Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keperawatan menurut Virginia Handerson dapat di definisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila pasien memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilaksanakan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Dalam teori model keperawatan menurut Virginia Handerson ini lebih menekankan dalam pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) dari seorang pasien . Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) saat pasien berada di rumah sakit merupakan fokus utama yang harus diperhatikan oleh semua perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Pada dasarnya tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu klien menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpa bantuan. Oleh karena itu, kami merasa tertarik dan ingin mempelajari lebih lanjut mengenai pendekatan proses keperawatan berdasarkan teori model keperawatan Virginia Henderson tersebut. Sehingga dalam makalah ini kami akan lebih membahas dan memaparkan Pendekatan Proses Keperawatan Berdasarkan Teori Model Keperawatan Virginia Henderson. 1.2 Tujuan 1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fundamental of Nursing III 2. Untuk mengetahui Pendekatan Proses Keperawatan Berdasarkan Teori Model Keperawatan Virginia Henderson.

3. Untuk mampu menyusun rencana dan melakukan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien sesuai kebutuhan manusia sehari-hari yang disajikan menggunakan pendekatan teori keperawatan Virginia Handerson.

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Virginia Henderson Henderson melakukan suatu proses untuk mengatur praktek keperawatan melalui proses perizinan dari setiap negara. Untuk menyempurnakan hal tersebut dia yakin bahwa keperawatan secara eksplisit harus didefinisikan dalam artian sebagai tindakan dari para perawat. Tindakan - tindakan tersebut digaris bawahi dengan parameter legal dari fungsi perawat dalam merawat klien / pasien dan memberikan perlindungan bagi masyarakat umum dari praktek-praktek yang tidak berkompeten, ataupun tidak sempurna. Fokus Henderson terhadap perawatan individu lebih ditekankan pada komponenkomponen dalam keperawatan, sebagai berikut: 1. Bernafas secara normal 2. Tercukupinya kebutuhan makan dan minum 3. Mengurangi zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh (eliminasi) 4. Mengubah dan memelihara bentuk tubuh yang diinginkan 5. Tercukupinya kebutuhan tidur dan istirahat 6. Memilih pakaian yang tepat/sesuai 7. Menjaga suhu tubuh dalam rentang yang normal dengan menyesuaikan pakaian dan memodifikasi terhadap kondisi lingkungan 8. Menjaga kebersihan tubuh dan kerapihan 9. Menghindari bahaya terhadap kondisi lingkungan dan menghindari jatuhnya korban lain

10. Berkomunikasi dengan orang lain untuk menyalurkan emosi, kebutuhan, ketakutan, dan berpendapat 11. Beribadah sesuai dengan satu kepercayaan 12. Bekerja dengan semangat untuk mencapai keberhasilan 13. Berperan atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi 14. Belajar menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang akan membantu meningkatkan kondisi kesehatan. Pada tahun 1966, Henderson menyatakan pendapatnya mengenai definisi keperawatan yang dipublikasikan oleh The Nature of Nursing, dan pendapatnya tersebut dipandang sebagai kristalisasi dari ide-idenya, yaitu sebagai berikut: Fungsi unik perawat adalah membantu individu baik sehat, maupun sakit dengan tindakan - tindakan yang memberikan kontribusi bagi kesehatan atau penyembuhan, atau untuk memperoleh kematian dengan damai, dan harus dilakukannya tanpa bantuan, sehingga sangat membutuhkan kekuatan, kemauan, serta pengetahuan. Untuk dapat melakukan hal tersebut, maka dapat dilakukan berbagai cara agar dapat mempercepat kemandirian pasien sesegera mungkin. Henderson menganjurkan kepada perawat, agar berperan-serta aktif dalam menunjukan fungsi-fungsinya terhadap tenaga kesehatan lainnya yang mungkin peran tersebut dapat membantu dan meningkatkan keahliannya. 2.2 Hubungan Teori Virginia Henderson dengan Konsep Utama Keperawatan Henderson dalam memandang konsep manusia atau individu, selalu mempertimbangkan komponen biologi, mental / kejiwaan, sosiologi, dan spiritual. Ada 14 (empat belas) komponen dasar yang selalu mengacu pada kebutuhan dasar manusia tersebut bermanfaat dalam memanfaatkan fungsi keperawatan, dan dikategorikan sebagai berikut: 1. Komponen fisik :

Bernafas secara normal

Tercukupinya kebutuhan makan dan minum Mengurangi zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh (eliminasi) Mengubah dan memelihara bentuk tubuh yang diinginkan Tercukupinya kebutuhan tidur dan istirahat Memilih pakaian yang tepat/sesuai Menjaga suhu tubuh dalam rentang yang normal dengan menyesuaikan pakaian dan memodifikasi terhadap kondisi lingkungan Menjaga kebersihan tubuh dan kerapihan Menghindari bahaya terhadap kondisi lingkungan dan menghindari jatuhnya korban lain 2. Aspek kejiwaan mengenai komunikasi :

Berkomunikasi dengan orang lain untuk menyalurkan emosi, kebutuhan, ketakutan, dan berpendapat

Beribadah sesuai dengan satu kepercayaan Bekerja dengan semangat untuk mencapai keberhasilan Berperan atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi Belajar menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang akan membantu meningkatkan kondisi kesehatan. 3. Spiritual dan moral :

Beribadah sesuai dengan satu kepercayaan 4. Komponen sosiologi yang berorientasi pada kegiatan dan rekreasi : Bekerja dengan semangat untuk mencapai keberhasilan

Berperan atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi Henderson juga meyakini bahwa antara pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat; disamping itu Henderson menekankan beberapa aspek tentang konsep masyarakat / lingkungan yang dihubungkan dengan masalah individu. Dia membahas lebih rinci hubungan antara individu dengan keluarganya, tetapi kurang membahas pengaruh masyarakat terhadap hubungan antara individu dengan keluarganya. Berdasarkan definisi keperawatan, dan 14 komponen dasar keperawatan di atas, perawat diharapkan mampu melakukan rencana terapi fisik. Perawatan terhadap individu merupakan hasil kreativitas dari perawat dalam melakukan perencanaan keperawatan. Selain itu perawat juga diharapkan dapat meningkatkan kinerja keperawatannya terhadap pasien dengan menggunakan hasil dari penelitian keperawatan yang telah ada. Bagi Henderson perawat harus memiliki pengetahuan, memiliki dasar - dasar untuk melakukan perawatan terhadap individu atau manusia, dan mampu memecahkan berbagai permasalahan ilmiah. 2.3 Hubungan Teori Virginia Henderson dengan Proses Keperawatan Henderson memandang proses keperawatan sebagai sebuah aplikasi nyata dari pendekatan logis untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan pendekatan ini setiap orang dapat menerima perawatan secara individu, dan proses keperawatan ini akan menghasilkan keperawatan terhadap individu. Uraiannya terhadap Proses Perawatan, adalah sebagai berikut: 1. Pengkajian Keperawatan Terdapat suatu masalah dalam proses perawatan. Penilaian nyata terhadap proses perawatan tergantung pada pemahaman seseorang, interpretasi, perpaduan, dan penggunaannya. Walaupun definisi dan penjelasan Henderson mengenai keperawatan tidak secara langsung sesuai dengan langkah - langkah dalam proses perawatan, tetapi terdapat hubungan antara kedua hal tersebut. Menurut Henderson, perawat harus memiliki pengetahuan mengenai apa yang disebut normal dalam kesehatan dan adanya penyakit. Berdasarkan pengetahuan ilmiah ini, perawat dapat mengambil kesimpulan dari data-data yang ada. Henderson menyatakan, bahwa, keperawatan dibutuhkan oleh individu yang dipengaruhi oleh usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional,dan

kapasitas fisik, serta intelektualnya. Semua ini akan dipertimbangkan dalam mengevaluasi hasil perawatan yang dibutuhkan oleh pasien. 2. Diagnosa Keperawatan Analisa data didasarkan pada faktor-faktor di atas, kemudian hasil analisa tersebut dipergunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan. Henderson tidak secara spesifik membahas mengenai diagnosa keperawatan ini, dia lebih yakin dokterlah yang akan membuat diagnosa, dan perawat melakukan tindakan-tindakan atas dasar diagnosa tersebut. Diagnosa Keperawatan berhubungan dengan bagaimana mengidentifikasi kemampuan individu untuk menentukan kebutuhannya dengan atau tanpa bantuan yang turut memperhitungkan kemampuan, keinginan, dan pemgetahuan. Berdasarkan pada data - data yang tersedia, dan analisa terhadap data tersebut, perawat dapat mengidentifikasi secara aktual berbagai masalah, seperti pernafasan yang tidak normal. Sebagai tambahannya, juga masalah-masalah potensial lainnya dapat teridentifikasi. 3. Perencanaan Keperawatan Setelah diagnosa keperawatan dibuat, maka selanjutnya perawat akan menyusun rencana perawatan. Berdasarkan rencana perawatan ini, Henderson menyatakan: dengan rencana perawatan ini, maka perawatan yang efektif dapat direncanakan lebih baik. Suatu rencana yang tertulis akan mendorong munculnya ide-ide tentang kebutuhan individu, kecuali jika terdapat aturan-aturan lain yang harus dilakukan oleh individu tersebut secara rutin.Tidak terlaksananya perencanaan dapat dipengaruhi oleh anggota keluarga lainnya. Selanjutnya suatu rencana perawatan membutuhkan modifikasi secara berkesinambungan yang didasarkan pada kebutuhan individu. Henderson menyarankan penulisan rencana perawatan dapat diikuti dengan kebutuhan perawatan secara bertahap. Dia menekankan bahwa perawatan harus selalu disusun sesuai dengan kebutuhan individu, dan rencana terapi dari dokter. Henderson menggaris-bawahi tahap-tahap perencanaan sebagai jalan untuk membuat rencana bagi pemenuhan kebutuhan individu. Perencanaan yang selalu diperbaharui harus didasarkan pada kebutuhan kebutuhan individu tersebut, lebih dispesifikan, dan dapat diimplementasikan, serta disesuaikan dengan adanya terapi medis. Perencanaan perawatan yang ditulis, intinya adalah hasil dari identifikasi kebutuhan

perawatan dari individu. Walaupun Henderson tidak menggunakan istilah - istilah seperti saat ini, tetapi intinya adalah sama. 4. Implementasi Keperawatan Implementasi sesuai dengan perencanaan keperawatan yang dibuat. Bagi Henderson, implementasi keperawatan harus tertuju pada bantuan terhadap kebutuhan pasien sesuai dengan kebutuhan 14 komponen tersebut di atas. Sebagai contoh: dalam membantu individu terhadap kebutuhan istirahat dan tidur, perawat akan mencoba untuk lebih mengetahui metoda-metoda dalam membujuk pasien untuk beristirahat dan tidur sebelum diberikan obat-obatan. Henderson menyimpulkan: Saya memandang keperawatan terutama adalah sebagai pelengkap dalam memenuhi kebutuhan pasien melalui pengetahuan, keinginan, dan kekuatan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, serta untuk melakukan berbagai tindakan / perlakuan terhadap pasien tersebut sesuai dengan terapi medik. Dia juga menyatakan, bahwa fungsi utama dari perawat ini tentu saja harus dilakukan untuk mendukung rencana terapi medis, sehingga perawat perlu melakukan tidakan tindakanyang disarankan medis dalam perawatan. Aspek implementasi penting lainnya dalam pembahasan Henderson adalah hubungan antara perawat dan pasien . Perawat harus menjadi pihak luar yang memahami kebutuhan pasien dan memberikan ukuran-ukuran bagi pemenuhan ukuran tersebut . Henderson juga berbicara mengenai kualitas dari keperawatan; perawat yang berkompeten akan menggunakan proses interpersonal dan prediksi-prediksi selama memberikan perawatan .

5.

Evaluasi Keperawatan Henderson mendasarkan evaluasi terhadap setiap perawat didasarkan pada kecepatan atau derajatnya dalam mendorong kegiatan pasien secara independent kembali seperti harihari normal .

2.4 Penerapan Teori Virginia Henderson Penerapan proses keperawatan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan empat tahap : 1. Pengkajian

Pada pengkajian ditekankan dalam hal Apakah klien mampu atau tidak mampu melaksanakan setiap aspek hidup sehari-hari pasien? . Saat pengkajian perawat dan pasien mendiskusikan dan mengindentifikasi setiap aktifitas hidup sehar - hari, pasien yang mampu dilaksanakan sendiri. Apabila ditemukan adanya ketidak mampuan pasien di dalam melaksanakan aktifitas hidup sehari - hari , berarti pasien, memerlukan bantuan dari perawat .Aspek aspek yang perlu dikaji pada aktifitas hidup sehari-hari adalah sebagai berikut : 1. Bernafas dengan normal Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu agar klien dapat bernafas secara normal dan kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien. 2. Kebutuhan akan nutrisi Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak lupa memperhatikan latar belakang dan social klien. 3. Kebutuhan eliminasi Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran. 4. Gerak dan keseimbangan tubuh Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh, miring, dan bersandar. 5. Kebutuhan isthirahat dan tidur Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang baik dan menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat. 6. Kebutuhan berpakaian Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya. 7. Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperature, kelembapan atau

pergerakan udara, atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya. 8. Kebutuhan akan personal hygiene Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap bersih baik fisik maupun jiwanya. 9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak merasa nyaman dan aman. 10. Berkomunikasi Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang teraupeutik. 11. Kebutuhan spiritual Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan. 12. Kebutuhan bekerja Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja. 13. Kebutuhan bermain dan rekreasi Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur, kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan penyakitnya. 14. Kebutuhan belajar Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yangdiberikan. 2. Perencanaan .

Dalam perencanaan lebih difokuskan kepada rencana tindakan keperawatan yang bertujuan agar pasien mandiri dalam melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari. 3. Pelaksanaan. Melaksanakan apa yang telah direncanakan dan mengindentifikasi kembali apakah masih ada aspek - aspek tindakan keperawatan yang belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan perencanaan. 4. Evaluasi. Untuk mengukur hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan mengacu kepada tujuan yang telah ditentukan .

BAB III KAJIAN KASUS


A.

PENGKAJIAN 1. Pengumpulan data a. Bio Data 1) Nama 2) Usia 3) Alamat 4) Jenis Kelamin 5) Pendidikan 6) Agama 7) Suku Bangsa 8) Tanggal Masuk Dirawat 9) Diagnosa Medis : Islam : Sunda : 16 Desember 2011 Pukul 15.00 : : Tn. A : 38 tahun : Jl. Mawar no. 17 Bandung : Laki-laki : SLTP

b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama : Pusing dan sesak napas

2) Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) Semenjak tiga hari sebelum masuk rumah sakit 13 Desember 2011 sampai dengan saat ketika dikaji, klien merasakan pusing dan sesak napas, sesak bertambah berat ketika klien duduk di tempat tidur dan berkurang ketika klien brbaring, namun sesak tidak hilang. Sesak yang dirasakan membuat klien tidak mampu untuk berdiri atau berjalan dari tempat tidur. Sesak dirasakan pada seluruh lapang dada namun tidak mengalami nyeri pada saat bernafas. Jika diberi skala dari 1-10, klien mengatakan di skala 7 nyerinya.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu Diabetes mielitus diderita klien sejak 10 tahun lalu dan biasa berobat di Puskesmas. Sejak 4 tahun lalu terdapat gangrene pada bagian ekskremitas bawah klien. Sebelumnya sakit yang bisa dialami klien hanyalah demam biasa atau pilek yang biasanya sembuh dengan membeli obat dari warung

4) Riwayat Kesehatan Keluarga Diabetes Mielitus yang diderita klien ada kemungkinan faktor genetik.

Genogram Tn. A

2. Pengkajian berdasarkan 14 kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar manusia Bernapas normal

Makan dan minum dengan cukup

Eliminasi

Bergerak dan olahraga untuk menjaga postur tubuh

Tidur dan istirahat

Memakai pakaian yang cocok Menjaga suhu tubuh Tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi integument

Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan rasa takut atau pendapat Beribadah sesuai kepercayaan Bekerja dengan baik sehingga dapat

Hasil Pengkajian Klien mengalami sesak sejak 3 hari yang lalu denngan RR 30x/menit dan napas bau keton ,sesak dirasakan semakin berat bila klien duduk ditempat tidur, sesak membuat klien tidak mampu berjalan dari tempat tidur. Klien mengalami mual dan muntah dan nafsu makan menurun,pola makan klien yaitu porsi yang dianjurkan berdasarkan program diet DM, kadar glukosa klien yaitu 650 mmol. Klien Mengalami mual dan muntah dan nafsu makan menurun,pola makan klien yaitu porsi yang dianjurkan berdasarkan program diet DM, kadar glukosa klien yaitu 650 mmol Klien mengalami Bedrest total dikarenakan sesak jika berjalan atau berdiri dari tempat tidur, dan K lien mengalami gangrene pada extremitas bawah sehingga membuat keterbatasan dalam bergerak dan menjaga postur tubuh. Klien mengeluh terganggu tidurnya disebabkan karena sesak yang dialami klien. Klien menggunakan kaos dan memakai kain sarung. Suhu tubuh klien dalam batas normal yaitu 360C. Klien tidak mengalami demam dan menggigil,dengan kebersihan tubuh terawatt dengan baik, namun pada system intugumen klien mengalami gangguan yaitu adanya gangrene pada extremitas. Klien kurang mampu memenuhi kebutuhan untuk mengungkapkan pendapat nya, sehingga penyakit DM klien diketahui sejak umur 38 tahun. Klien beragama islam. Selama sakit klien tidak mampu utuk

melakukan pencapaian tertentu Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi Menghindari bahaya dan menyakiti orang lain Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu dan menggunakan fasilitas kesehatan

bekerja. Selama sakit klien tidak mampu untuk rekreasi. Klien biasa berobat hanya dipuskesmas, jika sakit klien hanya membeli obat diwarung.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Dalam penerapan teori Virginia Henderson, diagnose keperawatan memang tidak secara spesifik dibahas. Karena Henderson yakin dokterlah yang akan membuat diagnosa, dan perawat melakukan tindakan-tindakan atas dasar diagnosa tersebut.

C. PERENCANAAN 1. Masalah keperawatan : a. Tidak mempunyai kekuatan/kemampuan , kemauan atau pengetahuan b. Ketidakmampuan klien dalam bernapas normal c. Ketidakmampuan klien untuk makan dan minum dengan cukup d. Ketidakmampuan klien dalam memenuhi kebutuhan aktifitas (bergerak atau olahraga) e. Ketidakmapuan klien melindungi sistem integument

2. Tujuan Asuhan Keperawatan a. Klien mampu kebutuhan dasanya b. Klien mampu bernapas normal 12-16 x/menit c. Klien mampu makan minum dengan cukup d. Klien mampu melaksanakan aktifitas denngan tidak merasakan adanya keluhan lemas dan pusing e. Klien mampu memenuhi kebersihan tubuh dan rasa nyaman pada pada gangguan integritas kulitnya (gangrene) 3. Peran Ners

Peran pelengkap, penolong dan partner dalam mempertahankan atau memulihkan kemandirian dalam pemenuhan empat belas kebutuhan dasar. a. Mempertahankan kemampuan klien untuk bernapas normal b. Mempertahankan kemampuan klien untuk makan dan minum dengan cukup c. Mempertahankan kemampuan dalam memenuhi aktifitas kilen d. Melindungi integumen dari bahaya infeksi 4. Intervensi masalah keperawatan kebutuhan bernapas IntervensiMandiri 1. Monitor tanda-tanda sesak nafas (frekuensi, pernafasan cupinghidung, retraksi dinding dada, pengunaan otot-otot asesoris) 2. Evaluasi bunyi paru 3. Pantau warna mukosa dan daerah akral 4. Pantau satu rasi oksigen 5. Bantu pernafasan dengan oksigen 2 L/menit 6. Batasi intake cairan 7. Batasi intake sodium 8. Bantu mencari posisi yang nyaman untuk bernafas Intervensi Kolaborasi a. Pantau serial gas darah masalah keperawatan Makan dan minum yang cukup IntervensiMandiri 1. Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah, 2. Pantau tanda-tanda vital 3. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa 4. Ukur BB tiap hari 5. Pantau masukan dan pengeluaran, catat BJ Urine 6. Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hr 7. Catat hal-hal seperti mual, nyeri abdomen ,muntah, distensi lambung 8. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien 9. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, perut kembung, mual, muntah dan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi 10. Observasi tanda hipoglikemia : penurunan kesadaran, kulit lembab/dingin, nadi cepat, lapar, sakit kepala, peka rangsang 11. Libatkan keluarga/pasien dalam perencanaan makanan Intervensi Kolaborasi 1. Berikan NaCl, NaCl, dengan atau tanpa dekstrose 2. Pantau pemeriksaan laboraorium :Ht, BUN/Creatinin, Na, K 3. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick 4. Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, aseton, pH dan HCO3

5. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan IV intermiten/ kontinyu (5 10 IU/jam) sampai glukosa darah 250 mg/dl masalah keperawatan ketidak mampuan klien dalam melaksanakan aktifitas dan olahraga Intervensi keperawatan mandiri 1. Kaji kemampuan aktifitas klien
D. IMPLEMENTASI

No. 1.

Masalah Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Ketidakmampuan klien -Telah dilakukan Monitor tanda-tanda dalam bernapas normal sesak nafas (frekuensi, pernafasan cupinghidung, retraksi dinding dada, pengunaan otot-otot asesoris) -Telah dievaluasi bunyi paru -Telah dipantau warna mukosa dan daerah akral -Telah dilakukan bantuan pernafasan dengan oksigen 2 L/menit -Telah dibatasi intake cairan dan sodium -Telah diajarkan posisi nyaman untuk bernafas Ketidakmampuan klien -Telah dilakukan pengkajian riwayat untuk makan dan minum pengeluaran berlebih - Telah dilakukan pengkajian nadi dengan cukup perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa -Telah diberikan cairan 2500 cc/hari. -Telah di Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas (bergerak atau olahraga)
-Telah diobservasi tanda hipoglikemia klien Telah dikaji aktivitas klien

2.

3.

E. EVALUASI

No. Masalah Keperawatan 1. Ketidakmampuan klien dalam

bernapas normal

Evaluasi S: pasien mengatakan sesak nafasnya sudah berkurang O: pasien terlihat nyaman A: masalah teratasi P: masalah teratasi sebagian, rencana
tindakan tetap dijalankan sampai keluhan pasien teratasi sepenuhnya.

2.

Ketidakmampuan klien untuk S: pasien mengatakan sudah dapat makan dan minum dengan cukup menghabiskan makanannya. Rasa mual
dan muntah pun sudah berkurang. O: terlihat pasien melakukannya A: masalah teratasi P: masalah teratasi sebagian, rencana

tindakan tetap dijalankan sampai keluhan pasien teratasi sepenuhnya.

3.

Ketidakmampuan klien dalam S: pasien mengatakan belum bisa memenuhi kebutuhan aktifitas bergerak dengan bebas, karena masih belum kuat (bergerak atau olahraga)
O: terlihat pasien masih lemas A: harus dikaji ulang aktivitas klien P: rencana pengkajian aktivitas klien agar klien bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

BAB IV KESIMPULAN
Proses keperawatan menurut Henderson yaitu sebagai sebuah aplikasi nyata dari pendekatan logis untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan pendekatan ini setiap orang dapat menerima perawatan secara individu, dan proses keperawatan ini akan menghasilkan keperawatan terhadap individu. Dan proses keperawatan berdasarkan teori dan konsep Henderson mengacu kepada 14 komponen dasar berikut : 1. Bernafas secara normal 2. Tercukupinya kebutuhan makan dan minum 3. Mengurangi zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh (eliminasi) 4. Mengubah dan memelihara bentuk tubuh yang diinginkan 5. Tercukupinya kebutuhan tidur dan istirahat

6. Memilih pakaian yang tepat/sesuai 7. Menjaga suhu tubuh dalam rentang yang normal dengan menyesuaikan pakaian dan memodifikasi terhadap kondisi lingkungan 8. Menjaga kebersihan tubuh dan kerapihan 9. Menghindari bahaya terhadap kondisi lingkungan dan menghindari jatuhnya korban lain 10. Berkomunikasi dengan orang lain untuk menyalurkan emosi, kebutuhan, ketakutan, dan berpendapat 11. Beribadah sesuai dengan satu kepercayaan 12. Bekerja dengan semangat untuk mencapai keberhasilan 13. Berperan atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi 14. Belajar menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang akan membantu meningkatkan kondisi kesehatan. Komponen dasar diatas dikategorikan ke dalam aspek biologis (fisik), kejiwaan, sosiologi, dan spiritual. Henderson juga meyakini bahwa antara pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Proses pengkajian menurut Henderson, perawat harus memiliki pengetahuan mengenai apa yang disebut normal dalam kesehatan dan adanya penyakit. Proses pengkajian ini untuk mengetahui apakah pasien memiliki ketidakmampuan dalam menjalankan aktifitasnya sehingga membutuhkan bantuan perawat, dan aktifitas yang masih bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien. Pengkajian kebutuhan dasar pasien didasarkan pada 14 aspek yang tertera diatas. Setelah pengkajian, data yang diperoleh digunakan untuk diagnosa. Henderson tidak secara spesifik membahas mengenai diagnosa keperawatan ini, dia lebih yakin dokterlah yang akan membuat diagnosa, dan perawat melakukan tindakan-tindakan atas dasar diagnosa tersebut. Diagnosa Keperawatan berhubungan dengan bagaimana mengidentifikasi kemampuan individu untuk menentukan kebutuhannya dengan atau tanpa bantuan yang turut memperhitungkan kemampuan, keinginan, dan pengetahuan. Setelah diagnosa, perawat membuat suatu rencana perawatan yang membutuhkan modifikasi secara berkesinambungan yang didasarkan pada kebutuhan individu.

Henderson menyarankan penulisan rencana perawatan dapat diikuti dengan kebutuhan perawatan secara bertahap. Dia menekankan bahwa perawatan harus selalu disusun sesuai dengan kebutuhan individu, dan rencana terapi dari dokter. Henderson menggaris-bawahi tahap-tahap perencanaan sebagai jalan untuk membuat rencana bagi pemenuhan kebutuhan individu. Dalam perencanaan lebih difokuskan kepada rencana tindakan keperawaan yang bertujuan agar pasien mandiri dalam melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari. Kemudian perencanaan tersebut diimplementasikan. Bagi Henderson, implementasi keperawatan harus tertuju pada bantuan terhadap kebutuhan pasien sesuai dengan kebutuhan 14 komponen tersebut di atas. Henderson menyimpulkan: Saya memandang keperawatan terutama adalah sebagai pelengkap dalam memenuhi kebutuhan pasien melalui pengetahuan, keinginan, dan kekuatan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, serta untuk melakukan berbagai tindakan / perlakuan terhadap pasien tersebut sesuai dengan terapi medik. Aspek implementasi penting lainnya dalam pembahasan Henderson adalah hubungan antara perawat dan pasien . Perawat harus menjadi pihak luar yang memahami kebutuhan pasien dan memberikan ukuran-ukuran bagi pemenuhan ukuran tersebut . Perawat yang berkompeten akan menggunakan proses interpersonal dan prediksi-prediksi selama memberikan perawatan. Setelah implementasi dilakukan evaluasi untuk mengukur hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan mengacu kepada tujuan yang telah ditentukan . Henderson mendasarkan evaluasi terhadap setiap perawat didasarkan pada kecepatan atau derajatnya dalam mendorong kegiatan pasien secara independent kembali seperti hari-hari normal. Dari kasus yang dikaji, dapat dilihat bahwa dengan mengaplikasikan konsep Henderson ke dalam proses keperawatan, perawat dapat mengetahui masalah-masalah lain yang dialami klien selain masalah fisik akibat penyakit yang di deritanya. Sehingga dapat dilakukan tindakan yang tidak hanya bertujuan kepada penyembuhan penyakit pasien, tetapi aspek lain seperti kejiwaan, sosiologi dan spiritual pasien. Dan perawat pun dapat melaksanakan tugas utama profesinya, yaitu membantu pasien untuk dapat melaksanakan aktifitasnya secara mandiri dan normal kembali.

Anda mungkin juga menyukai