Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“ KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA “

KEPERAWATAN GERONTIK
(Dosen Ibu Adesulistyawati. S.Kep,.Ns,.M.H.Kes)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

ANDI A NINGRAWAN 201901003


CANTIKA LARASASTI 201901005
LILIS KARLINA HALE 201901014
NURUL HUMAIRA 201901028
RAHMA PUTRY 201901029

4A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini dengan mata
kuliah KEPERAWATAN GERONTIK dengan mudah dan lancar.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan. Kami menyadari
bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna masih terdapat kekurangan. 0leh karna itu, kami siap
untuk menerima segala masukan dan kritik agar kami bisa melakukan perbaikan yang baik dan
benar.
Demikian, laporan dari kami. Jika banyak kesalahan, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga bermanfaat.

Palu, 20 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi...........................................................................................................
B. Manfaat..........................................................................................................
C. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.......................................
D. Prinsip Gerontologis Untuk Komunikasi.......................................................
E. Karakteristik Komunikasi Terapeutik Pada Lansia........................................
F. Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia............................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian......................................................................................................
B. Analisa Data ..................................................................................................
C. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
D. Intervensi Keperawatan..................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses
yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali
telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.
Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan
sering sangat membantu.

Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung
konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu,
proporsi populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda. Pertumbuhan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia.
Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020,
atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia
akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya
bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap
keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan
kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap
memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam
penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat
membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang
labil pada pasien lanjut usia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses komunikasi terapeutik pada lansia?
2. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada komunikasi lansia?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami proses komunikasi terapeutik pada lansia
2. Mengetahui dan memahami proses asuhan keperawatan pada komunikasi lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan,
fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik. Komunikasi dengan
lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, lingkungan dalam situasi individu
harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat disamping itu juga
memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
Komunikasi dengan lansia adalah proses penyampaian pesan atau gagasan dari
petugas atau perawat kepada lanjut usia dan diperoleh tanggapan dari lanjut usia sehingga
diperoleh kesepakatan tentang isi pesan komunikasi.
Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap dan sederhana. Sarana
komunikasi meliputi panca indra manusia (mata, mulut, tangandan jari) dan buatan
manusia (TV, Radio, surat kabar). Sikap penyampaian pesan harus dalam jarak dekat,
suara jelas, tidak terlalu cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah berseri-seri, sambil
menatap lansia, sabar, telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit membungkuk dan jempol
tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi
berjalan lancar adalah menguasai bahan atau pesan yang akan disampaikan, menguasai
bahasa setempat, tidak terburu-buru, memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya diri,
ramah, dan sopan. Lingkungan yang mendukung komunikasi adalah suasana terbuka,
akrab, santai, menjaga tetap ramah, posisi menghormati, dan memahai keadaan lanjut
usia.

B. Manfaat
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi
dan mengungkap perasaan serta mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan
oleh perawat.
C. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Menurut Lilik Ma’arifatul Azizah (2011) Keterampilan komunikasi terapeutik pada
lanjut usia dapat meliputi :
1. Perawat membuka wawancara dengan memerkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
dan lama wawancara.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosikulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berfikir abstrak.
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan
distres yang ada.
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari komunikasi dan
tindakan.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat
dan tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi
pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman, kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitive, suara
berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasi hasil wawancara kepada keluarga pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
14. Respon perilaku juga harus diperhatikan, karena perilaku merupakan dasar yang
paling penting dalam perencanaan keperawatan pada lansia. Perubahan perilaku
merupakan gejala pertama dalam beberapa gangguan fisik dan mental. Jika mungkin,
pengkajian harus dilengkapi dengan kondisi lingkungan rumah, ini menjadi modal
pada faktor lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan pada lansia. Pengkajian
tingkah laku termasuk mendefinisikan tingkah laku, frekuensinya, durasi dan factor
presipitasi. Ketika terjadi perubahan perilaku ini sangat penting untuk dianalisis.

D. Prinsip Gerontologis Untuk Komunikasi


Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Lanjut usia yang mengalami penurunan daya ingat
mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain. Hal ini sangat
mengecewakan dan membingungkan lansia dan perawat oleh karena itu, perlu diciptakan
komunikasi yang mudah antara lain :
1. Buat percakapan yang akrab
a. Sebutkan nama orang tersebut untuk menarik perhatiannya
b. Bicara langsung pada orang tersebut dan bertatap muka langsung.
c. Sentuh lengannya agar ia terfokus pepada pembicaraan
2. Pakailah kalimat yang pendek dan sederhana
a. Gunakan kalimat yang singkat dan mudah dimengerti
b. Bicara dengan singkat dan jelas
3. Ulangi kalimat secara tepat
a. Apabila orang tersebut tidak mengerti suatu kata, ganti dengan kata lain yang
mempunyai arti sama.
b. Ulangi apa yang telah dikatakan dan gunakan kata-kata yang sama, gerak, nada
yang sama pula.
4. Berkata yang tepat
a. Katakan, “ini buburmu”, bukan “sekarang waktu untuk sarapan”
b. Katakan, “kakek, ini kacamatamu?”, bukan “kakek butuh ini?”
c. Hilangkan kata-kata “kamu masih ingat?”
5. Beri pilihan yang sederhana
a. Ajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban “iya” atau “tidak”.
b. Batasi pilihan dalam pertanyaan seperti “ apakah kakek mau minum teh?”,
bukan “apakah kakek mau minum sesuatu?”
6. Pakailah etiket, Tempelkan etiket pada barang-barang yang sering dipakai, misalnya :
a. Gambar toilet pad pintu WC.
b. Gambar kepala diguyur air gayung yang ditempel dipintu kamar mandi.
c. Gambar mangkuk sayur yang ditempel pada pintu lemari makan.
7. Pakai isyarat, bukan kata-kata
a. Lambaikan tangan atau sentuh lengannya dengan lemah lembut untuk memberi
salam.
b. Senyum dan menganggukan kepala untuk menyatakan bahwa anda mengerti
maksudnya
c. Memberi isyarat dengan lengan untuk mengajak ikut serta dalam suatau kegiatan
d. Gunakan sentuhan apabila ia bingung.
e. Lihat dan dengarkan apakah ada “gelagat” dalam ingkah lakunya karena ia sering
mondar-mandir, berarti ia perlu ketoilet.
f. Sadari bahasa tubuh atau ekspresi wajah, nada suara, dan sikap badan anda karena
klien mungkin tidak mengerti apa yang anda katakan, tetapi ia akan mengerti
tanda nonverbal.
8. Buat keputusan yang tepat
a. Berhenti berbicara dan dengarkan apa yang dikatakan klien tersebut.
b. Ulangi apa yang anda dengar, misalnya “kamu sekarang lapar, bukan ?”
c. Pikirkan apa yang sebenarnya dimaksud oleh orang tersebut “saya ingin pulang
kerumah” mungkin hal tersebut berarti ia cemas dan butuh ketentraman hati.
d. Kenali nada dan kata-katanya.
e. Beri waktu pada untuk berfikir.
f. Tawarkan bantuan walaupun anda tidak mengerti maksudnya.
9. Kurangi gangguan
a. Bercakap-cakap dalam suasana yang sepi, tenang, tanpa gangguan kegiatan yang
lain.
b. Dorong lansia untuk memakai kacamata dan alat pendengar.
c. Berbincang-bincang sambil bertatap muka.
d. Dekati klien dari depan, jangan membuatnya kaget.
E. Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia
Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaiu sebagi berikut
1. Ikhlas (genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan
kepada pasien untuk mengkonsumsikan kondisi secara tepat
2. Empati (Emphaty)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien. Objektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan
3. Hangat (warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan persaannya lebih mendalam.

F. Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia


1. Pasien dengan Defisit Sensorik
Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait
dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian
mengindikasikan bahwa 16% - 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami
pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell,
2004 ; Mitchell, 2006). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan
sensorik meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et al., 2006). Aging/penuaan
mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis,
yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi
adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir
kata. Sebagai contoh, jika anda berkata “Take the pill in the morning (Minumlah pil
dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir
anda berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook &
Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007). Gangguan visual yang berhubungan dengan usia
meliputi reduksi diameter pupil; lensa mata menguning, yang mempersulit untuk
membedakan warna dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, dan
hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan
akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak. Kebanyakan pasien lanjut
usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis.
katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes). Lebih dari
15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk,
dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews &
Campbell, 2004). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30% melaporkan
penglihatannya yang terganggu (Chia et al., 2006).

2. Pasien dengan Demensia


Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta penduduk
berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk demensia, dan jumlahnya
diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan datang (Hingle &
Sherry, 2009). Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak
pasien demensia dan pasien tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh
anggota keluarga atau perawat nonformal lain (Vieder et al.,2002). (istilah caregiver
digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang menemani kunjungan
yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan pengobatan pasien lanjut usia
dengan demensia juga akan sangat membantu bila melibatkan caregiver (Roter,
2000). Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan
komunikasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan
kata yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak
memiliki makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah,
pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam
diri (Orange & Ryan, 2000). Demensia memiliki efek yang merugikan pada
penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami
kehilangan memori dan mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi.
Sebagian pasien demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit
untuk tetap berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008).
3. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, dengan
seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada
sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000). Meskipun caregiver dapat
mengasumsikan berbagai peran, termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis,
pada sebagian besar kasus, caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka
cintai sebagai prioritasnya. Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan
kesehatan lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas
kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi, dan
perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver membantu memudahkan
komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam
perawatan mereka sendiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. K
Umur : 76 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Durian Runtuh
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Riwayat pekerjaan : Penjual Buah

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Alamat : Desa Rambutan Subur
Hubungan Dengan Klien : Orang Tua

3. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat diajak bicara Tn. K berbicara tidak jelas serta sulit mengekspresikn kata
secara verbal
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tn. K pernah mengalami katarak 1 tahun yang lalu
c. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
S : 36,5 C
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
d. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut warna putih dan rontok
Mata : Konjungtiva tidak abbemis, sklera tidak ikterok,dan
penggunaan alat bantu penglihatan yaitu kacamata
Telinga : Tidak ada pengeluaran serumen,tidak ada penumpukan
kotoran pada telinga,terjadi penurunan pendengaran
Mulut dan tenggorokan : pelo,asimetris
System pernapasan : Suara paru bronko vesikuler,tidak terdapat suara
tambahan seperti murmur dan gallop
System perkemihan : Tidak mengalami inkontinensia, BAK 3-4x sehari
System musculoskeletal : Tubuh sebelah kiri Tn,K tidak bisa di gerakkan secara
normal seperti sebelumnya.
e. Penkajian psikososial dan spiritual
a. Psikososial
Klien merupakan seorang duda yang ditinggalkan oleh istrinya yang
meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anaknya pun tidak tinggal
serumah dengan ayahnya dan hanya mengunjunginya 2 minggu sekali
b. Spiritual : tidak dapat dikaji

B. Analisa data
No. Data Masalah Etiologi
1. Ds : - Hambatan komunikasi Perubahan sistem saraf
Do : verbal
 Tn. D pernah mengalami
katarak 1 tahun yang lalu
 Tn. D bicaranya tidak
jelas, pelo dan sulit
mengekspresikan kata
secara verbal
 Klien sulit diajak
berkomunikasi, klien
cenderung tidak pernah
aktif berinteraksi dengan
lansia lain. Saat
berkomunikasi pun klien
merasa malu dan
terkadang perkataanya
tidak dimengerti.
 Komunikasi: ia sulit diajak
berkomunikasi oleh anak-
anaknya dan tetangganya
disekitar rumah. Saat
berkomunkasi pun klien
merasa malu dn terkadang
perkataanya tidak
dimengerti.
2. Ds : - Resiko kesepian Krisis situasional
Do :
 Klien adalah seorang duda
yang ditinggalkan istrinya
meninggal beberapa tahun
yang lalu
 Klien tinggal sendiri
dirumahnya dan anak-
anaknya hanya
mengunjunginya 2 minggu
sekali
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatn komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan sistem saraf pusat
2. Resiko kesepian berhubungan dengan krisis situasional

D. Intervensi keperawatan
D Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
x
1. NOC NIC 1. Agar
 Sensory fungsioanl: 1. Communication memudahkan
hearing and vision enhancement klien
 Fear self control 2. Gunakan berkomunkasi
 Setelah dilakukan penerjemah jika 2. Untuk memotivasi
tindakan selama diperlukan klien agar dapat
3x24 jam klien dapat 3. Dorong klien bersosialisasi dan
berkmunikasi untuk mampu
dengan kriteria hasil: berkomunikasi berkomunikasi
 Komunikasi: secara perlahan dengan baik
penerimaan, dan untuk 3. Untuk
interpretasi dan mengurangi memudahkan
ekspresi pesan lisan, permintaan komunikasi antar
tulisan, dan non 4. Gunakan kartu dua arah
verbal meningkat. baca, kertas, 4. Agar klien
 Gerakan pensil, bahasa merasakan
terkoordinasi: tubuh, gambar, dihargai dengan
mampu daftar kosakata, kemampuannya
mengkoordinasikan computer dan lain
gerakan dengan lain untuk
mengguakan isyarat memfasilitasi
 Mampu komunikasi dua
memanajemen arah yang optimal
kemamouan fisik 5. Beri anjuran
yang dimiliki kepada klien atau
 Mampu keluarga tentang
mengkomunikasikan penggunaaan alat
kebutuhan dengan bantu bicara
ligkungan sosial 6. Berikan pujian
positif bila
diperlukan
7. Anjurkan keluarga
dan orang terdekat
secara teratur
memberi stimulus
komunikasi
2. Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi dan 1. Membantu
keperawatan selama 3x24 sesuaikan dengan menyesuaikan diri
jam diharapkan klien dapat : sikap diri terhadap dengan
 Klien dapat kondisi dan situasi lingkungan
mengatakan respon klien 2. Membantu
kesepian 2. Identifikasi mengidentifikasi
 Klien tidak perasaan pribadi perasaan yang
menujukan respon yang ditimbulkan dirasakan
kesepian oleh pasien yang 3. Memberikan
 Klien tidak dapt mengganggu kenyamanan
mengalami efektivitas untuk pasien
kesulitandalam interaksi 4. Membantu untuk
kontak dengan orang terapeutik kenyamanan saat
lain 3. Berikan klien bertanya
kenyamanan fisik 5. Membantu
sebelum menumbuhkan
berinteraksi rasa percaya yang
4. Diskusikan baik.
kerahasiaan 6. Membantu untuk
informasi bersama dapat mengurangi
klien hambatakn saat
5. Ciptakan suasana berinteraksi.
hangat dan
penerimaan dalam
komunikasi
6. Yakinkan kepada
klien bahwa kita
tertarik dengan
klien secara
pribadi
7. Gunakan
komukasi secara
terbuka yang
dapat
mengungkapkan
diri
8. Kunjungi kembali
klien pada waktu
yang telah
disepakati untuk
menumbuhkan
kepercayaan
9. Minta klien
menggunakan
bahasa tubuh yang
menunjukan
keterbukaan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukan kemunduran sejalan dengan waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran ” yaitu ada yang menetapkan 60
tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologis,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan keterampilan komunikasi
yang tepat). Disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan
waktu yang tepat. Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994)

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai asuhan keperawatan
komunikasi terapeutik pada lansia. Kami berharap para pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
khususnya juga para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Ed: 2 EGC.Jakarta


Setiabudhi, Tony dan Hardiwinoto.2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari berbagai
aspek. Gramedia Puataka Utama. Jakarta.
Stanley, Mickey dan Patricia gauntlet beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Edisi II. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai