Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN DOKTER

Disusun Oleh:
Kelompok 8A
Annastaya Ulina Ginting (032017014)
Louise Margaretha Sihombing (032017009)
Laila Aristina (032017006)
Francine Angelica Van Bert Siregar (032017050)
Melina Cecilia Tarigan (032017065)

PROGRAM STUDI TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul
“Komunikasi Dengan Perawat”. Dalam pembelajaran kali ini, mahasiswa dituntut
untuk mampu memahami bagaimana cara berkomunikasi yang baik anatara
perawat dengan dokter dan metode apa yang digunakan dalam berkomunikasi
yang baik dan benar.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai cara berkomunikasi yang baik antara
perawat dengan dokter dan menggunakan metode yang baik dan benar. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata kesempurna.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………..……………….....i


DAFTAR ISI………………….………………………………………….…ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………..…1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2 Tujuan………………………………………………………………….....2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS…………………………………….……...3
2.1 Komunikasi (Secara Umum)……………………………………………..3
2.1.1 Pengertian Komunikasi………………………………………...3
2.2 Komunikasi SBAR………………………………………………………3
2.2.1 Pengertian Komunikasi SBAR………………………………...3
2.2.2 Tujuan Komunikasi SBAR…………………………………….4
2.2.3 Teknik Komunikasi SBAR…………………………………….5
2.3 Komunikasi Terapeutik…………………………………………………..6
2.3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik…………………………….6
2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik………………………………..7
2.3.3 Teknik Komunikasi Terapeutik………………………………..7
2.3.4 Penerapan Komunikasi Terapeutik…………………………….9
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………....11
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...11
3.2 Saran………………………………………………………………….....12
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, dan asal kata ini
bersumber pada kata Communis yang artinya sama makna, yaitu sama makna
mengenai satu hal (Effendy, 2005: 3). Banyak makna tentang arti kata komunikasi
namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat
disimpulkan secara lengkap dengan maknanya yang hakiki, yaitu komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu, atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung
(secara lisan), maupun tidak langsung melalui media. (Effendy, 2005: 5).
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu tindakan yang
memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan
sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, tindakan komunikasi
berdasarkan pada konteks terbagi menjadi beberapa macam, yaitu konteks
komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Jika di lihat dari beberapa konteks
komunikasi di atas, konteks komunikasi yang berhubungan atau sesuai dengan
penelitian ini adalah komunikasi organisasi.
Komunikasi kelompok Menurut Morissan, (2009: 141) adalah proses
sebagai instrumen yang digunakan kelompok untuk mengambil keputusan dengan
menekankan hubugan antara kualitas komunikasi dan kualitas keluaran (output)
kelompok. Komunikasi kelompok berfungsi dalam sejumlah hal yang akan
menentukan atau memutuskan hasil-hasil yang dicapai kelompok.
Ada beberapa arus komunikasi yang berlangsung dalam komunikasi
kelompok, yaitu arus komunikasi vertikal yang terdiri dari atas kebawah
(downward communication) dan arus komunikasi dari bawah ke atas (upward
communication) serta arus komunikasi yang berlangsung antara dan
diantarabagian dalam tingkatan yang sama. Arus komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikasi horizontal. Dan komunikasi diagonal, komunikasi dalam
kelompok antara seseorang dengan lainnya yang satu sama lain berbeda dalam
kedudukandan unitnya. Komunikasi diagonal tidak menunjukkan kekakuan
sebagaimana dalam komunikasi vertikal, tetapi tidak juga menunjukkan
keakraban sebagaimana dalam komunikasi horizontal. (Pace dan Faules dalam
Mulyana, 2010: 189 -195).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Agar mahasiswa/I mengetahui tentang komunikasi dan bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dan benar dan bagaimana menggunakan metode SBAR
dalam berkomunikasi antara dokter dengan perawat, perawat dengan perawat.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui tentang pengertian komunikasi secara umum.
2. Untuk mengetahui tentang pengertian komunikasi SBAR.
3. Untuk mengetahui tentang teknik-teknik komunikasi SBAR.
4. Untuk mengetahui tentang tujuan komunikasi SBAR.
5. Untuk mengetahui tentang pengertian komunikasi terapeutik.
6. Untuk mengetahui tentang tujuan komunikasi terapeutik.
7. Untuk mengetahui tentang teknik komunikasi terapeutik.
8. Untuk mengetahui tentang penerapan komunkasi terapeutik.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Komunikasi (Secara Umum)


2.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communis,yang
berarti “sama”. Communico, communication atau communicare berarti
membuat sama (make to common). Jadi, komunikasi dapat terjadi apabila
adanya pemahaman yang sama antara penyampai pesan dan penerima
pesan. Menurut Bernard Barelson dan Garry A. Steiner, komunikasi adalah
proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya
dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan
sebagainya.
Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah suatu proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan
menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
Menurut Colin Cherry, komunikasi adalah proses dimana pihak- pihak
saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama
dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh
penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.

2.2 Komunikasi SBAR


2.2.1 Pengertian Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah suatu teknik yang menyediakan
kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang
kondisi pasien. SBAR adalah mekanisme komunikasi yang kuat, mudah
diingat berguna untuk membingkai setiap percakapan, terutama yang
kritis, yang membutuhkan perhatian segera terhadap klinis dan tindakan.
Hal ini memungkinkan cara yang mudah dan terfokus untuk menetapkan
harapan tentang apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana
komunikasi antara anggota tim, yang sangat penting untuk
mengembangkan kerja tim dan meningkatkan budaya keselamatan pasien.
(Permanente,2013)
Teknik komunikasi SBAR awalnya dikembangkan oleh Angkatan
Laut Amerika Serikat sebagai teknik komunikasi yang dapat digunakan
pada kapal selam nuklir, kemudian pada akhir tahun 1990-an, Aman
Healthcare memperkenalkan SBAR dalam pengaturan pelayanan
kesehatan sebagai bagian dari kurikulum pelatihan Manajemen Sumber
Daya kru nya. Sejak saat itu, SBAR telah diadopsi oleh rumah sakit dan
fasilitas perawatan di seluruh dunia sebagai cara sederhana namun efektif
untuk membakukan komunikasi antara pemberi perawatan.

2.2.2 Tujuan Komunikasi SBAR


SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas
perawatan untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk
serah terima pasien, transfer pasien, percakapan kritis dan panggilan
telepon. Ini menciptakan harapan bersama antara pengirim dan penerima
informasi sehingga keselamatan pasien dapat tercapai.
Menggunakan SBAR, laporan pasien menjadi lebih akurat dan
efisien. Teknik komunikasi SBAR ini sederhana namun sangat efektif dan
dapat digunakan ketika seorang perawat memanggil dokter (laporan
pasien) , perawat melakukan serah terima pasien Komunikasi yang efektif
antara penyedia layanan kesehatan sangat penting untuk keselamatan
pasien. Kebanyakan perawat kurang pengalaman dalam berkomunikasi
dengan dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya . Teknik
komunikasi SBAR merupakan teknik komunikasi yang memberikan
urutan logis, terorganisir dan meningkatkan proses komunikasi untuk
memastikan keselamatan pasien. serta perawat mentransfer pasien ke
fasilitas kesehatan lain atau ke tingkat perawatan yang lain.
2.2.3 Teknik Komunikasi SBAR
The Joint Commission (2012) , telah menambahkan “komunikasi
standar” untuk Tujuan Keselamatan Pasien. Laporan kondisi pasien yang
dilakukan perawat ke dokter, sebelum menghubungi dokter maka perawat
melakukan :
1. Kaji kondisi pasien
2. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan
3. Pastikan diagnose pasien
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya
5. Siapkan : medical record pasien, riwayat alergi, obat-obatan/cairan
infuse yang digunakan saat ini
Teknik-teknik dalam berkomunikasi menggunakan metode SBAR,
diantaranya adalah:
1. S : Situation (Situasi):
a) Sebutkan nama anda dan nama departemen
b) Sebutkan nama pasien, umur, diagnose medis, dan tanggal masuk
c) Jelaskan secara singkat masalah kesehatan pasien atau keluhan
utama termasuk pain score
d) Secara umum pada Situation/Situasi dijelaskan tentang pertanyaan
dibawah ini: Apakah situasi pasien saat ini ? Mengapa Anda
menelepon dokter? Apa yang terjadi pada saat ini ? Apa perubahan
akut yang terjadi? Jelaskan dalam kata-katayang singkat, persis
seperti apa situasinya, sehingga dokter mendapat gambaran situasi
pasien saat ini.

2. B : Background (Latar Belakang):


a) Sebutkan riwayat alergi, obat-obatan dan cairan infuse yang
digunakan
b) Jelaskan pemeriksaan yang mendukung dan hasil laboratorium
c) Jelaskan informasi klinik yang mendukung
d) Tanda vital pasien
e) Secara umum pada Background/Latar Belakang menjelaskan
pertanyaan sebagai berikut: Apakah informasi yang melatar
belakangi pasien ? Apa saja tanda-tanda vital dan sejarah yang
bersangkutan ? Jelaskan bagaimana situasi yang akan datang ?
Keadaan apa yang mengarah ke situasi ini ?

3. A : Assessment (Penilaian):
a) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti
status mental, status emosional, kondisi kulit dan saturasi oksigen,
dll
b) Nyatakan kemungkinan masalah, seperti gangguan pernafasan,
gangguan neurologi, gangguan perfusi dan lain-lain.
c) Secara umum pada Assesment/Penilaian menjelaskan pertanyaan
sebagai berikut: Apa penilaian anda dari terhadap masalah ini? Apa
yang Anda pikir masalahnya?

4. R: Recommendation (Rekomendasi):
a) Mengusulkan dokter untuk melihat pasien
b) Pastikan jam kedatangan dokter
c) Tanyakan pada dokter langkah selanjutnya yang akan dilakukan
d) Secara umum pada Recommendation/Rekomendasi menjelaskan
pertanyaan sebagai berikut : Apa yang harus kita lakukan untuk
memperbaiki masalah/ situasi ini? Apa tindakan / respon yang
Anda usulkan?

2.3 Komunikasi Terapeutik


2.3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Stuart dan Sundeen (1995) mendefinisikan komunikasi terapeutik
merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan
maksud untuk memengaruhi orang lain. Komunikasi terapeutik juga dapat
dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang
membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan
orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan
mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri (Kozier
dan Glenora, 2000).

2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi
klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien yang meliputi:
1. Pertama, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan
diri.
2. Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling
bergantung dengan orang lain.
3. Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
4. Keempat, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas
diri.

2.3.3 Teknik Komunikasi Terapeutik


Teknik komunikasi terapeutik dengan menggunakan referensi dari
Stuart dan Sundeen, dalam Ernawati (2009) yaitu:
1. Mendengarkan (listening)
Mendengar (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi
terapeutik (Keliat 1992). Mendengarkan adalah proses aktif dan
penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan
yang diterima , Hubson, S dalam Suryani, (2005).

2. Bertanya (question)
Bertanya (question) merupakan teknik yang dapat mendorong klien
untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
3. Penerimaan
Yaitu mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku
yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan
berarti persetujuan. Penerimaan berarti bersedia untuk mendengarkan
orang lain tanpa menunjukan keraguan atau tidak setuju.
4. Mengulangi (restating)
Mengulangi (restating) yaitu mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien maksudnya adalah mengulangi pokok pikiran yang
diungkapkan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
5. Klarifikasi (clarification)
Klasifikasi (clarification) adalah penjelasan kembali ke ide atau
pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti
dari ungkapannya Gerald,d dan Suryani, (2005).
6. Memfokuskan (focusing)
Memfokuskan (focusing) adalah bertujuan memberikan
kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan
komunikasi klien pada pencapaian tujuan Stuart, G.W dalam Suryani,
(2005).
7. Diam (silence)
Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk Mengorganisasi pikiran
masing-masing Stuart dan Sundeen, dalam Suryani, (2005).
8. Menyimpulkan (summerizing)
Menyimpulkan adalah teknik komunikasi yang membantu klien
mengeksporasi point penting dari interaksi perawat-klien. Teknik ini
membantu perawat dank lien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama
saat mengakhiri pertemuan.
9. Mengubah Cara Pandang (reframing)
Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain
sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya
saja Gerald. D dalam Suryani, (2005 ) sehingga memungkinkan klien
untuk membuat perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah
yang dihadapinya.
10. Humor
Sullivan dan Deane dalam Suryani (2005), melaporkan bahwa
humor merangsang produksi catecholamine dan hormone yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2.3.4 Penerapan Komunikasi Terapeutik


Dalam penerapan komunikasi terapeutik ada empat tahap, dimana
pada setiap tahap mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat
(Stuart dan Sundeen, 1995).
1. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan,
fantasi dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien.
2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai ketika perawat berrtemu dengan klien untuk
pertama kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta
pertolongan yang akan memengaruhi terbinanya hubungan perawat
dengan pasien.
3. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang
dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya,
menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik,
melakukan kegiatan sesuai rencana.
4. Fase Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang
dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak
lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik),
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik (Stuart & Sundeen, 1995).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah suatu proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan
menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
SBAR adalah mekanisme komunikasi yang kuat, mudah diingat berguna
untuk membingkai setiap percakapan, terutama yang kritis, yang membutuhkan
perhatian segera terhadap klinis dan tindakan. Hal ini memungkinkan cara yang
mudah dan terfokus untuk menetapkan harapan tentang apa yang akan
dikomunikasikan dan bagaimana komunikasi antara anggota tim, yang sangat
penting untuk mengembangkan kerja tim dan meningkatkan budaya keselamatan
pasien (Permanente,2013).
Stuart dan Sundeen (1995) mendefinisikan komunikasi terapeutik
merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud
untuk memengaruhi orang lain.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi
penulis sendiri, dan juga kita dapat menerapkan komunikasi baik komunikai
terapeutik maupun komunikasi dengan metode SBAR didalam pelayan di rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai