Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM

HUBUNGAN INTERPERSONAL DENGAN


TENAGA KESEHATAN YANG LAIN

KELOMPOK 3

ARADEA AMANDA AK.1.18.020


CITRA SAFITRI AK.1.18.033
DEVI APRILIA AK.1.18.042
DIANA NOVITA SAMBAS AK.1.18.046
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan


sama- sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.
yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti
apa pesan yang disampaikan. komunikasi yang efektif ditandai
dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan,
mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan
pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara
efektif :

1. Menciptakan suasana yang menguntungkan


2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan
dimengerti
3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau
minat di pihak komunikan
4. Pesan dapat menggugah kepentingan, dipihak komunikan
yang dapat menguntungkan pihak komunikan itu sendiri
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau
reward di pihak komunikan.
B. EFEKTIVITAS DALAM
KOMUNIKASI

1. KETERBUKAAN (openness)
2. EMPATY (empathy)
3. SIKAP MENDUKUNG (suportiveness)
4. SIKAP POSITIF (positiveness)
5. KESETARAAN (equality)
C. KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi Interpersonal atau disebut juga dengan


komunikasi antar personal atau komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu untuk
saling bertukar gagasan ataupun pemikiran kepada individu
lainnya. Atau dengan kata lain, komunikasi interpersonal
adalah salah satu konteks komunikasi dimana setiap individu
mengkomunikasikan perasaan, gagasan, emosi, serta
informasi lainnya secara tatap muka kepada individu lainnya.
komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi
mencakup dua bagian

 Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen
utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan
peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera
 Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung
dengan situasi yang mendukung disekitarnya.
D. KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN
TENAGA KESEHATAN LAINNYA

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi


antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang
telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila
hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan


kesehatan, diklasifikasikan menjadi :
1.hubungan profesional
2.hubungan struktural
3.hubungan interpersonal.
1. Hubungan profesional
antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi karena
adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.

2. Hubungan struktural
merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing-
masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan
perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau juga ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural

3. Hubungan interpersonal
perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim danterjadi secara
alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal-hal
yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter

Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan


baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan
hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri
adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan.

Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data


asuhan keperawatan, begitu pula halnya perawat sendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti
penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada
pasien. Semua itu dapat terwujud dengan baik berawal dari
komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
Tujuan kolaborasi perawat dengan Dokter
Adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan untuk
meningkatkan pamahaman tentang kontribusi setiap anggota tim
serta untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan
klien. Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua anggota
profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerja sama.
Hambatan Kolaborasi Perawat dengan Dokter

a. Dominasi Kekuasan
karena masih banyaknya dokter yang memandang bahwa
perawat merupakan tenaga vokasional. Degradasi
keperawatan ke posisi bawahan dalam hubungan kolaborasi
perawat-dokter, secara empiris hal ini menunjukkan bahwa
dokter berada di tengah proses pengambilan keputusan dan
perawat melaksanakan keputusan tersebut.

b. Perbedaan Tingkat Pendidikan/Pengetahuan


Perbedaan tingkat pendidikan dan pengetahuan dokter dan
perawat secara umum masih jauh dari harapan hal ini dapat
berdampak pada interprestasi terhadap masalah kesehatan
pasien yang berbeda, tentu juga akan berdampak pada mutu
asuhan yang diberikan.
Lanjutan...

C. Cara pandang
Dokter dapat menentukan atau memandang kolaborasi dalam
perspektif yang berbeda dari perawat. Mungkin dokter berpikir
bahwa kerjasama tersirat dalam tindak lanjut sehubungan
dengan mengikuti perintah atau instruksi daripada saling
partisipasi dalam pengambilan keputusan
2. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi
respiratorik

Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam


bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi
(fisioterapis), lalu dilanjutkan dengan dievaluasi oleh perawat.
Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara
bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana
pulang yang melibatkan klien dan keluarga.
3. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli
Farmasi

perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan


jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan yang
lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju,
dosis yang tepat dan efek samping dari semua obat-obatan yang
diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi
standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat
harus berkonsultasi pada ahli farmasi. Saat komunikasi terjadi maka
ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana yang
sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara
bersamaan
4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Pelayanan gizi di Rumah Sakit merupakan hak setiap orang dan


memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.Agar
pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-
obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak
mengkomunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh
ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara keduanya yaitu
perawat dengan ahli gizi.
5. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja


sama dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan
tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik dengan
sesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam
membina hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa
saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi
sikap saling curiga dan benci.
Terima kasih

Are there any questions ?

Anda mungkin juga menyukai