Narator :
1. fawwaz
Pemeran :
Ibu Kader : Silahkan ibu untuk mengambil nomor antrian disini, selanjutnya ibu bisa duduk di
kursi tunggu dan menunggu nomornya dipanggil
Lalu, Ibu citra duduk di kursi yang telah disediakan dan menunggu gilirannya dipanggil. Lalu
datang klien selanjutnya, klien yang datang saat ini adalah pasangan usia subur
Ibu Kader : baik bu kalau begitu ambil nomornya satu saja yaa bu, Silahkan ibu untuk mengambil
nomor antrian disini, selanjutnya ibu dan bapa bisa duduk disana menunggu nomornya dipanggil
Lalu, Ibu citra dan suaminya duduk di kursi yang telah disediakan dan menunggu gilirannya
dipanggil
Kemudian Ibu kader yang berada di meja satu memanggil nomor antrian
Ibu Kader Meja 1 : silahkan duduk bu, apakah ibu bawa buku kms nya?
Ibu citra : saya tidak punya bu, ini pertama kalinya saya ke posyandu
Ibu Kader Meja 1 : kalau begitu, saya berikan kms yang baru yaa bu, namanya siapa anaknya
siapa bu?
Ibu citra : 3 kg
Ibu Kader Meja 1 : setelah lahir apakah masih ingat berat badannya setiap bulannya bu?
Ibu Kader meja 1 : kalau begitu, berat badannya terakhir berapa bu berapa bu?
Ibu Kader Meja 1 : Iyaa bu, ini udah diisi, nanti dilanjut ke meja dua yaa bu
Perawat meja 2 : Silahkan bu, hey ade lucu banget namanya siapa?
Lalu anak citra berdiri di atas timbangan dan perawat mencatat berat badan anak aldy yaitu 10,1
kg
Ibu fitri : udah sebulan ini, anaknya susah makan teh, maunya jajan terus
Ibu citra : udah sebulan ini, anaknya susah makan, maunya jajan terus
Perawat 4 : ohiyaa bu, saya kasih penyuluhan yaa, anak ibu ini mengalami penurunan berat
badan yaa bu, oleh karena itu saya akan memberikan penyuluhan terkait perbaikan gizi untuk
menaikan berat badan anak ibu
Selain melalui predisposisi genetik yang tidak dipelajari, pola makan anak juga dibentuk pada
tahun-tahun awal kehidupannya melalui proses belajar. Orang dewasa di sekitar anak, terutama
orang tua, tentunya memegang peranan penting dalam pembentukan pola makan anak pada
masa usia dini. Kuncinya adalah kesabaran dan ketelatenan orang tua dan keluarga dalam
mengenalkan berbagai rasa makanan agar anak familiar.
Kegiatan makan bersama dapat menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengenalkan
makanan yang biasa dimakan oleh keluarga, dan makanan lokal setempat. Mengenalkan
makanan yang biasa dimakan oleh keluarga dan makanan lokal setempat sangat dianjurkan
organisasi kesehatan dunia karena dapat mengurangi kemungkinan menjadi picky eater (suka
pilih-pilih makanan).
Sekolah juga dapat mendukung pembentukan pola makan yang sehat pada anak usia dini. Saat
kegiatan makan bersama, anak juga mengamati perilaku teman sebaya dan guru di sekolah.
Anak lebih terbuka untuk mencoba makan sayur saat kegiatan makan bersama di sekolah
karena melihat teman-teman dan gurunya mencoba untuk memakannya juga.
2. Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan
Pemberian makan merupakan bagian tak terpisahkan dari pengasuhan. Pola makan anak akan
berkembang dan anak akan memutuskan untuk menyukai atau tidak menyukai makanan
melalui paparan rasa makanan, dan mengasosiasikan rasa makanan dengan konteks sosialnya.
Oleh karena itu, menciptakan suasana makan yang menyenangkan, tanpa ada paksaan untuk
mencoba makanan tertentu, ancaman, dan pembatasan akan membantu anak untuk mau
mencoba makanannya.
Orang tua perlu pengasuhan yang responsif, sehingga gaya pemberian makan yang digunakan
autoritatif. Orang tua dengan gaya pemberian makan yang autoritatif akan mendorong anak
makan dengan suportif, tanpa memberikan tekanan dan pembatasan.
