DI SUSUN OLEH :
MENGETAHUI, MENGETAHUI,
PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA/i
B. Anaotmi Kehamilan
C. Tanda-tanda Kehamilan
D. Proses Kehamilan
Proses ini diawali pada saat anda berhubungan seksual dengan
pasangan berutnunglah bila laki-laki dapat orgasme karna orgasme ini
memiliki fungsi biologis yang penting.
Pada laki-laki, orgasme akan mendorong semen (dari ejakulasi) yang
kaya sperma kedalam vagina dan naik keleher Rahim, sekitar 10ml per jam.
Kekuatan ejakulasi inilah yang memberi sperma awal yang baik dalam
perjalanannya menuju sel telur.
E. Pemeriksaan Kehamilan
1. Tes darah
a. Tes golongan darah
b. Hemoglobin (Hb)
c. Tes gula darah
d. Skrining penyakit infeksi
e. Pemeriksaan genetic
2. Tes urine antenatal
3. Ultrasogrsafi (USG)
4. Trimester pertama
5. Trimester kedua
6. Trimester ketiga
F. Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan pada trimester I dan II adalah kejadian yang sering
timbul pada kehamilan trimester I dan II, yaitu:
1. Anemia kehamilan
2. Hipermesis gravidarum
3. Abortus atau keguguran
4. Kehamilan dengan degrenasi penyakit trofoblas
5. Kehamilan ektopik terganggu
B. Anatomi
C. Etiolo
gi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat
bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan
hasil konsepsi dapat terjadi karena:
1. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosm,
termasuk kromosom seks
2. Faktor lingkungan endometrium
a. Endometrium yang belum siap untuk menerima implamasi hasil konsepsi
b. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek
3. Pengaruh luar
a. infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hadil konsepsi
hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan pada plasenta
1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi
2. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes melitus
3. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia
dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan
penyakit diabetes melitus
d. Kelainan pada rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk memoa uteri, uterus arkuatus, uterus
septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks( konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum (manuaba,2016)
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerliosi jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan
8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng, dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadi
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa
cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. (Ai Yeyeh 2016)
E. Manifestasi Klinis
a. Abortus inkomplit ditandai dengan keluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus,
sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi anemis
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2016)
b. Gejala lain dari abortus inkomplit antara lain:
Tanda dan gejala dari abortus inkomplit menurut Maryunani,(2016) :
a) Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah.
b) Rasa mulas (kontraksi) tambah lambat.
c) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
d) Pada pemeriksaan vaginal:
1. Jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang – kadang sudah
menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
2. Pada abortus yang baru terjadi, didapati saat leher rahim terbuka.
e) Rahim berukiran lebih kecil dari seharusnya.
f) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok.
F. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada
uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik secara umum
2. Pemeriksaan ginekologi
3. Pemeriksaan laboratorium:
a) Kariotik darah tepi kedua orangtua
b) Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada
indikasi
c) Biopsy endometrium pada fase luteal
d) Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
e) Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
f) Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
g) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks
(myocoplasma, ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan.
b. Penatalaksanaan Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi
baru pada ibu dengan riwayat abortus berulang-ulang maka support psikologis
untuk pertumbuhan embrio internal uterine yang baik perlu diberikan pada ibu
hamil.Kenali kemungkinan terjadinya anti fosfolipid syndrome atau mencegah
terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk
membantu pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemberian USG dapat
dikerjakan. Gold standard untuk monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan
USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai kehamilan ini tidak mengalami
abortus.Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu
segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil konsepsi
tersebut.
Pemeriksaan serum á-fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-
18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan
melakukan amniosintesis air ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya
kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan
hasil penilaian yang sesuai.Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel
telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai
variasi hasil pemeriksaan reaksi imunologi.Pengobatan pada penderita yang
mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga
akan sangat membantu.
2. Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metode yang digunakan adalah pemeriksaan
HeadToToe. Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien dengan abortus meliputi:
a. Keadaan umum
Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah
b. Tanda – tandavital
c. Tekanan darah :Menurun
d. Nadi : Mungkin meningkat(›90x/menit)
e. Suhu :Meningkat/menurun
f. Respirasi: Meningkat›20x/menit
c. Kepala:
Inspeksi: bersih atau tidaknya, ada ataulesi
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi,masa
d. Wajah
Inspeksi : Tampak pucat, ada atau tidakoedem
e. Mata
Inspeksi : Konjungtiva tampak pucat (karenaadanyaperdarahan), sklera ikterus.
f. Hidung
Inspeksi : Simetris atau tidak, ada tidaknya polip
g. Telinga
Inspeksi : Ada tidaknya peradangan danlesi
h. Mulut
Inspeksi : Periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi, ada tidaknya
kariesgigi.
i. Leher
Inspeksi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid da limfe
Palpasi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
j. Payudara
Inspeksi : Ukuran payudara, simetris dan penampilan kulit, inspeksi puting
teradap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dankemerahan.
Palpasi:Palpasipayudarauntukmengetahuikonsistensi dan nyeritekan
k. Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman dan penggunaan
otot bantu pernapasan, ada tidaknya retaksi dindingdada
Palpasi :Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vocal premitus
Perkusi : Kenormalan organthorax
Auskultasi : Ada tidaknya suara nafas tambahan
l. Abdomen
Inspeksi : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan pervaginam,
terlihat jaringan parut pada perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi,
terciumbau busuk darivulva.
Auskultasi : Bising ususnormal
Palpasi : TFU 2 jari diatas simpisis pubis, terdapat kontraksi uterus, tonus baik,
lembek dan tidak terdapat nyeritekan.
Perkusi :Suara normal timfani, untuk mengetahui suara normalnya bila masih ada
sisa hasil konsepsi yang belum dkeluarkan maka suara akan berubah menjadi
lebihpekak
m. Genetalia
Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat bekuan darah,
serviks tampak mendatar dan dilatasi
n. Ekstremitas atas
Inspeksi : Ada tidaknya infus yangterpasang
Palpasi : CRT (Capilary RefileTime)
O. Ekstremitasbawah
Inspeksi : Ada tidaknyadeformitas
Palpasi : Akral (perdarahan biasanya disertai dnegan akraldingin)
2. Pemeriksaan fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metoda yang digunakan adalah pemeriksaan Head To
Toe. Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien dengan abortus meliputi:
1. Keadaan umum
Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah.
2. Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah: menurun
b) Nadi: mungkin meningkat (>90 x/menit)
c) Suhu: meningkat/ menurun
d) Respirasi: meningkat >20 x/menit
3. Kepala
a) Inspeksi : bersih atau tidaknya, ada atau tidak lesi.
b) Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa.
4. Wajah
Inspeksi: tampak pucat, ada atau tidak oedema.
5. Mata
Inspeksi: konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan), sklera ikterus.
6. Hidung
Inspeksi: simestris atau tidak, ada tidaknya polip.
7. Telinga
Inspeksi: ada tidaknya peradangan dan lesi.
8. Mulut
Inspeksi: periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkaoan gigi, ada tidaknya
karies gigi.
9. Leher
a) Inspeksi: ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe (pemeriksaan dari
arah depan klien).
b) Palpasi: ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe (pemeriksaan dari
arah belakang klien).
10. Payudara
a) Inspeksi: ukuran payudara, simetrisitas, dan penampilan kulit. Inspkesi ukuran
puting terhadap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.
b) Palpasi : palpasi payudara untuk mengetahui kensistensi dan nyeri tekan.
11. Thorax
a) Inspeksi : pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman dan
penggunaan otot bantu pernafasan, ada tidaknya retraksi dinding dada.
b) Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vokal premitus.
c) Perkusi : kenormalan organ indera thorax.
d) Auskultasi : ada tidaknya suara nafas tambahan.
12. Abdomen
a) Inspeksi : pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan pervaginam,
terlihat pada perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi. Tercium bau busuk
dari vulva.
b) Auskultasi : bising usus normal.
c) Palpasi : TFU 2 jari di atas sistesis, terdapat kontraksi uterus, tonus baik,
lembek dan tidak terdapat nyeri tekan.
d) Perkusi : suara normal timfani, untuk mengetahui suara normalnya bila masih
ada sisa hasil konsepsi yang belum dikeluarkan maka suara akan berubah
menjadi lebih pekat.
13. Genetalia
Inspeksi : kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat bekuan darah,
serviks tampak mendatar dan dilatasi.
