IKTERUS NEONATORIUM
Oleh :
RISKA, S.Kep
19300013
2. IKTERUS PATOLOGIS
Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar bilirubin
mencapai lebih dari normal (hiperbilirubinemia)
Tanda-tanda:
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
b. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau lebih setiap 24 jam
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan
dan 12,5 mg % pada bayi cukup bulan
d. Disertai hemolisis
e. Bilirubin direc > 1mg / dl
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari pada bayi cukup bulan dan
14 hari pada prematur.
Kadar bilirubin
tak terkonjugasi Kadar bilirubin
(indirec ) indirec
Melekat pada
sel otak
Kern ikterus
Bersirkulasi
kedarah
IKTERUS
III. ETIOLOGI
a. Produksi bilirubin yang berlebihan, sehingga bayi tak mampu
mengeluarkannya. Misal: pada hemolisis meningkat.
b. Gangguan dalam proses up-take dan konjugasi hepar hal ini disebabkan
gangguan fungsi hepar, hipoksia, asidosis, kurangnya substrat untuk
mengkonjugasikan bilirbun
c. Ganguan transportasi
Transporasi bilirubin oleh ikatan albumin dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfa forasole. Defisiensi albumin menyebabkan
menumpuknya bilirubin indirec dalam darah.
d. Gangguan dalam exresi
Dapat terjadi akibat obstruksi hepar sehingga bilirubin indirec yang
dikonjugasikan tidak dapat mengexresikan dengan cepat ke sistem
empedu.
V. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada bayi ikterus:
b. Fisiologis
Perawatan bayi sehari- hari (memandikan , perawatan tali pusat,
pemberian ASI yang adekuat, jemur dengan sinar matahari kurang lebih
1/2 jam
c. Patologis
1. Mempercepat proses konjugasi sehingga metabolisme dan
pengeluaran bilirubin dapat dipercepat yaitu dengan pemberian
fenoperbitol dan pemberian minum yang adekuat untuk meningkatkan
peristaltik usus.
2. Memberikan substrat, untuk transportasi atau konjugasi. Misal
dengan pemberian albumin, sehingga mempercepat pengeluaran
bilirubin dari extrafaskuler.
3. Mengubah bilirubin menjadi tidak toksik dan dapat dikeluarkan
dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digistius, yaitu dengan
terapi sinar. Terapi sinar dapat diberikan nelalui:
- berjemur atau menjemur bayi pada jam 7, 8, 9 pagi kira-kira ½
jam.
- Dengan terapi sinar isomerisasi yaitu bilirubin diubah menjadi
fotoisomer atau bilirubin isomer yang mudah larut dalam air.
4. Transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sbb:
- Pada ikterus patologik dengan kadar bilirubin indirec > 20 mg%
- Kenaikan kadar bilirubin indirec yang cepat, yaitu 0,3 – 1mg%/jam
- Anemia yang berat dengan gagal jantung
- Bayi dengan kadar Hb tali pusat <14 mg %
Bilirubin (mg%) < 24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam
<5 Pemberian makanan yang dini
5-9 Terapi sinar bila Kalori
hemolisis cukup
10-14 Transfusi tukar Terapi sinar
*bila hemolisis
15-19 Transfusi tukar* Transfusi Terapi
tukar bila sinar+ +
hemolisis
>20 Transfusi tukar+
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
Banyak terjadi pada bayi praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA),
bayi dengan retardasi pertumbuhan intra ikterus (IUGR), bayi besar usia
gestasi jenis kelamin: lebih sering terjadi pada bayi pria daripada wanita
b. Keluhan Utama
Letargi (lemas) dan malas untuk minum
c. Riwayat penyakit sekarang
Bayi kejang, tonus otot meninggi, leher kaku, tidak mau menghisap.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keturunan etnik, riwayat hiperbilirubinea pada sibling, penyakit hepar.
e. Pola aktivitas sehari-hari
pola nutrisi
Reflek moro lemah (menangs lirih) , BB sulit naik.
Neurosensori : fontanel menonjol, kejang.
Eliminasi: bising usus hipoaktif, urin gelap, feses lunak berwarna
coklat
Sirkulasi: mungkin pucat atau anemia
Pernafasan: adanya asfiksia
Aktivitas bayi tampak lemah
f. Riwayat psikologis dan tingkat pengetahuan
Mengkaji tentang pemahaman keliarga terhadap kondisi bayi,
prognosis dan cara perawatan atau prosedur tindakan pada bayi
g. Pemeriksaan Fisik
KU : lemah
TTV: Suhu meningkat
Kepala dan wajah: kekuningan
Mata: mata berputar, sklera ikterus
Mulut: reflek menghisap jelek
Leher: terjadi kekakuan
Abdomen: kadang terdapat pembesaran hepar
Extremitas mengalami kekuningan (jika kadar bilirubin 16 mg%)
h. Pemeriksaan Penunjang
Tes coomb pada tali pusat bayi baru lahir
Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi incompabilitas ABO
Bilirubin total
Protein serum total
Hitung darah lengkap : HB < 14 gr/dl karena hemolisis
Ht> 65 % pada polisitemia
Ht< 45 % pada hemolisis dan anemia
Glukosa
Bilirubin total
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
- kadar bilirubin setiap 12 jam
R: Penurunan pada kadar bilirubin menandakan keefektifan
fototerapi. Peningkatan kadar bilirubin menandakan hemolisis
yang kontinyu dan menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar.
- Kadar HB
R: Hemolisis lanjut dimanifestasikan oleh penurunan kontinu pada
kadar HB
- Trombosit dan sel darah putih
R: Trombositopenia selama fototerapi telah dilaporkan pada
beberapa bayi. Penurunan SDP menunjukkan kemungkinan efek
pada limfosit perifer.
2. Berikan cairan parental sesuai indikasi
R: Mungkin perlu untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat.
3. DX: Resti thp cedera (komplikasi dari transfusi tukar) b.d prosedur
invasif.
KRITERIA HASIL:
Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi
Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum
INTERVENSI:
Mandiri
1. Perhatikan Auskultasi terhadap adanya bising usus hatikan kondisi tali
pusat bayi sebelum transfusi bila vena umbilikal digunakan. Bila tali
pusat kering, berikan pencucian saline selama 30-60 menit sebelum
prosedur.
R: Pencucian mungkin perlu untuk melunakkan tali pusat dan vena
umbilikus sebelu transfusi untuk akses IV dan memudahkan pasase
kateter umbilikal.
2. Pertahankan puasa selama 4 jam sebelum prosedur atau spirat isi
lambung.
R: Menurunkan resiko kemungkinan regurgitasi dan aspirasi selama
prosedur.
3. Jaminan ketersediaan alat resusitatif.
R: Untuk memberikan dukungan segera bila perlu.
4. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama, dan setelah prosedur.
Tempatkan bayi dibawah tempat hangat. Hangatkan darah sebelum
penginfusan dengan menempatkan didalam inkubator, hangatkan
baskom berisi air.
R: Membantu mencegah hipotermi dan vasospasme, menurunkan
resiko fibrilasi ventrikel dan menurunkan vikositas darah.
5. Pastikan golongan darah serta faktor RH bayi dan ibu dengan darah
yang akan ditukar (darah tukar akan sama golongannya dengan darah
bayi, tetapi darah Rh negatif / golongan O negatif yang telah
dicocokkan silang dengan darah ibu sebelumnya).
R: Dengan menggunakan darah Rh O positif akan hanya meningkatkan
hemolisis dan kadar bilirubin, karena antibodi pada sirkulasi bayi akan
merusak SDM yang baru.
6. Jamin kesegaran darah ( tidak lebih dari 2 hari usianya)> Darah yang
diberi heparin lebih disukai.
R: Darah yang lama, lebih mungkin mengalami hemolisis, karenanya
meningkatkan kadar bilirubin. Darah yang diberi heparin selalu baru,
tetapi harus dibuang bila tidak digunakan dalam 24 jam.
7. Kaji terhadap perdarahan berlebihan dari lokasi IV setelah transfusi.
R: Penginfusan darah yang diberi heparin mengubah koagulasi selama
4-6 jam setelah transfusi tukar dan dapat mengakibatkan perdarahan.
Kolaborasi
8. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
- Kadar Hb/Ht sebelum dan setelah transfusi.
R: Bila Ht < 40 % sebelum transfusi. Pertukaran sebagian dengan
SDM kemasan dapat mendahului pertukaran penuh.
- Kadar bilirubin segera setelah prosedur kemudian setiap 4-8
jam.
R: Kadar bilirubin dapat menurun sampai setengah segera setelah
prosedur, tetapi dapat meningkat dg cepat setelahnya, memerlukan
pengulangan tansfusi.
- Protein serum total.
R: Mengalikan kadar engan 3,7 menentukan derajat peningkatan
bilirubin yang memerlukan transfusi tukar.
9. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
- Protamin sulfat
R: Mengimbangi efek2 antikoagulan dari darah yang diberi heparin.
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Fajar Inte
Pratama. Jakarta. Ngastiah. 1997.
Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.Prawirohadjo, Sarwono. 1997.
Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.Syaifuddin, Bari Abdul.
2000.
Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.Doengoes, E
Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan
Maternal / Bayi. EGC. Jakarta.