DI SUSUN OLEH :
Mengetahui,
Pembimbing akademik Mahasiswa/i
A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum merupakan gejala yang wajar dan sering terjadi pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
(Wiknjosastro, 2006 dalam Aspiani, 2017).
Hiperemesis gravidarum adalah mual yang berlebihan, sehingga menganggu
pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupajan
gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trimester 1, kurang lebih 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1000 kehamilan
(Mitayani, 2009 dalam Ratnawati, 2017)
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, 2001
dalam Aspiani, 2017).
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi.
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Menurut (Manuaba, 2012), diawali oleh mual muntah yang berlebihan sehingga
dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan dieresis menurun. Hal ini
menimbulkan perfusi kejaringan menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi
O2, oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolism menuju arah anaerobic yang
menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Menurut (Runiari, 2010), Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HGC
dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormone progesterone
menyebabkan otot polos pada system gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motolitas lambung menurun dan pengosongan lambung, dan penuurunan sekresi asam
hidroklorid juga berkonstribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat
oleh adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis spiritual, lingkungan, dan
sosiokultural.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang mengakibatkan terjadinya wernicke enchepalopati.
Wernicke enchepalopati adalah kelainan saraf yang disebabkan oleh kekurangan vitamin
B1 (Tiamin).
Perasaan mual terjadi akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida
urine, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan
menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak
menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat
muntah dan eskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan
merusak hepar. Selaput lender esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory
weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal (Arif Mansjoer, 2001 dalam Aspiani,
2017).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Wiknjosastro, 2005 dalam Runiari, 2010 Tanda dan gejala pada
Hiperemesis Gravidarum dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
a. Tingkatan I
1) Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
2) Lemah
3) Anoreksia
4) Berat badan menurun
5) Nyeri epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 x/m
7) Tekanan darah sistol menurun
8) Peningkatan suhu tubuh
9) Turgor kulit berkurang
10) Lidah kering
11) Mata cekung
b. Tingkatan II
1) Pasien tampak lebih lemah
2) Apatis
3) Lidah kering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Tekanan darah menurun
6) Suhu kadang-kadang naik
7) Mata cekung dan sedikit ikterus
8) Berat badan turun
9) Hemokonsentrasi
10) Oliguria
11) Konstipasi
c. Tingkatan III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Tekanan darah menurun
6) Suhu meningkat
F. Komplikasi
Menurut Aspiani (2017), komplikasi dari Hiperemesis gravidarum sebagai berikut:
a. Dehidarsi berat
b. Ikterik
c. Takikardi
d. Suhu meningkat
e. Alkalosis
f. Kelaparan
g. Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga
h. Menarik diri
i. Depresi
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aspiani (2017) pemeriksaan penunjang pada hiperemesis gravidarum
yaitu :
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah
Nilai hemoglobin dan hemotokrit yang meningkat menunjukkan hemokonsentrasi
berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.
b. Urinalisa
Urine biasanya hanya sedikit dan mempunyai konsentrasi tinggi sebagai akibat
dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi.
c. Pemeriksaan elektrolit serum
Dapat mendeteksi hiponatremia, hipokalemia dan hipokloremia.
d. Tes fungsi hati
Dapat menunjukkan penyakit hepar.
H. Penatalaksanaan
Menurut Aspiani(2017) konsep pengobatan yang dapat diberikan pada
hiperemesis gravidarum sebagai berikut :
a. Isolasi dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita hamil
karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi tentang berbagai masalah dengan kehamilan.
b. Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga keadaan dehidrasi
dapat diatasi. Cairan pengganti yang dapat diberikan adalah glukosa 5% sampai 10%
dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber
energy, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein menuju kearah
pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B Kompleks atau
kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan cairan
yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan.
Lancarnya pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita hamil
berangsur-angsur membaik.
c. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan
kelainan congenital cacat bawaan bayi)
Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan:
1. Sedative ringan
a. Phenobarbital (luminal) 30 mg.
b. Valium
2. Anti alergi
a. Antihistamin
b. Dramamin
c. Avomin
3. Obat anti mual muntah
a. Mediamer B6
b. Emetrole
c. Stimetil
d. Avopreg
4. Vitamin
a. Terutama vitamin B kompleks
b. Vitamin C
d. Menghentikan perdarahan
Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah
terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan
untuk melakukan aborsi. Keadaan yang memerlukan pertimbangan aborsi adalah :
1. Gangguan kejiwaan
a. Delirium
b. Apatis, somnolen sampai koma
c. Terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wernick
2. Gangguan penglihatan
a. Perdarahan retina
b. Kemunduran penglihatan
3. Gangguan faal
a. Hati dalam bentuk ikterus
b. Ginjal dalam bentuk anuria
c. Jantung dan pembuluh darah, terjadi nadi meningkat
d. Tekanan darah menurun
Mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi: nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya
perkawinan dan alamat.
B. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan hiperemesis gravidarum adalah mual
muntah yang
berlebihan, badan lemas, tidak nafsu makan, pusing dan nyeri pada ulu hati.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien pertama kali mengalami mual muntah yang berlebihan ±10 kali/hari
sampai menganggu aktivitas sehari-hari menimbulkan gejala seperti nafsu makan
berkurang, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mata tanpak cekung, keadaan
umum lemah, tekanan darah turun dan nadi meningkat, lidah kotor serta nyeri
epigastrium.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita, yang ada hubungannya dengan
penyakit sekarang,misalnya gastristis.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang perlu dikaji
yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota yang ada hubungannya
dengan operasi
F. Riwayat obsterti
1. Keadaan Haid
Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang menarche, siklus haid,hari
pertama haid,hari pertama haid terakhir,jumlah dan warna darah keluar,encer
menggumpal,lamanya haid,nyeri atau tidak serta bau.
2. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali melakukan ANC
(antenatal care), selama kehamilan periksa dimana,perlu diukur tinggi badan dan
berat badan.
Produksi kelenjar saliva meningkat pada trimester satu,ibu hamil sering mengeluh
mual muntah yang berlebihan sehingga asupan makanan yang di produksi oleh
ibu hamil trimester satu harus lebih ditingkatkan lagi karena untuk mencegah
kekurangan kebutuhan akan nutrisinya.
c) Eliminasi
Kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.klien mampu menghindari bahaya dari lingkungan.
j) Sosialisasi
Pada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran
agama ataukah terlmbat karena keadaan yang sedang dialami.
l) Aktivitas
H. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Yang perlu diperhatikan mengenai warna kulit dan ekspresi wajah klien.
3) Mata
Bagaimana bentuk bola mata, ada tidaknya gerak bola mata dan konjungtiva.
Klien dengan hiperemesis gravidarum memiliki mata yang tanpak cekung
ikterus, mengalami diplopia, niktakmus serta jika hiperemesis gravidarum
tidak tertangani akan mengakibatkan kebutaan dan pendarahan retina.
4) Hidung
Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan nafas pendek, hal ini disebabkan
oleh uterus yang membesar kearah diafragma. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen yang meningkat kira-kira 20%, maka ibu hamil akan bernafas lebih
dalam.pernafasan klien dengan hiperemesis gravidarum dapat berbau aseton.
11) Jantung
Klien dengan hiperemesis gravidarum tekanan darah sistol akan turun dan
nadi akan meningkat.
12) Abdomen (lambung,usus,hati,kantung kemih)
2. DAFTAR MASALAH
1. Hipovolemia
2. Nausea
3. Gangguan pola tidur
4. gangguan rasa nyaman
5. Intoleransi aktifitas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diangosa keperawatan menurut Nurarif (2015) dimodifikasi berdasarkan Standar Diagnosa
keperawatan Indonesia (SDKI) menurut PPNI (2017) adalah sebagai berikut :
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan turgor
kulit menurun
2. Nausea berhubungan dengan kehamilan dibuktikan dengan mengeluh mual, merasa
ingin muntah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan
sering terjaga
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan
gelisah
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan mengeluh
lelah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi
pemeberian cairan
IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%
3. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
Albumin,
plasmanate)
2 Nausea adalah perasaan tidak nyaman Ekspestasi Menurun. Intervensi
pada bagian belakang tenggorokan Kriteria Hasil : Keperawatan :
atau lambung yang dapat 1. Perasaan ingin Manajemen Muntah
mengakibatkan muntah. muntah menurun
2. Perasaan asam di Observasi :
PENYEBAB mulut menurun 1. Identifikasi
Fisiologis 3. Sensasi panas karakterstik
1. Gangguan biokimiawi (mis. menurun muntah (mis.
Uremia, ketoasidosis, 4. Sesais dingin Warna,
diabetic) menurun konsistensi,
2. Gangguan pada esophagus 5. Diaforesis menurun adanya darah,
3. Distensi lambung 6. Takikardia menurun waktu, frekuensi
4. Iritasi lambung 7. Pucat membaik dan durasi)
5. Gangguan pancreas 8. Dilatasi pupil 2. Periksa volume
6. Peregangan kapsul limpa membaik muntah
7. Tumor teralokasi (mis. 9. Nafsu makan 3. Identifikasi
Neuroma akustik, tumor otak membaik riwayat diet (mis.
primer atau sekunder, 10. Jumlah saliva Makanan yang
metastasis tulang didasar membaik disuka, tidak
tengkorak 11. Frekuensi menelan disukai, dan
8. Peningkatan tekanan membaik budaya)
intraabdominal (mis. 4. Identifikasi faktor
Keganasan intraabdomen) penyebab muntah
9. Peningkatan tekanan (mis. Pengobatan
intracranial dan prosedur)
10. Peningkatan tekanan 5. Identifikasi
intraorbital (mis. Glaucoma) kerusakan
11. Mabuk perjalanan esophagus
12. Kehamilan danfaring posterior
13. Aroma tidak sedap jika muntah terlalu
14. Rasa makanan/minuman yang lama
tidak enak 6. Monitor efek
15. Stimulus penglihatan tidak manajemen
menyenangkan muntah secara
16. Faktor psikologis (mis. menyeluruh
Kecemasan, ketakutan, stress) 7. Monitor
17. Efek agen farmakologis keseimbangan
18. Efek toksin cairan dan
elektrolit
Gejala Mayor Terapeutik:
Subjektif : 1. Kontrol faktor
1. Mengeluh mual lingkungan
2. Merasa ingin muntah penyebab muntah
3. Tidak berminat makan (mis. Bau tak
sedap, suara dan
Objektif : - stimulasi visual
yang tidak
Gejala Minor menyenangkan)
2. Kurangi atau
Subjektif : hilangkan keadaan
1. Merasa asam dimulut penyebab muntah
2. Sensasi panas/dingin (mis. Kecemasan,
3. Sering menelan ketakutan)
3. Atur posisi untuk
Objektif : mencegah aspirasi
1. Saliva meningkat 4. Pertahankan
2. Pucat kepatenan jalan
3. Diaforesis nafas
4. Takikardia 5. Bersihkan mulut
5. Pupil dilatasi dan hidung
6. Berikan dukungan
fisik saat muntah
(mis. Membantu
membungkuk atau
menundukkan
kepala)
7. Berikan
kenyamanan
selama muntah
(mis. Kompres
dingin didahi, atau
sediakan pakaian
kering dan bersih
8. Berikan cairan yang
tidak mengandung
karbonasi minimal
30 menit setelah
muntah
Edukasi :
1. Anjurkan
membawa kantong
plastic untuk
menampung
muntah
2. Anjurkan
memperbanyak
istirahat
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengelola
muntah (mis.
