monitor intake dan out put
Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan
pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
c. Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat.
Rasional : Memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali
proses pencernaan, protein perlu untuk integritas jaringan.
d. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
Rasional : Mulut yang bersih dapat menigkatkan rasa makanan.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan
pencernaan dan fungsi usus.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. (Doenges, 2001)
Tujuan : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil : Tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal (S : 36-
37oC)
Intervensi :
a. Observasi vital sign
Rasional : Membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan
keefektifan intervensi.
b. Berikan kompres air hangat
Rasional : Untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang
disebabkan oleh infeksi.
c. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum.
Rasional : Untuk mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out
put yang berlebihan.
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis,
longgar dan menyerap keringat
Rasional : Agar pasien merasa nyaman.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi tubuh dan
mengurangi terjadinya infeksi.
4. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan sering BAB (Suriadi,
2001)
Tujuan : Kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : Kulit utuh dan tidak ada lecet pada area anus.
a. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda iritasi pada kulit misal :
kemerahan pada luka..
b. Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti
pakaian
Rasional : Untuk mempertahankan teknik aseptic atau antiseptik.
c. Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
Rasional : Untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman,
bakteri, karena bakteri suka daerah yang lembab.
d. Observasi keadaan kulit
Rasional : Pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan
dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi badan.
5. Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan
frekuensi defekasi ( Doenges, 1999 ).
Tujuan : BAB dengan konsistensi lunak / lembek, warna kuning.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional
program pengobatan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal.
Intervensi :
a. Observasi / catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah
Rasional : Diare sering terjadi setelah memulai diet.
b. Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan
sedang sesuai diet yang dibuat
Rasional : Meningkatkan konsistensi feses meskipun cairan perlu
untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah mempengaruhi
diare..
c. Batasi masukan lemak sesuai indikasi
Rasional : Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan
membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak.
d. Awasi elektrolit serum
Rasional : Peningkatan kehilangan gaster potensial resiko
ketidakseimbangan elektrolit, dimana dapat menimbulkan
komplikasi lebih serius / mengancam.
e. Berikan obat sesuai indikasi anti diare
Rasional : Mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi
sampai tubuh mengatasi perubahan akibat bedah
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika

Nanda Internasional. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:


EGC. Salemba Medika

Rachmania, D. (2016). Pengembangan Instrument Diagnosis & Intervensi Keperawatan


Berbasis Standardized Nursing Language (NANDA-I, NOC, NIC). Jurnal Ners. 11(2)

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. 2015-2017.


Jakarta : EGC

NANDA International. (2015-2017). Panduan Diagnosa keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi edisi 10. Jakarta: EGC
DOKUMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PEMBUATAN JUS KELAPA PADA PASIEN DIARE

Disusun oleh :

FATIMAH NURUL QUDSIYAH

(14201.11.19010)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PADJARAKAN-PROBOLINGGO

2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun oleh :

Fatimah Nurul Qudsiyah

Mahasiswa Sarjana Keperawatan disahkan sebagai bukti laporan Praktik Klinik Keperawatan
Kebutuhan Dasar Manusia pada tanggal … , ………………….. , 2021

Mahasiswa Pembimbing Akademik

Fatimah Nurul Qudsiyah Erna Handayani, S.Kep.,Ns.,M.Kes


1. Topik : Pembuatan Jus Kelapa
2. Sasaran
Pasien dengan penderita diare
3. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 jam lansia dan keluarga mampu
memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 jam diharapkan kelompok mampu
1. Menyebutkan pentingnya mengkonsumsi jus kelapa
2. Menyebutkan manfaat dari jus kelapa
3. Menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat jus
4. Menyebutkan alat dan bahan untuk membuat jus kelapa
5. Menyebutkan langkah-langkah membuat jus kelapa
4. Materi
(Terlampir)
5. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
3. Demonstrasi
6. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
7. Waktu

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Keterangan

1. 08.00-08.15 WIB Pembukaan Pemberi materi


1. Salam perkenalan 1. Pendidikan
2. Do’a pembukaan kesehatan
3. Menawarkan kontrak
waktu
2. 08.15-08.45 WIB Penyajian
1. Penyampaian materi
2. Tanya jawab

