bahasa latin yaitu comunication yang berarti sama, dalam hal ini berarti sama makna.
Komunikasi juga diartikan sebagai upaya seseorang untuk merubah pikiran, perasaan
atau perilaku orang lain. Sedangkan menurut Swanberg (2000) dalam Mikos (2007),
memelihara, dan menampilkan kontak dengan orang lain. Hal ini sepaham dengan
pendapat Stuart dan Sundeen (2000) dalam Muhajir (2007), yang menyatakan bahwa
yang disampaikan oleh komunikator, Pesan: gagasan atau pendapat, fakta, informasi
atau stimulus yang disampaikan, Media: saluran yang dipakai untuk menyampaikan
2.1.3 Jenis Komunikasi Menurut Sunaryo (2004), ada 3 (tiga) macam komunikasi
atau media dan diterima oleh komunikan. Sedangkan komunikan tersebut tidak
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Menurut Keliat (2005), secara umum tujuan
9. Memberi nasehat
Wijaya (2010), mengatakan bahwa tujuan komunikasi yang ingin dicapai dapat
a. Memberikan informasi
b. Mendidik
a. Memahami informasi
b. Mempelajari
c. Menikmati
karena itu, lebih awal kita perlu memperhatikan 5 (lima) sasaran pokok dalam proses
komunikasi, yaitu:
1. Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang
3. Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak
menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4. Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan
atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi
terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.
menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. karena, salah satu prinsip
tujuan. Faktor-faktor tujuan dan kesulitan dalam proses komunikasi dapat dilihat pada
pada kata yang tertulis maupun terucap untuk waktu yang lama orang kurang
memiliki perhatian pada apa yang bagi mereka tampak kurang penting Memahami
orang memiliki asumsi berdasarkan pengalaman masa lalunya orang sering tidak
memahami jenis bahasa yang dipakai pembicara orang lebih mudah salah mengerti
saat mereka mendengar tanpa melihat orang sering sudah menarik kesimpulan
padahal kita belum selesai bicara. Menyetujui orang sering merasa curiga terhadap
orang lain yang sedang sedang membujuk mereka orang tidak suka jika dibuktikan
bersalah Bertindak tidak mudah bagi banyak orang untuk mengubah kebiasaan
mereka orang merasa takut akan akibat dari pengambilan tindakan yang keliru banyak
orang tidak suka mengambil keputusan Umpan balik beberapa orang sering dengan
penampilan dapat bersifat memperdaya -anggukan kepala, mungkin tidak selalu tanda
setuju dan mengerti, karena bisa digunakan untuk menutupi ketidak tahuan atau
strategi komunikasi yang dipakai oleh team pelayanan kesehatan dalam melaporkan
dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang rawat maupun
melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain (Tim KP-RS RSUP
Sanglah, 2011).
sederhana yang secara efekif telah mengembangkan komunikasi dalam setting lain
dan efektif pula digunakan pada pelayanan kesehatan (Ohio’s Medicare, 2010).
kerangka tehnik komunikasi yang disediakan untuk berkomunikasi antar para petugas
SBAR adalah kerangka yang mudah untuk diingat, mekanisme yang digunakan
untuk menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan tindakan
segera. SBAR menyediakan metode komunikasi yang jelas mengenai informasi yang
berkaitan tentang kondisi pasien antara tenaga medis (klinis), mengajak semua
kesempatan untuk diskusi diantara tim pelayanan kesehatan. Metode ini mungkin
agak sulit pada awalnya bagi pemberi dan penerima informasi (Leonard, 2014).
Gambaran riwayat /hal yang berhubungan dengan kondisi atau masalah pasien saat
menggunakan SBAR dan apa saja yang harus dikomunikasi adalah sebagai berikut:
1. S (Situation) mengandung informasi tentang identitas pasien, masalah yang terjadi
b. Riwayat pengobatan
d. Riwayat alergi
3. A (Assessment) adalah kesimpulan dari masalah yang terjadi saat ini, apakah
a. Tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi
Dari beberapa laporan dan penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa tehnik
SBAR efektif dalam mencegah terjadinya kesalahan pelayanan yang dilakukan oleh
penyedia layanan. Komunikasi tidak efektif merupakan akar penyebab tertinggi dari
sentinel event (Amato-Vealey, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh The Joint
total sentinel events terjadi oleh karena masalah komunikasi sebesar 70% ( Mikos,
2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah komunikasi adalah hal yang penting
definisi dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab
dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
perawat yang akan melanjutnya perawatan. Operan sering disebut dengan timbang
terima atau handover. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Rohmah,
2012). Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa operan adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien.
2.3.2 Tujuan Timbang Terima ( Handover) Ada beberapa tujuan kenapa timbang
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya 21
berkesinambungan
pasien, manfaat yang didapat pasien bisa menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan
karena setiap perkembangan yang terjadi maupun tindakan yang akan dilakukan
1. Di Nurse Station
a. Ka Ruangan (Ka Ru) membuka timbang terima dengan mengucapkan salam dan
c. Ka Ru memimpin doa
e. PA malam melaporkan timbang terima secara singkat tentang total jumlah pasien,
f. Ka Ru menanyakan pada PP dan PA pagi apakah ada hal yang perlu diklarifikasi
a. PA malam menyapa pasien dengan ramah dan perhatian sambil menjelaskan tujuan
kedatangan mereka.
dan PA)
c. PA malam menyampaikan kondisi/keadaan pasien pagi ini dan rencana perawatan
selanjutnya.
saat ini, bilaperlu rencana tindakan maupun pemeriksaan hari ini dijelaskan juga.
e. Ka Ru dan rekan-rekannya pamitan kepada pasien untuk melihat pasien yang lain.
f. Lama timbang terima setiap pasien kurang lebih 2-3 menit kecuali kondisi khusus
3. Nurse Station
c. Reward Ka Ru kepada perawat yang telah menyelesaikan tugas dan yang akan
bertugas
Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan
tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien
kebaikan sebuah produk barang atau jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas
kesesuaian adalah suatu ukuran tentang seberapa jauh suatu produk mampu
memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. Goetsch dan
Davis (dalam Tjiptono, 2007) mendefenisikan kualitas sebagai suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
adalah suatu standart yang harus dicapai oleh seseorang atau sekelompok atau
lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja,
proses dah hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Menurut Supranto
(2006), kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang
harus dikerjakan dengan baik. Keunggulan suatu produk jasa sangat tergantung dari
keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut apakah sudah sesuai
dengan keinginan dan harapan pelanggan. Menurut Kotler (2002) dalam Irawan
(2007), definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
pada satu produk fisik. Pelayanan 25 merupakan perilaku produsen dalam rangka
konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi
pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang
bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang
lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang
berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan 3. Kualitas merupakan kondisi yang
adalah sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik, apakah sudah sesuai dengan
(2007), apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang berkualitas saat ini tidak
mustahil dianggap sebagai sesuatu yang tidak berkualitas pada saat yang lain. Maka
kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini yang
didalam menilai kualitas pelayanan, oleh karena itu dalam kualitas pelayanan harus
mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut : 1. Hak dan kewajiban bagi pemberi
maupun pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing
efisiensi dan efektivitas; 3. Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus
oleh pemerintah terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan
(2007), ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan, yaitu layanan
yang diharapkan (expected service) dan layanan yang diterima (perceived service).
Apabila layanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan
sebaliknya jika layanan yang diterima atau dirasakan lebih rendah dari pada yang
dikemukakan Kotler (1997) dalam Irawan (2007), bahwa kualitas harus dimulai dari
terhadap kualitas layanan itu sendiri merupakan penilaian menyeluruh konsumen atas
Terdapat 5 (lima) determinan atau komponen kualitas jasa yang dapat dirincikan
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada para masyarakat dengan
memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan
bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Menurut Tjiptono &
Chandra (2007), lima dimensi utama kualitas pelayanan yang disusun sesuai dengan
akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan
pelayanannya sesuai dengan waktu yang disepakati, Disamping itu untuk mengukur
kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan yang tepat dan dapat diandalkan.
Ketepatan perawat dalam memberikan pelayanan serta bersikap ramah dan selalu siap
pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga
pelayanan akan diberikan dan kemudian memberikan pelayanan secara cepat. Dalam
hal ini perawat cepat tanggap terhadap masalah yang timbul keluhan yang
rasa aman bagi pasien. Jaminan juga berarti bahwa perawat selalu bersikap sopan dan
perawat memahami masalah pasien dan bertindak demi kepentingan pasien, serta
memberikan perhatian personal kepada pasien dan memiliki jam operasi yang
nyaman. 5. Bukti Fisik (Tangibles), berkenaan dengan daya tarik fisik, perlengkapan,
Lehtinen dan Lehtinen dalam Tjiptono (2007) bahwa ada dua dimensi kualitas jasa,
yaitu process quality (yang dievaluasi pelanggan selama jasa diberikan) dan output
(sepuluh) faktor utama yang menentukan kualitas jasa, yaitu (Tjiptono, 2007) : 1.
Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan
Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan
meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. 5. Courtesy, meliputi sikap sopan
santun, respek, perhatian dan keramahan yang dimiliki para contact person. 6.
Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. 8. Security, yaitu aman dari bahaya,
memahami kebutuhan pelanggan. 10. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa
berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa. 2.4.5
Pengertian Bedside Handover Menurut Kuntoro (2010), model bedside handover
yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Menurut
antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur pasien yang bertujuan untuk 31
bedside handover adalah metode timbang terima yang dilakukan disamping pasien
Berdasarkan pengertian diatas bedside handover yaitu metode utama timbang terima
antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur pasien untuk memastikan
terima. 2.4.6 Manfaat Bedside Handover Secara umum metode bedside handover
hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat. c. Mengurangi waktu
untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara khusus. 32 d. Bedside
handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis
yang lain (Kuntoro, 2010) 2.4.7 Alur Bedside Handover Menurut Australian
Commission on Safety and Quality in Healthcare (2007), secara garis besar alur
persiapan staf dan alokasi pasien, memperbarui lembar timbang terima sesuai dengan
pengunjung lain. a. Persiapan Staf dan Alokasi Pasien Bedside handover menuntut
tim jaga keperawatan untuk mempersiapkan anggota timbang terima yang akan
melakukan timbang terima disamping pasien, selanjutnya jumlah pasien yang akan
dilakukan timbang terima dan waktu pelaksanaan timbang terima juga harus
diperbarui setiap shift. Lembar timbang terima yang sudah 33 diperbarui sesuai
mengklarifikasi data saat dilakukan bedside handover. Informasi yang terdapat pada
lembar ini dapat mencakup usia, jenis kelamin, diagnosis medis dan keperawatan
pulang, dan informasi seperti status HIV atau penyakit menular lainnya beserta
harus memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan lembar timbang terima up
anggota tim harus memberitahu pasien bahwa timbang terima akan segera dimulai.
Hal ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk mempersiapkan diri dalam
Pengunjung lain Pasien diberikan kebebasan untuk memilih anggota keluarga yang
diizinkan untuk tinggal di samping tempat tidur pasien selama timbang terima serta
34 pengunjung lain harus diminta untuk meninggalkan ruangan selama timbang
Pendahuluan Ketua tim jaga memimpin pelaksanaan timbang terima sedangkan sisa
anggota tim jaga lainnya melaksanakan perawatan pasien lainnya. Ketua tim jaga
menciptakan hubungan yang baik dengan pasien dan memperkenalkan anggota tim
jaga selanjutnya kepada pasien dan keluarga. Adapun alur pendahuluan bedside
memimpin timbang terima, sedangkan sisa anggota tim jaga lainnya melaksanakan
perawatan pasien lainnya c. Semua anggota tim jaga selanjutnya mengikuti timbang
terima. d. Serah terima pasien ke tim jaga shift selanjutnya e. Penyerahan pasien
selanjutnya f. Pasien dapat diberikan pilihan apakah timbang terima akan dilakukan
jauh dari samping tempat tidur pasien, terutama jika mereka berada di sebuah ruangan
dengan beberapa tempat tidur dalam satu kamar (Kerr, 2010). 3. Tahap Pertukaran
Informasi Serah terima akurat dan rinci sangat penting untuk memastikan staf bisa
diserahkan saat bedside handover tidak berbeda dengan isi timbang terima secara
umum, namun staf harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan
kondisi pasien maka perawat dapat menggali informasi tentang kondisi pasien lebih
Selanjutnya, pasien memiliki kesempatan untuk memperjelas kondisinya saat ini dan
perawatan, penting untuk melibatkan pasien dalam timbang terima. Pasien harus
mungkin tidak berpartisipasi dalam timbang terima yaitu pasien yang sedang tertidur,
pasien bingung atau gangguan jiwa, pasien dalam keadaan koma, pasien dalam
isolasi, pasien yang 36 memiliki kesulitan dalam berkomunikasi, serta kondisi lain
keselamatan pasien yang berkaitan dengan lingkungan, keadaan atau kondisi pasien
yang aman bagi pasien. Item keselamatan tersebut menyangkut: 1) Mendekatkan bell
dan perlengkapan lain disamping pasien berfungsi secara baik dan mudah dijangkau
3) Memastikan balutan, drain, akses intravena dan infusion pump aman dan berada
dalam posisi yang benar. 4) Pengecekan lain yang lebih spesifik seperti pengaman
tempat tidur, ketinggian tempat tidur dan lain-lain (Australian Commission on Safety
kembali status fisik pasien termasuk pengecekan kateter, drain dan juga balutan
ketua tim jaga melakukan review atau pengecekan kembali status dokumentasi seperti
pemberian obat-obatan, perubahan vital sign, rencana perawatan, dan juga observasi
keadaan lainnya seperti balance atau keseimbangan cairan, resiko jatuh dan status
bedside handover yang efektif dan terkoordinasi dengan baik akan dapat
insiden keselamatan pasien salah satunya adalah kesalahan dalam hal timbang terima
praktisi klinis serta berbagai disiplin ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan.
Keselamatan pasien merupakan upaya hal yang harus diutamakan dalam penyediaan
terhindar dari berbagai kesalahan tindakan medis (medical error) maupun kejadian
medis (medical error) maupun kejadian yang tidak diharapkan maka perlu dilakukan
handover yang baik dan sesuai standar, salah satunya adalah penerapan metode
komunikasi SBAR yang diaplikasikan dalam bedside handover. Trend dan perubahan
data yang dimiliki serta memastikan keselamatan pasien saat pelaksanaan timbang
terima. Kesalahan akibat penyampaian timbang terima pada saat pergantian shift akan
berakibat pada menurunnya indikator kualitas pelayanan terutama patient safety suatu
rumah sakit (Fabre, 2010 dalam Manopo, 2012). 39 SBAR adalah metode terstruktur
untuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera
keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan
serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (Leonard,
2014). Pelaksanaan bedside handover yang berkualitas akan mampu menggali data
tentang pasien. Kualitas pelaksanaan bedside handover dapat dilihat dari lima
dengan kesediaan dan kemampuan perawat untuk membantu pasien dan merespons
permintaan mereka dan perawat cepat tanggap terhadap masalah yang timbul keluhan
yang disampaikan oleh pasien. Jaminan (assurance), yaitu perilaku perawat mampu
rasa aman bagi pasien. Empati (empathy), berarti perawat memahami masalah pasien
dan bertindak demi kepentingan pasien, serta memberikan perhatian personal kepada
pasien dan memiliki jam operasi yang nyaman. Bukti fisik (tangibles), berkenaan
dengan daya tarik fisik, perlengkapan, kerapian. kebersihan serta penampilan perawat
handover tersebut akan membuat pasien merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses
Melalui metode komunikasi SBAR dalam pelaksaan badside handover maka akan
perannya dengan baik. Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Dalam melaksanakan asuhan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan Teori yang dikemukakan oleh Koentjoro (2010), pasien harus
fundamental dalam perawatan pasien. Semua komponen yang ada pada timbang
antar perawat dengan petugas kesehatan lainnya maupun perawat dengan sejawat.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Quiteria Manopo (2010), dengan judul
hasil adanya hubungan antara penerapan timbang terima pasien dengan keselamatan
berkualitas, maka semua sistem akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yaitu
perawat, pasien atau klien dan keluarga (Australian Commission on Safety and