Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY” D “ DENGAN KASUS

HIPERMISIS GRAVIDARUM DI RUANG MELATI RS.TK II dr.AK GANI


PALEMBANG TAHUN 2020

DI SUSUN OLEH :

NAMA : YULANDA PRANSISKA


NIM : 01. 18. 0055
TINGKAT : II. A

YAYASAN WAHANA BAKTI KARYA HUSADA (YWBKH )


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/ SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui,
Pembimbing akademik Mahasiswa/i

( Ns Ria dilla S.Kep, M.kes) (Yulanda Pransiska)


NIM 01.18.0055
1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum merupakan gejala yang wajar dan sering terjadi pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
(Wiknjosastro, 2006 dalam Aspiani, 2017).
Hiperemesis gravidarum adalah mual yang berlebihan, sehingga menganggu
pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupajan
gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trimester 1, kurang lebih 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1000 kehamilan
(Mitayani, 2009 dalam Ratnawati, 2017)
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, 2001
dalam Aspiani, 2017).
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi.

b. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi sistem pencernaan


Gambar 2.3
Anatomi Sistem Pencernaan

Sumber: ayurverdaav (2015)


Fisiologi sistem pencernaan
Menurut Nurcahyadi (2013), Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
(mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
A.   Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri
dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung.  Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
B.   Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari:
1. Bagian superior
Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga.
2. Bagian media
Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.
3. Bagian inferior
Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring
gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
C.   Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –
“memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1.  Bagian superior (sebagian besar adalah ototrangka)
2.  Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3.  Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
D.   Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.  Kardia.
2.  Fundus.
3.  Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E.   Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah
dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong
berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit
untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.

F.    Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1.  Kolonasendens (kanan)
2.  Kolon transversum
3.  Kolon desendens (kiri)
4.  Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
G.   Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan
karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.
H.   Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai
cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah
hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk
dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran
sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks
selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya
umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya
bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang
umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I.     Rektum dan Anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih
tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
J.    Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
1. Asini,menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2.  Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk
yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini
hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodiumbikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan
cara menetralkan asam lambung.
K.   Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan
obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani
untuk hati, hepar. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk
ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh
kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati
melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan
zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L.   Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1.  Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin
(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

C. Etiologi

Menurut Nurarif, 2015 Penyebab dari Hiperemesis Gravidarum yaitu :


1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda
2. Faktor genetic, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolic
3. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dll.
4. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dll.

D. Patofisiologi
Menurut (Manuaba, 2012), diawali oleh mual muntah yang berlebihan sehingga
dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun, dan dieresis menurun. Hal ini
menimbulkan perfusi kejaringan menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi
O2, oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolism menuju arah anaerobic yang
menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Menurut (Runiari, 2010), Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HGC
dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormone progesterone
menyebabkan otot polos pada system gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motolitas lambung menurun dan pengosongan lambung, dan penuurunan sekresi asam
hidroklorid juga berkonstribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat
oleh adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis spiritual, lingkungan, dan
sosiokultural.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang mengakibatkan terjadinya wernicke enchepalopati.
Wernicke enchepalopati adalah kelainan saraf yang disebabkan oleh kekurangan vitamin
B1 (Tiamin).
Perasaan mual terjadi akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida
urine, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan
menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak
menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat
muntah dan eskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan
merusak hepar. Selaput lender esophagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory
weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal (Arif Mansjoer, 2001 dalam Aspiani,
2017).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Wiknjosastro, 2005 dalam Runiari, 2010 Tanda dan gejala pada
Hiperemesis Gravidarum dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
a. Tingkatan I
1) Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
2) Lemah
3) Anoreksia
4) Berat badan menurun
5) Nyeri epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 x/m
7) Tekanan darah sistol menurun
8) Peningkatan suhu tubuh
9) Turgor kulit berkurang
10) Lidah kering
11) Mata cekung
b. Tingkatan II
1) Pasien tampak lebih lemah
2) Apatis
3) Lidah kering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Tekanan darah menurun
6) Suhu kadang-kadang naik
7) Mata cekung dan sedikit ikterus
8) Berat badan turun
9) Hemokonsentrasi
10) Oliguria
11) Konstipasi
c. Tingkatan III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Tekanan darah menurun
6) Suhu meningkat

F. Komplikasi
Menurut Aspiani (2017), komplikasi dari Hiperemesis gravidarum sebagai berikut:
a. Dehidarsi berat
b. Ikterik
c. Takikardi
d. Suhu meningkat
e. Alkalosis
f. Kelaparan
g. Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga
h. Menarik diri
i. Depresi

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aspiani (2017) pemeriksaan penunjang pada hiperemesis gravidarum
yaitu :
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah
Nilai hemoglobin dan hemotokrit yang meningkat menunjukkan hemokonsentrasi
berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.
b. Urinalisa
Urine biasanya hanya sedikit dan mempunyai konsentrasi tinggi sebagai akibat
dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi.
c. Pemeriksaan elektrolit serum
Dapat mendeteksi hiponatremia, hipokalemia dan hipokloremia.
d. Tes fungsi hati
Dapat menunjukkan penyakit hepar.
H. Penatalaksanaan
Menurut Aspiani(2017) konsep pengobatan yang dapat diberikan pada
hiperemesis gravidarum sebagai berikut :
a. Isolasi dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita hamil
karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi tentang berbagai masalah dengan kehamilan.
b. Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga keadaan dehidrasi
dapat diatasi. Cairan pengganti yang dapat diberikan adalah glukosa 5% sampai 10%
dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber
energy, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein menuju kearah
pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B Kompleks atau
kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan cairan
yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan.
Lancarnya pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan wanita hamil
berangsur-angsur membaik.
c. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan
kelainan congenital cacat bawaan bayi)
Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan:
1. Sedative ringan
a. Phenobarbital (luminal) 30 mg.
b. Valium
2. Anti alergi
a. Antihistamin
b. Dramamin
c. Avomin
3. Obat anti mual muntah
a. Mediamer B6
b. Emetrole
c. Stimetil
d. Avopreg
4. Vitamin
a. Terutama vitamin B kompleks
b. Vitamin C
d. Menghentikan perdarahan
Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil malah
terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan
untuk melakukan aborsi. Keadaan yang memerlukan pertimbangan aborsi adalah :

1. Gangguan kejiwaan
a. Delirium
b. Apatis, somnolen sampai koma
c. Terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wernick
2. Gangguan penglihatan
a. Perdarahan retina
b. Kemunduran penglihatan
3. Gangguan faal
a. Hati dalam bentuk ikterus
b. Ginjal dalam bentuk anuria
c. Jantung dan pembuluh darah, terjadi nadi meningkat
d. Tekanan darah menurun

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1 Pengkajian
Menurut Aspiani, 2017 Pengkajian pada pasien dengan Hiperemesis Gravidarum yaitu:
A. Identitas

Mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi: nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya
perkawinan dan alamat.
B. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan hiperemesis gravidarum adalah mual
muntah yang
berlebihan, badan lemas, tidak nafsu makan, pusing dan nyeri pada ulu hati.
C. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien pertama kali mengalami mual muntah yang berlebihan ±10 kali/hari
sampai menganggu aktivitas sehari-hari menimbulkan gejala seperti nafsu makan
berkurang, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mata tanpak cekung, keadaan
umum lemah, tekanan darah turun dan nadi meningkat, lidah kotor serta nyeri
epigastrium.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita, yang ada hubungannya dengan
penyakit sekarang,misalnya gastristis.
E. Riwayat Penyakit Keluarga

Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang perlu dikaji
yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota yang ada hubungannya
dengan operasi
F. Riwayat obsterti
1. Keadaan Haid

Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang menarche, siklus haid,hari
pertama haid,hari pertama haid terakhir,jumlah dan warna darah keluar,encer
menggumpal,lamanya haid,nyeri atau tidak serta bau.
2. Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali melakukan ANC
(antenatal care), selama kehamilan periksa dimana,perlu diukur tinggi badan dan
berat badan.

G. Pola Kebiasaan Sehari-Hari Menurut Virginia Henderson


a) Respirasi

Klien mengalami gangguan dalam bernafas (pernafasan klien meningkat).


b) Nutrisi

Produksi kelenjar saliva meningkat pada trimester satu,ibu hamil sering mengeluh
mual muntah yang berlebihan sehingga asupan makanan yang di produksi oleh
ibu hamil trimester satu harus lebih ditingkatkan lagi karena untuk mencegah
kekurangan kebutuhan akan nutrisinya.
c) Eliminasi

Tonus-tonus otot saluran cerna melemah akibatnya motilitas dan reabsorsi


makanan menjadi kurang baik dan akan menimbulkan obstipasi.
d) Gerak Dan Keseimbangan Tubuh

Klien dengan hiperemesis gravidarum gerak/aktivitasnya bisa terganggu karena


kebiasaan sehari-hari tidak bisa dilakukan/tidak dapat terpenuhi dengan baik.
e) Istirahat/Tidur

Klien yang biasanya akan mengalami gangguan dalam istirhat/tidurnya


disebabkan karena mual muntah serta pusing yang di alami.
f) Kebutuhan berpakaian

Klien dengan hiperemesis gravidarum tidak mengalami gangguan dalam


memenuhi berpakaian tersebut.
g) Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi

Klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya mengalami gangguan dalam hal


temperature tubuh dan sirkulasi berupa suhu tubuh kadang-kadang naik dan
tekanan darah turun.
h) Kebutuhan persolan hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri dan
dilakukan 2 kali sehari.
i) Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan
terlindungi oleh keluarganya.klien mampu menghindari bahaya dari lingkungan.
j) Sosialisasi

Bagaimana pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam


mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini.
k) Kebutuhan spiritual

Pada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran
agama ataukah terlmbat karena keadaan yang sedang dialami.

l) Aktivitas

Klien hiperemesis gravidarum aktivitasnya terganggu, pekerjaan atau kegiatan


sehari-hari tidak mampu dilakukan maksimal karena keadaannya semakin lemah.
m) Kebutuhan bermain dan berekkresi

Klien hiperemesis gravidarum biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan


bermain dan rekresi karena dalam kondisi yang lemah.
n) Kebutuhan belajar

Bagaimana klien berusaha belajar,menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu


yang mengarah pada perkembangan yang nomal, kesehatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan yang tersedia

H. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

Keadaan umum klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya akan mengalami


mual muntah yang berlebihan,badan lemas,tidak ada nafsu makan, pusing dan
nyeri pada ulu hati.
b. Kesadaran

Klien dengan hiperemesis gravidarum pada tingkat ke 3 akan mengalami


kesadaran yang menurun sampai apatis.
c. Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya tidak stabil :


pernafasan cepat,suhu meningkat,tekanan darah sistol menurun dan denyut nadi
meningkat.
d. Berat badan

Klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya mengalami berat badan menurun.


e. Pemeriksaan head to toe
1) kepala dan rambut
Bentuk kepala, kulit kepala apakah kotor atau berketombe kondisi rambut,
pertumbuhan rambut apakah merata atau tidak. Pada umumnya klien dengan
hiperemisis gravidarum tidak menunjukan gangguan pada kepala serta
pertumbuhan rambut.
2) Wajah

Yang perlu diperhatikan mengenai warna kulit dan ekspresi wajah klien.
3) Mata

Bagaimana bentuk bola mata, ada tidaknya gerak bola mata dan konjungtiva.
Klien dengan hiperemesis gravidarum memiliki mata yang tanpak cekung
ikterus, mengalami diplopia, niktakmus serta jika hiperemesis gravidarum
tidak tertangani akan mengakibatkan kebutaan dan pendarahan retina.
4) Hidung

Ada tidaknya septuminasi, polip dan bagaimana kebersihan.


5) Telinga

Mencakup kebersihan telinga, ada tidaknya kelainan fungsi pendengaran dan


kelainan anatomi telinga.klien dengan hiperemesis gravidarum biasanya
tidak mengalami gangguan pada telinga atau tidak berefek pada sistem
pendengaran.
6) Mulut bibir dan faring

Mengenai bagaimana bentuk bibir apakah simetris atau tidak, kelembaban,


kebersihan mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil dan ada tidaknya kelainan
bicara. Klien dengan hiperemesis gravidarum akan mengalami gangguan
pada rongga mulut.dapat berupa mulut yang beriritasi dan merah, lidah
mengering dan tampak kotor.faring klien dengan hiperemesis gravidarum
tampak kering dan merah.
7) Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak kebersihan gigi, ada tidaknya peradangan
gusi atau caries gigi dan penggunaan protesa (penggunaan gigi palsu atau
tidak).
8) Leher

Dikaji adanya pembesaran tyroid dan vena jugularis.


9) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan


memberikan asi pada saat laktasi.perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan karena pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen,
progesterone dan somatotropin. Payudara menjadi lebih besar, areola mamae
hiperpigmentasi dan putting susu semakin menonjol.
10) Paru-paru

Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan nafas pendek, hal ini disebabkan
oleh uterus yang membesar kearah diafragma. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen yang meningkat kira-kira 20%, maka ibu hamil akan bernafas lebih
dalam.pernafasan klien dengan hiperemesis gravidarum dapat berbau aseton.
11) Jantung
Klien dengan hiperemesis gravidarum tekanan darah sistol akan turun dan
nadi akan meningkat.
12) Abdomen (lambung,usus,hati,kantung kemih)

Perlu diperhatikan adanya distensi abdomen, bagaimana dengan bising usus


nyeri tekan dan bagaimana frekuensi berkemih.pada klien hiperemesis
gravidarum dapan ditemukan rasa sakit dihepar nyeri epigastrium,
konstipasi, mual muntah yang berlebihan,gangguan BAB,adanya aseton
dalam air kencing dan oligurih.
13) Ekstremitas

Bagaimana kesimetrisannya, ujung-ujung jari apakah sianosis atau tidak


apakah ditemukan adanya oedema atau tidak. Tonus otot yang melemah
dapat ditemukan pada klien dengan hiperemesis gravidarum.

2. DAFTAR MASALAH
1. Hipovolemia
2. Nausea
3. Gangguan pola tidur
4. gangguan rasa nyaman
5. Intoleransi aktifitas

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diangosa keperawatan menurut Nurarif (2015) dimodifikasi berdasarkan Standar Diagnosa
keperawatan Indonesia (SDKI) menurut PPNI (2017) adalah sebagai berikut :
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan turgor
kulit menurun
2. Nausea berhubungan dengan kehamilan dibuktikan dengan mengeluh mual, merasa
ingin muntah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan
sering terjaga
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan
gelisah
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan mengeluh
lelah

4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


O
1 Hipovolemia adalah penurunan Ekspektasi Membaik Intervensi
volume cairan intravaskuler, Kriteria hasil : Keperawatan:
interstisiel, dan/atau intraseluler 1. Kekuatan nadi Manajemen
PENYEBAB meningkat Hipovolemia
1. Kehilangan cairan aktif 2. Output urine
2. Kegagalan mekanisme regulasi meningkat Observasi:
3. Peningkatan permeabilitas 3. Membrane 1. Periksa tanda dan
kapiler mukosa lembap gejala hipovolemia
4. Kekurangan intake cairan meningkat (mis. Frekuensi
5. Evaporasi 4. Ortopnea nadi meningkat,
menurun nadi teraba lemah,
Gejala Mayor 5. Dispnea tekanan darah
Subjektif : - menurun menurun, tekanan
Objektif : 6. Paroxysmal nadi menyempit,
1. Frekuensi nadi meningkat nocturnal turgor kulit
2. Nadi teraba lemah dyspnea (PND) menurun,
3. Tekanan darah menurun menurun membrane mukosa
4. Tekanan nadi menyempit 7. Edema anasarka kering, volume
5. Turgoe kulit menurun menurun urin menurun,
6. Membran mukosa kering 8. Edema perifer hematokrit
7. Volume urin menurun menurun meningkat, haus,
8. Hematokrit meningkat 9. Frekuensi nadi lemah)
membaik 2. Monitor intake dan
Gejala Minor 10. Tekanan darah output cairan
membaik
Subjektif : 11. Tekanan nasi Terapeutik
1. Merasa lemah membaik 1. Hitung kebutuhan
2. Mengeluh haus 12. Turgor kulit cairan
Objektif membaik 2. Berikan posisi
1. Pengisian vena menurun 13. Jugular venous modified
2. Status mental berubah pressure (JVP) trendelenburg
3. Suhu tubuh meningkat membaik 3. Berikan asupan
4. Konsentrasi urin meningkat 14. Hemoglobin cairan oral
5. Berat badan turun tiba-tiba membaik
15. Hematokrit Edukasi
membaik 1. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi
pemeberian cairan
IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%
3. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
Albumin,
plasmanate)
2 Nausea adalah perasaan tidak nyaman Ekspestasi Menurun. Intervensi
pada bagian belakang tenggorokan Kriteria Hasil : Keperawatan :
atau lambung yang dapat 1. Perasaan ingin Manajemen Muntah
mengakibatkan muntah. muntah menurun
2. Perasaan asam di Observasi :
PENYEBAB mulut menurun 1. Identifikasi
Fisiologis 3. Sensasi panas karakterstik
1. Gangguan biokimiawi (mis. menurun muntah (mis.
Uremia, ketoasidosis, 4. Sesais dingin Warna,
diabetic) menurun konsistensi,
2. Gangguan pada esophagus 5. Diaforesis menurun adanya darah,
3. Distensi lambung 6. Takikardia menurun waktu, frekuensi
4. Iritasi lambung 7. Pucat membaik dan durasi)
5. Gangguan pancreas 8. Dilatasi pupil 2. Periksa volume
6. Peregangan kapsul limpa membaik muntah
7. Tumor teralokasi (mis. 9. Nafsu makan 3. Identifikasi
Neuroma akustik, tumor otak membaik riwayat diet (mis.
primer atau sekunder, 10. Jumlah saliva Makanan yang
metastasis tulang didasar membaik disuka, tidak
tengkorak 11. Frekuensi menelan disukai, dan
8. Peningkatan tekanan membaik budaya)
intraabdominal (mis. 4. Identifikasi faktor
Keganasan intraabdomen) penyebab muntah
9. Peningkatan tekanan (mis. Pengobatan
intracranial dan prosedur)
10. Peningkatan tekanan 5. Identifikasi
intraorbital (mis. Glaucoma) kerusakan
11. Mabuk perjalanan esophagus
12. Kehamilan danfaring posterior
13. Aroma tidak sedap jika muntah terlalu
14. Rasa makanan/minuman yang lama
tidak enak 6. Monitor efek
15. Stimulus penglihatan tidak manajemen
menyenangkan muntah secara
16. Faktor psikologis (mis. menyeluruh
Kecemasan, ketakutan, stress) 7. Monitor
17. Efek agen farmakologis keseimbangan
18. Efek toksin cairan dan
elektrolit
Gejala Mayor Terapeutik:
Subjektif : 1. Kontrol faktor
1. Mengeluh mual lingkungan
2. Merasa ingin muntah penyebab muntah
3. Tidak berminat makan (mis. Bau tak
sedap, suara dan
Objektif : - stimulasi visual
yang tidak
Gejala Minor menyenangkan)
2. Kurangi atau
Subjektif : hilangkan keadaan
1. Merasa asam dimulut penyebab muntah
2. Sensasi panas/dingin (mis. Kecemasan,
3. Sering menelan ketakutan)
3. Atur posisi untuk
Objektif : mencegah aspirasi
1. Saliva meningkat 4. Pertahankan
2. Pucat kepatenan jalan
3. Diaforesis nafas
4. Takikardia 5. Bersihkan mulut
5. Pupil dilatasi dan hidung
6. Berikan dukungan
fisik saat muntah
(mis. Membantu
membungkuk atau
menundukkan
kepala)
7. Berikan
kenyamanan
selama muntah
(mis. Kompres
dingin didahi, atau
sediakan pakaian
kering dan bersih
8. Berikan cairan yang
tidak mengandung
karbonasi minimal
30 menit setelah
muntah
Edukasi :
1. Anjurkan
membawa kantong
plastic untuk
menampung
muntah
2. Anjurkan
memperbanyak
istirahat
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengelola
muntah (mis.
biofeedback,
hypnosis, relaksasi,
terapi music,
akupresur)
Kolaborasi :
1.Kolaborasi
pemberian antiemetic,
jika perlu
3 Gangguan pola tidur adalah gagguan Ekspektasi Membaik Dukungan tidur
kualitas dan kauntitas waktu tidur Criteria hasil: Observasi
akibat faktor eksternal 1. Kemampuan
PENYEBAB : beraktivitas 1. Identifikasi
1. Hambatan lingkugan( mis. meningkat aktivitas dan pola
Kelembapan lingkungan 2. Keluhan sulit tidur
sekitar, suhu lingkungan, tidur menurun 2. Identifikasi faktor
pencahayaan, kebisisngan, 3. Keluhan sering penggagu tidur
bau tidak sedap, jadwal terjaga menurun (fisik dan/atau
pemantauan,/pemeriksanan/ti 4. Keluhan tidak fisiologi)
ndakan) puas tidur 3. Identifikasi
2. Kurangnya kontrol tidur menurun makanan dan
3. Kurangnya privasi 5. Keluhan minuman yang
4. Restraint fisik polatidur menggangu tidur (
5. Ketidakadaan teman tidur berubah mis, kopi,
6. Tidak familiar dengan menurun teh,alkohol,
peralatan tidur 6. Keluhan makan mendekati
istirahat tidak tidur, minum
Gejala Mayor cukup menurun banyak air
Subjektif : sebelum tidur )
1. Mengeluh sulit tidur 4. Identifikasi obat
2. Mengeluh sering tidur yang
terjaga dikonsumsi
3. Mengeluuh tidak
puas tidur Terapeutik
4. Mengeluh polatidur 1. Modifikasi
berubah lingkungan (b
5. Mengeluh istirahat mis, pencahayaan,
tidak cukup kebisingan, sushu,
Objektif : matras, dan
( tidak tersedia ) tempat tidur)
2. Batasi tidur
Gejala Minor siang , jika perlu
Subjektif : 3. Fasilitasi
1. Mengeluh ketidakmampuan menghilangkan
beraktivitas menurun strees sebelum
Objektif : tidur
( tidak tersedia ) 4. Tetapkan jadwal
tidur rutin
5. Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis,
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur )
6. Sesusaikan jadwal
pemberian obat
dan/ atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-
terjaga

Edukasi
1. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
2. Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan
menghindari
makanan atau
minuman yang
mengganggu
tidur
4. Anjurkan
menggunkan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM.
5. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
ganggguan pola
tidur (mis,
psikologi, gaya
hidup, sering
berubah sipt
bekerja )
6. Ajarkan relaksasi
otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi
lainnya)
7. koping untuk
mengurangi
kelelahan

Sumber SDKI, SIKI, SLKI (2017)


DAFTAR PUSTAKA

Megasari, Miratu Dkk. 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Edisi I. Yogyakarta: Deepublish
Rasida Ningatiqah, S.Tr,.Keb. 2020. Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum berlebihan dalam
kehamilan. Jakarta : One Peach Media
Dr. Ida Bagus Gde Manuaba Sp.Og. 2018. Penuntun Kepaniteraan Obsetri & Ginekologi. Edisi 2. Jakarta
: EGC
Tim pokja SIKI DPP PPNI , 2018 .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia , Definisi dan Tindakan
Keperawatan . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.
Tim pokja SDKI DPP PPNI , 2017 .Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL

I. Pengumpulan Data
A. Identitas Klien
Nama : N.y D Nama Suami : Tn.C
Umur : 20 Tahun Umur : 22 Tahun
Suku / Bangsa : Indonesia Suku : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI AD
Alamat : Jl. Silaberanti Alamat : jl. Silaberanti

No Register : 1234xx
Tgl. MRS :10 April 2020 pukul 09. 00
Tgl. Pengkajian :10 April 2020 pukul 09.30

B. Anamnesa
1. Kunjungan ke : Kedua
2. Keluhan – keluhan : Pasien mengatakan mengeluh mual dan
muntah-muntah sejak 3 hari dalam sehari bisa mencapai 5 kali, mengeluh nyeri ulu
hati, merasa lemas jika berjalan seperti sempoyongan, klien juga tidak nafsu
makankarean mualnya, selama kehamilanya klien tidak bisa tidur dengan nyenyak,
karean terbangun setiap 2 sampai 3jam tertidur.
3. Riwayat Menstruasi :
a. Haid pertama : 12 Tahun
b. Teratur / tidak teratur : Teratur
c. Siklus : 28 hari
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : ± 100 cc
f. Sifat darah :
g. Dismenorrhoe : Tidak pernah

Riwayat kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu. G1P0A0

Usia Jenis Komplikasi Bayi Nifas


No Umur Penolong
Kehamilan Persalinan Ibu Janin PB/BB Ke2adaan Laktasi Keadaan
1 20 21 minngu - - - Dokter - - - -
Tahun

4. Riwayat Kehamilan ini


 HPHT : 13 Januari
 Usia Kehamilan : 21 minggu
 Taksiran Persalinan : 20 Oktoger 2020
 Keluhan – keluhan : Tidak ada

Trimester I :( √ ) Mual dan Muntah.


:( √ ) Hiperemesis Gravidaru.
:( - ) Pusing / sakit kepala.
:( - ) Letih / lesu.
:( √ ) Tidak ada nafsu makan.
:( - ) Lain – lain ….
Trimester II :( √ ) Pusing / sakit kepala
:( √ ) Letih / lesu.
:( - ) Konstipasi.
:( - ) Obstipasi.
:( - ) Nyeri saat BAK.
:( - ) Inkontinensia urine.
:( - ) Lain – lain …..
Trimester III :( - ) Penglihatan kabur.
:( - ) Ekstremitas oedema.
:( - ) Pusing / sakit kepala.
:( - ) Sesak napas
:( - ) Konstipasi.
:( - ) Obstipasi.
:( - ) Inkontinensia urine.
:( - ) Kejang.
:( - ) Lain – lain

 Pergerakan anak pertama kali : Ibu mulai


merasakan tendangan-tendangan yang samar-samar
 Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak 24
jam terakhir : 25 Kali
( ) < 10 kali ( ) 10 – 20 kali ( √ ) > 20 kali
 Bila pergerakan < 20 kali dalam 24 jam, dengan
frekuensi :
( ) < 15 menit ( √ ) > 15 menit
 Diet makan
Makan sehari – hari : 3 kali sehari ( 1 porsi dengan nasi,
sayaur, lauk )
Pola eliminasi.
BAK : 8 kali sehari, konsistensi cair, bau
khas, warna jernih
BAB : 1 kali sehari di pagi hari, konsistensi
lembek, bau khas, warna coklat
 Aktifitas sehari – hari
Pola istirahat / tidur : 2 -3 jam sering terjaga di malam hari
Seksualitas : 1 kali seminggu selama hamil
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Imunisasi
Imunisasi I ( tanggal ) : Diberikan vaksin tetanus toxoid (TT)
pada tanggal 30 januari
Imunisasi II ( tanggal ) : Belum di imunisasi
Kontrasepsi.
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Pil KB
Keluhan : Tidak ada masalah

5. Riwayat Penyakit Sistemik yang pernah diderita


 Jantung : Tidak
ada
 Ginjal : Tidak
ada
 Asma / TB Paru : Tidak
ada
 Hepatitis : Tidak ada
 Epilepsi : Tidak ada
 Riwayat gemeli : Tidak
ada
 Lain – lain : Tidak ada

 Riwayat Penyakit Keluarga :


 Jantung : Tidak ada
 Hipertensi : Tidak ada
 DM : Tidak ada
 Riwayat gemeli : Tidak ada
 Riwayat Makrosomia : Tidak ada

6. Riwayat operasi ( Medical Surgical ) : ( ) Ada ( √ ) tidak


Jenis operasi : Tidak pernah
7. Riwayat Sosial
 Status perkawinan : Sudah menikah
 Umur : Pr : 18 tahun Lk : 20 tahun
 Lamanya perkawinan : 2 Tahun
 Kehamilan ini
( √ ) direncanakan
( ) tidak direncanakan
( ) diterima
( ) tidak diterima
 Perasaan tentang perkawinan ini : Sangat senang dengan pernikahannya

C. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif )


Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg LILA : 27 cm.
Denyut nadi : 98 x / menit. TB : 145 cm.
Pernafasan : 22 x / menit. Suhu : 36.5 o C.
BB sebelum hamil : 46 kg BB sekarang : 50 Kg.
Wajah
Oedema : ( ) ada ( √ ) tidak ada
Conjungtiva : ( √ ) tidak anemis ( ) anemis.
Sklera : ( √ ) tidak Ikterik ( ) ikterik.
Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : ( √ ) ada ( ) tidak ada
Pembesaran kelenjar limpa : ( √ ) ada ( ) tidak ada.
Dada
Bentuk payudara : ( √ ) simetris. ( ) tidak simetris.
Putting susu : ( √ ) menonjol. ( ) tidak menonjol.
Hiperpigmentasi : ( ) ya. ( √ ) tidak.
Colostrum : ( ) keluar. ( √ ) tidak keluar.
Kebersihan : ( √ ) cukup. ( ) kurang.

Abdomen
Besar perut sesuai dengan usia kehamilan : ( √ ) ya ( ) tidak.
Bekas luka / operasi : ( √ ) ada ( ) tidak ada.
Gravidarum striae : ( √ ) ada ( ) tidak ada.
Palpasi uterus
Leopold I : Menempatkan kedua telapak tangan di bagian atas
perut untuk menentukan letak tinggi fundus uteri, biasanya TFU setinggi pusat
Leopold II :Meletakan kedua telapak tangan di atas perut untuk
menentukan letak bagian punggung bayi
Leopold III : Belum di ketahui
Leopold IV : Belum di ketahui

Posisi janin : Kepala berada di bawah dan wajah menghadap perut


Pergerakan janin : ( √ ) ya ( ) tidak ada
Auskultasi
DJJ : Iya tempat : Dipunggung bayi
Frekuensi :.140 x/mnt teratur / tidak teratur ( teratur )
Genetalia
Vulva dan vagina
Varises : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Luka : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Kemerahan : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Nyeri : ( √ ) ada. ( ) tidak ada.
Kebersihan : ( √ ) cukup. ( ) kurang.

Perineum
Bekas luka / luka parut : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Lain – lain :
Ekstremitas
Oedema tangan/jari : ( ) ada ( √ ) tidak ada
Oedema kaki : ( ) ada ( √ ) tidak ada
Varises tungkai : ( ) ada ( √ ) tidak ada

D. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 13,0 g/dl
Ht : 45 %
Gol Darah : AB
Rhesus :+
Gula darah sewaktu : 120 mg/dl
VDRL : 1/640
Proteinuria : 150 mg/24jam

Pemeriksaan USG/Ro dll


Tidak dilakukan USG

II. Analisa Data


No Data Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
1. Data Subjek : Kehilangan cairan aktif Hipovolemia
Pasien mengatakan
dalam sehari bisa 5 kali
muntah

Data objektif :
Td : 110/70mmHg
Nadi : 98x/mnt
Suhu : 36.5 c
RR : 22x/mnt

2. Data subjektif : Kehamilan Nausea


Pasien mengatakan mual
muntah selama 3 hari
Data subjektif :
- 5 kali muntah dalam
sehari
Td : 110/70mmHg
Nadi : 98x/mnt
Suhu : 36.5 c
RR : 22x/mnt

3. Data Subjektif : Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur


Pasien mengatakan tidak bisa
tidur dengan nyenyak karena
sering terbangun setiap 2
sampai 3 jam tertidur.

Data Objektif :
- Sulit tidur
- Sering terjaga setiap
2 sampai 3 jam

Td : 110/70mmHg
Nadi : 98x/mnt
Suhu : 36.5 c
RR : 22x/mnt

III. Prioritas Masalah Keperawatan.


1. Hipovolemia
2. Nausea
3. Gangguan pola tidur

IV. Diagnosa Keperawatan.


1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan turgor kulit
menurun
2. Nausea berhubungan dengan kehamilan dibuktikan dengan mengeluh mual, merasa ingin
muntah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan dengan sering
terjaga

V. Intervensi Keperawatan.
N SDKI SLKI SIKI
o
Hipovol Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
emia berhubungan keperwatan selama 1 x 24 jam Observasi
dengan kehilangan maka status cairan membaik, 1. Monitor intake dan output
dengan kriteria hasil : cairan
cairan aktif
dibuktikan dengan 1. Output cairan meningkat Terapeutik
turgor kulit
menurun 2. Membran mukosa lembab 1. Hitung kebutuhan caian
meningkat 2. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)

2. Nausea Setelah dilakukan tindakan Observasi


berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Identifikasi karakteristik
dengan kehamilan maka tingkat nausea menurun, muntah (mis.warna, konsistensi,
dengan kriteria hasil : adanya darah, waktu, frekuensi,
dibuktikan dengan
1. Perasaan ingin muntah
mengeluh mual, dan durasi)
menurun
merasa ingin 2. Periksa volume muntah
muntah 3. Identifikasi penyebab muntah
(mis. Pengobatan dan prosedur)

Terapeutik
1. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab muntah
2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
3. Berikan kenyamanan selama
muntah

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
istirahat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu

3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindak Dukungan tidur


tidur berhubungan keperawatan selama 1 x 24 Observasi
dengan hambatan maka pola tidur membaik, 1. Identifikasi pola aktivitas
dengan kriteria hasil : dan tidur
lingkungan
1. Keluhan sulit tidur menurun 2. Identifikasi faktor
dibuktikan dengan
2. Keluhan serung terjaga penggangu tidur
sering terjaga
menurun
3. Keluhan tidak puas tidur Terapeutik
menurun
1. Batasi waktu tidur siang, jika
4. Keluhan pola tidur berubah
menurun perlu
5. Keluhan istirahat tidak cukup 2. Fasilitasi menghilangkan
menurun stres sebelum tidur
3. Tetapkan jadwal tidur rutin

Edukasi

1. Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

VII. Implementasi Keperawatan.

No Hari/ DP Jam Implementasi Keperawatan Nama


Tanggal dan
Paraf
1. Jumat, 10 Hipovolemia 13.0 Observasi Yuland
April berhubungan 0 1. Memonitor intake dan output a
2020 dengan kehilangan cairan
cairan aktif Rasional : Untuk mengukur
dibuktikan dengan cairan masuk dan cairan
turgor kulit keluaran
menurun
Terapeutik
1. Menghitung kebutuhan cairan
Rasional :
2. Memberikan asupan cairan oral
Rasional : berikan air putih
agar tidak terjadi hipovolemia

Edukasi
1. Menganjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Rasional : Agar tidak terjadi
mual dan muntah

Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
Rasional : berikan cairan RL

2. Jumat, 10 Nausea 13.1 Observasi Yuland


April berhubungan 5 1. Mengidentifikasi karakteristik a
2020 dengan kehamilan muntah (frekuensi, dan durasi)
dibuktikan dengan Rasional : Menghitung
mengeluh mual, frekuensi dan durasi muntah
merasa ingin dalam sehari
muntah 2. Memeriksa volume muntah
Rasional : untuk mengetahui
output cairan
3. Mengidentifikasi penyebab
muntah (Pengobatan dan
prosedur)
Rasional : Untuk mencegah
agar tidak terjadi mual muntah

Terapeutik
1. Mengurangi atau hilangkan
keadaan penyebab muntah
Rasional : Dengan mengatur
jadwal tidur
2. Mempertahankan kepatenan
jalan nafas
Rasional : Agar tidak terjadi
syok
3. Memberikan kenyamanan
selama muntah
Rasional : Dengan membiarkan
Klien muntah dengan puas

Edukasi
1. Menganjurkan memperbanyak
istirahat
Rasional : Berikan waktu
istirahat dengan membatasi
pengunjung

Kolaborasi
1. Mengkolaborasi pemberian
antiemetik
Rasional : Berikan piridokson
10-20 mg setiap 6-8 jam
3. Jumat, 10 Gangguan pola 13.3 Observasi Yuland
April tidur berhubungan 0 1. Mengidentifikasi pola aktivitas a
2020 dengan hambatan dan tidur
lingkungan Rasional: Membantu membuat
dibuktikan dengan
sering terjaga jadwal pola aktivitas dan tidur
2. Mengidentifikasi faktor
penggangu tidur
Rasional : Berikan solusi agar
bisa tidur nyenyak

Terapeutik

1. Membatasi waktu tidur siang,


Rasional : Bertujuan agar pada
saat tidur malam bisa nyenyak
2. Memfasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
Rasional : Dengan
mengedukasi pasien agar
membaca novel atau
mendengarkan musik sebelum
tidur
3. Menetapkan jadwal tidur rutin
Rasional : Untuk mengurangi
stress sebelum tidur

Edukasi

1. Menjelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
Rasional : Karena pada saat
tidur tubuh akan mengeluarkan
senyawa sitokin sebagai
pelindung kekebalan tubuh
2. Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
Rasional : agar dapat tidur
drngan nyenyak
3. Mengajarkan relaksasi otot
autogenik
Rasional : bertujuan
mengurasing stress

VIII. Evaluasi Keperawatan / Catatan Perkembangan.

No DP Evaluasi Keperawatan Nama


(S0AP) dan
Paraf
1. Hipovolemia Tanggal : 16 agustus 2020 Yuland
berhubungan dengan Pukul : 12.00 WIB a
kehilangan cairan
S:
aktif dibuktikan
Pasien mengatakan tidak nafsu makan disertai mual dan
dengan turgor kulit muntah dan nyeri pada ulu hati
menurun
O :TTV

- Muntah 5 kali dalam sehari


- KU Lemah
- Kes : CM
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/MENIT
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

Edukasi
1. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (RL)

2. Nausea berhubungan Tanggal : 16 agustus 2020 Yuland


dengan kehamilan Pukul : 12.00 WIB a
dibuktikan dengan
S:
mengeluh mual,
Pasien mengatakan tidak nafsu makan disertai mual dan
merasa ingin muntah muntah dan nyeri pada ulu hati

O :TTV

- KU Lemah
- Kes : CM
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/MENIT
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
1. Kontrok faktor lingkungan penyebab muntah ( mis. Bau
tak
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian antiemetik sedap, suara, stimulus
visual yang tidak menyenangkan)

3. Gangguan pola tidur Tanggal : 16 agustus 2020 Yuland


berhubungan dengan Pukul : 12.00 WIB a
hambatan lingkungan
S : Pasien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak karena
dibuktikan dengan
sering terbangun setiap 2 sampai 3 jam tertidur.
sering terjaga O:
- KU Lemah
- Kes : CM
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/MENIT
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Edukasi

1. Ajelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

3. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara

No DP Evaluasi Keperawatan Nama


(S0AP) dan
Paraf
1. Hipovolemia Tanggal : 16 agustus 2020 Yukand
berhubungan dengan Pukul : 18.00 WIB a
kehilangan cairan
S : Pasien mengatakan mual dan muntah sedikit berkurang
aktif dibuktikan
tetapi masih suka tiba-tiba kambuh kembali
dengan turgor kulit
menurun O : TTV
- Kes : CM
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/Menit
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Edukasi
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (Cairan
RL)

2. Nausea berhubungan Tanggal : 16 agustus 2020 Yuland


dengan kehamilan Pukul : 18.00 WIB a
dibuktikan dengan
S : Pasien mengatakan mual dan muntah sedikit berkurang
mengeluh mual,
merasa ingin muntah O : TTV
- Kes : CM
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/Menit
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
1. Kontrok faktor lingkungan penyebab muntah ( mis. Bau
tak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetik sedap, suara, stimulus
visual yang tidak menyenangkan)

3. Gangguan pola tidur Tanggal : 16 agustus 2020 Yuland


berhubungan dengan Pukul : 18.00 WIB a
hambatan lingkungan
S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur tetapi masih sering
dibuktikan dengan
terbangun.
sering terjaga
O:
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/MENIT
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Edukasi

1. jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

3. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara

No DP Evaluasi Keperawatan Nama


(S0AP) dan
Paraf
1. Hipovolemia Tanggal : 17 agustus 2020 Yuland
berhubungan dengan Pukul : 12.00 WIB a
kehilangan cairan
S : Pasien mengatakan mual dan muntah sudah hilang
aktif dibuktikan
dengan turgor kulit O : TTV
menurun - Kes : CM
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/Menit
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan pasien pulang

2. Nausea berhubungan Tanggal : 17 agustus 2020 Yuland


dengan kehamilan Pukul : 12.00 WIB a
dibuktikan dengan
S : Pasien mengatakan mual dan muntah sudah hilang
mengeluh mual,
merasa ingin muntah O:
- Kes : CM
- KU : Baik
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/Menit
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan pasien pulang

3. Gangguan pola tidur Tanggal : 17 agustus 2020 Yuland


berhubungan dengan Pukul : 12.00 WIB a
hambatan lingkungan
S : Pasien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak
dibuktikan dengan
sering terjaga O:
TTV
- TD : 110/70
- N : 98x/menit
- RR : 22x/menit
- S : 36,5⁰c

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan pasien pulang

DAFTAR PUSTAKA
Megasari, Miratu Dkk. 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Edisi I. Yogyakarta: Deepublish
Rasida Ningatiqah, S.Tr,.Keb. 2020. Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum berlebihan dalam
kehamilan. Jakarta : One Peach Media
Dr. Ida Bagus Gde Manuaba Sp.Og. 2018. Penuntun Kepaniteraan Obsetri & Ginekologi. Edisi 2. Jakarta
: EGC
Tim pokja SIKI DPP PPNI , 2018 .Standar Intervensi Keperawatan Indonesia , Definisi dan Tindakan
Keperawatan . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.
Tim pokja SDKI DPP PPNI , 2017 .Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik . Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia , Jakarta.

FORMAT KONSULTASI

NAMA MAHASISWA : YULANDA PRANSISKA

NIM : 01.18.0055

RUANGAN :

RUMAH SAKIT : DR. AK GANI PALEMBANG

NO HARI/TGL TOPIK KONSULTASI SARAN PARAF


1 14/08/20 1. Konsultasi Lp Hiperemisis Gravidarum 1.Setiap Point Lp harus
mempunyai referensi
2. Konsultasi Askep Teoritis
2. Referensi 10 tahun terakhir

3. Minimal 3 definisi

4. Daftar masalah minimal 3

5. Rencana Tindakan di buat


dalam tabel

2 17/08/20 1. Konsultasi Lk Hiperemisis Gravidarum 1. Implementasi di tambah


respon atau rasional

2. Di evaluasi harus di buat jam


mengevaluasi tindakan

3. 18/08/20 1. ACC Askep Hiperemisis Gravidarum

LAMPIRAN

Nama : Yulanda Pransiska


Nim : 01.18.0055
Dosen Pembimbing : Ns. Ria Dilla S.Kep., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai