Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Penyakit

1.1.1 Definisi

Hiperemesis Gravidarum merupakan gejala yang wajar


dan sering terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu. (Hanifa Wiknjosastro, 2006
dalam buku Reny Yuli Aspiani, 2017).

Hiperemesis gravidarum merupakan vomitus yang


berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi
nutrisi dan kehilangan berat badan. (Bobak dkk, 2005 dalam
buku Reny Yuli Aspiani, 2017).

Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah


berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk (Arif Mansjoer, 2001 dalam buku
Reny Yuli Aspiani, 2017).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang


lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi.
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi

1.1.2.1 Anatomi system pencernaan

Sumber: RirinWidia

1.1.2.2 Fisiologi system pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal


(mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum
dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.

A.   Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat


masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem


pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari
berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan


(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan
enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung.  Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.

B.   Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut


dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu
Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan
laring Didalam lengkung faring terdapat tonsil
( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan


rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut
ismus fausium.

Tekak terdiri dari:

1. Bagian superior
Bagian yang sangat tinggi dengan hidung.
Bagian superior disebut nasofaring, pada
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga
2. Bagian media
Bagian yang sama tinggi dengan mulut.
Bagian media disebut orofaring,bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah
3. Bagian inferior
Bagian yang sama tinggi dengan laring.
bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

C.   Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot


pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –
“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-


6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi
menjadi tiga bagian:

1.  Bagian superior (sebagian besar adalah otot


rangka)

2.  Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot


halus)
3.  Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot
halus).

D.   Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan


berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3
bagian yaitu:

1.  Kardia.
2.  Fundus.
3.  Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter),
yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :

1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang
sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.

3.  Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan


protein)

E.   Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian


dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ;
lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum adalah
bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus
dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan
makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering


ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong
dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium. Permukaan dalam usus
kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus
dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang
berarti “kosong”.

3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian


terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.
F.    Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah


bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :

1.  Kolon asendens (kanan)

2.  Kolon transversum

3.  Kolon desendens (kiri)

4.  Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus


besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.

G.   Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin:


caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.

H.   Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ


tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks
pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya
appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum. Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10
cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau
di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing
tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai
cacing dikenal sebagai appendektomi.

I.     Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan,


mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal
dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode
yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa
menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.

J.    Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem


pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

1.  Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

2.  Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam


duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang
dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam
bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah
mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat,
yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.

K.   Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar


di dalam badan manusia dan memiliki berbagai
fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting
dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia
juga memproduksi bile, yang penting dalam
pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan
hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar. Zat-zat gizi dari
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler).
Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil
di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati
melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi,
setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah
dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

L.   Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris:
gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-
10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena
warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1.  Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2.  Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari


tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol.

1.1.3 Etiologi

Menurut Nurarif, 2015 Penyebab dari Hiperemesis


Gravidarum yaitu :

1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes


dan kehamilan ganda
2. Faktor genetic, karena masuknya vili khoriales dalam
sirkulasi maternal dan perubahan metabolic
3. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan
pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut memikul tanggung jawab, dll.
4. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dll.

1.1.4 Patofisiologi
Perasaan mual terjadi akibat kadar estrogen meningkat.
Mual dan muntah terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi,
hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urine,
selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi
darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan
oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis.
Hipokalemia akibat muntah dan eskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.
Selaput lender esophagus dan lambung dapat robek (sindrom
Mallory weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal (Arif
Mansjoer, 2001 dalam buku Reny Yuli Aspiani, 2017).

1.1.5 Manifestasi Klinis


Menurut Wiknjosastro, 2005 dalam buku Nengah Runiari,
2010 Tanda dan gejala pada Hiperemesis Gravidarum dibagi
menjadi beberapa tingkatan yaitu :
a. Tingkatan I
1) Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum
2) Lemah
3) Anoreksia
4) Berat badan menurun
5) Nyeri epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 x/m
7) Tekanan darah sistol menurun
8) Peningkatan suhu tubuh
9) Turgor kulit berkurang
10) Lidah kering
11) Mata cekung
b. Tingkatan II
1) Pasien tampak lebih lemah
2) Apatis
3) Lidah kering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Tekanan darah menurun
6) Suhu kadang-kadang naik
7) Mata cekung dan sedikit ikterus
8) Berat badan turun
9) Hemokonsentrasi
10) Oliguria
11) Konstipasi
c. Tingkatan III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Tekanan darah menurun
6) Suhu meningkat
1.1.6 Komplikasi
Menurut Reny Yuli Aspiani, 2017 Komplikasi pada
Hiperemesis gravidarum yaitu :
a. Dehidarsi berat
b. Ikterik
c. Takikardi
d. Suhu meningkat
e. Alkalosis
f. Kelaparan
g. Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan
dan hubungan keluarga
h. Menarik diri
i. Depresi

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Reny Yuli Aspian, 2017 Pemeriksaan penunjang


pada hiperemesis gravidarum yaitu :

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah


Nilai hemoglobin dan hemotokrit yang meningkat
menunjukkan hemokonsentrasi berkaitan dengan dehidrasi.
Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.
b. Urinalisa
Urine biasanya hanya sedikit dan mempunyai konsentrasi
tinggi sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis
starvasi
c. Pemeriksaan elektrolit serum
Dapat mendeteksi hiponatremia, hipokalemia dan
hipokloremia
d. Tes fungsi hati
dapat menunjukkan penyakit hepar.

1.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Reny Yuli Aspian, 2017 Konsep pengobatan
yang dapat diberikan pada hiperemesis gravidarum sebagai
berikut :
a. Isolasi dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat
meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari
lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi tentang berbagai masalah
dengan kehamilan.
b. Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti
sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti
yang dapat diberikan adalah glukosa 5% sampai 10%
dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan
berfungsi sebagai sumber energy, sehingga terjadi
perubahan metabolisme dari lemak dan protein menuju
kearah pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat
ditambahkan vitamin C, B Kompleks atau kalium yang
diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang
keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter,
nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan. Lancarnya
pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan
wanita hamil berangsur-angsur membaik.
c. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat
dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat
menyebabkan kelainan congenital cacat bawaan bayi)
Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan:
1. Sedative ringan
a. Phenobarbital (luminal) 30 mg.
b. Valium
2. Anti alergi
a. Antihistamin
b. Dramamin
c. Avomin
3. Obat anti mua muntah
a. Mediamer B6
b. Emetrole
c. Stimetil
d. Avopreg
4. Vitamin
a. Terutama vitamin B kompleks
b. Vitamin C

d. Menghentikan perdarahan

Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis


gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan
keadaan semakin menurun sehingga diperlukan
pertimbangan untuk melakukan aborsi. Keadaan yang
memerlukan pertimbangan aborsi adalah :
1. Gangguan kejiwaan
a. Delirium
b. Apatis, somnolen sampai koma
c. Terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wernick
2. Gangguan penglihatan
a. Perdarahan retina
b. Kemunduran penglihatan
3. Gangguan faal
a. Hati dalam bentuk ikterus
b. Ginjal dalam bentuk anuria
c. Jantung dan pembuluh darah, terjadi nadi meningkat
d. Tekanan darah menurun

1.2. ASUHAN KEPERWATAN TEORITIS

1.2.PENGKAJIAN

Menurut Reny Yuli Aspiani, 2017 Pengkajian pada pasien


dengan Hiperemesis Gravidarum yaitu:

A. Identitas

Mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi:


Nama, umur,agama,sukubangsa,pendidikan,pekerjaan,status
perkawinan,perkawinan ke-,lamanya perkawinan dan alamat

B. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan hiperemesis


gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan, badan lemas,
tidak nafsu makan, pusing dan nyeri pada ulu hati.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Biasanya klien pertama kali mengalami mual muntah yang
berlebihan ±10 kali/hari sampai menganggu aktivitas sehari-hari
menimbulkan gejala seperti nafsu makan berkurang, berat
badan menurun, turgor kulit jelek, mata tanpak cekung, keadaan
umum lemah, tekanan darah turun dan nadi meningkat, lidah
kotor serta nyeri epigastrium.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita, yang ada


hubungannya dengan penyakit sekarang,misalnya gastristis.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab


penting yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah
diderita salah satu anggota yang ada hubungannya dengan
operasi

F. Riwayat obsterti

a. Keadaan Haid

Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang


menarche, siklus haid,hari pertama haid,hari pertama haid
terakhir,jumlah dan warna darah keluar,encer
menggumpal,lamanya haid,nyeri atau tidak serta bau.

b.Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali


melakukan ANC (antenatal care), selama kehamilan periksa
dimana,perlu diukur tinggi badan dan berat badan.
G. Pola Kebiasaan Sehari-Hari Menurut Virginia Henderson
a) Respirasi

Klien mengalami gangguan dalam bernafas (pernafasan


klien meningkat).

b) Nutrisi

Produksi kelenjar saliva meningkat pada trimester satu,ibu


hamil sering mengeluh mual muntah yang berlebihan
sehingga asupan makanan yang di produksi oleh ibu hamil
trimester satu harus lebih ditingkatkan lagi karena untuk
mencegah kekurangan kebutuhan akan nutrisinya.

c) Eliminasi

Tonus-tonus otot saluran cerna melemah akibatnya motilitas


dan reabsorsi makanan menjadi kurang baik dan akan
menimbulkan obstipasi.

d) Gerak Dan Keseimbangan Tubuh

Klien dengan hiperemesis gravidarum gerak/aktivitasnya


bisa terganggu karena kebiasaan sehari-hari tidak bisa
dilakukan/tidak dapat terpenuhi dengan baik.

e) Istirahat/Tidur

Klien yang biasanya akan mengalami gangguan dalam


istirhat/tidurnya disebabkan karena mual muntah serta
pusing yang di alami.
f) Kebutuhan berpakaian

Klien dengan hiperemesis gravidarum tidak mengalami


gangguan dalam memenuhi berpakaian tersebut

g) Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi

Klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya mengalami


gangguan dalam hal temperature tubuh dan sirkulasi berupa
suhu tubuh kadang-kadang naik dan tekanan darah turun.

h) Kebutuhan persolan hygiene

Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk


diri sendiri dan dilakukan 2 kali sehari.

i) Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien


tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya.klien
mampu menghindari bahaya dari lingkungan

j) Sosialisasi

Bagaimana pasien mampu berkomunikasi dengan orang


lain dalam mengekspresikan emosi,kebutuhan,kekhawatiran
dan opini.

k) Kebutuhan spiritual

Pada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien tetap


menjalankan ajaran agama ataukah terlmbat karena
keadaan yang sedang dialami.
l) Aktivitas

Klien hiperemesis gravidarum aktivitasnya terganggu,


pekerjaan atau kegiatan sehari-hari tidak mampu dilakukan
maksimal karena keadaannya semakin lemah

m) Kebutuhan bermain dan berekkresi

Klien hiperemesis gravidarum biasanya tidak dapat


memenuhi kebutuhan bermain dan rekresi karena dalam
kondisi yang lemah.

n) Kebutuhan belajar

Bagaimana klien berusaha belajar,menemukan atau


memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan yang nomal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia

H. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

Keadaan umum klien dengan hiperemesis gravidarum


biasanya akan mengalami mual muntah yang
berlebihan,badan lemas,tidak ada nafsu makan, pusing dan
nyeri pada ulu hati.

b. Kesadaran

Klien dengan hiperemesis gravidarum pada tingkat ke 3


akan mengalami kesadaran yang menurun sampai apatis.
c. Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital klien dengan hiperemesis gravidarum


biasanya tidak stabil : pernafasan cepat,suhu
meningkat,tekanan darah sistol menurun dan denyut nadi
meningkat.

d. Berat badan

Klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya mengalami


berat badan menurun.

e. Pemeriksaan head to toe


1) kepala dan rambut

Bentuk kepala,kulit kepala apakah kotor atau


berketombe kondisi rambut,pertumbuhan rambut apakah
merata atau tidak. Pada umumnya klien dengan
hiperemisis gravidarum tidak menunjukan gangguan
pada kepala serta pertumbuhan rambut.

2) Wajah

Yang perlu diperhatikan mengenai warna kulit dan


ekspresi wajah klien.

3) Mata

Bagaimana bentuk bola mata,ada tidaknya gerak bola


mata dan konjungtiva. Klien dengan hiperemesis
gravidarum memiliki mata yang tanpak cekung
ikterus,mengalami diplopia,niktakmus serta jika
hiperemesis gravidarum tidak tertangani akan
mengakibatkan kebutaan dan pendarahan retina.

4) Hidung

Ada tidaknya septuminasi,polip dan bagaimana


kebersihan.

5) Telinga

Mencakup kebersihan telinga, ada tidaknya kelainan


fungsi pendengaran dan kelainan anatomi telinga.klien
dengan hiperemesis gravidarum biasanya tidak
mengalami gangguan pada telinga atau tidak berefek
pada system pendengaran.

6) Mulut bibir dan faring

Mengenai bagaimana bentuk bibir apakah simetris atau


tidak,kelembapan,kebersihan mulut,ada tidaknya
pembesaran tonsil dan ada tidaknya kelainan bicara.
Klien dengan hiperemesis gravidarum akan mengalami
gangguan pada rongga mulut.dapat berupa mulut yang
beriritasi dan merah,lidah mengering dan tampak
kotor.faring klien dengan hiperemesis gravidarum tampak
kering dan merah.

7) Gigi

Jumlah gigi lengkap atau tidak kebersihan gigi,ada


tidaknya peradangan gusi atau caries gigi dan
penggunaan protesa (penggunaan gigi palsu atau tidak).
8) Leher

Dikaji adanya pembesaran tyroid dan vena jugularis.

9) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan


sebagai persiapan memberikan asi pada saat
laktasi.perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan
karena pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu
estrogen,progesterone dan somatotropin. Payudara
menjadi lebih besar,areola mamae hiperpigmentasi dan
putting susu semakin menonjol.

10) Paru-paru

Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan nafas


pendek,hal ini disebabkan oleh uterus yang membesar
kearah diafragma. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
yang meningkat kira-kira 20%,maka ibu hamil akan
bernafas lebih dalam.pernafasan klien dengan
hiperemesis gravidarum dapat berbau aseton.

11) Jantung

Klien dengan hiperemesis gravidarum tekanan darah


sistol akan turun dan nadi akan meningkat.

12) Abdomen (lambung,usus,hati,kantung kemih)

Perlu diperhatikan adanya distensi abdomen,bagaimana


dengan bising usus nyeri tekan dan bagaimana frekuensi
berkemih.pada klien hiperemesis gravidarum dapan
ditemukan rasa sakit dihepar nyeri
epigastrium,konstipasi,mual muntah yang
berlebihan,gangguan BAB,adanya aseton dalam air
kencing dan oligurih.

13) Ekstremitas

Bagaimana kesimetrisannya,ujung-ujung jari apakah


sianosis atau tidak apakah ditemukan adanya oedema
atau tidak.tonus otot yang melemah dapat ditemukan
pada klien dengan hiperemesis gravidarum.

1.2.2. DIAGNOSA KEPERAWTAN

Menurut Reny Yuli Aspiani, 2017 dan Nurarif, 2015


Diagnosa keperawatan pada Hiperemesis Gravidarum adalah:

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan yang


berlebihan
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
frekuensi mual dan muntah berlebihan
3. Cemas b.d psikologi kehamilan,koping individu tidak efektif
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
5. Nyeri Akut (Epigastrium) b.d muntah berulang
1.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai