sering pada usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus secara ritmis akan menekan feses hingga ke rectum. Pada penyakit Hirschsprung, saraf (sel ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol otot pada organ usus tidak ditemukan. Hal ini mengakibatkan feses tidak dapat terdorong, seperti fungsi fisiologis seharusnya (Henna N, 2011). Faktor genetik dan lingkungan Kegagalan perpindahan kraniokaudal dari precursor sel saraf ganglion sepanjang saluran GI antara minggu 5 dan 12 gestasi Terjadi pada anak down syndrome Disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian usus distal dengan defisiensi ganglion 1. Periode neonatus 2. Periode anak-anak Pengeluaran mekonium yang konstipasi kronis terlambat gagal tumbuh Muntah bilious (hijau) Malnutrisi Distensi abdomen Pergerakan peristaltik usus Tidak dapat mengeluarkan dapat terlihat pada dinding mekonium pada 24 jam abdomen disebabkan oleh pertama, kebanyakan bayi obstruksi fungsional kolon akan mengeluarkan yang berkepanjangan mekonium setelah 24 jam pertama (24-48 jam). Selain obstruksi usus yang komplit, perforasi sekum, fecal Bayi yang mengonsumsi ASI impaction atau enterocolitis lebih jarang mengalami akut yang dapat konstipasi, atau masih dalam mengancam jiwa dan sepsis derajat yang ringan karena juga dapat terjadi (Kessman, tingginya kadar laktosa pada 2008). payudara, yang akan mengakibatkan feses jadi berair dan dapat dikeluarkan dengan mudah (Kessman, 2008). Perut membuncit (abdomen distention) mungkin karena retensi kotoran. Pemeriksaan rectal touche (colok dubur) menunjukkan sfingter anal yang padat/ketat, dan biasanya feses akan langsung menyemprot keluar dengan bau feses dan gas yang busuk. Tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di sekitar umbilicus, punggung dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah terdapat komplikasi peritonitis (Kessman, 2008; Lakhsmi, 2008) .