3. 08.45-09.00 WIB Penutup


1. Do’a dan salam
penutup

8. Tempat
Rumah klien
9. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1. Peserta hadir pasien dan keluarga
2. Penyelenggaraaan penyuluhan dilakukan di rumah
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan
b. Kriteria Proses
1. Keluarga antusias terhadap materi yang disampaikan
2. Peserta konsentrasi mendengarkan penjelasan dari pemateri
3. Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar
c. Kriteria Hasil
1. Lansia dan keluarga mampu menyebutkan pentingnya mengkonsumsi jus
kelapa
2. Lansia dan keluarga mampu menyebutkan manfaat dari jus kelapa
3. Lansia dan keluarga mampu menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan saat
membuat jus kelapa
4. Lansia dan keluarga mampu menyebutkan alat dan bahan untuk membuat jus
kelapa
5. Lansia dan keluarga mampu menyebutkan langkah-langkah membuat jus
kelapa
LAMPIRAN MATERI SAP

A. Pentingnya Mengkonsumsi Jus Kelapa


Buah kelapa mengandung banyak air yang bermanfaat untuk mengembalikan
cairan dan elektrolit tubuh, seperti kalium, natrium, dan mangan, yang hilang bersama
feses akibat diare. Anda bisa mendapatkan manfaat kelapa untuk diare ini pada jenis
buah kelapa yang matang.
Selain itu, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Journal of
Ethnopharmacology melaporkan bahwa buah kelapa mengandung antibakteri yang
dapat membantu melawan bakteri jahat, seperti Shigella dan Salmonella, pada sistem
pencernaan penyebab diare.
B. Manfaat Jus Kelapa
1. Memenuhi asupan cairan tubuh

2. Menurunkan tekanan darah tinggi

3. Membakar lemak perut

4. Mencegah batu ginjal

5. Baik untuk kesehatan jantung

6. Bantu kontrol gula darah

7. Jaga tubuh tetap terhidrasi

8. Menjaga kesehatan kulit

C. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Membuat Jus Kelapa


1. Buah kelapa harus segar

Bahan pangan yang segar masih mengandung zat gizi yang lengkap
dibandingkan dengan bahan pangan yang telah dimasak. Bahan yang telah
dimasak akan kehilangan 30-80% kandungan gizinya.

2. Buah kelapa matang optimal


Buah yang digunakan untuk membuat jus hendaknya mempunyai tingkat
kematangan yang optimal, tetapi jangan sampai lewat matang. Banyak zat gizi
yang belum terbentuk sempurna selama buah belum matang.

3. Buah kelapa dicuci terlebih dahulu

Buah yang akan digunakan untuk pembuatan jus harus dicuci terlebih dahulu
untuk menghilangkan kotoran dan residu pestisida yang mungkin terdapat pada
buah. Namun, perlu juga diperhatikan agar proses pemotongan dilakukan setelah
pencucian, jangan sebaliknya. Hal ini dimaksudkan agar zat-zat gizi, terutama
vitamin larut air tidak ikut terbuang pada saat pencucian.

4. Jus segera diminum setelah dibuat

Jus yang telah dibuat hendaknya langsung dikonsumsi. Hal ini untuk
menghindari berkurangnya zat gizi yang terdapat dalam buah. Seperti diketahui,
buah merupakan sumber vitamin dan mineral. Jika dibiarkan terlalu lama,
vitamin-vitamin tersebut akan teroksidasi dan akan berkurang keefektifannya.

5. Cara efektif dan efisien mengonsumsi jus

Mengonsumsi jus akan terasa efektif dan efisien bila menjadi bagian dari
terapi nutrisi atau diet alami yang murni dan menyeluruh. Hal ini dikarenakan
tubuh tidak akan bertahan hanya dengan mengonsumsi cairan. Oleh karena itu,
pengaturan pola makan sehari-hari yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan zat
gizi yang dibutuhkan tubuh juga perlu diimbangi.

6. Waktu yang tepat mengonsumsi jus

Jus sebagai pencegah dan pengendalian berbagai penyakit hendaknya


dikombinasikan dengan diet makanan bergizi. Mengonsumsi jus minimal dua kali
sehari, yaitu pada pagi dan siang hari. Jus hendaknya diminum sebelum makan
agar zat-zat gizi dan non gizi yang terdapat di dalamnya bisa langsung diserap
tubuh.

7. Alat dan Bahan


1. 400 gram kelapa muda, dagingnya
2. 250 ml kelapa muda, airnya jika masih ada
3. Gula 2 sdm
4. Gelas
5. Blender
8. Langkah-Langkah Membuat Jus Kelapa
1. Masukkan kelapa dalam blender
2. Masukkan air kedalam blender
3. Masukkan gula
4. Blender hingga halus
5. Tuang dalam gelas dan hidangkan

Anda mungkin juga menyukai