Anda di halaman 1dari 22

Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Lansia Dan

Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Fisiologis

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA HALUNI
NIM : NR2114201067

UNIVERSITAS KARYA PERSADA MUNA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “Komunikasi Dengan
Kelompok Keluarga Lansia Dan Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Fisiologis “.
Tak ada gading yang tak retak. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun penulisannya.Dengan rendah hati saya
menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna
bagi seluruh pembaca

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................................2
D. MANFAAT.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN LANSIA......................................................................3
B. KARAKTERISTIK LANSIA...............................................................................................3
C. PENDEKATAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS KOMUNIKASI.......4
D. TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA........................................................4
E. HAMBATAN KOMUNIKASI DENGAN LANSIA..........................................................5
F. TEKHNIK DALAM PERAWATAN LANSIA PADA REAKSI PENOLAKAN...............6
G. PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI PADA LANSIA................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH FISIOLOGIS..........................8
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEMENSIA..............................................8
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................18
A. KESIMPULAN............................................................................................................18
B. SARAN.......................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan.Sebagai


bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman,kebutuhan,kepentingan serta
harapan-harapan yang ingin dicapai,manusia tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi.Perawat
sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan
klien dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang bermakna terapeutik.
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk
menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan
oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.
Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan.
Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi
kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan
karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan
pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering
sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188)
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi
dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu
menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus.
Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola
komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses
pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian komunikasi dan Lansia ?
2. Apa saja Karakteristik lansia?
3.Apa saja Pendekatan Keperawatan Lansia dalam Konteks komunikasi ?
4.Apa saja Teknik komunikasi pada lansia ?

1
5. Apa saja Hambatan komunikasi pada lansia ?
6.Apa saja teknik perawatan lansia pada reaksi pendekatan ?
7.Apa saja penerapan model komunikasi pada lansia ?

C.TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi dan Lansia
2.Untuk mengetahui karakteristik lansia
3.Untuk mengetahui Pendekatan Keperawatan Lansia dalam konteks komunikasi
4.Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
5.Untuk mengetahui hambatan komunikasi pada lansia
6.Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi pendekatan
7.Untuk mengetahui model komunikasi pada lansia

D.MANFAAT
Agar pembaca dapat menerapkan komunikasi dalam keperawatan lansia serta
mengaplikasikannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI DAN LANSIA


 Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar
pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun
kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi
manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi
yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
 Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60
tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun
sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia.Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah
kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi,
1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam
tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
B. KARAKTERISTIK LANSIA
WHO mengelompokkan usia lanjut usia
a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60-70 tahun
c. Usia lanjut usia (old)kelompok usia 75-sampai 90
d. Usia tua (veryold) kelompok usia diatas 90

3
C. PENDEKATAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS KOMUNIKASI
a. Gejala-Gejala Penolakan
a) Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan.
b) Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru.
c) Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit.
d) Menolak ikut sertakan dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang
langsung mengikut sertakan dirinya.
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring , berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
f) Pendekatan Fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami, perubahan fisik
organ tubuh, tingkat kesehatan yang  masih bisa dicapai dan dikembangkan serta penyakit yang
dapat di cegah progresitifitasnya.
g) Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umum nya
membutuhkan waktu yang lebih lama.
a) Pendekatan Sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkat kan ketrampilan berinteraksi dengan lingkungan
dengan mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-
kegiatan kelompok.
b) Pendekatan Spiritual
Perawat harus memberikan kepuasan batin dalam hubungan nya dengan Tuhan atau agama yang
dianutnya terutama bila klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
D. TEKNIK-TEKNIK  KOMUNIKASI PADA LANSIA
a. Tekhnik Asertif
b. Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan
bicara agar maksud komunikasi atau pembicara dapat dimengerti.
c. Responsif
d. Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien.
e. Fokus

