Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

Disusun Oleh :
Kelompok II

Nama : Nim :

Aisyah Chairah 2011102411174

Fitriani 2011102411159

Ibnu Fajar 2011102411149

Indah Dwi Cahyanti 2011102411150

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN

TIMUR

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan yang maha
esa, karena atas berkat dan rahmatnya maka kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Didalam makalah ini membahas tentang Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan pada Lansia dengan Riwayat Hipertensi, maka
dengan ini kami mempersembahkan dengan makalah ini dengan penuh
terimakasih dan semoga Allah Swt memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

i
DAFTAR ISI

TUGAS KOMUNIKASI KEPERAWATAN..........................................................1


DAFTAR ISI........................................................................................................2
A. Pengertian Komunikasi Teraupetik..........................................................4
B. Manfaat Komunikasi Teraupetik...............................................................4
C. Fase-Fase dalam Komunikasi Teraupetik...............................................4
a. Pra Interaksi...........................................................................................4
b. Pembukaan (Orientasi)..........................................................................5
c. Tahap Kerja............................................................................................5
d. Terminasi...............................................................................................5
D. Komunikasi Teraupetik Pada Lansia........................................................5
a. Pralansia................................................................................................6
b. Lansia.....................................................................................................6
c. Lansia resiko tinggi................................................................................6
d. Lansia potensial.....................................................................................6
e. Lansia tidak potential.............................................................................6
E. Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi.................7
a. Pendekatan Fisik.........................................................................................7
b. Pendekatan Psikologis................................................................................7
c. Pendekatan Social......................................................................................7
d. Pendekatan Spiritual...................................................................................7
F. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Pasien Lansia
dengan tindakan mengukur tekanan darah.............................................7
a. Fase Pra Interaksi.......................................................................................7
b. Tahap Orientasi...........................................................................................8
c. Tahap Kerja..................................................................................................8
d. Fase Terminasi............................................................................................9
A. Pengertian Komunikasi Teraupetik
Mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja
sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik.Komunikasi
dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, lingkungan
dalam situasi individu harus mengaplikasikan keterampilan komunikasi
yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat.(Stuart dan Sundeen, 2013.)

B. Manfaat Komunikasi Teraupetik


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan
mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat
(Indrawati, 2003 : 50)

C. Fase-Fase dalam Komunikasi Teraupetik


a. Pra Interaksi
Melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk terhadap klien, karena
akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan
klien. Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak
boleh memaksa, atau memberi kesempatan kapan klien sanggup.
Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam
wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar
wawancara.

3
b. Pembukaan (Orientasi)
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah
dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu
yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan.
Diharapkan klien berperan serta dengan penuh dalam kontrak, namun
pada kondisi tertentu misalnya klien dengan gangguan realita maka
kontrak dilakukan sepihak dan perwat perlu mengulang kontrak jika
kontrak relaitas pasien meningkat.

c. Tahap Kerja
Fokus wawancara adalah klien mendengarkan dengan penuh
perhatian. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien. Gunakan
pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.Bila perlu diam,
untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya, Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan
sentuhan terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan
spiritual, merasa diperhatikan.

d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien
harus mengetahui kapan wawancara akan berakhir dan tujuan dari
wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir
wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat
mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu
membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.

4
D. Komunikasi Teraupetik Pada Lansia
Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Komunikasi dengan lansia adalah
proses penyampaian pesan atau gagasan dari petugas atau perawat
kepada lanjut usia dan diperoleh tanggapan dari lanjut usia sehingga
diperoleh kesepakatan tentang isi pesan komunikasi.
Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap dan
sederhana. Sarana komunikasi meliputi panca indra manusia (mata, mulut,
tangandan jari) dan buatan manusia (TV, Radio, surat kabar). Sikap
penyampaian pesan harus dalam jarak dekat, suara jelas, tidak terlalu
cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah berseri-seri, sambil menatap
lansia, sabar, telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit membungkuk dan
jempol tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
agar komunikasi berjalan lancar adalah menguasai bahan atau pesan
yang akan disampaikan, menguasai bahasa setempat, tidak terburu-buru,
memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya diri, ramah, dan sopan.
Lingkungan yang mendukung komunikasi adalah suasana terbuka, akrab,
santai, menjaga tetap ramah, posisi menghormati, dan memahai keadaan
lanjut usia. (Wahjudi Nugroho, 2008).
Adapun Penggolongan/pengklasifikasian lansia dari Departemen
Kesehatan RI, antara lain:

a. Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi
Ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial
Merupakan lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5
e. Lansia tidak potential
Merupakan lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

E. Pendekatan Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi


Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) :
a. Pendekatan Fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,
yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa di capai dan dikembangkan serta penyakit yang dapat dicegah
progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan
dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.
b. Pendekatan Psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan
prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor,
advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau
sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan Social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien
dalam keadaan sakit.

6
F. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Pasien Lansia
dengan tindakan mengukur tekanan darah.
a. Fase Pra Interaksi
Sebelum berjumpa dengan pasien sebaik nya perawat mengetahui
terlebih dahulu berbagai hal diantaranya: indentitas, alamat, pekerjaan
dan penyakit yang saat ini sedang diderita oleh pasien, sehingga
perawat pada tahap ini secara tidak langsung sudah berkenalan
dengan pasien.
b. Tahap Orientasi
Pada tahap ini perawat sudah datang dan bertatap langsung dengan
pasien dengan melihat kondisinya secara langsung. Fase ini disebut
juga dengan fase perkenalan. Adapun contoh dialognya adalah
sebagai berikut:
Perawat : Permisi, Selamat pagi Ibu,
Pasien : Pagi juga mbak
Perawat : Apa ini benar dengan ibu Mujiati?
Pasien : Ia benar mbak,
Perawat : Perkenal kan bu’ saya perawat Indah, Saya yang
bertugas pagi ini dari pukul 08.00 sampai dengan pukul
14.00.,‘(senyum lalu bertanya) “ Bagaimana keadaan ibu
hari ini ?
Pasien : Oh iya bu mbak, Alhamdullilah, keadaan saya hari ini
sehat.
Perawat : Alhamdullilah ya bu, selalu sehat.
Tujuan saya kesini, ingin memeriksa ulang tekanan
darah ibu pagi ini. Apakah ibu bersedia ?
Pasien : Iya mbak, saya mau.
Perawat : Baik Bu
Pada tahap ini walaupun kita telah mengetahui nama pasien
akan tetapi agar lebih dekat sebaiknya kita kembali menanyakan
nama pasien, inilah titik awal kerja sama antar perawat dengan

7
pasien.
c. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari komunikasi terapeutik. Pada
tahap ini sudah masuk pada rencana apa yang akan kita berikan
sebagai seorang perawat.
Perawat : Apakah saya bisa mulai memeriksa sekarang Bu,
Pasien : iya bisa mbak
Perawat : Saya akan memeriksa tekanan darah ibu. Bisa kah ibu
mengulurkan lengannya?
Pasien : Oh iya bisa mbak.
Perawat : Tekanan darah ibu saat ini 120/80 MmHg lebih baik dari
kemarin yang saya lihat di catatan darah ibu, 140/90
MmHg…
Pasien : Oohh iya mbak
Perawat : Apakah Ibu ada keluhan ?
Pasien : Iya mbak, kadang tangan saya sering kesemutan dan
agak sedikit pusing.
Perawat : Iya bu, nanti akan saya sampaikan keluhan ibu kepada
Dokternya, siapa tau nanti ada obat tambahan untuk
keluhan ibu. Usahakan tidur jangan larut malam ya bu,
kurangi makanan yang rendah garam dan makanan
yang berlemak.
Pasien : Iya mbak.

d. Fase Terminasi
Tahapan Ini merupakan akhir dari pertemuan, dimana seorang perawat
harus berpisah dengan seorang pasien.
Perawat : Apakah ada pertanyaan Ibu ?
Pasien : Tidak mbak
Perawat : Baiklah, jika ibu tidak ada pertanyaan , saya izin permisi
ya ibu, nanti saya akan sering-sering kesini untuk melihat
perkembangan ibu. Kalau ada yang diperlukan, atau
8
perlu bantuan perawat, ibu bisa memanggil di ruang
perawat ya Bu,
Pasien : Baik mbak Indah.
Perawat : Saya permisi dulu bu ya, selamat pagi…
Pasien : Selamat pagi….

Anda mungkin juga menyukai