OLEH:
1. 1 Definisi
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dalam elektrolit secara berlebihan
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
cair (Yuliani, 2001)
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa
darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer arif,2000).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Arif Muttaqin, 2011)
Gastroenteritis (Diare) menurut Hippocrates adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair. (Majalah Kesehatan 2006) (Hal. 15)
Gastroenteritis (Diare) menurut WHO (1980) adalah buang air besar encer
atau cair lebih dari tiga ka!i sehari. (Mansjoer Arief dkk, 2001) ( Hal. 501)
1. 3 Etiologi
A. faktor infeksi
a. infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi:
1. infeksi bakteri: vibrio, E coli, salmonella, shigella,
campylobacter yersinia, aeromonas, dan sebagainya
2. infeksi virus: eterovirus (virus echo, coxsaekie, poliomyelitis)
Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
3. infeksi parasite: cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris,
strongyloides protozoa (entamoeba hystolytica, giardia
lamblia, trichomonas hominis) jamur (candidaalbicans)
b. infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
B. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
C. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu
D. Factor psikologis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis ( rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar
disamping itu penyebab terjadinya
1. 4 Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa factor:
1) menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain:
a. akut: jika <1 minggu
b. berkepanjangan: antara 7-14 hari
c. kronis: 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d. rersisten: 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
Klasifikasi dehidrasi
1) Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti Haus, ingin Malas minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa: Turgor Baik (kembali Kurang-buruk Sangat buruk
kulit cepat) (kembali lambat) (kembali sangat
lambat)
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
sedang Bila ada 1 Bila ada 1 tanda
tanda ditambah ditambah 1/lebih
1/lebih tanda lain tanda lain
4) Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
5) Berdasarkan penyebab organik atau tidak
a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,
hormonal, atau toksikologik.
b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.
1. 5 Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja.
Gastroenteritis dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap
dalam tinja, yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna.
Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distala
atau usus besar. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus
(Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit
(Biardia Lambia, Cryptosporidium ). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis
akut. Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (Asidosis Metabolik dan HipokalemiaN ), gangguan gizi ( intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal. Iritasi usus oeh suatu patogen mempengaruhi lapisan
mukosa usus, sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik,
termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot
sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan
banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare
berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin
colera yang ditularkan melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang
sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi
air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang
penting ini terbuang dalam jumlah yang besar. Gangguan absorpsi cairandan
elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan menurunkan kemampuan
intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi karena
sindrom malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari
absorpsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium
dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga
menyebabkan dehidrasi, kekurang elektrolit dapat mengakibatkan asidosis
metabolik.Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus
(Adenivirus enterik dan robavirus) serta parasit (biardia
lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi
sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding
usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami
gastroenteritis akut adalah usus halus (Corwin,2002:520).
1. 6 Manifestasi klinis
A. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
B. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai lendir dan darah
C. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
D. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
E. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
F. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
G. Nyeri perut ( abdominal discomfort )
H. Rasa perih di ulu hati
I. Mual, kadang-kadang sampai muntah
J. Nafsu makan berkurang
K. Rasa lekas kenyang
L. Perut kembung
M. Rasa panas di dada dan perut
N. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
O. Diare.
P. Demam.
Q. Membran mukosa mulut dan bibir kering
R. Lemah
a. Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis
PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).
e. Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005).
1. 8 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare antara lain :
1) Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam
lemak. Beri makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
2) Obat – obatan
Obat anti sekresi
Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg /
kg BB/ hari. Juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti
OMA, faringitis, bronkhitis atau BrPn
3) Pemberian cairan
Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya
dengan perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10
ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya
10 ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
Dehidrasi Berat
a. 0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi
beri cairan oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap
BAB
b. 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok
guyurkan sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan
oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10
ml / kg BB
1. 9 Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi, sbb :
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipoglikemi
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi
enzim laktase
5. Hipokalemia
6. Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
3) Fetal : 8 – 40 minggu
Bayi
1) Toddler : 1 - 3 th
2) Pra sekolah : 3 - 6 th
Anak-anak akhir:
2) Remaja : 13 – 19 th
I. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan bakteri
Haemophyllus influenzae tipe B atau yang disebut bakteri Hib B
merupakan penyebab tersering menimbulkan meningitis pada anak
berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko tinggi,
menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh pun, tidak sedikit yang
menyebabkan cacat pada anak. Meningitis bukanlah jenis penyakit baru
di dunia kesehatan. Meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat
saraf tulang belakang. Penyebab meningitis sendiri bermacam-macam,
sebut saja virus dan bakteri. Meningitis terjadi apabila bakteri yang
menyerang menjadi ganas ditambah pula dengan kondisi daya tahan
tubuh anak yang tidak baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut
ke selaput otak. Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan
terjadi infeksi maka disebutlah sebagai meningitis.
J. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering juga disebut
sebagai penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja
dengan angka tertinggi menyerang anak usia kurang dari 5 tahun dan usia
di atas 50 tahun. Terdapat kelompok lain yang memiliki resiko tinggi
terserang pneumokokus (meskipun dari segi usia bukan risiko tinggi),
yaitu anak dengan penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak
dengan keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi
medis lain yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
K. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang
kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang
muda. Semakin tinggi usia penderita mumps, gejala yang dirasakan
semakin hebat. Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya
sekali seumur hidup.Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR)
sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat
masa kanak-kanak, imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah
dewasa, bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR).
Pemberian imunisasi MMR akan memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.
b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejala campak
yaitu demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-
ruam pada kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka,
leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak,
suhu tubuh bisa mencapai 40oC.Pencegahan campak paling efektif
adalah dengan imunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat
bayi berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-
kanak, imunisasi campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi
MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan.
c. Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella mengakibatkan
ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan
radang selaput tekak. Ruam rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3
hari. Gejala rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan
rasa lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan
tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak balita terinfeksi
rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila wanita hamil terinfeksi
rubella, dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir
dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan mental. Pencegahan
rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan
campak dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi
rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
campak dan mumps (vaksinasi MMR).
L. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus.
Infeksi diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau
muntah berak. Gejala infeksi rotavirus berupa demam ringan, diawali
muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare
merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama
3 – 7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak
kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus
dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi
ini seringkali tidak berhubungan dengan makanan kotor atau makanan
basi atau air kotor. Tetapi penularannya lebih sering lewat fecal oral atau
kotoran masuk melalui mulut. Biasanya virus yang tersebar lewat
muntahan tersebar di sekitar mainan, pintu, lantai atau di sekitar anak-
anak. Saat tangan anak tersentuh virus melalui muntahan atau bekas feses
yang tidak dicuci bersih dapat masuk ke tubuh saat anak makan atau
tangan masuk ke mulut. Angka kejadian kematian diare masih tinggi di
Indonesia dan untuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksin
rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2
macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama
pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu
kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix
diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis
kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi
belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu
diberikan karena belum ada studi keamanannya
M.Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan bekas bopeng
di beberapa bagian tubuh. Penyakit yang disebabkan oleh virus varicella
ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin varicella.
N. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis tipe
A dan menyerang sel-sel hati manusia. Setiap tahunnya di Asia
Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar 400.000 orang per
tahunnya dengan angka kematian hingga 800 jiwa. Sebagian besar
penderita hepatitis A adalah anak-anak.
ETIOLOGI
Peningkatan isi
(rongga) lumen
usus
Hiperperistaltik
usus
Percepatan kontak
makanan dan air
dengan mukosa usus
Penyerapan
makanan, air,
elektrolit terganggu
GEA
BAB sering dengan Output cairan dan Muntah dan sering Reflex spasme
konsistensi encer elektrolit berlebihan defekasi otot dinding
perut
2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Untuk umur pasien pada diare akut, sebagian besar adalah anak di bawah
2 tahun. Insiden paling tinggi umur 6 – 11 bulan karena pada masa ini
mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak
laki-laki hampir sama dengan anak perempuan (Susilaningrum, 2013)
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama: Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari. BAB
lebih dari 3 kali dengan konsistensi cair. Bila diare berlangsung kurang
dari 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung 14 hari atau lebih adalah
diare persisten (Susilaningrum, 2013).
Riwayat penyakit saat ini: Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang,
kemungkinan timbul diare. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan sifatnya makin lama makin asam. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan
dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak (Susilaningrum.dkk, 2013).
3. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
1) Riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi campak.
Diare lebih sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak dengan
campak atau yang menderita campak dalam empat minggu terakhir.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan karena faktor ini
salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah 2 tahun biasanya
batuk, panas, pilek dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau
setelah diare (Susilaningrum.dkk, 2013).
4) Riwayat imunisasi
A. BCG
Kegunaan : mencegah penyakit tuberkolusis yang infeksi yang
disebabkan bakteri mycobacterium.
Frekuensi pemberian : hanya 1 kalii tidak perlu diulang, saat
bayi baru lahir atau dibawah 2 bulan.
Reaksi yang timbul : muncul bisul kecil dan bernanah di daerah
bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri
dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan
meninggalkan luka parut.
B. DPT
Kegunaan : mencegah 3 jenis penyakit, yaitu difteri, tetanus,
pertusis (batuk rejan yang biasanya berlangsung dalam waktu
lama).
Frekuensi pemberian : sebanyak 5 kali, 3 kali diusia bayi (2,4,6
bulan), 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali diusia 1 tahun.
Reaksi yang timbul : umumnya muncuul demam yang dapat
diatasi dengan obat penurun panas.
C. Polio
Kegunaan : melindungi tubuh terhadap virus polio yang
menyebabkan kelumpuhan.
Frekuensi pemberian : diberikan saat kunjungan pertama setelah
lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali yakni saat bayi
berumur 2,4,6 bulan.
Reaksi yang timbul : hampir tidak ada hanya sebagian kecil
anak yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.
D. Campak
Kegunaan : melindungi anak dari penyakit campak yang
disebabkan virus.
Frekuensi pemberian : diberikan saat anak umur 9 bulan.
Campak kedua diberikan pada anak SD (6tahun). Jika belum
mendapatkan vaksin campak pada umur 9 bulan anak akan bisa
diberikan vaksin kombinasi dengan golongan dan campak
jerman (MMR atau Measles, Mumps, Rubella) diusia 15 bulan.
Reaksi yang timbul : pada beberapa anak bisa menyebabkan
demam dan diare namun kasusnya sangat kecil. Biasanya
demam berlangsung seminggu kadang juga terdapat efek
kemerahan mirip campak selama 3 hari.
E. Hepatitis B
Kegunaan : melindungi tubuh dari virus Hepatitis B, yang bisa
menyebabkan kerusakana pada hati.
Frekuensi pemberian : dalam waktu 12 jam setelah lahir,
dilanjutkan pada umur 1 bulan lalu 3-6 bulan.
Reaksi yang timbul : berupa keluahan nyeri pada bekas suntikan
yang disusul demam ringan dan pembengkakan namun reaksi ini
akan hilang dalam waktu 2 hari. (Dedeh, 2009).
5) Riwayat kesehatan keluarga
A. Lingkungan rumah dan Komunitas
Umumnya penyakit diare memiliki daerah epidemic di
kebanyakan daerah dan wilayah kumuh, hal ini berkaitan
dengan masalah ekonomi. Lingkungan yang mengakibatkan
timbulnya diare bisa berhubungan dengan masalah
air, tanah dan berjangkitnya lalat. Lingkungan yang tidak
bersih dapat menjadi pemicu timbulnya diare di dalam tubuh
anak. (Anne Ahira, 2010)
6) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi :
A. Pemberian ASI penuh pada anak umur 0-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
B. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air
masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol
yang tidak bersih akan mudah menimbulkan gangguan
pada pencernaan.
C. Perasaan haus. Anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang
merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum
(Nursalam, 2008)
7) Perilaku yang mempengaruhi Kesehatan
Pada usia toddler anak senang sekali bermain. Biasanya anak sering
memasukkan benda atau barang yang digunakan saat bermain. Jajan
sembarangan, kurangnya kebiasaan cuci tangan, kebersihan jamban
dan lingkungan sekitar anak dapat menyebabkan terjadinya diare.
Maka dari itu ibu harus selalunwaspada terhadap anaknya.
4. Pola-pola fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien tidak mengetahui penyebab penyakitknya, higienitas pasien
sehari-hari kurang baik
2. Pola Eliminasi
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri),
berat (anuria). Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih
banyak atau sering dari kebiasaan sebelumnya, BAB lebih dari 4 kali
sehari
3. Pola Natrisi dan Metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik
usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat
adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga menimbulkan gejala
seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak enak dan
malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena
asupan yang kurang.
4. Pola Istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang
ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga
Kx sering terjaga, Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat
dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga
menjadi rewel.
5. Pola Aktivitas dan Latihan.
Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Kognitif/perceptual
Pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen
7. Konsep diri
Pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan
fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada
fase sakit
8. Seksual/reproduksi
Mengalami penurunan ibido akibat berfokus pada penyakit
9. Peran hubungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan
10. Koping/stress
Pasien mengalami kecemasan yang berangsung-angsung dapat
menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat
11. keyakinan
pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembayang karena
gejala penyakit
4.4 Intervensi
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai
berikut : adanya ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang
tersedia, perasaan penderita, prinsip alamiah dan praktek.
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis
(Carpenito, 2001:104)
Tujuan : eliminasi BAB kembali normal (1x sehari) setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 6x24 jam diare dapat teratasi dengan
kriteria hasil :BAB 1x sehari, konsistensi lembek, BAB tidak ada lendir
darah
Intervensi :
1) Kaji penyebab diare
Rasional : mencari tahu penyebab diare untuk memberikan
terapi
2) Ajarkan pada pasien penggunaan obat-obatan anti diare yang
tepat
Rasional : penggunaan obat secar tepat membantu menurunkan
diare
3) Beri minum oralit setiap kali kali BAB
Rasional : larutan oralit barguna untuk mengganti cairan
4) Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : mencegah diare yang disebabkan oleh infeksi
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan (Doengoes,2000).
Tujuan :volume cairan seimbang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil : tidak terjadi/tidak
ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, BAB
kembali normal (1x sehari)
Intervensi:
1) Kaji intake dan output cairan
Rasional : menentukan derajat dehidrasi
2) Berikan oralit/LGG tiap habis BAB
Rasional : mengganti cairan tubuh yang keluar bersama feses
3) Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : mengtahui derajat dehidrasi dan mencegah syok
4) Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : pengganti bila obat oral tidak masuk
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6x24jam, dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-
tanda malnutrisi, BB kembali ideal, mukos bibir lembab, turgor kulit
baik, porsi diit yang disajikan dihabiskan
Intervensi :
1) Kaji kebutuhan nutrisi
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2) Beri diit yang tidak merangsang
Rasional :Membantu memperbaiki absorbsi usus
3) Timbang BB tiap hari
Rasional ;Mengetahui ad tidaknya penurunan BB
4) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit TKTP, tinggi mineral,
rendah serat
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
dehidrasi (Doengoes,2000)
Tujuan : hipertermi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan selama
3x24jam dengan kriteria hasil : suhu dalam batas normal (36,3-37,40C),
tidak muntah, BAB 1x tidak ad lendir darah, nadi 75x/menit.
Intervensi:
1) Observasi vital sign (suhu)
Rasional : mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan suhu
tubuh
2) Ajarkan paada keluarga pentingnya pertahanan masukan yang
adekuat
Rasional : membantu memulihkan energi dan cegah dehidrasi
3) Monitor intake dan output cairan
Rasional : mengetahui pemasukan dan pengeluaran urine
4) Pertahankan cairan parenteral dan elektrolit
Rasional : membantu/mempertahankan masukan yang adekuat
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan
sekunder terhadap kelembaban (engram, 1999)
Tujuan : gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil : daerah
anal klien tidak gatal, tidak terjadi iritasi leukosit cel normal, turgor
kulit baik, elastisitas kulit baik
Intervensi :
1) Pantau hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas kulit atau jaringan pada
tingkat seluler
2) Pertahankan linen
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
3) Berikan steak laken di atas perlak klien
Rasional : mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong
4) Gunaka pakaian longgar
Rasional : memudahkan bebas bergerak
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis (doengoes, 2000)
Tujuan : nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil : orang tua
mengatakan sudah tidak rewel,
Intervensi :
1) Kaji karakteristik, intensitas dan letak nyeri
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2) Beri kompres hangat diperut
Rasional :Memberi rasa nyaman
3) Ubah posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional : membantu mengurangi nyeri
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan anak (Doengoes,2000)
Tujuan : keluarga mengetahui tentang penyakit, perawatan dan
pengobatan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x20 menit dengan kriteria hasil : keluarga sudah paham tentang
penyakit, perawatan dan pengobatan anak
Intervensi :
1) Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang diare
2) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya kebersihan, cuci tangan
untuk menghindari kontaminasi
Rasional : mencegah diare tambah berat dan memungkinkan tidak
terulang kembali dirumah
3) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga
4) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang prinsip diit yang tepat
Rasional : membantu mengurangi diare
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan
kondisi sakit
Tujuan : cemas berkurang sampai dengan hilang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : orang
tua tidak cemas dan tenang
Intervensi :
1) Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan
sentuhan
Rasional : dapat memperkuat rasa saling percaya
2) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang
tua
Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat
memperbesar perasaan
3) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk
realisasi dan pengobatan yang diberikan
4) Jelaskan kondisi anak, alasan pegobatan dan perawatan.
Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk
mendukung dan membantu
4.5 Edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien, keluarga dan masyarakat
Petugas kesehatan hendaknya mengedukasi dan memotivasi keluarga pasien
anak untuk menerapkan upaya pencegahan. Hal-hal penting yang perlu
diedukasi kepada keluarga pasien bayi/anak, terutama kepada ibu, yaitu
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun di rawat di rumah sakit dengan keluhan
BAB encer 5x/hari,nyeri perut dan anak tampak lemas. Pada tanggal 22 juli 2020
di lakukan pemeriksaan didapatkan data suhu 37,5 C, frekuensi nadi 98x/menit,
pernapasan 30x/menit, mual-muntah 3x, mata tidak cekung, bising usus hiperaktif
24x/menit dan turgor kulit menurun, berat badan saat ini 22kg sebelumnya 25kg
A. Identifikasi
1. Pasien Nama initial : An W Warga negara : Indonesia
Umur : 2 tahun Bahasa yang digunakan : Indonesia
Jenis kelamin : perempuan Pendidikan :-
Agama/ suku : bugis Alamat rumah : JL. Maipa
2. Orang Tua
Nama Bapak : Blasius Nama Ibu : Amanda
Umur : 27 tahun Umur : 26 tahun
Alamat : JL. Maipa Alamat : JL.Maipa
B. Data Medik
1. Diagnosa medik
Saat masuk : Diare akut
Saat pengkajian : Diare akut
Riwayat Kehamilan Ibu / Kelahiran dan Neonatal : An.W lahir normal
dengan BB 2,7 kg dan Panjang 30 cm
BUGAR : ibu mengatakan saat lahir anaknya langsung menanggis, kulit
berwarna kemerah-merahan, bayi tampak bergerak aktif dan kuat serta
jantung bayi berdetak lebih dari 100 denyut per menit
2. Kelainan bawaan/ Trauma kelahiran : tidak ada kelainan/trauma bawaan
3. Riwayat Tumbuh Kembang sebelum sakit:
a. Pertumbuhan Fisik
1) Berat badan lahir : 2700 gram
2) Panjang badan lahir : 30 cm
3) Tinggi badan sekarang : 92 cm
b. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat:
1) Berguling : 4 Bulan 2 minggu
2) Duduk : 6 Bulan 3 minggu
3) Merangkak : 8 Bulan
4) Berdiri : 10 Bulan 3 minggu
5) Berjalan : 12 Bulan
6) Senyum kepada orang lain pertama kali : 1 Bulan
7) Bicara pertama kali : 4 Bulan
8) Berpakaian tanpa bantuan : Belum bisa
CAMPAK 9 bulan - -
6. Test Diagnostik
a. Laboratorium:-
b. USG:-
c. Lain-lain:-
7. Therapi:-
C. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak tampak
Alasan: An W mengalami BAB encer 5x dan muntah 2x, pasien tampak
rewel dan terpasang infus di tangan anak
2. Tanda-Tanda Vital
a. Kesadaran :
Skala koma scale /pediatric coma scale
1) Respon motorik :5
2) Respon bicara :4
3) Respon membuka mata :4
Jumlah : 13
Kesimpulan : Normal/Baik, composmentis
b. Tekanan darah :.mmHg
MAP :mmHg
Kesimpulan :
c. Suhu : 37,50C di oral axilla rectal
d. Pernapasan:x/menit
Irama : teratur kusmaul cheynes-stokes
Jenis : dada perut
e. Nadi : 120x/menit
Irama : teratur tachicardi bradichardi
kuat lemah
f. Hal yang mencolok : nadi yang mengalami takikardi dan lemah
3. Pengukuran
a. Tinggi badan : 92 cm c. Lingkar kepala: 49,7cm
b. Berat badan : 20 d. Lingkar dada : cm
Kesimpulan : normal
4. Genogram
Keterangan :
= Perempuan = Meninggal
= Pasien = Meninggal
Refleks patologi :
Babinski : Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubing jari-jari : tidak ada
5) Columna vertebralis:
Inspeksi : Kelainan bentuk : tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada Brudzinski :- Kernig sign :-
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya dapat
tidur siang sekitar 1 jam dan pada malam hari 6-7 jam dan tidur sangat
nyeyak
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan anak susah tidur, tidak bisa tidur
siang karena rewal dan tidur malam hanya 5 jam dan sering terbangun
saat tidur karena BAB
c. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif Negatif
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya sebelum sakit dapat
berkomunkasi dan bermain bersama teman sebaya
b. Keadaan sejak sakit : Keluarga mengatakan sejak sakit pasie rewel dan
suka menangis. Keluarga mengatakan tidak ada masalah pada
pendengaran,penglihatan.
c. Observasi : Tampak pasien tidak melihat lawan bicara saat di ajak
bercakap
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Penglihatan
Cornea : tampak jerni
Pupil : isokor
Lensa mata : tampak jerni
2) Pendengaran
Pina : simetris antara kiri dan kanan
Kanalis : bersih
Membran timpani : tampak utuh, memantulkan cahaya politzer
Test pendengaran : mampu mendengar suara perawat
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan bahwa anaknya merupakan
anak yang hiperaktif dan cepat tanggap. Dengan apa yang diberikan
pada orang tuanya.
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan anaknya mengeluh sakit kepada
ibunya tetapi anaknya yakin bawah ia akan sembuh
c. Observasi :
1) Kontak mata : tidak ada
2) Rentang perhatian : tidak ada
3) Suara dan cara bicara : tidak ada
d. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : simetris antara kiri dan kanan
Banyangan vena : tidak ada
Benjolan massa : tidak ada
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan anak sangat akrap dengan
keluarga serta teman sebayanya
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan jika pasien sagat rewel
c. Observasi :tampak pasien berbicara kepada ibunya
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan tidak ada kelainan pada
kelamin anak
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan tidak ada kelainan pada kelamin
anak
c. Observasi : semua tampak normal
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
a. Keadaan sebelum sakit : ibu mengatakan jika emosi pasien belum
bisa terkendali. ibu mengatakan,jika pasien kecewa pasien akan
menangis dan juga ngambek.
b. Keadaan sejak sakit : ibu mengatakan jika tidak terlalu banyak
perubahan emosi saat dirawat. ibu menunjukan cara menenangkan
pasien dan tidak marah saat anaknya rewel.
c. Observasi : Tampak pasien tidak malu saat didekati
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Keadaan sebelum sakit : ibu pasien mengatakan sering menyuruhnya
belajar berdoa dan pasien sering berdoa dirumah maupun di Gereja
b. Keadaan sejak sakit : ibu pasien mengatakan sering menyuruhnya belajar
berdoa dan pasien sering berdoa dirumah maupun di Gereja
c. Observasi : Tampak ada alat dan perlengkapan Rohani.
( )
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
Diagnose:
1. Diare b/d inflamasi gastointeritinal
2. Defisien volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d Ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
Kolaborasi
1. Berikan obat-obatan jika di
perlukan
Edukasi
1. Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
HARI/ DP WA PELAKSANAAN KEPERAWATAN NAMA
TANGGAL KTU PERAWA
T
22-07-2020 III 08:00 Memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih Wulan
sering serta tingkatkan porsi secara bertahap
Hasil: tampak pasien menghabiskan 1/3 makanan Wulan
I 08:30 Melaksanakan instruksi dokter
Hasil: Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg Wulan
I dan II 09:00 Memberikan terapi IV
Hasil: (infus RL 500cc)
I dan II 09:30
Memonitor tanda-tanda dan gejala diare
Wulan
Hasil: terdapat tanda dan gejala diare
Memberikan cairan dengan tepat
III 10:00
Hasil: Beri cairan oralit 30 ml
Wulan
Menimbang berat badan pasien
I dan III 10:30
Hasil: saat dilakukan berat badan anak masih tetap 20
Wulan
kg
III 11:00
Mengamati turgor kulit secara berkala
Hasil: Tampak terlihat kering dan lembek
Memonitor kalori dan asupan makan Wulan
Hasil: tampak pasien
wulan
Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
hasil: Tampak pasien mendengarkan instruksi dan
arahan dari perawat
23-07-2020 I 08:00 Melaksanakan instruksi dokter Wulan
Hasil: Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg
Menganti cairan infus RL (500 cc) Wulan
Hasil: jumlah tetes 24x/m
I 08:30 Memonitor tanda-tanda dan gejala diare
Hasil: terdapat tanda dan gejala diare Wulan
A:
Diare belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
A:
Defisien volume cairan belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
A:
Defisien volume cairan teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
Hidayat, Aziz Halimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jaarta: Salemba
Febry, Ayu Bulan, Zulfito Mahendra.2008. Buku Pintar Menu Balita. Jakarta: PT
WahyuMedia
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Brunner dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 2,
Volume 1, EGC, Jakarta
Carpenito, I.J, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester, SKP, Edisi
8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M.
Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun
1993)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.