Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GEA

OLEH:

MARIA WULANDARI TELAUBUN (C1814201134)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR


TAHUN 2020/20
BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

1. 1 Definisi
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dalam elektrolit secara berlebihan
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
cair (Yuliani, 2001)
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa
darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer arif,2000).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Arif Muttaqin, 2011)
Gastroenteritis (Diare) menurut Hippocrates adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair. (Majalah Kesehatan 2006) (Hal. 15)
Gastroenteritis (Diare) menurut WHO (1980) adalah buang air besar encer
atau cair lebih dari tiga ka!i sehari. (Mansjoer Arief dkk, 2001) ( Hal. 501)

1. 2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
1. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan dan manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan penciuman dirasakan
oleh saraf olfaktorius di hidung dan teriri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham) menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian
dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian
inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah. Bagian inferior disebut laring
gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –
“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histology Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar adalah otot
rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang (M
Longitidinal) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus
dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)
dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus
dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.  Usus
besar terdiri dari : Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon
desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam  istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum
pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar
10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks
selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal
atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak
orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
9. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
– BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

1. 3 Etiologi
A. faktor infeksi
a. infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi:
1. infeksi bakteri: vibrio, E coli, salmonella, shigella,
campylobacter yersinia, aeromonas, dan sebagainya
2. infeksi virus: eterovirus (virus echo, coxsaekie, poliomyelitis)
Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
3. infeksi parasite: cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris,
strongyloides protozoa (entamoeba hystolytica, giardia
lamblia, trichomonas hominis) jamur (candidaalbicans)
b. infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
B. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
C. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu
D. Factor psikologis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis ( rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar
disamping itu penyebab terjadinya

1. 4 Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa factor:
1) menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain:
a. akut: jika <1 minggu
b. berkepanjangan: antara 7-14 hari
c. kronis: 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d. rersisten: 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat

Klasifikasi dehidrasi
1) Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)


Tidak dehidrasi <2
Dehidrasi ringan 2–5
Dehidrasi sedang 5-8
Dehidrasi berat 8-10
2) Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C
Keadaan   umum Baik,   sadar Gelisah,   rewel Lesu,   tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat   cekung
Air   mata Ada Tidak   ada Tidak   ada
Mulut,   lidah Basah Kering Sangat   kering
Rasa   haus Minum   seperti Haus,   ingin Malas   minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa:   Turgor Baik   (kembali Kurang-buruk   Sangat   buruk
kulit cepat) (kembali lambat) (kembali sangat
lambat)
Hasil   pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
sedang Bila ada 1 Bila ada 1 tanda
tanda ditambah ditambah 1/lebih
1/lebih tanda lain tanda lain
4) Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
5) Berdasarkan penyebab organik atau tidak
a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,
hormonal, atau toksikologik.
b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.

1. 5 Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja.
Gastroenteritis dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap
dalam tinja, yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna.
Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distala
atau usus besar. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus
(Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit
(Biardia Lambia, Cryptosporidium ). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis
akut. Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (Asidosis Metabolik dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal. Iritasi usus oeh suatu patogen mempengaruhi lapisan
mukosa usus, sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik,
termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot
sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan
banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare
berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin
colera yang ditularkan melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang
sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi
air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang
penting ini terbuang dalam jumlah yang besar. Gangguan absorpsi cairandan
elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan menurunkan kemampuan
intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi karena
sindrom malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari
absorpsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium
dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga
menyebabkan dehidrasi, kekurang elektrolit dapat mengakibatkan asidosis
metabolik.Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus
(Adenivirus enterik dan robavirus) serta parasit (biardia
lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi
sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding
usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami
gastroenteritis akut adalah usus halus (Corwin,2002:520).

1. 6 Manifestasi klinis
A. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
B. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai lendir dan darah
C. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
D. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
E. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
F. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
G. Nyeri perut ( abdominal discomfort )
H. Rasa perih di ulu hati
I. Mual, kadang-kadang sampai muntah
J. Nafsu makan berkurang
K. Rasa lekas kenyang
L. Perut kembung
M. Rasa panas di dada dan perut
N. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
O. Diare.
P. Demam.
Q. Membran mukosa mulut dan bibir kering
R. Lemah

Tanda dan Gejala


1. Kuman Salmonella: Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan
berbau tidak enak, kadang-kadang mengandung lendir dan darah, stadium
prodomal berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri
dan perut kembung.
2.      Kuman Escherichia Coli: Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas
yang menetap.
3.      Kuman Vibrio: Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu
singkat terjadi, akan berubah menjadi cairan putih keruh tidak berbau
busuk amis, yang bila diare akan berubah menjadi campuran-campuran
putih, mual dan kejang pada otot kaki.
4.      Kuman Disentri: Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan
berwarna kemerahan, suhu badan bervariasi, nadi cepat.
5.      Kuman Virus: Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah,
berlangsung selama 2-3 hari.
6.      Gastroenteritis Choleform: Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang
terjadi tanpa mulas dan tidak mual, bentuk feses seperti air cucian beras
dan sering mengakibatkan dehidrasi.
7.      Gastroenteritis Desentrium: Gejala yang timbul adalah toksik diare,
kotoran mengandung darah dan lendir yang disebut sindroma desentri,
jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda yang sangat jelas timbul 4 hari
sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia, mual dan muntah.
1. 7 Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
a. muka pucat
b. lidah kering
c. nafas cepat
d. mata cowong
e. sianosis pada ujung extremitas
2. Palpasi :
a. turgor kulit menurun
b. denyut nadi meningkat
c. keringat dingin
d. demam
3. Auskultasi :
a. suara bising usus meningkat
b. tekanan darah menurun
c. suara serak
d. gerakan peristaltik meningkat
4. Perkusi :
a. suara perut timpani
Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan Tinja
 Makroskopis dan mikroskopis
 PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
 Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b.  Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan).
c.   Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).
e.  Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005).

1. 8 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare antara lain :
1) Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam
lemak. Beri makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
2) Obat – obatan
         Obat anti sekresi
         Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
        Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg /
kg BB/ hari. Juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti
OMA, faringitis, bronkhitis atau BrPn
3) Pemberian cairan
  Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya
dengan perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
  Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10
ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
  Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya
10 ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
  Dehidrasi Berat
a. 0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi
beri cairan oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap
BAB
b. 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok
guyurkan sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan
oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10
ml / kg BB

1. 9 Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi, sbb :
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipoglikemi
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi
enzim laktase
5. Hipokalemia
6. Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein

1. 10 Konsep Tumbuh kembang anak


Definisi pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan ( growth ) berkaitan dengan masalah perubahan dalam


besar , jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun
individu, yang bisa diukur dengan berat (gram, kg), ukuran panjang
(cm) umur tulang, dan keseimbangan metabolis ( retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
Perkembangan ( development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Tahap ini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, organ-
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Cakupan tahap ini termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi terhadap lingkungan.(Riyadi, 2009)
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
1. Faktor genetic
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan
lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu
setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
(Soetjiningsih, 2009)
B. Tahap-tahap tumbuh kembang anak (Donna L Wong, 2008)
Pre natal