14. Ekstrimitas atas
a) Inspeksi : ada tidaknya infus yang terpasang.
b) Palpasi : CRT (Capilary Refile Time) memanjang bila terjadi perdarahan.
15. Ekstremitas bawah
a) Inspeksi : ada tidaknya deformitas.
b) Palpasi : akral (perdarahan biasanya disertai dengan akral dingin).
3.Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan turgor kulit
menurun
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluran janin dibuktikan dengan ekspresi wajah
meringis
3. Berduka berhubungan kematian keluarga atau orang yang berarti dibuktikan dengan merasa
sedih.
4. Rencana Keperawatan
Gejala Minor
Subjektif :
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena
menurun
2. Status mental
berubah
3. Suhu tubuh
meningkat
4. Konsentrasi
urin meningkat
Berat badan
turun tiba-tiba
2. Nyeri melahirkan adalah Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pengalaman sensori dan Ekspektasi menurun Observasi
emosional yang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
bervariasi dari Kriteria hasil durasi,frekuensi, kualitas, intensitas
menyenangkan sampai 1. kemampuan nyeri
tidak menyenangkan menuntaskan 2. Identifikasi sakal nyeri
yang berhubungan aktifitas meningkat 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan persalinan 2. keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Penyebab menurun dan memperingan nyeri
1. Dilatasi serviks 3. merinis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
2. Pengeluaran janin 4. sikap protektif keyakinan tentang nyeri
menurun 6. Identifikasi budaya terhadap respon
Gejala dan tanda 5. gelisah menurun nyeri
mayor 6. kesulitan tidur 7. Identifikasi [engaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
Subjektif 7. menarik diri 8. Monitor keberhasilan terapi
1.Mengeluh menurun komplementer yang sudah diberikan
nyeri 8. berfokus pada diri 9. Monitor efek samping penggunaan
1. Perinium terasa sendiri menurun analgetik
tertekan 9. diaforesis menurun
10. perasaan depresi Terapeutik
Objektif ( tertekan ) 1. Berikan teknik nonfarmakologis
1.Ekspresi mwajah menurun untuk mengurangi rasa nyeri ( mis.
meringis 11. perasaan takut TENS, hipnosis, akupresur, terapi
2.Berposisi mengalami cedera musik, biofeedback, terapi pijat,
meringankan nyeri berulang menurun aromaterapi, teknik imajinasi
3.Uterus tersa 12. anoreksia menurun terbimbing, kompres hangat,/dingin,
membulat 13. perineum terasa terapi bermain )
tertekan menurun 2. Kontrol lingkungan yang
Gejala dan tanda 14. uterus teraba memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu
minor membulat menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan )
15. ketegangan otot 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Subjektif menurun 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
1. Mual 16. pupil dilatasi nyeri dalam pemilihan strategi
2. Nafsu Makan menurun meredakan nyeri
menurun/menin 17. muntah menurun
gkat 18. mual menurun Edukasi
Objektif 19. frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
1. Tekanan darah membaik pemicu nyeri
meningkat 20. pola napas 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Frekuensi nadi membaik 3. Anjurkan monitor nyeri secara
meningkat 21. tekanan darah mandiri
3. Ketegangan otot membaik 4. Anjurkan menggunakan analgetik
meningkat 22. proses berpikir secara tepat
4. Pola tidur membaik 5. Ajarkan teknik nonfarmakologi
berubah 23. fokus membaik untuk mengurangi rasa nyeri
5. Fungsi berkemih 24. fungsi berkemih
berubah membaik Kolaborasi
1. Diaforesis 25. prilaku membaik 1. Kolaborasi pemberian anlgetik, jika
2. Gangguan 26. nafsu makan perlu
perilaku membaik
3. Perilaku 27. pola tidur membaik
ekspresif
4. Pupil dilatasi
5. Muntah
6. Fokus pada diri
sendiri
3. Berduka adalah respon Tingkat Berduka Hubungan proses berduka
psikososial yang Ekpetasi Membaik Observasi
ditunjikan klien akibat 1. Identifikasi kehilangan yang
kehilangan (orang, Kriteria Hasil : dihadapi
objek, fungsi, status, 1.Verbalisasi menerima 2. Identifikasi proses berduka yang
bagian tubuh atau kehilangan meningkat dialami
hubungan) 2.Verbalisasi harapan 3. Identifikasi sifat keterikatan pada
meningkat benda yang hilang atau orang yang
PENYEBAB 3.Verbalisasi perassan meninggal
1. Kematian keluarga berguna meningkat 1. Identifikasi reaksi awal terhadap
atau orang yang bererti 4. Verbalisasi perasaan kehilangan
2. antisipasi kemantian sedih menurun
keluarga atau orang 5. Verbalisasi perasaan Terapeutik
bererati bersalah atau 1. Tunjukkan sikap menerima dan
3. Kehilangan (objek, menyalahkan orang lain empati
pekerjaan, fungsi, menurun 2. Motivasi agar mau mengungkapkan
status, bagian tubuh, 6.Menangis menurun perasaan kehilangan
hubungan sosial ) 7.Verbaalisasi mimpi 3. Motivasi untuk menguatkan
4. Antisipasi buruk menurun dukungan keluarga
Kehilangan (objek, 8. Fobia menurun 4. Fasilitasi melakukan kebiasaan
pekerjaan, fungsi, 9. Marah menuru sesui dengan budaya, agama dan
status, bagian tubuh, 10. Panik menurun norma social
hubungan sosial ) 11. Pola tidur membaik 5. Fasilitasi megekspresikan perasaan
12. Konsentrasi membaik dengan cara yang nyaman (mis.
Gejala dan Tanda 13. Imunitas membaik Membaca buku,
Mayor menulis,menggambar atau bermain)
Subjektif 6. Diskusikan strategi koping yang
1. Merasa sedih dapat digunakan
2. Merasa bersalah atau
menyalahkan orang lain Edukasi
3. Tidak menenrima 1. Jelaskan kepada pasien dan
kehilangan keluarga bahwa sikap mengingkari,
4. Meras tidak ada tawar-menawar, sepresi dan
harapan menerima adalah wajar dalam
menghadapi kehilangan
Objektif 2. Anjurkan mengidentifikasi
1. Menangis ketakutan terbesar pada kehilangan
2. Pola tidur berubah 3. Anjurkan mengekspresikan
3. Tidak mampu perasaan tentang kehilangan
berkonsentrasi 4. Ajarkan melewati proses berduka
Gejala dan Tanda secara bertahap
Minor
Subjektif
1. Mimpi buruk atau
pola mimpi berubah
2. Merasa tidak berguna
3. Fobia
Objektif
1. Marah
2. Tampak panik
3. Fungsi imunitas
terganggu
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja Sdki DPP PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia . (2018).
Tim Pokja Siki DPP PNI . Standar Intervensi keperawatan Indonesia. (2018).
Tim Pokja Slki DPP PPNI . Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2018)
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL
I. Pengumpulan Data
A. Identitas Klien
Nama :NY. N Nama Suami : Tn. H
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Suku / Bangsa : Indonesia Suku : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan :Pendidikan
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswata
Alamat :Jl. Silaberanti Alamat : Jl. silaberanti
No Register :1234XX
Tgl. MRS : 05 Okt 2020 pukul 17.45
Tgl. Pengkajian : 05 Okt 2020 pukul 18.00
B. Anamnesa
1. Kunjungan ke : Pertama
2. Keluhan – keluhan : Pasien mengatakan tadi pagi darah
keluar banyak warna merah dan bergumpal-gumpal. Pasien sudah 4 kali mengganti
softek
3. Riwayat Menstruasi :
a. Haid pertama : 30 juli 2020
b. Teratur / tidak teratur : Teratur
c. Siklus : 28 hari
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : 4x ganti pembalut/24jam
f. Sifat darah : kental berbau
g. Dismenorrhoe : ya
8. Riwayat Sosial
Status perkawinan : Sudah menikah
Umur : Pr : 28 tahun Lk : 30 tahun
Lamanya perkawinan : 10 Tahun
Kehamilan ini
( √ ) direncanakan
( ) tidak direncanakan
( ) diterima
( ) tidak diterima
Perasaan tentang perkawinan ini : Sangat Bahagia dengan perkawinan
Abdomen
Besar perut sesuai dengan usia kehamilan : ( √ ) ya ( ) tidak.
Bekas luka / operasi : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Gravidarum striae : ( ) ada ( √ ) tidak ada.
Palpasi uterus
Leopold I : Tidak ada
Leopold II : Tidak ada
Leopold III : Tidak ada
Leopold IV : Tidak ada
Genetalia
Vulva dan vagina
Varises :( √ ) ada ( ) tidak ada.
Luka :( ) ada ( √ ) tidak ada.
Kemerahan :( ) ada ( √ ) tidak ada.
Nyeri :( √ ) ada. ( ) tidak ada.
Kebersihan :(√ ) cukup. ( ) kurang.
Perineum
Bekas luka / luka parut : ( ) ada (√ ) tidak ada.
Lain – lain : Tidak ada
Ekstremitas
Oedema tangan/jari : ( ) ada (√ ) tidak ada
Oedema kaki : ( ) ada (√ ) tidak ada
Varises tungkai : ( ) ada ( √ ) tidak ada
D. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 13,0 g/dl
Ht : 45 %
Gol Darah :B
Rhesus :+
Gula darah sewaktu : 120 mg/dl
VDRL : 1/640
Proteinuria : 150 mg/dl
V. Intervensi keperawatan
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Hipovolemia Luaran Keperawatan: Manajemen Hipovolemia
berhubungan setelah dilakukan
dengan intervensi selama 3x24 Observasi:
kehilangan cairan jam maka tingkat 1. Monitor intake dan output cairan
aktif dibuktikan perdarahan menurun
dengan turgor dengan kriteria hasil: Terapeutik
kulit menurun 1. Membran mukosa 2. Hitung kebutuhan cairan
lembab meningkat 3. Berikan asupan cairan oral
2.Kelembaban kulit
meningkat Edukasi
3.Hemoptisis menurun 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
4.Hematemesis oral
menurun Kolaborasi
5.Hematuria menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
6.Turgor kulit (mis. NaCl, RL)
membaik 2. Kolaborasi pemeberian cairan IV
7.Hemoglobin hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4)
membaik
8.Hematokrik
membaik
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Edukasi
1. Menganjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
Rasional : berikan cairan NaCl, RL
2. Berkolaborasi pemeberian cairan IV
hipotonis
Rasional : Berikan cairan Glukosa
2,5%, NaCl 0,4)
Terapeutik:
1.Memberikan teknik non
farmakologis yang mengurangi rasa
nyeri
Rasional : mengajarkan tenik nafas
dalam
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri kebisingan
Rasional : membatasi pengunjung
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : Biarkan Pasien istirahat
Edukasi:
1. Menjelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
2. Menjelaskan strategi meredahkan
nyeri
3. Menganjurkan analgetik secara tepat
Rasional : memberikan obat analgetik
yang dianjurkan dokter
4.Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Rasional : dengan teknik relaksasi
anfas dalam
Kolaborasi:
1. Mengkolaborasi pemberian
analgetik
Rasional : berikan Ibuprofen 400-800
gram
3. Selasa, 05 Berduka 19.25 Hubungan proses berduka Yuland
oktober 2020 berhubungan wib 1. Observasi: a
kematian Mengidentifikasi kehilangan yang
keluarga atau ora dihadapi
ng yang berarti Rasional : Fasilitasi klien untuk
dibuktikan bercerita
dengan merasa 2. Mengidentifikasi proses berduka
sedih. yang dialami
Rasional : Temani Klien
3. Mengidentifikasi reaksi awal
terhadap kehilangan
Rasional : Amati kegiatan Klien
Terapeutik:
1. Menunjukkan sikap menerima dan
empati
Rasional : Ajak klien bercerita
2.Memotivasi agar mau
mengungkapkan perasaan kehilangan
3. Memotivasi untuk menguatkan
dukungan keluarga
Edukasi:
1. Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap mengingkari,
tawar-menawar, sepresi dan menerima
adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
2. Mengajarkan melewati proses
berduka secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemeberian cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan pasien pulang
Tim Pokja Sdki DPP PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia . (2018).
Tim Pokja Siki DPP PNI . Standar Intervensi keperawatan Indonesia. (2018).
Tim Pokja Slki DPP PPNI . Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2018)
FORMAT KONSULTASI
NAMA MAHASISWA : YULANDA PRANSISKA
NIM : 01.18.0055
RUANGAN :
RUMAH SAKIT : DR. AK GANI PALEMBANG
LAMPIRAN