Suportif: memberi pengertian tentang manfaat makanan yang dimakan dan memuji proses
makan anak.
Pada gaya pemberian makan autoritatif, orang tua tetap mendorong agar anak mau makan,
tapi juga tanggap dengan kebutuhan anak. Misalnya, saat melihat anak mulai malas-malasan
dan mengantuk saat makan, orang tua bisa mendorong anak untuk makan dengan porsi yang
lebih sedikit lalu tidur, dan menawarkan untuk makan lagi setelah bangun. Dengan demikian,
anak tidak hanya mengerti apa yang dimakan, tapi juga kapan dan bagaimana cara makan
yang baik.
Gaya pemberian makan ini juga membantu orang tua dan pengasuh mengenali karakteristik
dan cara makan anaknya, sehingga anak lebih merasa dihargai selera makannya. Perlu diingat
bahwa setiap anak itu unik, bahkan (untuk) selera makannya.
Sediakan hanya makanan sehat di rumah dalam jumlah yang cukup, dan permudah aksesnya
dengan meletakkannya sesuai jangkauan anak. Misalnya, jika ingin anak suka makan buah,
letakkan buah di tempat yang bisa diambil sendiri oleh anak. Selalu ingat untuk meletakkan air
putih/ botol berisi air putih dalam jangkauan anak agar anak dapat memenuhi kebutuhan
cairannya saat haus.
Terlahir sebagai manusia berarti terlahir dengan kecenderungan lebih menyukai makanan
dengan rasa yang menyenangkan (manis, gurih) dibanding rasa asam dan pahit. Hal ini tidak
dipelajari karena muncul secara alamiah. Oleh karenanya manusia mencari makanan dengan
rasa manis dan gurih yang merupakan pertanda bahwa makanan tersebut padat energi dan
dibutuhkan oleh tubuh. Sementara rasa pahit dan asam dipersepsi sebagai tanda bahwa
makanan tersebut mengandung racun. Kecenderungan alamiah dalam memilih rasa tersebut
yang kemudian membuat anak seringkali menolak sayur dan buah-buahan.
Oleh karenanya, sangat wajar jika anak menolak makanan yang belum pernah dia makan
sebagai mekanisme pertahanan diri. Orang dewasa perlu mendorong anak untuk mencoba,
karena preferensi berbagai rasa dan tekstur makanan akan muncul dengan pengalaman
langsung. Menurut penelitian, orang tua bisa menawarkan 10 kali atau lebih makanan yang
belum dikenal anak hingga akhirnya anak benar-benar mau mencoba. Yang perlu diingat, kita
perlu menghargai proses anak. Berikan apresiasi pada proses anak dengan pujian tulus, dan
hindari memberikan hadiah/sogokan dengan makanan lain, apalagi kalau makanannya rasanya
manis dan gurih. Mencoba adalah bagian dari proses anak, walaupun mungkin anak belum
langsung menyukai atau tidak menyukainya.
5. BERI KESEMPATAN!
Pengasuhan yang berpusat pada anak adalah pengasuhan yang memberikan kesempatan untuk
anak untuk mencoba dan mengeksplorasi. Berikan kesempatan pada anak untuk menyiapkan
makanan sendiri, menyuap makanan sendiri, dan membereskannya kembali.
Mengenalkan anak pada kegiatan makan sendiri dapat dimulai pada masa MPASI, yaitu saat
anak mulai mampu duduk dan menggenggam finger food. Finger food adalah makanan yang
mudah digigit, dikunyah, dan dipegang sendiri oleh anak. Dengan demikian, anak dapat belajar
cara makan yang baik dan benar sesuai budaya setempat dan dapat melatih anak untuk
mengatur sendiri kapan dirinya butuh makan, dan kapan harus berhenti.
Memberi kesempatan pada anak untuk makan sendiri juga berarti menstimulasi perkembangan
motorik (duduk, koordinasi tangan), sosial emosi (kesabaran, kemandirian, tanggungjawab), dan
fokus anak.
Pembentukan pola makan pada anak usia dini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga akan
sangat bijak jika masalah makan yang terjadi pada anak disikapi dengan mencaritahu akar
permasalahan agar penanganannya dapat lebih tepat. Orang tua hendaknya tidak perlu
terburu-buru memberikan makanan yang manis dan asin, apalagi yang tidak sehat untuk
gratifikasi agar anak mau makan. Pemberian susu untuk menggantikan nutrisi dari makanan
juga kurang tepat, karena hanya akan mengganggu pola makan. Edukasi mengenai pentingnya
makan makanan yang variatif perlu dilakukan orang tua di rumah dan guru di sekolah agar anak
mengenal makanan sehat. Jika masalah makan dirasa meresahkan, orang tua dapat menemui
ahli untuk berkonsultasi dan menemukan penyebabnya.
Selalu ingat tujuan pembentukan pola makan anak, yaitu agar anak dapat tumbuh lebih sehat
dan bugar dengan mencintai dan lebih memilih makan sehat. Pola makan yang baik akan
membuat anak memakan apapun yang Bunda masak tanpa pilih-pilih. Dan mengerti kapan
tubuh butuh makan dan kapan tubuh merasa cukup, merupakan ciri terbentuknya pola makan
yang baik pada anak. Jadikan ini sebagai cita-cita jangka panjang, karena tentu membutuhkan
proses yang tidak sebentar. Dengan menyadari dan mengupayakan hal ini, kita dapat memenuhi
hak anak dengan memenuhi kecukupan gizinya sehingga anak dapat bertumbuh dan
berkembang dengan optimal.
Perawat meja 4 : gimana bu, udah paham? Ada yg mau ditanyakan bu?
Perawat 5 : ibu anaknya mengalami penurunan berat badan, untuk itu saya akan melakukan
pemeriksaan kesehatan pada anak ibu yaa
Lalu perawat meja 5 melaukan anamnesis, perhitungan status gizi, pemeriksaan fisik meliputi
tanda dehidrasi, mata cekung, refill time, suhu, frekuensi pernafasan, kondisi kulit, perut
kembung, bising usus konjungtiva, ulkus pada mulut, pigmentasi kulit, dll
Perawat 5 : ibu, dari hasil pemeriksaan fisik, saya tidak menemukan kelainan, hanya saja anak
ibu perlu mendapatkan pemulihan gizi, tadi di meja 4 sudah diberikan susu yaa bu, jangan lupa
dikonsumsi setiap hari untuk anaknya selama 4 bulan berturut-turut, dan berunjung lagi kesini
bulan depan yaa bu untuk pemberian susu bulan berikutnya
Perawat 4 : Kalau begitu ibu dan bapa bisa ke meja 5 yaa, di meja 5 terdapat pelayanan kb
menggunakan pil
Ibu : Iyaa
Perawat 5 : Ohiyaa ini pilnya, dikonsumsi setiap hari yaa bu, lebih efektif lagi jika dikonsumsinya
pada jam yang sama, namun ada beberpa efek samping yang mungin dirasakan seperti nyeri perut,
mual, sakit kepala, nyeri payudara, jika ibu mengalami gejala efek samping yg parah, ibu bisa
kunjungi dokter
Ibu Kader : Silahkan ibu untuk mengambil nomor antrian disini, selanjutnya ibu bisa duduk di
kursi tunggu, menunggu nomornya dipanggil
Ibu Kader Meja 1 : silahkan duduk bu, namanya siapa anaknya siapa bu?
Ibu erika : 15 kg bu
Ibu Kader Meja 1 : Iyaa bu, ini udah diisi, nanti dilanjut ke meja dua yaa bu
Perawat meja 2 : Silahkan bu, hey ade lucu banget namanya siapa?
Lalu anak ibu erika berdiri di atas timbangan dan perawat mencatat berat badan anak diana
yaitu 15,5kg
Perawat meja 3 : iyaa, saya isi dulu yaa, berat badanya 15,5 kg yaa bu? Ini berat badannya
normal yaa bu, gimana dedenya ada keluhan bu?
Perawat 4 : ohiyaa bu, kalau begitu saya berikan penyuluhan yaa bu mengenai imunisasi
Seiring semangat Bulan Imunisasi Nasional, kami kembali ingin mengingatkan apa itu imunisasi.
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.
Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral). Setelah vaksin masuk
ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama
seperti jika tubuh kemasukan virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan
membentuk imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.
Apa tujuan imunisasi?
Tujuan imunisasi adalah agar memdapatkan imunitas atau kekebalan anak secara individu dan
eradikasi atau pembasmian sesuatu penyakit dari penduduk sesuatu daerah atau negeri.
Sedikitnya 70% dari penduduk suatu daerah atau negeri harus mendapatkan imunisasi. Yang
tidak kalah pentingnya adalah imunisasi ulang (booster) yang perlu dilaksanakan dalam waktu-
waktu tertentu untuk meningkatkan kembali imunitas/kekebalan penduduk.
Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan bisa didapat secara gratis di
Puskesmas atau Posyandu:
Perawat meja 4 : selama ini anaknya sudah pernah diimunisasi apa saja yaa bu?
Ibu : Yang tadi ners sebutkan sudah semua kecuali yang campak
Perawat meja 4 : ohiyaa kalau begitu anak ibu bisa divaksin campak di meja 5 yaa bu
Perawat 5 ; ibu saya berikan imunisasi campak pada anak nya yaa
Ibu Kader : Silahkan ibu untuk mengambil nomor antrian disini, selanjutnya ibu bisa duduk di
kursi tunggu, menunggu nomornya dipanggil
Lalu, Ibu hamil duduk di kursi yang telah disediakan dan menunggu gilirannya dipanggil. Lalu
datang klien selanjutnya, klien yang datang saat ini adalah ibu hamil
Ibu erika : 60 kg bu
Ibu Kader Meja 1 : kalau sebelum hamil berat badannya berapa bu?
Ibu erika : 59 kg bu
Ibu Kader Meja 1 : Iyaa bu, ini langsung diberikan ke meja 4 yaa bu
Ibu : iyaa
Perawat 4 : ohiyaa bu, ini kenaikan berat badannya sudah normal, kalau begitu saya berikan
penyuluhan yaa bu mengenai pencegahan anemia
Salah satu penyakit yang sering terjadi di kalangan ibu hamil adalah anemia. Tingkat keparahan
anemia juga bervariasi hingga mampu memengaruhi kondisi janin dan ibunya. Oleh karena itu,
diperlukan upaya pencegahan anemia pada ibu hamil agar ibu dan janin tetap sehat.
Kurangnya hemoglobin dalam sel darah merah berakibat pada kurangnya oksigen pada tubuh.
Anda pun jadi lemah, sakit kepala, hingga sesak napas.
Anemia sering terjadi pada ibu hamil karena adanya perubahan fisiologis yang bisa
memengaruhi kadar hemoglobin.
Selain itu, asupan nutrisi dan vitamin ibu hamil yang cenderung tidak seimbang dapat
mengakibatkan tubuh kekurangan zat besi sehingga anemia akhirnya terjadi.
Selain kekurangan zat besi, beberapa penyebab anemia pada ibu hamil lainnya, antara lain:
Kekurangan vitamin B12 akibat tidak cukup mengonsumsi produk susu, daging, dan telur yang
menyebabkan sel darah merah tidak sehat.
Anemia pada ibu hamil tentu membawa beberapa risiko yang berpotensi membahayakan ibu
dan bayi. Beberapa yang mungkin dialami jika mengalami anemia saat hamil, yaitu:
Kelahiran prematur
Kematian janin
Oleh karena berbagai komplikasi akibat anemia saat hamil itulah Anda tentu harus waspada
dan benar-benar memerhatikan asupan makanan
Mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi. Dosisnya berdasarkan instruksi dari dokter,
tetapi umumnya dianjurkan 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat.
Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti daging, ayam, ikan, telur, dan
gandum.
Memakan makanan yang kaya akan asam folat, seperti kacang kering, gandum, jus jeruk, dan
sayuran hijau.
Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C, seperti buah dan sayur
yang segar.
Tidak jarang para ibu hamil kesulitan untuk mendapatkan asupan zat besi yang cukup, sehingga
mereka membutuhkan suplemen zat besi.
Jika suplemen zat besi membuat perut Anda tidak nyaman, usahakan untuk mengonsumsinya
bersamaan dengan beberapa suap makanan.
Perawat 4 : kalau begitu ini saya berikan zat besi nya yaa bu