biofeedback,
hypnosis, relaksasi,
terapi music,
akupresur)
Kolaborasi :
1.Kolaborasi
pemberian antiemetic,
jika perlu
3 Gangguan pola tidur adalah gagguan Ekspektasi Membaik Dukungan tidur
kualitas dan kauntitas waktu tidur Criteria hasil: Observasi
akibat faktor eksternal 1. Kemampuan
PENYEBAB : beraktivitas 1. Identifikasi
1. Hambatan lingkugan( mis. meningkat aktivitas dan pola
Kelembapan lingkungan 2. Keluhan sulit tidur
sekitar, suhu lingkungan, tidur menurun 2. Identifikasi faktor
pencahayaan, kebisisngan, 3. Keluhan sering penggagu tidur
bau tidak sedap, jadwal terjaga menurun (fisik dan/atau
pemantauan,/pemeriksanan/ti 4. Keluhan tidak fisiologi)
ndakan) puas tidur 3. Identifikasi
2. Kurangnya kontrol tidur menurun makanan dan
3. Kurangnya privasi 5. Keluhan minuman yang
4. Restraint fisik polatidur menggangu tidur (
5. Ketidakadaan teman tidur berubah mis, kopi,
6. Tidak familiar dengan menurun teh,alkohol,
peralatan tidur 6. Keluhan makan mendekati
istirahat tidak tidur, minum
Gejala Mayor cukup menurun banyak air
Subjektif : sebelum tidur )
1. Mengeluh sulit tidur 4. Identifikasi obat
2. Mengeluh sering tidur yang
terjaga dikonsumsi
3. Mengeluuh tidak
puas tidur Terapeutik
4. Mengeluh polatidur 1. Modifikasi
berubah lingkungan (b
5. Mengeluh istirahat mis, pencahayaan,
tidak cukup kebisingan, sushu,
Objektif : matras, dan
( tidak tersedia ) tempat tidur)
2. Batasi tidur
Gejala Minor siang , jika perlu
Subjektif : 3. Fasilitasi
1. Mengeluh ketidakmampuan menghilangkan
beraktivitas menurun strees sebelum
Objektif : tidur
( tidak tersedia ) 4. Tetapkan jadwal
tidur rutin
5. Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis,
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur )
6. Sesusaikan jadwal
pemberian obat
dan/ atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
2. Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan
menghindari
makanan atau
minuman yang
mengganggu
tidur
4. Anjurkan
menggunkan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM.
5. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
ganggguan pola
tidur (mis,
psikologi, gaya
hidup, sering
berubah sipt
bekerja )
6. Ajarkan relaksasi
otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi
lainnya)
7. koping untuk
mengurangi
kelelahan
Megasari, Miratu Dkk. 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Edisi I. Yogyakarta: Deepublish
Rasida Ningatiqah, S.Tr,.Keb. 2020. Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum berlebihan dalam
kehamilan. Jakarta : One Peach Media
Dr. Ida Bagus Gde Manuaba Sp.Og. 2018. Penuntun Kepaniteraan Obsetri & Ginekologi. Edisi 2. Jakarta
: EGC
Tim pokja SIKI DPP PPNI , 2018 .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia , Definisi dan Tindakan
Keperawatan . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.
Tim pokja SDKI DPP PPNI , 2017 .Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL
I. Pengumpulan Data
A. Identitas Klien
Nama : N.y D Nama Suami : Tn.C
Umur : 20 Tahun Umur : 22 Tahun
Suku / Bangsa : Indonesia Suku : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Jl. Silaberanti Alamat : jl. Silaberanti
No Register : 1234xx
Tgl. MRS :10 April 2020 pukul 09. 00
Tgl. Pengkajian :10 April 2020 pukul 09.30
B. Anamnesa
1. Kunjungan ke : Kedua
2. Keluhan – keluhan : Pasien mengatakan mengeluh mual dan
muntah-muntah sejak 3 hari dalam sehari bisa mencapai 5 kali, mengeluh nyeri ulu
hati, merasa lemas jika berjalan seperti sempoyongan, klien juga tidak nafsu
makankarean mualnya, selama kehamilanya klien tidak bisa tidur dengan nyenyak,
karean terbangun setiap 2 sampai 3jam tertidur.
3. Riwayat Menstruasi :
a. Haid pertama : 12 Tahun
b. Teratur / tidak teratur : Teratur
c. Siklus : 28 hari
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : ± 100 cc
f. Sifat darah :
g. Dismenorrhoe : Tidak pernah
Abdomen
Besar perut sesuai dengan usia kehamilan : ( √ ) ya ( ) tidak.
Bekas luka / operasi : ( √ ) ada ( ) tidak ada.
Gravidarum striae : ( √ ) ada ( ) tidak ada.
Palpasi uterus
Leopold I : Menempatkan kedua telapak tangan di bagian atas
perut untuk menentukan letak tinggi fundus uteri, biasanya TFU setinggi pusat
Leopold II :Meletakan kedua telapak tangan di atas perut untuk
menentukan letak bagian punggung bayi
Leopold III : Belum di ketahui
Leopold IV : Belum di ketahui
Perineum
Bekas luka / luka parut : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Lain – lain :
Ekstremitas
Oedema tangan/jari : ( ) ada ( √ ) tidak ada
Oedema kaki : ( ) ada ( √ ) tidak ada
Varises tungkai : ( ) ada ( √ ) tidak ada
D. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 13,0 g/dl
Ht : 45 %
Gol Darah : AB
Rhesus :+
Gula darah sewaktu : 120 mg/dl
VDRL : 1/640
Proteinuria : 150 mg/24jam
Data objektif :
Td : 110/70mmHg
Nadi : 98x/mnt
Suhu : 36.5 c
RR : 22x/mnt
Data Objektif :
- Sulit tidur
- Sering terjaga setiap
2 sampai 3 jam
Td : 110/70mmHg
Nadi : 98x/mnt
Suhu : 36.5 c
RR : 22x/mnt
V. Intervensi Keperawatan.
N SDKI SLKI SIKI
o
Hipovol Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
emia berhubungan keperwatan selama 1 x 24 jam Observasi
dengan kehilangan maka status cairan membaik, 1. Monitor intake dan output
dengan kriteria hasil : cairan
cairan aktif
dibuktikan dengan 1. Output cairan meningkat Terapeutik
turgor kulit
menurun 2. Membran mukosa lembab 1. Hitung kebutuhan caian
meningkat 2. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
Terapeutik
1. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab muntah
2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
3. Berikan kenyamanan selama
muntah
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
istirahat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
Edukasi
Edukasi
1. Menganjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Rasional : Agar tidak terjadi
mual dan muntah
Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
Rasional : berikan cairan RL
Terapeutik
1. Mengurangi atau hilangkan
keadaan penyebab muntah
Rasional : Dengan mengatur
jadwal tidur
2. Mempertahankan kepatenan
jalan nafas
Rasional : Agar tidak terjadi
syok
3. Memberikan kenyamanan
selama muntah
Rasional : Dengan membiarkan
Klien muntah dengan puas
Edukasi
1. Menganjurkan memperbanyak
istirahat
Rasional : Berikan waktu
istirahat dengan membatasi
pengunjung
Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian
antiemetik
Rasional : Berikan piridokson
10-20 mg setiap 6-8 jam
3. Jumat, 10 Gangguan pola 13.3 Observasi Yuland
April tidur berhubungan 0 1. Mengidentifikasi pola aktivitas a
2020 dengan hambatan dan tidur
lingkungan Rasional: Membantu membuat
dibuktikan dengan
sering terjaga jadwal pola aktivitas dan tidur
2. Mengidentifikasi faktor
penggangu tidur
Rasional : Berikan solusi agar
bisa tidur nyenyak
Terapeutik
Edukasi
P: Intervensi dilanjutkan
Edukasi
1. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (RL)
O :TTV
- KU Lemah
- Kes : CM
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/MENIT
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c
P: Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
1. Kontrok faktor lingkungan penyebab muntah ( mis. Bau
tak
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian antiemetik sedap, suara, stimulus
visual yang tidak menyenangkan)
P: Intervensi dilanjutkan
Edukasi
P: Intervensi dilanjutkan
Edukasi
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (Cairan
RL)
P: Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
1. Kontrok faktor lingkungan penyebab muntah ( mis. Bau
tak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetik sedap, suara, stimulus
visual yang tidak menyenangkan)
P: Intervensi dilanjutkan
Edukasi
A : Masalah teratasi
A : Masalah teratasi
A : Masalah teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Megasari, Miratu Dkk. 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Edisi I. Yogyakarta: Deepublish
Rasida Ningatiqah, S.Tr,.Keb. 2020. Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum berlebihan dalam
kehamilan. Jakarta : One Peach Media
Dr. Ida Bagus Gde Manuaba Sp.Og. 2018. Penuntun Kepaniteraan Obsetri & Ginekologi. Edisi 2. Jakarta
: EGC
Tim pokja SIKI DPP PPNI , 2018 .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia , Definisi dan Tindakan
Keperawatan . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.
Tim pokja SDKI DPP PPNI , 2017 .Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.
FORMAT KONSULTASI
NIM : 01.18.0055
RUANGAN :
3. Minimal 3 definisi
LAMPIRAN