1) Geminal : konsepsi – 8 minggu

2) Embrio : 2-8 minggu

3) Fetal : 8 – 40 minggu

Bayi

1) Neonatus : lahir – 1 bulan

2) Bayi : 1 bulan -12 bulan


Anak-anak awal

1) Toddler : 1 - 3 th

2) Pra sekolah : 3 - 6 th

Anak-anak tengah/sekolah : 6 -12 th

Anak-anak akhir:

1) Pra pubertas : 10 -13 th

2) Remaja : 13 – 19 th

1. Perkembangan motorik halus

Masa Neonatus (0-28 hari)


Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya
kemampuan untuk mengikuti garis tengan bila kita memberian respon
terhadap gerakan jari atau tangan.
Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melaukan hal-
hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi,
mencoba memegang dan memasukan benda ke dalam mulut,
memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki,
memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan
walaupun hanya sebentar.
Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mulai mengamati
benda, menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang,
mengeksplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil objek
dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua
tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang
lain
Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau meraih
benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mengambil,
memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta
meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat ditunjukan
dengan adanya kemampuan dalam mencoba menyusun atau membuat
menara pada kubus
Masa Prasekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai
memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua
atau tiga bagian, memiih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan
dengan jari, serta membuat coretan di atas kertas (Wong, 2000).
2. Perkembangan motorik kasar

Masa Neonatus (0-28 hari).


Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali
dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat
kepala.
Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk
sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, control
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring telentang,
berguling dari telentang ke miring, posisi lenan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dapat dilihat pada
perubahan dalam aktivitas, seperti posisi telengkup pada alas dan
sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan
kedua tangannya. Pada bulan ke-4 sudah mampu memalingkan kepala
ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikkan badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dengan
lengan berayun ke depan dan ke belakang, berguling dari telentang ke
tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berir dua
detik, dan berdiri sendiri.
Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan
tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara
satu tangan dipegang. Pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari
kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat.
Masa Prasekolah
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan kemapuan untuk
berdiri dengan satu kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan
berjalan dengan bantuan.
3. Perkembangan bahasa

Masa Neonatus (0-28 hari)


Perkembangan bahasa pada usia ini dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,
berceloteh, mengucapkan kata “ooh/ahh”, tertawa, berteriak,
mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau
kata-kata, menoleh kea rah suara atau sumber buyi, tertawa, menjerit,
menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata
yang tersiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vocal
yang bersamaan seperti “ba-ba”
Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat mengucapkan kata
“papa” dan “mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2 kata.
Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dicapainya kemampuan
bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki
10 perbendaharaan kata; tinggginya kemampuan meniru, mengenal,
dan responsive terhadap orang lain; mampu menunjukan dua gambar;
mampu mengombinasikan kata-kata; serta mulai mampu menunjukan
lambaian anggota badan
Masa Prasekolah
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan
menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua
warna; menyebutkan kegunaan benda; menghitung; mengartikan dua
kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan
jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasikan
objek, orang, dan aktivitas; menirukan berbagai bunyi kata; memahami
arti larangan; serta merespon panggian orang dan anggota keluarga
dekat.
4. Perkembangan perilaku/adaptasi sosial.

Masa Neonatus (0-28 hari).


Perkembangan adaptasi social/ perilaku masa ini dapat ditunjukan
dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk
mengenali seseorang.
Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum; mengenal ibunya dengan pengelihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pada wajah manusia;
waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjaga;
membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang
aneh; membendakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal;
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada
orang yang tak dikenal (asing).
Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa
takut dan terganggu denga keberadaan orang asing, mulai bermain
dengan mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki
jika sedang kesal.
Usia 8-12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan
kemampuan bertepu tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau
yang lainnya dengan orang tua.
Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan adaptasi sosial pada masa ini dapat ditunjukkan denga
adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka,
mulai menggosok gigi, serta mencoba mengenakan baju sendiri.
Masa Prasekolah
Perkembangan adaptasi sosial pada masa ini dapat ditunjukkan denga
adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis
jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga (Wong, 2000)

1. 11 Imunisasi pada anak


A. TBC (Tuberculosis).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena
terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii
dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering
terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput
otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan
pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini
sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup
diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,” maka
setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil.
Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan,
suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah
suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
B. Difteri.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama
saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan
pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama
makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat
merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan
umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda
atau makanan yang terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah
dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga
kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua
bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan.
Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan
bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat
penurun panas.
C. Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus
Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar
berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang
bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam
berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan
imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak
bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
D. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena
mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya
diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau
kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit
dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat
merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus
umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang
bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan
steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara
berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan
teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi
tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya
yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.
Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium
tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan
dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi
gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang
mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena
terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk
memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil
bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang
lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang
biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-
14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal
tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi.
Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa
dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan.
Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT.
Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan
walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35
dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di
tempat yang terjaga kebersihannya
E. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam
selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia
yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan).
Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan
sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya
diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan
diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi
polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis.
Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak
kurang dari satu bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak
masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12
tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan
vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis.
Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek
samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-
kejang
F. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan
oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan
virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin,
Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul,
itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan
pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak
berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit
otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah.
Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah
selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza
terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan
orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan
komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah
dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa
influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza
menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan
sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti
pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang
berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit
kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes
dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia
6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada
anak berusia 8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi saja.
G. Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar
keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar
getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga
meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah
peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru,
selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat
berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam
keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun
dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran pencernaan,
nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput
lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati
dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit
buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi
diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun
walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen.
Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang
terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat
melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan
mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan
segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat
menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara
pencegahannya adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat
melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak
menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit
rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian.
H. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang
kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan
secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien
yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau
petugas akupunktur.

I. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan bakteri
Haemophyllus influenzae tipe B atau yang disebut bakteri Hib B
merupakan penyebab tersering menimbulkan meningitis pada anak
berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko tinggi,
menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh pun, tidak sedikit yang
menyebabkan cacat pada anak. Meningitis bukanlah jenis penyakit baru
di dunia kesehatan. Meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat
saraf tulang belakang. Penyebab meningitis sendiri bermacam-macam,
sebut saja virus dan bakteri. Meningitis terjadi apabila bakteri yang
menyerang menjadi ganas ditambah pula dengan kondisi daya tahan
tubuh anak yang tidak baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut
ke selaput otak. Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan
terjadi infeksi maka disebutlah sebagai meningitis.
J. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering juga disebut
sebagai penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja
dengan angka tertinggi menyerang anak usia kurang dari 5 tahun dan usia
di atas 50 tahun. Terdapat kelompok lain yang memiliki resiko tinggi
terserang pneumokokus (meskipun dari segi usia bukan risiko tinggi),
yaitu anak dengan penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak
dengan keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi
medis lain yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
K. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang
kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang
muda. Semakin tinggi usia penderita mumps, gejala yang dirasakan
semakin hebat. Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya
sekali seumur hidup.Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR)
sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat
masa kanak-kanak, imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah
dewasa, bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR).
Pemberian imunisasi MMR akan memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.
b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejala campak
yaitu demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-
ruam pada kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka,
leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak,
suhu tubuh bisa mencapai 40oC.Pencegahan campak paling efektif
adalah dengan imunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat
bayi berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-
kanak, imunisasi campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi
MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan.
c. Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella mengakibatkan
ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan
radang selaput tekak. Ruam rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3
hari. Gejala rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan
rasa lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan
tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak balita terinfeksi
rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila wanita hamil terinfeksi
rubella, dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir
dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan mental. Pencegahan
rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan
campak dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi
rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
campak dan mumps (vaksinasi MMR).
L. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus.
Infeksi diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau
muntah berak. Gejala infeksi rotavirus berupa demam ringan, diawali
muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare
merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama
3 – 7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak
kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus
dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi
ini seringkali tidak berhubungan dengan makanan kotor atau makanan
basi atau air kotor. Tetapi penularannya lebih sering lewat fecal oral atau
kotoran masuk melalui mulut. Biasanya virus yang tersebar lewat
muntahan tersebar di sekitar mainan, pintu, lantai atau di sekitar anak-
anak. Saat tangan anak tersentuh virus melalui muntahan atau bekas feses
yang tidak dicuci bersih dapat masuk ke tubuh saat anak makan atau
tangan masuk ke mulut. Angka kejadian kematian diare masih tinggi di
Indonesia dan untuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksin
rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2
macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama
pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu
kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix
diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis
kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi
belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu
diberikan karena belum ada studi keamanannya
M.Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan bekas bopeng
di beberapa bagian tubuh. Penyakit yang disebabkan oleh virus varicella
ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin varicella.
N. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis tipe
A dan menyerang sel-sel hati manusia. Setiap tahunnya di Asia
Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar 400.000 orang per
tahunnya dengan angka kematian hingga 800 jiwa. Sebagian besar
penderita hepatitis A adalah anak-anak.
ETIOLOGI

Faktor Predisposisi Faktor presipitasi

Faktor usia ( anak- Factor makanan Factor infeksi Factor


anak 2 tahun malabsorpsi
( makanan basi, (bakteri dan virus)
kebawah dan eterovirus, E (karbohidrat,
beracun, alegi
lansia) coli, salmonella, protein, lemak)
makanan

Daya tahan tubuh Masuk kedalam Makanan tidak


masih lemah dan tubuh diserap oleh vili
daya tahan tubuh usus
menurun sehingga
mudah terserang Mencapai usus
virus dan bakteri Infeksi usus halus Peningkatan
halus
tekanan osmotic
dalam lumen usus
Malabsorpsi
Menstimulus makanan dan
dinding usus halus cairan

Peningkatan isi
(rongga) lumen
usus

Hiperperistaltik
usus
Percepatan kontak
makanan dan air
dengan mukosa usus

Penyerapan
makanan, air,
elektrolit terganggu

GEA

BAB sering dengan Output cairan dan Muntah dan sering Reflex spasme
konsistensi encer elektrolit berlebihan defekasi otot dinding
perut

Frekuensi defekasi dehidrasi MK: defisit


Intake tidak adekuat
meningkat volume cairan
MK: Nyeri akut
NOC:
NOC: Manajemen
keseimbangan MK:Ketidakseimbanga Nyeri
BAB encer dengan MK: Diare cairan n nutisi kurang dari
atau tampah darah kebutuhan tubuh NIC: Manajemen
NOC: NIC: Manajemen
Nyeri
keseimbangan cairan NOC: manajemen nutrisi
cairan
NIC: manajemen nutrisi
NIC: Manajemen
cairan
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Identitas pasien
Untuk umur pasien pada diare akut, sebagian besar adalah anak di bawah
2 tahun. Insiden paling tinggi umur 6 – 11 bulan karena pada masa ini
mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak
laki-laki hampir sama dengan anak perempuan (Susilaningrum, 2013)
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama: Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari. BAB
lebih dari 3 kali dengan konsistensi cair. Bila diare berlangsung kurang
dari 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah
diare persisten (Susilaningrum, 2013).
Riwayat penyakit saat ini: Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang,
kemungkinan timbul diare. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan sifatnya makin lama makin asam. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan
dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak (Susilaningrum.dkk, 2013).
3. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
1) Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi campak.
Diare lebih sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak dengan
campak atau yang menderita campak dalam empat minggu terakhir.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan karena faktor ini
salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah 2 tahun biasanya
batuk, panas, pilek dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau
setelah diare (Susilaningrum.dkk, 2013).
4) Riwayat imunisasi
A. BCG
Kegunaan : mencegah penyakit tuberkolusis yang infeksi yang
disebabkan bakteri mycobacterium.
Frekuensi pemberian : hanya 1 kalii tidak perlu diulang, saat
bayi baru lahir atau dibawah 2 bulan.
Reaksi yang timbul : muncul bisul kecil dan bernanah di daerah
bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri
dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan
meninggalkan luka parut.
B. DPT
Kegunaan : mencegah 3 jenis penyakit, yaitu difteri, tetanus,
pertusis (batuk rejan yang biasanya berlangsung dalam waktu
lama).
Frekuensi pemberian : sebanyak 5 kali, 3 kali diusia bayi (2,4,6
bulan), 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali diusia 1 tahun.
Reaksi yang timbul : umumnya muncuul demam yang dapat
diatasi dengan obat penurun panas.
C. Polio
Kegunaan : melindungi tubuh terhadap virus polio yang
menyebabkan kelumpuhan.
Frekuensi pemberian : diberikan saat kunjungan pertama setelah
lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali yakni saat bayi
berumur 2,4,6 bulan.
Reaksi yang timbul : hampir tidak ada hanya sebagian kecil
anak yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.
D. Campak
Kegunaan : melindungi anak dari penyakit campak yang
disebabkan virus.
Frekuensi pemberian : diberikan saat anak umur 9 bulan.
Campak kedua diberikan pada anak SD (6tahun). Jika belum
mendapatkan vaksin campak pada umur 9 bulan anak akan bisa
diberikan vaksin kombinasi dengan golongan dan campak
jerman (MMR atau Measles, Mumps, Rubella) diusia 15 bulan.
Reaksi yang timbul : pada beberapa anak bisa menyebabkan
demam dan diare namun kasusnya sangat kecil. Biasanya
demam berlangsung seminggu kadang juga terdapat efek
kemerahan mirip campak selama 3 hari.
E. Hepatitis B
Kegunaan : melindungi tubuh dari virus Hepatitis B, yang bisa
menyebabkan kerusakana pada hati.
Frekuensi pemberian : dalam waktu 12 jam setelah lahir,
dilanjutkan pada umur 1 bulan lalu 3-6 bulan.
Reaksi yang timbul : berupa keluahan nyeri pada bekas suntikan
yang disusul demam ringan dan pembengkakan namun reaksi ini
akan hilang dalam waktu 2 hari. (Dedeh, 2009).
5) Riwayat kesehatan keluarga
A. Lingkungan rumah dan Komunitas
Umumnya penyakit diare memiliki daerah epidemic di
kebanyakan daerah dan wilayah kumuh, hal ini berkaitan
dengan masalah ekonomi. Lingkungan yang mengakibatkan
timbulnya diare bisa berhubungan dengan masalah
air, tanah dan berjangkitnya lalat. Lingkungan yang tidak
bersih dapat menjadi pemicu timbulnya diare di dalam tubuh
anak. (Anne Ahira, 2010)
6) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi :
A. Pemberian ASI penuh pada anak umur 0-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
B. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air
masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol
yang tidak bersih akan mudah menimbulkan gangguan
pada pencernaan.
C. Perasaan haus. Anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang
merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum
(Nursalam, 2008)
7) Perilaku yang mempengaruhi Kesehatan
Pada usia toddler anak senang sekali bermain. Biasanya anak sering
memasukkan benda atau barang yang digunakan saat bermain. Jajan
sembarangan, kurangnya kebiasaan cuci tangan, kebersihan jamban
dan lingkungan sekitar anak dapat menyebabkan terjadinya diare.
Maka dari itu ibu harus selalunwaspada terhadap anaknya.
4. Pola-pola fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien tidak mengetahui penyebab penyakitknya, higienitas pasien
sehari-hari kurang baik
2. Pola Eliminasi
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri),
berat (anuria). Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih
banyak atau sering dari kebiasaan sebelumnya, BAB lebih dari 4 kali
sehari
3. Pola Natrisi dan Metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik
usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat
adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga menimbulkan gejala
seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak enak dan
malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena
asupan yang kurang.
4. Pola Istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang
ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga
Kx sering terjaga, Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat
dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga
menjadi rewel.
5. Pola Aktivitas dan Latihan.
Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Kognitif/perceptual
Pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen
7. Konsep diri
Pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan
fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada
fase sakit
8. Seksual/reproduksi
Mengalami penurunan ibido akibat berfokus pada penyakit
9. Peran hubungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan
10. Koping/stress
Pasien mengalami kecemasan yang berangsung-angsung dapat
menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat
11. keyakinan
pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembayang karena
gejala penyakit

4.2 Analisa Data


Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan
daya berfikir dan penalaran yan dipengaruhi latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang substansi ilmu
keperawatan dan proses penyakit. Fungsi analisa data adalah perawat yang
menginterpretasikan data yang diperoleh memiliki makna dan arti
pengambilan keputusan untuk menentukan masalah keperawatan dan
kebutuhan klien. Dalam melakukan analisa data, perawat harus
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Validasi data kembali, teliti kembali data yang dikumpul
2. Indentifikasi kesenjangan data
3. Susun katagori data secara sistematik dan logis
4. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan
keperawatan klien
5. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul
serta penyebabnya
6. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. (Young
Jabbar, 2014).
4.3 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil analisa data diatas dirumuskan suatu diagnosa keperawatan
berdasarkan prioritas masalah yaitu :
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis
(Carpenito, 2001:104)
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan (Doengoes,2000).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
dehidrasi (Doengoes,2000)
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan
sekunder terhadap kelembaban (engram, 1999)
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis (doengoes, 2000)
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan anak (Doengoes,2000)
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan
kondisi sakit

4.4 Intervensi
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai
berikut : adanya ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang
tersedia, perasaan penderita, prinsip alamiah dan praktek.
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis
(Carpenito, 2001:104)
Tujuan : eliminasi BAB kembali normal (1x sehari) setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 6x24 jam diare dapat teratasi dengan
kriteria hasil :BAB 1x sehari, konsistensi lembek, BAB tidak ada lendir
darah
Intervensi :
1)      Kaji penyebab diare
Rasional : mencari tahu penyebab diare untuk memberikan
terapi
2)      Ajarkan pada pasien penggunaan obat-obatan anti diare yang
tepat
Rasional : penggunaan obat secar tepat membantu menurunkan
diare
3)      Beri minum oralit setiap kali kali BAB
Rasional : larutan oralit barguna untuk mengganti cairan
4)      Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : mencegah diare yang disebabkan  oleh infeksi
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan (Doengoes,2000).
Tujuan :volume cairan seimbang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil : tidak terjadi/tidak
ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, BAB
kembali normal (1x sehari)
Intervensi:
1)      Kaji intake dan output cairan
Rasional : menentukan derajat dehidrasi
2)      Berikan oralit/LGG tiap habis BAB
Rasional : mengganti cairan tubuh yang keluar bersama feses
3)      Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : mengtahui derajat dehidrasi dan mencegah syok
4)      Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : pengganti bila obat oral tidak masuk
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6x24jam, dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-
tanda malnutrisi, BB kembali ideal, mukos bibir lembab, turgor kulit
baik, porsi diit yang disajikan dihabiskan
Intervensi :
1)      Kaji kebutuhan nutrisi
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri diit yang tidak merangsang
Rasional :Membantu memperbaiki absorbsi usus
3)      Timbang BB tiap hari
Rasional ;Mengetahui ad tidaknya penurunan BB
4)      Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit TKTP, tinggi mineral,
rendah serat
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
dehidrasi (Doengoes,2000)
Tujuan : hipertermi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan  selama
3x24jam dengan kriteria hasil : suhu dalam batas normal (36,3-37,40C),
tidak muntah, BAB 1x tidak ad lendir darah, nadi 75x/menit.
Intervensi:
1)      Observasi vital sign (suhu)
Rasional : mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan suhu
tubuh
2)      Ajarkan paada keluarga pentingnya pertahanan masukan yang
adekuat
Rasional : membantu memulihkan energi dan cegah dehidrasi
3)      Monitor intake dan output cairan
Rasional : mengetahui pemasukan dan pengeluaran urine
4)      Pertahankan cairan parenteral dan elektrolit
Rasional : membantu/mempertahankan masukan yang adekuat
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan
sekunder terhadap kelembaban (engram, 1999)
Tujuan : gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil : daerah
anal klien tidak gatal, tidak terjadi iritasi leukosit cel normal, turgor
kulit baik, elastisitas kulit baik
Intervensi :
1)     Pantau hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas kulit atau jaringan pada
tingkat seluler
2)     Pertahankan linen
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
3)     Berikan steak laken di atas perlak klien
Rasional : mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong
4)     Gunaka pakaian longgar
Rasional : memudahkan bebas bergerak
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis (doengoes, 2000)
Tujuan : nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil : orang tua
mengatakan sudah tidak rewel,
Intervensi :
1)  Kaji karakteristik, intensitas dan letak nyeri
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)   Beri kompres hangat diperut
Rasional :Memberi rasa nyaman
3)   Ubah posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional : membantu mengurangi nyeri
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan anak (Doengoes,2000)
Tujuan : keluarga mengetahui tentang penyakit, perawatan dan
pengobatan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x20 menit dengan kriteria hasil : keluarga sudah paham tentang
penyakit, perawatan dan pengobatan anak
Intervensi :
1)      Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang diare
2)    Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya kebersihan, cuci tangan
untuk menghindari kontaminasi
Rasional : mencegah diare tambah berat dan memungkinkan tidak
terulang kembali dirumah
3)  Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga
4)  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang prinsip diit yang tepat
Rasional : membantu mengurangi diare
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan
kondisi sakit
Tujuan : cemas berkurang sampai dengan hilang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : orang
tua tidak cemas dan tenang
Intervensi :
1) Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan
sentuhan
Rasional : dapat memperkuat rasa saling percaya
2) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang
tua
Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat
memperbesar perasaan
3) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk
realisasi dan pengobatan yang diberikan
4) Jelaskan kondisi anak, alasan pegobatan dan perawatan.
Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk
mendukung dan membantu

4.5 Edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien, keluarga dan masyarakat
Petugas kesehatan hendaknya mengedukasi dan memotivasi keluarga pasien
anak untuk menerapkan upaya pencegahan. Hal-hal penting yang perlu
diedukasi kepada keluarga pasien bayi/anak, terutama kepada ibu, yaitu

1. Pemberian ASI eksklusif


Berikan sedikitnya selama 6 bulan pertama, setelah itu ASI dapat
dilanjutkan sampai usia anak dua tahun. Makanan tambahan dapat
diberikan normalnya pada bayi mulai usia 6 bulan. Namun, makanan
tambahan dapat diberikan lebih dini sekitar usia 4 bulan apabila
pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak memuaskan.
2. Penggunaan air yang aman
Air hendaknya dari sumber yang bersih dan aman. Buangan air kotor
hendaknya jauh dari sumber air, sekitar 10 meter jaraknya dan
posisinya lebih kebawah daripada sumber air. Jauhkan hewan dari
sumber air tersebut. Mengambil dan menyimpan air dalam wadah yang
bersih. Wadah tersebut hendaknya dibilas dan dibersihkan tiap hari.
Wadah mesti ditutup, dan tidak memperbolehkan anak-anak atau hewan
mengambil minuman dari situ. Ambil air dengan gayung khusus untuk
wadah tersebut, dan tidak membiarkan tangan mengotori air. Air
minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengandung
zat kimia atau logam berat, dan mesti disterilkan sebelum diminum,
minimal dimasak hingga tampak busa didihan yang menyeluruh.
3. Cuci tangan
Menerapkan cuci tangan yang benar dan baik dengan sabun dan air
bersih mengalir setelah menggunakan kamar mandi, menangani
BAB/BAK anak, menyiapkan makanan, dan sebelum makan.
4. Keamanan dalam mengonsumsi makanan
Tidak mengonsumsi makanan mentah yang kotor. Sayuran dan buah
hendaknya dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Makanan
hendaknya dimasak sampai matang, dan dikonsumsi selagi masih
hangat. Peralatan masak dan perangkat makanan dicuci sebelum dan
sesudah makan. Pisahkan perangkat makanan tempat menampung
makanan mentah dan matang agar tidak terkontaminasi. Lindungi
makanan dari jangkauan lalat atau serangga lainnya.
KASUS

Seorang anak perempuan berusia 2 tahun di rawat di rumah sakit dengan keluhan
BAB encer 5x/hari,nyeri perut dan anak tampak lemas. Pada tanggal 22 juli 2020
di lakukan pemeriksaan didapatkan data suhu 37,5 C, frekuensi nadi 98x/menit,
pernapasan 30x/menit, mual-muntah 3x, mata tidak cekung, bising usus hiperaktif
24x/menit dan turgor kulit menurun, berat badan saat ini 22kg sebelumnya 25kg

KAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Maria W Telaubun NIM: C1814201134


Unit : Autoanamnese :
Kamar : 216 Alloanamnese :
Tgl masuk RS : 22 juli 2020 Tgl pengkajian : 22 juli
2020

A. Identifikasi
1. Pasien Nama initial : An W Warga negara : Indonesia
Umur : 2 tahun Bahasa yang digunakan : Indonesia
Jenis kelamin : perempuan Pendidikan :-
Agama/ suku : bugis Alamat rumah : JL. Maipa
2. Orang Tua
Nama Bapak : Blasius Nama Ibu : Amanda
Umur : 27 tahun Umur : 26 tahun
Alamat : JL. Maipa Alamat : JL.Maipa

B. Data Medik
1. Diagnosa medik
Saat masuk : Diare akut
Saat pengkajian : Diare akut
Riwayat Kehamilan Ibu / Kelahiran dan Neonatal : An.W lahir normal
dengan BB 2,7 kg dan Panjang 30 cm
BUGAR : ibu mengatakan saat lahir anaknya langsung menanggis, kulit
berwarna kemerah-merahan, bayi tampak bergerak aktif dan kuat serta
jantung bayi berdetak lebih dari 100 denyut per menit
2. Kelainan bawaan/ Trauma kelahiran : tidak ada kelainan/trauma bawaan
3. Riwayat Tumbuh Kembang sebelum sakit:
a. Pertumbuhan Fisik
1) Berat badan lahir : 2700 gram
2) Panjang badan lahir : 30 cm
3) Tinggi badan sekarang : 92 cm
b. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat:
1) Berguling : 4 Bulan 2 minggu
2) Duduk : 6 Bulan 3 minggu
3) Merangkak : 8 Bulan
4) Berdiri : 10 Bulan 3 minggu
5) Berjalan : 12 Bulan
6) Senyum kepada orang lain pertama kali : 1 Bulan
7) Bicara pertama kali : 4 Bulan
8) Berpakaian tanpa bantuan : Belum bisa

4. Riwayat Alergi : tidak ada


5. Catatan Vaksinasi
Jenis Vaksinasi I II III
BCG 1 minggu - -

DPT 3 bulan 6 bulan 9 bulan

POLIO 3 bulan 7 bulan 11 bulan

HEPATITIS B 4 bulan. 6 bulan. 10 bulan

CAMPAK 9 bulan - -
6. Test Diagnostik
a. Laboratorium:-
b. USG:-
c. Lain-lain:-
7. Therapi:-
C. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak tampak
Alasan: An W mengalami BAB encer 5x dan muntah 2x, pasien tampak
rewel dan terpasang infus di tangan anak
2. Tanda-Tanda Vital
a. Kesadaran :
Skala koma scale /pediatric coma scale
1) Respon motorik :5
2) Respon bicara :4
3) Respon membuka mata :4
Jumlah : 13
Kesimpulan : Normal/Baik, composmentis
b. Tekanan darah :.mmHg
MAP :mmHg
Kesimpulan :
c. Suhu : 37,50C di oral axilla rectal
d. Pernapasan:x/menit
Irama : teratur kusmaul cheynes-stokes
Jenis : dada perut
e. Nadi : 120x/menit
Irama : teratur tachicardi bradichardi
kuat lemah
f. Hal yang mencolok : nadi yang mengalami takikardi dan lemah
3. Pengukuran
a. Tinggi badan : 92 cm c. Lingkar kepala: 49,7cm
b. Berat badan : 20 d. Lingkar dada : cm
Kesimpulan : normal
4. Genogram
Keterangan :

= Laki-laki ..... = Tinggal Serumah

= Perempuan = Meninggal

= Pasien = Meninggal

D. Pengkajian Pola Kesehatan


1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan sebelum sakit ibu menjaga
pola makan anaknya, tetapi anaknya jarang untuk mencuci tangan
sebelum makan, dan Ketika sakit ibu selalu membawah anakya ke
puskemas
b. Riwayat penyakit saat ini :
1) Keluhan utama : ibu mengatakan anaknya BAB 5x/hari
2) Riwayat keluhan utama : ibu mengatakan anaknya BAB encer
5x/hari,nyeri perut dan anak tampak lemas Pada tanggal 21 juli
2020 di lakukan pemeriksaan didapatkan data suhu 37,5 C,
frekuensi nadi 98x/menit, pernapasan 30x/menit, muntah 3x, mata
tidak cekung, bising usus hiperaktif dan turgor kulit menurun, berat
badan saat ini 23kg sebelumnya 25kg
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami: ibu mengatakan tidak ada
Riwayat penyakit anaknya
d. Riwayat kesehatan keluarga : ibu mengatakan tidak ada Riwayat
penyakit keluarga
e. Pemeriksaan fisik :
1) Kebersihan rambut : tampak bersih dan berwarna hitam
2) Kulit kepala : tampak bersih dan tidak ada benjolan
3) Kebersihan kulit :tampak bersih dan tidak ada lesi
4) Kebersihan rongga mulut :tampak bersih, tidak ada caries gigi,
mukosa mulut tampak kering
5) Kebersihan genetalia / anus :tampak bersih t
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya biasanya
menghabiskan makananya 1 porsi piring dengan menu nasi, lauk ikan,
sayur – sayuran. biasa minum air putih 6 gelas (1500cc) dan sejak
umur 1 tahun anak mulai diberi susu SGM 2 gelas (500 cc) perhari.
Serta ibu mengatakan anaknya sering jajan (bakso)
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan anaknya hanya bisa
menghabiskan setengah porsi makanan dengan menu nasi,lauk
ikan/ayam, sayur-sayuran, anak merasa mual jika di beri susu, ibu
mengatakan anak enggan untuk makan serta tidak minat pada makanan
karena merasa mual dan muntah 2x, napsu makan berkurang
c. Observasi :
Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan rambut : rambut tampak berwarna hitam
2) Hidrasi kulit : tidak elastis
3) Palpebra/conjungtiva : merah mudah
4) Sclera :tidak ikterik
5) Hidung :simetris tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping
hidung
6) Rongga mulut :tampak bersih gusi : bersih dan berwarna
merah mudah
7) Gigi : tampak bersih, lengkap dan tidak ada caries
8) Kemampuan mengunyah keras : ibu mengatakan anaknya mampu
mengunyah dengan keras
9) Lidah : tampak sedikit kotor
10) Pharing : tidak ada peradangan
11) Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
12) Kelenjar parotis :
13) Abdomen :
 Inspeksi : Bentuk: simetris
Bayangan vena: tidak ada
 Auskultasi : Peristaltik usus 24x/menit
 Palpasi : Nyeri 5
Benjolan tidak ada
 Perkusi : Ascites Positif Negatif
14) Kulit :
 Edema : Positif Negatif
 Icterik : Positif Negatif
 Tanda-tanda radang : tidak ada
15) Lesi : tidak ada
3. Pola Eliminasi
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya BAB
1x/hari dengan konsistensi padat,berwarna coklat dan tidak ada
kesulitan sendang BAK 6x/hari berwarna kuning jerni serta tidak ada
hambatan
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan anaknya BAB 5x/hari dengan
konsistensi cair, berwarna kuning kehijauan bercampur lender, berbau
dan tidak ada kesulitan sendangkan BAK 7x/hari berwarna kuning
jerni serta tidak ada hambatan
c. Observasi :
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Palpasi Kandung Kemih : Penuh Kosong
2) Mulut Uretra : tampak bersih
3) Anus :
 Peradangan : tidak ada
 Hemoroid : tidak ada
 Fistula : tidak ada
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Keadaan Sebelum Sakit : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya dapat
melakukan aktivitas dengan baik (bermain bersama temana sebaya)
b. Keadaan Sejak Sakit : ibu mengatakan ketika sakit anaknya sangat
rewel dan selalu minta pulang, tidak banyak aktivitas,lebih sering
berbaring atau di gendong
c. Observasi :
0 : mandiri
1) Aktivitas Harian :
 Makan :2 1 : bantuan dengan alat
 Mandi :2
2 : bantuan orang
 Pakaian : 2
 Kerapihan : 2 3 : bantuan alat dan orang
 Buang air besar : 2
 Buang air kecil : 2
 Mobilisasi di tempat tidur : 2
 Kesimpulan : semua aktivitas anak di bantu karena anak
rewel
2) Anggota gerak yang cacat : tidak ada
3) Fiksasi : tidak ada
4) Tracheostomi : tidak ada
d. Pemeriksaan Fisik:
1) Perfusi pembuluh perifer kuku :-
2) Thorax dan pernapasan
 Inspeksi:
Bentuk thorax : simetris antara kiri dan kanan
Sianosis : tidak ada
Stridor : tidak ada
 Auskultasi :
Suara napas : normal
Suara ucapan : tidak ada
Suara tambahan : tidak ada
3) Jantung
 Inspeksi :
Ictus cordis : tidak ada
 Palpasi :
Ictus cordis : teraba pada ICS V linea mid clavicularis
 Auskultasi :
Bunyi jantung II A : tunggal (ICS II linea
sternalis dekstra)
Bunyi jantung II P : tunggal (ICS II linea
sternalis sinistra)
Bunyi jantung I T : tunggal (ICS II linea
sternalis sinistra)
Bunyi jantung I M :tunggal (ICS II linea mid
clavicularis sinistra)
Bunyi jantung II irama gallop :
Murmur : tidak ada
HR : 120x/menit
Bruit : Aorta : tidak ada
A.Renalis : tidak ada
A. Femoralis : tidak ada
4) Lengan dan tungkai
 Atrofi otot : Positif Negatif
 Rentang gerak :
Kaku sendi : tidak ada

 Uji kekuatan otot : kiri (5) dan kanan (5)


Refleks fisiologi : bisep (+), trisep (+), reflex patella (+)

 Refleks patologi :
Babinski : Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
 Clubing jari-jari : tidak ada
5) Columna vertebralis:
 Inspeksi : Kelainan bentuk : tidak ada
 Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada Brudzinski :- Kernig sign :-
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya dapat
tidur siang sekitar 1 jam dan pada malam hari 6-7 jam dan tidur sangat
nyeyak
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan anak susah tidur, tidak bisa tidur
siang karena rewal dan tidur malam hanya 5 jam dan sering terbangun
saat tidur karena BAB
c. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif Negatif
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya sebelum sakit dapat
berkomunkasi dan bermain bersama teman sebaya
b. Keadaan sejak sakit : Keluarga mengatakan sejak sakit pasie rewel dan
suka menangis. Keluarga mengatakan tidak ada masalah pada
pendengaran,penglihatan.
c. Observasi : Tampak pasien tidak melihat lawan bicara saat di ajak
bercakap
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Penglihatan
 Cornea : tampak jerni
 Pupil : isokor
 Lensa mata : tampak jerni
2) Pendengaran
 Pina : simetris antara kiri dan kanan
 Kanalis : bersih
 Membran timpani : tampak utuh, memantulkan cahaya politzer
 Test pendengaran : mampu mendengar suara perawat
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan bahwa anaknya merupakan
anak yang hiperaktif dan cepat tanggap. Dengan apa yang diberikan
pada orang tuanya.
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan anaknya mengeluh sakit kepada
ibunya tetapi anaknya yakin bawah ia akan sembuh
c. Observasi :
1) Kontak mata : tidak ada
2) Rentang perhatian : tidak ada
3) Suara dan cara bicara : tidak ada
d. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : simetris antara kiri dan kanan
Banyangan vena : tidak ada
Benjolan massa : tidak ada
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan anak sangat akrap dengan
keluarga serta teman sebayanya
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan jika pasien sagat rewel
c. Observasi :tampak pasien berbicara kepada ibunya
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan tidak ada kelainan pada
kelamin anak
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan tidak ada kelainan pada kelamin
anak
c. Observasi : semua tampak normal
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan jika emosi pasien belum
bisa terkendali. ibu mengatakan,jika pasien kecewa pasien akan
menangis dan juga ngambek.
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan jika tidak terlalu banyak
perubahan emosi saat dirawat. ibu menunjukan cara menenangkan
pasien dan tidak marah saat anaknya rewel.
c. Observasi : Tampak pasien tidak malu saat didekati
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Keadaan sebelum sakit : ibu pasien mengatakan sering menyuruhnya
belajar berdoa dan pasien sering berdoa dirumah maupun di Gereja
b. Keadaan sejak sakit : ibu pasien mengatakan sering menyuruhnya belajar
berdoa dan pasien sering berdoa dirumah maupun di Gereja
c. Observasi : Tampak ada alat dan perlengkapan Rohani.

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji

( )
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS: Inflasmasi Diare


1. Ibu mengatakan anaknya BAB gastrointestinal
5x/hari dengan konsistensi cair,
berwarna kuning kehijauan
bercampur lender, berbau dan tidak
ada kesulitan sendangkan BAK
7x/hari berwarna kuning jerni serta
tidak ada hambatan
2. Ibu mengatakan anaknya mual dan
muntah 2x
DO:
1. Nampak BAB encer 5x/hari
2. Peristaltic usus 24x/menit
3. KU: pasien tampak lemas
2 DS: Kehilangan cairan Defisien volume
1. Ibu mengatakan anaknya BAB aktif cairan
5x/hari dengan konsistensi cair,
berwarna kuning kehijauan
bercampur lender, berbau dan tidak
ada kesulita
2. Ibu mengatakan anaknya mual dan
muntah 3x
3. Ibu mengatakan anaknya mengelu
nyeri pada bagian perut
DO:
1. KU: pasien tampak rewel
2. Turgor kulit tidak elastis
3. Mukosa bibir kering
4. Ttv: nadi 120x/menit
P: 30x/menit
S: 37,5 C
3 DS: Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
1. ibu mengatakan anaknya hanya bisa mengapsorpsi nutisi kurang dari
menghabiskan setengah porsi nutrient kebutuhan tubuh
makanan dengan menu nasi,lauk
ikan/ayam, sayur-sayuran,
2. ibu mengatakan anaknya merasa
mual jika di beri susu
3. ibu mengatakan anak enggan untuk
makan serta tidak minat pada
makanan karena merasa mual dan
muntah 2x, napsu makan berkurang
DO
1. pasien tampak lemah
2. lidah tampak sedikit kotor
3. BB: 22 kg sebelumnya 25 kg

Diagnose:
1. Diare b/d inflamasi gastointeritinal
2. Defisien volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d Ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Diare b/d inflamasi Setelah dilakukan Tindakan Manajeman diare
gastointeritinal
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan: 1. Monitor tanda dan gejala diare
Kriteria hasil: eliminasi usus 2. Monitor persiapan makanan
1. Pola eliminasi yang aman
2. Control Gerakan usus Mandiri
3. Suara bising usus 1. Amati turgor kulit secara
berkala
2. Timbang pasien secara berkala
3. Berikan makanan dalam porsi
kecil dan lebih sering serta
tingkatkan porsi secara
bertahap
Edukasi
1. Ajari pasien cara penggunaan
obat antidiare secara tepat
2. Instruksikan diet rendah
serat,tinggi protein, tinggi
kalori sesuatu kebutuhan
Kolaborasi
1. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda dan gejala diare
menetap

2 Defisien volume cairan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen cairan


b/d kehilangan cairan
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
aktif
diharapkan: 1. Monitor status hidrasi
Kriteria hasil: keseimbangan 2. monitor perubahan berat badan
cairan pasien sebelum dan setelah
1. Keseimbangan intake dialysis
dan output dalam 24 3. monitor hasil laboratorium yang
jam relevan dengan retensi cairan
2. Berat badan stabil Mandiri
3. Turgor kulit 1. jaga intake/asupan yang akurat
dan catat autput
2. berikan cairan dengan tepat
3. tingkatkan asupan oral
Kolaborasi
1. berikan diuretic yang diresepkan
2. berikan terapi IV
Edukasi
1. arahkan pasien mengenai status
NPO
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari observasi
keperawatan selama 3x24 jam
kebutuhan b/d 1. Monitor kalori dan asupan
Ketidakmampuan diharapkan:
makan
mencerna makanan
Kriteria hasil: manajemen nutrisi mandiri
1. Asupan gizi 1. Bantu pasien untuk mengakses
2. Asupan makanan program-program gizi
3. Asupan cairan komunitas
2. Bantu pasien dalam menetukan
pedoman atau piramida
makanan yang paling cocok
dalam memenuhi kebutuhan
nutisi dan preferensi

Kolaborasi
1. Berikan obat-obatan jika di
perlukan
Edukasi
1. Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
HARI/ DP WA PELAKSANAAN KEPERAWATAN NAMA
TANGGAL KTU PERAWA
T
22-07-2020 III 08:00 Memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih Wulan
sering serta tingkatkan porsi secara bertahap
Hasil: tampak pasien menghabiskan 1/3 makanan Wulan
I 08:30 Melaksanakan instruksi dokter
Hasil: Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg Wulan
I dan II 09:00 Memberikan terapi IV
Hasil: (infus RL 500cc)
I dan II 09:30
Memonitor tanda-tanda dan gejala diare
Wulan
Hasil: terdapat tanda dan gejala diare
Memberikan cairan dengan tepat
III 10:00
Hasil: Beri cairan oralit 30 ml
Wulan
Menimbang berat badan pasien
I dan III 10:30
Hasil: saat dilakukan berat badan anak masih tetap 20
Wulan
kg
III 11:00
Mengamati turgor kulit secara berkala
Hasil: Tampak terlihat kering dan lembek
Memonitor kalori dan asupan makan Wulan
Hasil: tampak pasien
wulan
Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
hasil: Tampak pasien mendengarkan instruksi dan
arahan dari perawat
23-07-2020 I 08:00 Melaksanakan instruksi dokter Wulan
Hasil: Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg
Menganti cairan infus RL (500 cc) Wulan
Hasil: jumlah tetes 24x/m
I 08:30 Memonitor tanda-tanda dan gejala diare
Hasil: terdapat tanda dan gejala diare Wulan

Memberikan cairan dengan tepat


Hasil: Beri cairan oralit 10 ml / kg BB
I dan II 09:00 Menimbang berat badan pasien
Hasil: saat dilakukan berat badan anak naik 2 kg
Mengamati turgor kulit secara berkala
I dan II 09:30 Hasil: Tampak terlihat kering dan lembek
Memonitor kalori dan asupan makan
III 10:00 Hasil: tampak pasien
Memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih
I dan III 10:30 sering serta tingkatkan porsi secara bertahap
menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
III 11:00 hasil: Tampak pasien mendengarkan instruksi dan
arahan dari perawat
Meginstruksikan diet rendah serat,tinggi protein, tinggi
I 12:00 kalori sesuatu kebutuhan
hasil: ibu pasien tampak memperhatikan dan
memahami penjelasana dan arahan dari perawat
Menjaga intake/asupan yang akurat dan catat autput
II 13:00
Hasil:
Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala
I 13:30
diare menetap
Hasil:

24-07-2020 II 08:00 Memonitor hasil laboratorium yang relevan dengan


retensi cairan
Hasil:
Membantu pasien untuk mengakses program-program
III 08:30 gizi komunitas
Hasil:
Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala
I 09:00
diare menetap
Hasil:
Meningkatkan asupan oral
II 10:00 Hasil:

12:00 Pasien pulang

TANGGAL WAKTU EVALUASI SOAP PERAWAT


22-07-2020 21:00 Diare b/d Inflasmasi gastrointestinal
S:
 Ibu mengatakan anaknya BAB 5x/hari dengan
konsistensi cair, berwarna kuning kehijauan
bercampur lender, berbau dan tidak ada kesulita
 Ibu mengatakan anaknya mual dan muntah 2x
 Ibu mengatakan anaknya mengelu nyeri pada bagian
perut
O:
 Nampak BAB encer 5x/hari
 Peristaltic usus 24x/menit
 KU: pasien tampak lemas

A:
 Diare belum teratasi
P:
 Intervensi di lanjutkan

Defisien volume cairan b/d kehilangan cairan aktif


S:
 Ibu mengatakan anaknya BAB 5x/hari dengan
konsistensi cair, berwarna kuning kehijauan
bercampur lender, berbau dan tidak ada kesulitan
sendangkan BAK 7x/hari berwarna kuning jerni serta
tidak ada hambatan
 Ibu mengatakan anaknya mual dan muntah 2x
O:
 KU: pasien tampak rewel
 Turgor kulit tidak elastis
 Mukosa bibir kering
 Ttv: nadi 120x/menit
P: 30x/menit
S: 37,5 C
A:
 Defisien volume cairan belum teratasi
P:
 Intervensi dilanjutkan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


Ketidakmampuan mencerna makanan
S:
 ibu mengatakan anaknya hanya bisa menghabiskan
setengah porsi makanan dengan menu nasi,lauk
ikan/ayam, sayur-sayuran,
 ibu mengatakan anaknya merasa mual jika di beri susu
 ibu mengatakan anak enggan untuk makan serta tidak
minat pada makanan karena merasa mual dan muntah
2x, napsu makan berkurang
O:
 pasien tampak lemah
 lidah tampak sedikit kotor
 BB: 22 kg sebelumnya 25 kg
A:
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi
P:
 Intervensi di lanjutkan

23-07-2020 14:00 Diare b/d Inflasmasi gastrointestinal


S:
 Ibu mengatakan anaknya BAB 5x/hari dengan
konsistensi cair, berwarna kuning kehijauan
bercampur lender, berbau dan tidak ada kesulita
 Ibu mengatakan anaknya mual dan muntah 2x
 Ibu mengatakan anaknya mengelu nyeri pada bagian
perut
O:
 Nampak BAB encer 5x/hari
 Adanya peristaltic usus 24x/menit
 Pasien tampak lemas
A:
 Diare belum teratasi
P:
 Intervensi di lanjutkan

Defisien volume cairan b/d kehilangan cairan aktif


S:
 Ibu mengatakan anaknya BAB 5x/hari dengan
konsistensi cair, berwarna kuning kehijauan
bercampur lender, berbau dan tidak ada kesulitan
sendangkan BAK 7x/hari berwarna kuning jerni serta
tidak ada hambatan
 Ibu mengatakan anaknya mual dan muntah 2x
O:
 Pasien tampak rewel
 Turgor kulit tidak elastis
 Mukosa bibir tampak kering

A:
 Defisien volume cairan belum teratasi
P:
 Intervensi dilanjutkan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


Ketidakmampuan mencerna makanan
S:
 ibu mengatakan anaknya hanya bisa menghabiskan
setengah porsi makanan dengan menu nasi,lauk
ikan/ayam, sayur-sayuran,
 ibu mengatakan anaknya merasa mual jika di beri susu
 ibu mengatakan anak enggan untuk makan serta tidak
minat pada makanan karena merasa mual dan muntah
2x, napsu makan berkurang
O:
 pasien tampak lemah
 lidah tampak sedikit kotor
 BB: 22 kg sebelumnya 25 kg
A:
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi
P:
 Intervensi di lanjutkan

24-07-2020 14:00 Diare b/d Inflasmasi gastrointestinal


S:
 Ibu mengatakan anaknya sudah tidak mengalami diare
 Ibu mengatakan anaknya tidak merasa mual-muntah
serta nyeri
O:
 BAB Kembali normal dengan 1 hari sekali seta
konsistensi padat
 Peristaltic usus 20x/menit
 KU: pasien tampak membaik
A:
 Diare teratasi
P:
 Intervensi dihentikan

Defisien volume cairan b/d kehilangan cairan aktif


S:
 Ibu mengatakan anaknya sudah tidak mengalami diare
 Ibu mengatakan anaknya tidak merasa mual-muntah
serta nyeri
O:
 KU: pasien tampak baik
 Turgor kulit elastis
 Mukosa bibir lembab

A:
 Defisien volume cairan teratasi
P:
 Intervensi dihentikan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


Ketidakmampuan mencerna makanan
S:
 ibu mengatakan anaknya sudah bisa menghabiskan
seporsi makanan dengan menu nasi,lauk ikan/ayam,
sayur-sayuran,
 ibu mengatakan anaknya sudah tidak merasa mual jika
di beri susu
 ibu mengatakan anak minat terhadap makanan dan
tidak muntah serta mual
O:
 pasien tampak baik
 lidah tampak bersih
 BB: 23
A:
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi
P:
 Intervensi dihentikan

Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
Hidayat, Aziz Halimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jaarta: Salemba
Febry, Ayu Bulan, Zulfito Mahendra.2008. Buku Pintar Menu Balita. Jakarta: PT
WahyuMedia
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Brunner dan Suddarth,  2002,  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 2,
Volume 1, EGC, Jakarta
Carpenito, I.J, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester, SKP, Edisi
8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M.
Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun
1993)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai