Anda di halaman 1dari 2

LARASATI DYAH PERTIWI/P1337420920140

WOC MIOMA UTERI Komplikasi PROFESI NERS/POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

- Degenerasi ganas
Gejala Klinis
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
Definisi terjadi pcmbesaran sarang mioma dalam menopause - Pendarahan Abnormal
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak - Torsi (putaran tangkai) - Penekanan rahim yang membesar
berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Sarang mioma yang bertangkai dapat mcngalami, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga - Terasa berat di abdomen bagian bawah
Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut - Terjadi gejalah traktus urinarius: urine
pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif - Nekrosis dan Infeksi freqency, retensi urine, obstruksi ureter, dan
(menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia - Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat melalui hidronefrosis
produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal Ini ada ada kemungkinan gangguan - Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan
mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder (Prawiroharjo, 2008). obstruksi intestinal. f. Terasa nyeri karena
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017). saraf tertekan.

Etiologi :

- Umur Penatalaksanaan
- Hormon endogen
- Konservatif
- Makanan
- Medikamentosa
- Kehamilan
- Operatif (Miomektomy,
- Riwayat keluarga
Histerektomi, Emboiisasi
- Paritas
arteri uterus (EAU))
(Aspiani, 2017).

Klasifikasi menurut letak :

- Mioma Uteri Submukosum


Resiko
- Mioma Uteri Intramural
ketidakseimbangan
- Mioma Uteri Subserosum
cairan
(Saifudin, Abdul Bari, 2010).
Nyeri Akut

Daftar Pustaka
Aspiani, Y, R. ( 2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta: TIM
Prawihardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan; " Mioma Uteri ".
Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta. Indonesia. Ansietas
Hal. 891-894
Saifudin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawihardjo. Ed. 4. Jakarta: FT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Hal. 891 - 894. Pola Nafas Tidak Efektif
im Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Bersihan jalan Nafas
Persatuan Perawat Indonesia Tidak Efektif
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia Gangguan Mobilitas
Fisik
Resiko Infeksi Resiko Defisit Nutrisi
Intervensi

NYERI AKUT (D.0077) Ansietas (D.0080) RESIKO DEFISIT NUTRISI (D.0032) POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF (D.0005)

SLKI : Tingkat Nyeri Menurun (L.08066) SLKI : Luaran Tingkat Ansietas menurun (L.09093) SLKI : Status Nutrisi Membaik (L.03030) SLKI : Pola Nafas Membaik (L..01004)

SIKI : SIKI : SIKI : SIKI :

MANAJEMEN NYERI (I. 08238) REDUKSI ANXIETAS (I.09314) MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119) PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)

1. Observasi 1.  Observasi 1. Observasi 1. Observasi


 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,  Identifikasi saat tingkat anxietas berubah  Identifikasi status nutrisi  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
intensitas nyeri  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan napas
(mis. Kondisi, waktu, stressor)
 Identifikasi skala nyeri  Identifikasi makanan yang disukai  Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
 Identifikasi kemampuan mengambil  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes,
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan keputusan  Identifikasi perlunya penggunaan selang Biot, ataksik0
nyeri  Monitor tanda anxietas (verbal dan non nasogastrik  Monitor kemampuan batuk efektif
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri verbal)  Monitor asupan makanan  Monitor adanya produksi sputum
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri 2. Terapeutik  Monitor berat badan  Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup  Ciptakan suasana  terapeutik untuk  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah 2. Terapeutik  Auskultasi bunyi napas
menumbuhkan kepercayaan
diberikan  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu  Monitor saturasi oksigen
 Temani pasien untuk mengurangi  Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.  Monitor nilai AGD
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik kecemasan , jika memungkinkan Piramida makanan)  Monitor hasil x-ray toraks
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk  Pahami situasi yang membuat anxietas  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang 2. Terapeutik
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,  Dengarkan dengan penuh perhatian sesuai  Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,  Gunakan pedekatan yang tenang dan  Berikan makan tinggi serat untuk mencegah kondisi pasien
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, meyakinkan konstipasi  Dokumentasikan hasil pemantauan
terapi bermain)  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 3. Edukasi
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
 Control lingkungan yang memperberat rasa  Berikan suplemen makanan, jika perlu  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) memicu kecemasan  Hentikan pemberian makan melalui selang  Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
 Fasilitasi istirahat dan tidur  Diskusikan perencanaan  realistis tentang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri peristiwa yang akan datang 3. Edukasi
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri 3. Edukasi  Anjurkan posisi duduk, jika mampu
3. Edukasi  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang  Ajarkan diet yang diprogramkan
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu 4. Kolaborasi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
mungkin dialami
nyeri  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan Bersihan Jalan Napas Meningkat (L.01001)
 Informasikan secara factual mengenai (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
 Jelaskan strategi meredakan nyeri Latihan Batuk Efektif (I.01006)
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri diagnosis, pengobatan, dan prognosis  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
 Anjurkan menggunakan analgetik secara  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, Observasi
tepat pasien, jika perlu jika perlu  Identifikasi kemampuan batuk
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk  Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak  Monitor adanya retensi sputum
mengurangi rasa nyeri kompetitif, sesuai kebutuhan  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
4. Kolaborasi  Anjurkan mengungkapkan perasaan dan  Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
persepsi karakteristik)
Gangguan mobilitas (D.0054) Terapeutik
RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN (D.0036) Resiko infeksi (D.0142)  Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
Tingkat infeksi (L.14137) Mobilitas Fisik (L.05042)  Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
SLKI : Keseimbangan cairan  meningkat   ( L.03021
Kemerahan menurun  Buang sekret pada tempat sputum
Nyeri menurun
SIKI : Nyeri menurun Edukasi
Bengkak menurun Kecemasan menurun
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
MANAJEMEN CAIRAN (I.03098) Kadar sel darah putih membaik Gerakan terbatas menurun
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
1. Observasi Perawatan Luka (I.14564) selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
Kelemahan fisik menurun
 Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, (dibulatkan) selama 8 detik
kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan - Monitor karakteristik luka
Dukungan Mobilisasi (I.05173)  Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
mukosa, turgor kulit, tekanan darah) - Monitor tanda-tanda infeksi
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
 Monitor berat badan harian - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. ke-3
- Besihkan dengan cairan NaCl atau pembersih - Monitor kondisi umum selama melakukan
Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN) Kolaborasi
nontoksik, sesuai kebutuhan mobilisasi
 Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP,  Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
CVP, PCWP jika tersedia) - Pasang balutan sesuai jenis luka - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2. Terapeutik - Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan - Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
 Catat intake output dan hitung balans cairan luka - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
dalam 24 jam - Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase meningkatkan pergerakan
 Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan - Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
 Berikan cairan intravena bila perlu - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
3. Kolaborasi
kondisi pasien - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
 Kolaborasi pemberian diuretik,  jika perlu - Jelaskan tanda dan gejala infeksi (mis. duduk ditempat tidur)
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
- Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai