Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS:

POST NATAL CARE (PNC)

Dosen pembimbing :
Eni Sumartini, Mkep

Disusun Oleh:
Alifia Maulita Galindri (18006)

Akademi Keperawatan Keris Husada


Cilandak, Jalan Yos Soedarso Cilandak Timur
Jakarta Selatan 2020/2021

1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Post Natal Care
1. Definisi Post Natal
Periode post partum adalah selang waktu antara kelahiran bayi
sampai dengan pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil. Periode ini
sering disebut masa nifas (puerperium), atau trimester keempat kehamilan,
masa nifas biasanya berkisar antara 6 minngu atau lebih bervariasi antara ibu
satu dengan ibu yang lainnya (Lowdermilk, Perry dan Chasion, 2013).
Periode post partum dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
immediate post partum (setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam setelah
proses persalinan), tahap early post partum (24 jam sampai satu minggu
setelah persalinan) dan tahap late post partum (satu minggu sampai lima
minggu setelah persalinan) (Saleha, 2009),.
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai
kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 Hari) setelah itu. Pelayanan
pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya Pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan
nutrisi bagi ibu. (Sarwono, 2016).

2. Etiologi Post Natal


Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi
2 yaitu :
a. Post partum dini

2
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan
lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi
didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

3. Perubahan Fisiologis Post Natal


1. Adaptasi Fisiologi
a) Involusi Rahim Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim
dengan cepat menurun dari sekitar 1000gm pada saat kelahiran
menjadi 50 gm pada sekitar 3 minggu masa nifas. Serviks juga
kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelum kehamilan.
Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret rahim
(lokhia) tampak merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah
3 sampai 4 hari lokhia menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari
ke sepuluh lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan
(lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi
4 jenis:
- Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari
ketiga masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar
dari jaringan sisa-sisa plasenta.
- Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
- Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempat belas dan berwarna kuning kecoklatan.
- Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu
post partum .
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia
menjadi alba atau serosa menandakan adanya infeksi atau hemoragi
yang lambat. Bau lokia sama dengan bau darah menstruasi normal dan
seharusnya tidak berbau busuk atau tidak enak. Lokhia rubra yang

3
banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya jika disertai demam,
menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagian plasenta yang
tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang
waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk,
demam, serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita
endometriosis. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
- Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
- Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
- Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil
yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
- Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
b) Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan
yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal
saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata.
Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah
pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh
involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
c) Uterus tempat plasenta

4
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir,
dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-
4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta
khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas
plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti
pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama
sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung
di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis
pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta
hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia.
(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
d) Afterpains Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah
melahirkan dengan berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi
bersamaan dengan menyusui, saat kelenjar hipofisis posterioir
melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin
menyebabkan kontraksi saluran lakteal pada payudara, yang
mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan menyebabkan otot otot
uterus berkontraksi. Sensasi afterpains dapat terjadi selama kontraksi
uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga
uterus. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
e) Vagina Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti
seleum kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur
angsur kembali pada tonus semula.
f) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya Ibu mengalami obstipasi
setelah persalinan. Hal ini terjadi karena pada waktu melahirkan
sistem pencernaan mendapat tekanan menyebabkan kolon menjadi
kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009)
g) Sistem kardiovaskuler Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan
resistensi yang nyata pada pembuluh darah perifer akibat pembuangan

5
sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah. Kerja jantung dan
volume plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2
minggu masa nifas.
h) Perubahan Sistem Perkemihan Diuresis postpartum normal terjadi
dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan
estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher
buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama
persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan
otolitik di dalam uterus (Rukiyah, 2010).
i) Perubahan psikososial Wanita cukup sering menunjukan sedikit
depresi beberapa hari setelah kelahiran. “perasaan sedih pada masa
nifas” mungkin akibat faktor faktor emosional dan hormonal. Dengan
rasa pengertian dan penentraman dari keluarga dan dokter, perasaan
ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
j) Kembalinya haid dan ovulasi Pada wanita yang tidak menyusui bayi,
aliran haid biasanya akan kembali pada 6 sampai 8 minggu setelah
kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi. Meskipun ovulasi mungkin
tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu yang menyusui
bayi, penyuluan dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama
masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tak dikehendaki.
k) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma
pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur, 2014)
l) Perubahan Tanda-tanda Vital Pada Ibu masa nifas terjadi peerubahan
tanda-tanda vital, meliputi:
- Suhu tubuh : Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik
sedikit (37,5ºC-38ºC) sebagai dampak dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan, dan kelelahan
(Trisnawati, 2012)
- Nadi : Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat
dari denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).

6
- Tekanan darah, biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan
darah tinggi atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan
dan preeklamsia.
- Pernafasan, frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-
24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiyah,
2010)
m) Proses penyembuhan luka Dalam keadaan normal, proses
penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau 3 fase yaitu:
- Fase inflamasi Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar
hari kelima.
- Fase proliferasi Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi
sampai sekitar 3 minggu. Fase proliferasi disebut juga fase
fibroplasia.
- Fase maturasi atau remodelling Fase ini terjadi sejak akhir fase
proliferasi dan dapat berlangsung berbulan- bulan.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan
dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan

7
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang
baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan
kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

4. Patofisiologi Post Natal


Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan
disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar
mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong,
bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentul semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,
rupture uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks,

8
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.

5. Manifestasi klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat
kehamilan (Bobak, 2004).
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai
berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

6. Penatalaksanaan
1. Medis
1) Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2) Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
2. Keperawatan

9
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien
dengan post partum adalah sebagai berikut:
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC),
sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine
seperti streptokokus.
8. Komplikasi
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi
keras dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)

10
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas)
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus

B. Konsep Asuhan Keperawatan Post Partum


1. Pengkajian
A. Data Umum Klien
Nama klien, usia, agama, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan
terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan
terakhir suami, dan alamat
B. Anamnesa
Keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit sekarang,
riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan, dan
apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan
dan persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC).
C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah

11
D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami
operasi atau tidak
E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular
dari keluarga
G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
H. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut:
1. Periode Taking In
• Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
• Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
• Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
• Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
• Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
• Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
• Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
2. Periode Taking Hold
• Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
• Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
• Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat

12
• Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
• Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
• Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
• Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
• Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
• Keinginan untuk merawat bayi meningkat
• Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
I. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus
IVFD atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.

2. Diagnosa yang Mungkin Muncul


a. Aktual
• Nyeri akut berhubungan dengan dengan agen cedera fisik (bekas luka
post op sc atau robekan jalan lahir)

13
• Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis
dan diagnostik (anestesi)
• Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai
ASI, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan reflek menghisap bayi
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
b. Resiko
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

3. Intervensi
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
Diagnosa Keperawatan
Hasil SIKI
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi:
dengan agen cedera fisik tindakan keperawatan a. Identifikasi lokasi, karakteristik
(Luka post OP atau 3x24 diharapkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
robekan jalan lahir) menurun nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
KH: c. Identifikasi respons nyeri non verbal
- Tidak mengeluh nyeri d. Identifikasi faktor yang memperberat
- Tidak meringis dan memperingan nyeri
- Tidak bersikap protektif e. Identifikasi pengetahuan dan
- Tidak gelisah keyakinan tentang nyeri
- Kesulitan tidur f. Monitor tanda-tanda vital
menurun
- Frekuensi nadi Terapeutik:
membaik a. Berikan teknik nonfarmakologi
- Melaporkan nyeri untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
terkontrol TENS, hipnosis, akupresur, terapi
- Kemampuan mengenali musik, biofeedback, terapi pijat,
onset nyeri meningkat aromaterapi, teknik imajinasi
- Kemampuan mengenali terbimbing, kompres hangat dingin,
penyebab nyeri terapi bermain
meningkat b. Kontrol lingkungan yang
- Kemampuan memperberat rasa nyeri (mis. suhu

14
menggunakan teknik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
non-farmakologis c. Fasilitasi istirahat dan tidur
meningkat
Edukasi:
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgesik,
Jika perlu
Setelah dilakukan Observasi
Gangguan eliminasi tindakan keperawatan 1. Identifkasi tanda dan gejala retensi
urine berhubungan 3x24 diharapkan nyeri atau inkontinensia urine
dengan efek tindakan menurun 2. Identifikasi faktor yang
medis dan diagnostik menyebabkan retensi atau
(anestesi) KH: inkontinensia urine
- Tingkat nyeri menurun 3. Monitor eliminasi urine (mis.
skala 0 (tidak nyeri) frekuensi, konsistensi, aroma,
dalam retan skala 0-5 volume, dan warna)
- Pasien tidak tampak Terapeutik
meringis 1. Catat waktu-waktu dan haluaran
- Pasien tidak tampak berkemih
gelisah 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
- Tidak kesulitan tidur 3. Ambil sampel urine tengah
- Frekuensi nadi normal (midstream) atau kultur
retan 60-100x/mnt Edukasi
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih

15
5. Ajarkan mengukur asupan cairan
dan haluaran urine
6. Anjurkan mengambil specimen
urine midstream
7. Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk
berkemih
8. Ajarkan terapi modalitas penguatan
otot-otot pinggul/ berkemihan
9. Anjurkan minum yang cukup, jika
tidak ada
10. Kolaborasi pemberian obat
suposituria uretra jika perlu
Setelah dilakukan a. Edukasi Menyusui
Menyusui tidak efektif tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan 3x24 diharapkan status kemampuan menerima informasi.
ketidak adekuatan suplai
ASI, anomali payudara menyusui meningkat 2. Identifikasi tujuan atau keinginan
ibu, ketidakadekuatan dengan kriteria hasil: menyusui.
reflek menghisap bayi
1. Perlekatan bayi pada 3. Dukung ibu meningkatkan
payudara ibu meningkat kepercayaan diri dalam menyusui.
2. Tetesan/pancaran ASI 4. Libatkan sistem pendukung : suami,
meningkat keluarga, tenaga kesehatan, dan
3. Suplai ASI adekuat masyarakat.
4. Kelelahan maternal 5. Jelaskan manfaat menyusui bagi
menurun ibu.
5. Kecemasan maternal 6. Ajarkan posisi menyusui dan
menurun perlekatan dengan benar.
6. Bayi tidak rewel
b. Konseling Nutrisi
1. Identifikasi kebiasaan makanan dan
perilaku makan yang akan diubah.
2. Gunakan standar nutrisi sesuai

16
program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan.
3. Kolaborasi pada ahli gizi, jika perlu
Setelah dilakukan Dukungan Tidur
Gangguan pola tidur tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan 3x24 diharapkan maka 4. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
hambatan lingkungan pola tidur membaik, 5. Identifikasi faktor pengganggu
dengan kriteria hasil : tidur
- Keluhan sulit tidur 6. Identifikasi makanan dan minuman
menurun yang mengganggu tidur
- Keluhan sering terjaga 7. Identifikasi obat tidur yang
menurun dikonsumsi
- Keluhan pola tidur Terapeutik
berubah menurun 1.Modifikasi lingkungan
- Keluhan istirahat tidak 2.Batasi waktu tidur siang
cukup menurun 3.Fasilitasi menghilangkan stres
- Kemampuan sebelum tidur
beraktivitas meningkat 4.Tetapkan jadwal tidur rutin
5.Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
6.Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
Edukasi:
1.Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2.Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3.Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
4.Anjurkan penggunaan obat tidur

17
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
5.Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur
6.Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi lainnya
SLKI : SIKI :
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Pemantauan tanda vital
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 2. Kaji tanda-tanda infeksi ; suhu
tindakan invasif 24 jam diharapkan resiko tubuh, nyeri dan perdarahan
infeksi dapat berkurang. 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Dengan kriteria hasil sistemik dan lokal
sebagai berikut : 4. Mencuci tangan sebelum dan
1. Mengenali tanda dan sesudah setiap melakukan kegiatan
gejala yang perawatan pasien.
mengindikasikan risiko 5. Mengajarkan pasien dan keluarga
dalam penyebaran tentang tanda dan gejala infeksi
infeksi 6. Mengajarkan pasien dan keluarga
2. Mengetahui cara bagaimana menghindari infeksi.
mengurangi penularan 7. Rawat luka (inspeksi kondisi luka)
infeksi 8. Mengajarkan pasien merawat luka.
3. Mengetahui aktivitas
yang dapat
meningkatkan infeksi

18
4. Implementasi
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan ( intervensi ). Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan
komunikasi. Tujuan implementasi adalah Melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan
pasien dalam periode yang singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah
komplikasi, dan menemukan perubahan sistem tubuh.
5. Evaluasi
Menurut Griffith dan cristense evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan
dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah
proses penilaian, pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan.
Menurut Dinarti evaluasi terdiri dari dua tingkat yaitu: 1) Evaluasi formatif yaitu
evaluasi yang dilakukan terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi
dilakukan. Respon yang dimaksud adalahbagaimana reaksi pasien secara fisik,
emosi, sosial dan spiritual terhadapintervensi yang baru dilakukan. 2) Evaluasi
sumatif disebut juga respon jangka panjang yaitu penilaianterhadap
perkembangan kemajuan ke arah yang tujuan atau hasil yangdiharapkan.
Tujuannya adalah memberikan umpan balik rencanakeperawatan, menilai apakan
tujuan dalam rencana tercapai atau tidak, menentukan efektif atau tidaknya
tindakan yang telah diberikan.

19
DAFTAR PUSTAKA
PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi : 1 : Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi : 1 : Jakarta : DPP PPNI

Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Jannah N. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Andi.

20

Anda mungkin juga menyukai