4
f. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang diinginkan.
g. Supportif
h. Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebab kan emosi klien relatif menjadi labil.
i. Klarifikasi
j. Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mangajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.
k. Sabar dan Ikhlas
l. klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan
kekanak-kanakan perubahan tersebut dapat disikapi dengan sabar dan ikhlas.
E. HAMBATAN KOMUNIKASI DENGAN LANSIA
1. Agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku :
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Mempermalukan orang lain didepan umum baik dengan perkataan maupun dengan
tindakan.        
2. Non Asertif
         tanda – tanda dari non asertif
a) Menarik diri bila diajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani menggungkapkan keyakinan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

5
F. TEHNIK DALAM PERAWATAN LANSIA PADA REAKSI PENOLAKAN
a. Kenali segera reaksi penolakan klien
b. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri
c. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat
G. PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI PADA LANSIA
a.Model Komunikasi Shannon Weaver
tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakaan adalah adanya perubahan perilaku lansia
dari penolakaan menjadi kooperatif. Kelebihan : dalam komunikasi ini melibatkan anggota
keluarga atau orang lain yang berpengaruh. Kekurangan : memerlukan waktu yang cukup lama
karena klien dalam reaksi penolakan.
b.Model SMCR
kelebihan : proses komunikasi yang terjadi pada model ini relatif simpel. Model ini ini akan
efektif bila kondisi lansia masih sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik
maupun psikis.
kekurangan : klien tidak memenuhi syarat yang tidak ditetapkan mempunyai ketrampilan,
pengetahuan, sikap, sistim sosial, dan kultur karena penolakannya.
c.Model Leary
model ini antara individu saling mempengaruhi dan di pengaruhi dimana respon seseorang
dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan. Kelebihan : terjadi interaksi atau
hubungan relationship hubungan perawat klien lebih dekat sehingga masalah lebih dapat
terselesai kan. Kekurangan : perawat lebih dominan dan klien lansia patuh.
d.Model Terapeutik
            model ini membantu mendorong melaksanakan komunikasi dengan empati menghargai
dengan harmonis. Kelebihan : dengan tehnik komunikasi yang baik lansia akan lebih paham apa
yang kita bicarakan. Kekurangan : kondisi empati kurang cocok diterap kan oleh perawat untuk
perawat lansia dengan reaksi penolakan.
e.Model Keyakinan Kesehatan
            menekan kan pada persepsi klien untuk mencari sehat , menjauhi sakit, merasakan adanya
ancaman / manfaat untuk mempertahankan kesehatan. Kelebihan : lansia yang mengetahui adanya
ancaman kesehatan akan dapat bermanfaat dan sebagai barier dalam melaksanakan tindakan
pencegahan penyakit. Kekurangan : tidak semua lansia merasakan adanya ancaman kesehatan.
f. .Model Komunikasi Kesehatan
            komunikasi yang berfokus pada transaksi antara profesional kesehatan klien yang sesuai

6
dengan permasalahan kesehatan klien. Kelebihan : dapat menyelesaikan masalah klien klien
lansia dengan tuntas klien lansia merasa sangat sangat dengan perawat dan merasa sangat
diperhatikan. kekurangan : membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan permasalahan
fasilitas dalam memberikan pelayanan harus lengkap.
g. Model Iteraksi King
pada model ini intinya adalah kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien lansia.
Kelebihan : komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia sudah kooperatif. Kelemahan :
klien lansia dengan reaksi penolakan akan mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi
model ini karena tidak kooperatif.

7
BAB III
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Fisiologis

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEMENSIA

A.Pengertian

 Demensia merupakan sindrom yang ditandai o!eh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara !ain pada inte!egensi& be!ajar dan
daya ingat, bahasa, pemecahan masa!ah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi,
penyesuaian, dan kemampuan bersosia!isasi. (Arif Mansjoer, 1999)
 Demensia ada!ah gangguan fungsi inte!ektua! tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan
yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, peni!aian, dan interpretasi atas
komunikasi tertu!is dan !isan dapat terganggu. (E!izabeth J. Corwin, 2009)
 Demensia ada!ah penurunan fungsi inte!ektua! yang menyebabkan hi!angnya independensi
sosia!. (Wi!!iam F. Ganong, 2010)
 Menurut Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukan!ah sekedar penyakit biasa,
me!ainkan kumpu!an geja!a yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu
sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah !aku.
 Demensia ada!ah sindroma k!inis yang me!iputi hi!angnya fungsi inte!ektua! dan memori
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari. Demensia
merupakan keadaan ketika seseorang menga!ami penurunan daya ingat dan daya pikir !ain
yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho, 2008).
 Demensia ada!ah sindroma k!inis yang me!iputi hi!angnya fungsi inte!ektua! dan memori
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
 Demensia merupakan keadaan ketika seseorang menga!ami penurunan daya ingat dan daya
pikir !ain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. (Arif Muttaqin,
2008).
B.Etiologi
Demensia disebabkan oleh :
a. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bi!a kondisi akut yang
menyebabkan de!irium atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini akan
menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.

8
Penyakit vasku!ar, seperti hipertensi, arteriosk!erosis, dan aterok!erosis dapat menyebabkan stroke.
b. Penyakit Parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.

c. Penyakit prion ( Protein yang terdapat da!am proses infeksi penyakit Creutzfe!dt-Jakob).

d. Infeksi human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system saraf pusat,
menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.
Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan cedera akibat trauma
kepala.
C.Klasifikasi
1. Menurut umur:

a. Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi pada usia > 65 tahun.

b. Demensia prasenilis yaitu demensia yang terjadi pada usia < 65 tahun.

2. Menurut perjalanan penyakit:

a. Reversibel

b. Irreversibel ( normal pressure hidrosefalus, subdural hematoma, vitamin B defesiensi,


hipotiroidisme, intoksikasi PB).
3. Menurut kerusakan struktur otak:

a. Demensia tipe Alzheimer


Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin asetil transferase
didalam otak dan merupakan penyakit degenerative akibat kematian sel-sel otak dan
umumnya menyebabkan kemunduran fungsi intelektual atau kognitif, yang meliputi
kemunduran daya mengingat dan proses berfikir.prilaku yang dialami demensia ini
adalah mudah lupa atau pikun. Walaupun pennyebab demensia tipe Alzheimer belum
diketahui secara pasti, beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak 40 %
pasien mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer sehingga faktor
genetik sangat dianggap berperan dalam perkembangan gangguan didalam sekurangnya
beberapa kasus.
b. Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit vaskular cerebral yang
multipel yang menyebabkan suatu pola gejala demensia, yang biasanya juga disebut
demensia multi infark. Demensia vascular ini sering terjadi pada laki-laki khususnya
pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau factor resiko

9
kardiovaskuler lainnya.

D.Manifestasi Klinik
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb (Silvia, 2006):
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi
b. Gangguan Orientasi waktu dan tempat
c. Gangguan bahasa, ketidak mampuan menyususn kalimat
d. ekspresi yang berlebihan, mis menangis berlebihan saat melihat drama di TV

e. adanya perubahan perilaku seperti acuh tak acuh, menarik diri, gelisah
Mudah tersinggung, bermusuhan.
E.Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan
usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain
(misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis).
1. Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar.

2. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor,


hidrosefalus atau stroke.
3. Pemeriksaan EEG.
EEG: mungkin normal atau tidak memberikan gambaran spesifik. Pada alzeimer
stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan diffus dan kompleks periodik.
4. Pemeriksaan cairan otak. Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan
demensia akut,dijumpai rangsangan meningen dan panas.
5. Scan otak, seperti PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang
mengalami penurunan metabolism yang merupakan karakteristik dari DAT.
6. Scan CT: dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya atrofik
kortikal
7. CCS: mun(ulnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan indikasi
adanya DAT.

. F.Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.

10
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa
penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama
sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimer tidak semata-mata
disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi
neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergi( ternyata
bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terj adi
interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
2. Dukungan atau peran keluarga.
a. Mempertahankan lingkungan yang familier dan memodifikasi lingkungan sesuai
kebutuhan lansia
b. Membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
c. Memarahi atau menghukum lansia tidak akan membantu.
d. Meminta bantuan organisasi yang memberikan bantuan sosial keperawatan.
3. Terapi simptomatik.
Pada penderitan demensia dapat diberikan terapi simtomatik meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktivitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
G.Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1.Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan
2.Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3.Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
- Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
- Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi
4.Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

11
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEMENSIA

Tn.A umur 85th di bawa oleh keluarganya ke psikogeriatrik ia dirawat karena adanya gangguan
kognitif, gejala yang muncul mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, keluarga
mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu. Tn A sudah menduda selama
beberapa tahun dan memiliki 2 orang anak perempuan yang masing-masing sudah mempunyai
A. PENGKAJIAN
keluarga tetapi anaknya masih mengunjungi Tn A selama di rawat di psikogeriatrik 1 minggu 1
1. BIODATA
kali . Hasil pemeriksaan di dapatkan TD:130/90 mmHg, S : 37oC, N : 80x/menit, RR : 22x/menit
Nama : Tn A
Umur : 8 5 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SD
Agama : is!am
Suku bangsa : indonesia
Status perkawinan : duda
Alamat : Muna Barat
Tanggal MRS :12 januari 2023

Orang terdekat yang dapat dihubungi :

Nama : Ny S
Hubungan dengan usila : Anak
Alamat :Muna Barat

2. RIWAYAT KELUARGA
ISTRI

Nama : ny D
Umur : 80
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Muna Barat
Status kesehatan : meninggal
Penyebab kematian : Hipertensi

3. RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal : Rumah sendiri
Jumlah penghuni rumah : 4 orang
Kondisi rumah : Bersih

12
4.STATUS KESEHATAN

Status kesehatan yang lalu : Tidak ada

Keluhan utama :Pasien mengatakan mudah lupah akan peristiwa yang baru terjadi

Penyakit yang diderita : Tidak ada

5.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/menit
S : 3 7x/menit
RR : 22x/menit
KEPALA
inspeksi : tidak ada benjolan
palpasi : tidak ada nyeri tekan
RAMBUT
inspeksi : beruban, bersih
palpasi : rambut kasar
MATA
inspeksi : simetris, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus, penglihatan pandangan kabur
HIDUNG
inspeksi : simetris, tidak ada sekret
palpasi : tidak ada nyeri tekan
MULUT
inspeksi : simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.
LEHER
inspeksi : simetris
palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis
DADA
inspeksi : simetris
palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada tarikan interkostae
perkusi : sonor
auskultasi : tidak ada suara tambahan (wheezing, ronchi)

13
ABDOMEN
inspeksi : simetris
palpasi : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
perkusi : timpani
auskultasi : bisisng usus normal
GENETALIA DAN ANUS
inspeksi : bersih, tidak ada lesi, tidak ada hemoroid, tidak ada benjolan
palpasi : tidak ada nyeri tekan
EKSTREMITAS
inspeksi : simetris, tidak udem
palpasi : tidak ada nyeri tekan

B.ANALISA DATA
Analisa data Masalah Etiologi
DS: Perubahan Degenerasi
- keluarga pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa proses pikir neuronal dan
yang baru saja terjadi demensia
- keluarga pasien mengatakan tidak mampu mengenali progresif
orang, tempat dan waktu
DO:
-Pasien kehilangan kemapuannya untuk mengenali wajah,
tempat dan objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan
suasana kekeluargaannya
- pasien sering mengulang-ulang cerita yang sama karena
lupa telah menceritakannya
-TTV :
TD 130/90 mmHg
S : 37’c
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan proses pikir sehubungan dengan degenerasi neurona! dan demensia
progresif ditandai dengan :

14
DS :

- Ke!uarga Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi
- Ke!uarga Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu

DO :
- Pasien kehi!angan kemampuannya untuk mengena!i wajah, tempat dan objek yang
sudah dikena!nya dan kehi!angan suasana keke!uargaannya
- Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya
- TD :130/90 mmHg
- S : 37oC
- N : 88x/menit
- RR : 22x/menit
2. Deficit perawatan diri sehubungan dengan menurunnya kemampuan merawat diri.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
12- Perubahan Tujuan : Setelah 1. Kurangi konfusi Stimuli yang
01
proses pikir diberi, askep 2^24 lingkungan. sederhana dan
2023 berhubungan jam diharapkan - Dekati pasien terbatas akan
dengan pasien mampu dengan cara memfasilitasi
degenerasi memelihara fungsi menyenangkan dan interpretasi dan
neuronal dan kognitif yang kalem. mengurangi
demensia optimal distorsi input;
- Cobalah agar mudah
progresif kriteria hasil : perilaku yang
ditebak dalam sikap
- Mempertahankan dan percakapa
dapat ditebak

fungsi ingatan yang kurang


perawat.
optimal. mengancam
- Jaga lingkungan
disbanding
- Memperlihatkan tetap sederhana dan
perilaku yang
penurunan dalam menyenagkan.
tidak dapat
prilaku yang
- Pertahankan jadwal ditebak; alat

15
bingung. sehari-hari yang bantu ingatan
- Menunjukkan teratur. akan membantu

respons yang sesuai - Alat bantu pasien untuk

untuk stimuli visual mengingat sesuai mengingat.

dan auditori. yang diperlukan.


Menunjukkan Isyarat lingkungan
orientasi optimal 2. Tingkatkan isyarat akan
terhadap waktu, lingkungan meningkatkan
tempat dan orang. orientasi terhadap
- Perkenalkan diri
waktu, tempat dan
perawat ketika
orang dan individu
berinteraksi dengan
akan mengisi
pasien.
kesenjangan
- Panggil pasien
ingatan dan
dengan menyebutkan
berfungsi sebagai
namanya.
pengingat.
Berikan isyarat
lingkungan untuk
orientasi waktu, tempat
dan orang.

E. IMPLEMENTASI
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI KET.
12-1-2023 Perubahan prosesi 1.Mengurangi konfusi lingkungan. Pasien
pikir berhubungan - Mendekati pasien dengan cara
dengan menyenangkan dan kalem.
degenerasi
- Mencoba agar mudah ditebak dalam sikap
neuronal dan
dan percakapa perawat.
demensia
- Menjaga lingkungan tetap sederhana dan
progresif
menyenagkan.
- Mempertahankan jadwal sehari-hari yang
teratur.

16
- Memberikan alat bantu mengingat sesuai kooperatif

yang diperlukan.

2. Meningkatkan isyarat lingkungan


- Memperkenalkan diri perawat ketika
berinteraksi dengan pasien.
- Memanggil pasien dengan menyebutkan
namanya.
Memberikan isyarat lingkungan untuk
orientasi waktu, tempat dan orang.

Pasien
kooperatif

F. CATATAN PERKEMBANGAN
TGL DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN KET.
12-01- Perubahan proses S:
2023 pikir berhubungan - Keluarga Pasien mengatakan mudah lupa
dengan akan peristiwa yang baru saja terjadi
degenerasi - Ke!uarga Pasien mengatakan tidak mampu
neuronal dan mengena!i orang, tempat dan waktu
demensia O:
progresif -Pasien kehilangan kemampuannya untuk
mengenali wajah, tempat dan objek yang
sudah dikena!nya dan kehilangan suasana
kekeluargaan
-Pasien sering mengulang-ngulang cerita
yang sama karena lupa telah
menceritakannya
-TD :130/90 mmHg
-S : 37oC
-N : 88x/menit
-RR : 22x/menit

17
A : Masalah belum teratasi

P : Pasien kunjungan ulang

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi
adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan
tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan
dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis
yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan,
perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa
atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.
Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak kekurangan dan
kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi serta penyusunan atau sistematik
penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mundakir, (2006). Komunikasi keperawatan dalam pelayanaan: Yogyakarta. Graha Ilmu

Boedhi-darmojo,(2009),Geriatri I!mu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi 4. Jakarta : FKUI.

Medicastore,2008,Demensia,(on!ine),avai!ab!e :http:/www..medicastore.com,(2009,agust,24).

Kusumawati,2007,Mengena! Demensia Pada Lanjut Usia, (on!ine),avai!ab!e : http/www.berita


iptek on!ine.com,(2009,agust,24).

http://yh4princ3ss.wordpress.com/2010/04/17/asuhan-keperawatan-pada-lanjut-usia-lansia/

http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/03/model-model-komunikasi.html

19

Anda mungkin juga menyukai