Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN EARLY CLINICAL EXPOSURE (ECE)

MODUL KOMUNIKASI PROFESIONAL

DISUSUN OLEH:
EFINISSA FADILLAH
1C FISIOTERAPI
201510301167

STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


TAHUN 2015-2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN EARLY CLINICAL EXPOSURE (ECE)
MODUL KOMUNIKASI PROFESIONAL

Program Studi S1 Fisioterapi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta

Yogyakarta, Februari 2016

Disetujui Oleh:
Clinical Educator Perceptor

( Azimatul Aliyah, SSt. Ft ) ( Siti Nadhir Ollin N, SST. FT )

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas perkenaanyaNYA saya dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul ‘Early Clinical Exposure’ seesuai dengan waktu
yang ditentukan. Meskipun banyak hambatan yang dialami dalam proses
pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan dengan baik.
Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
yang sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan laporan ini.
Karena itu saya berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama. Meskipun saya berharap isi dari laporan pratikum saya
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat lebih
baik lagi.
Demikian laporan ini saya buat semoga memberikan manfaat.

Yogyakarta, 11 Februari 2016

Efinissa Fadillah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
a. Latar Belakang........................................................................................1
b. Rumusan Masalah...................................................................................2
c. Tujuan Masalah.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
a. Sikap caring dalam setiap tindakan komunikasi profesi
fisioterapi................................................................................................3
b. Komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga di setiap
proses fisioterapi yang diberikan.............................................................4
c. Dasar-dasar komunikasi dalam proses komunikasi professional.............5
d. Saluran komunikasi dalam proses komunikasi dan jenis-jenis
komunikasi dalam proses komunikasi.....................................................6
e. Teknik komunikasi dalam praktik komunikasi (CABAKO-
SBAR).....................................................................................................8
f. Berbagai hambatan dalam komunikasi dan solusi untuk
menyelesaikannya.................................................................................10

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan...........................................................................................11
b. Kritik dan Saran....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi
antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan
mudah. Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh kominikator kepada
komunikan. Komunikasi profesional merupakan konsep dasar, dimana hal ini
dapat membentuk karakter atau sikap seorang fisioterapis dalam melaksanakan
kewajibannya agar terciptanya komunikasi yang efektif antara fisioterapis dengan
pasien, fisioterapis dengan rekam medis dan antar sesama fisioterapis. (sumber :
Modul Komunikasi professional Stikes Aisyiyah Yogyakarta 2015).

Komunikasi efektif membutuhkan usaha sadar perawat dalam mencari cara


untuk membantu pasien dan keluarganya mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaan dengan lebih efektif. Merencanakan tempat yang sesuai dan mengatur
perawatan dengan waktu yang akurat sangat penting. Selain itu pemberian
intervensi dan teknik komunikasi yang sesuaidengan latar belakang budaya, dan
umur pasien juga harus diperhatikan. Keberhasilan dalam meningkatkan
kemampuan pasien dalam berkomunikasi tergantung pada partisipasi pasien
dalam menentapkan keberhasilan, tetapi juga pada gaya perawat melakukan
komunikasi dan kemampuan untuk menetapkan hubungan yang membantu.
Penggunaan kemampuan komunikasi akan membantu perawat merasakan,
bereaksi, dan menghargai kekhasan pasien (Potter, 2005:327).

1
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sikap caring dalam setiap tindakan komunikasi profesi
fisioterapi ?
b. Bagaimana komunikasi therapeutik fisioterapis dengan pasien?
c. Bagaimana dasar-dasar komunikasi dalam proses komunikasi
professional?
d. Bagaimana saluran komunikasi dalam proses komunikasi dan jenis-jenis
komunikasi dalam proses komunikasi ?
e. Bagaimana teknik komunikasi dalam praktik komunikasi (CABAKO-
SBAR) ?
f. Apa saja berbagai hambatan dalam komunikasi dan solusi untuk
menyelesaikannya?

C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui sikap caring dalam setiap tindakan komunikasi profesi
fisioterapi
b. Mengetahui komunikasi therapeutik fisioterapis dengan pasien
c. Mengetahui dasar-dasar komunikasi dalam proses komunikasi
professional
d. Mengetahui saluran komunikasi dalam proses komunikasi dan jenis-jenis
komunikasi dalam proses komunikasi
e. Mengetahui teknik komunikasi dalam praktik komunikasi (CABAKO-
SBAR)
f. Mengetahui berbagai hambatan dalam komunikasi dan solusi untuk
menyelesaikannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sikap caring dalam setiap tindakan komunikasi profesi fisioterapi


Caring merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang
lain, artinya member perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang
dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Caring bertujuan dan
berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap
orang berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007).
Menurut Leininger (1981) menjelaskan bahwa caring itu adalah :
1. Caring meliputi tindakan-tindakan membantu, mendukung dn
memfasilitasi orang lain atau kelompok yang memounyai
kebutuhan yang nyata
2. Caring berfungsi untuk meningkatkan kondisi manusia. Hal ini
menekankan aktifas yang membantu dari seseorang dan kelompok
yang didasarkan kepada model yang membantu mendefinisikan
secara budaya
3. Caring sangat penting bagi perkembangan manusia, pertumbuhan
dan kelangsungan hidupnya
4. Perilaku-perilaku caring meliputi rasa nyaman,perhatian, kasih
sayang, empati perilaku membantu, perilaku melindungi,
dukungan dan penghilang stress.
Contoh, ketika saya melaksanakan ECE di klinik fisioterapi RS
PKU Muhammadiyah Bantul banyak sikap caring seperti : antara
fisioterapis dengan pasien, antara fisioterpis dengan fisioterapis,
dan antara mahasiswa dengan fisioterapis

3
B. Komunikasi therapeutik fisioterapis dengan pasien
Komunikasi therapeutik adalah komunikasi ditujukan untuk mengubah
perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Komunikasi
fisioterapi therapeutik adalah kemampuan atau keterampilan fisioterapi untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis,
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain ( Notoatmojo, 2008 )
Tujuan komunikasi therapeutik adalah :
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
akan saling bergantung dengan orang lain.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis.
4. Identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Tahapan komunikasi therapeutik :
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini fisioterapi menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekeurangannya. Pada tahap ini juga
fisioterapi mencari informasi tentang klien.
2. Tahap perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan fisioterapi saat
pertamakali bertemu atau kontak dengan klien.
3. Tahap kerja
Pada tahap ini fisioterapi dank lien bekerja bersama-sama untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Dalam tahap kerja fisioterapi perlu
melakukan Active Listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien, fisioterapi diharapkan
mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien.
4. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari petemuan fisioterapi dengan klien.

4
C. Dasar-dasar komunikasi dalam proses komunikasi professional
Dasar – dasar komunikasi ada tiga. Berikut ini adalah pembahasan atas masing-
masing unsur tersebut (Hamid, 2011) :
1. Pengirim pesan (Komunikator)
Pesan disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif
komunikasi. Karena itu, komunikator didefinisikan sebagai manusia berakal
budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif
komunikasinya. Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat terdiri dari satu
orang, banyak orang (lebih dari satu orang) dan masa. Apabila lebih dari satu
orang yakni banyak orang dimana mereka relatkf saling kenal sehingga
terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, maka kumpulan
banyak orang ini disebut kelompok kecil. Jadi, selain komunikator dapat
berupa banyak orang dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok bsar juga
dapat terbentuk organisasi.
2. Penerima pesan (Komunikan)
Komunikan didefinisikan sebagai manusia berakal budi, kepada siapa
pesan komunikator ditujukan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam
tataran antarpribadi, peran komunikator, dan komunikan bersifat dinamis,
saling berganti.
3. Pesan
Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar
dapat dikirim dan diterima oleh komunikan dengan menciptakan sejumlah
lambing komunikasi berupa suara, mimic, gerak-gerik, bahasa lisan, dan
bahasa tulisan. Pesan disampaikan komunikator kepada komunikan untuk
mewujudkan motif komunikasi: apa yang ia oikir dan rasakan. Karena itu,
pesan didefinisikan sebagai segala sesuatu, verbal maupun nonverbal yang
disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif
komunikasinya.

5
D. Saluran komunikasi dalam proses komunikasi dan jenis-jenis
komunikasi dalam proses komunikasi
1. Saluran Komunikasi
a. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada
pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to
face) maupun dengan media. Berdasarkan definifi ini maka dapat
kelompok maya atau faktual (Ayubi, 2010). Berkembangnya keompok
maya ini merupakan dampak dari perkembangan teknologi media
komunikasi.
Misalnya di Poli Fisioterapi RS Muhammadiyah Bantul, pada saat
fisioterapis menyapa pasien dan sesama fisioterapis, mereka juga
menyapa dan tersenyum kepada fisioterapis. Ini juga bertujuan agar
hubungan dirumah sakit berjalan dengan baik
b. Media Komunikasi
Media komunikasi sebagai alat perantara yang sengaja dipilih
komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan.
Media komunikasi dilihat dari jumlah taget komunikannya dapat
dibedakan atas (Jufri, 2013) :
 Media massa
Media massa dilihat dari waktu terbitnya dapat dibedakan atas
media massa periodik dan massa nonperiodik. Periodik berarti
terbit teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
 Nonmedia massa
Nonmedia massa maksudnya disini, penyampaian pesan nya
berupa benda non elektronik seperti surat, berkas, atau majalah.
Misalnya di Klinik Fisioterapi RS PKU Muhammadiyah Bantul,
Fisioterapis mengetahui daftar pasien dan perkembangan pasien
melalui rekam medis yang diberikan oleh perawat.

6
c. Saluran Lokal dan Kosmolit
Saluran interpersonal adalah saluran yang melibatkan pertemuan tatap
muka (sumber dan penerima) antara dua orang atau lebih (Efendi, 2009).
Misalnya seorang fisioterapis menanyakan keluhan yang diderita pasien
dan pasien yang langsung menanyakan kepada fisioterapis perkembangan
dirinya pada saat memeriksaan atau terapi.

2. Jenis-jenis komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan dalam lima jenis (Efendi, 2009).
a. Komunikasi Tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik
manual maupun melalui media seperti email, surat, media cetak lainnya.
Misalnya, fisioterapis membuat rekam medis pasien.
b. Komunikasi Verbal
Merupakan komunikasi yang disampaikan secara lisan komunikasi dapat
dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon,
kelebihan dari komunikasi ini terletak pada keberlangsungannya, yakni
dilakukan secara tatap muka sehingga umpan balik dapat diperoleh secara
langsung dalam bentuk respon dalam bentuk komunikan (Jufri, 2013).
Misalnya, keluarga pasien menanyakan perkembangan pasien kepada
fisioterapis.
c. Komunikasi Nonverbal
Merupakan proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak
menggunakan kata-kata komunikasi ini adalah cara yang paling
meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Misalnya, pada saat bertemu dengan pasien, fisioterapis senyum dan
dibalas juga dengan senyum oleh pasien tersebut.

7
d. Komunikasi searah
Komunikasi searah adalah pesan yang disampaikan oleh sumber kepada
sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk
memberikan umpan balik atau bertanya.
e. Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua
pihak dan adanya timbal balik baik dari komunikator maupun komunikan.
Komunikasi dua arah dapat terjadi secara vertikal, horizontal, dan
diagonal (Wiryanto, 2005).
 Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang alirannya
berlangsung dari atas ke bawah atau sebaliknya.
 Komunikasi horizontal yang berlangsung anatara komunikator
dengan komunikan yang mempunyai tingkat, kedudukan, dan
wewenang yang sama.
 Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang berlangsung antara
komunikator dengan komunikan yang tingkat, kedudukan, serta
wewenangnya berbeda.

E. Teknik komunikasi dalam praktik komunikasi (CABAKO-SBAR)


 CABAKO (CAtat BAca KOnfirmasi)
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus
meakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan
catat, baca kembali, dan konfirmasi ulang ( Robin, 2006 )
Contoh, ketika saya melaksanakan ECE di klinik fisioterapi RS PKU
Muhammadiyah Bantul komunikasi antar Fisioterapis dengan pasien. Seorang
Fisioterapis harus mendengarkan dan memahami keluhan dan bagaimana bisa
terjadi gangguan atau sakit yang dialami pasien tersebut, lalu mengkonfirmasi
terhadap situasi yang akan dibutuhkan.

8
 SBAR
SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam
melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi antara fisioterapis dengan tenga kesehatan lainnya.
Dengan komunikasi SBAR ini maka fiioterapis dapat memberikan laporan
mengenai kondisi pasien lebih informative dan terstruktur ( Oktaviani, 2013.
Empat unsur SBAR :
1. Situation, yaitu menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi
pada pasien.
Contohnya, seorang pasien frozen shoulder yang mengalami
keterbatasan dalam pergerakan lengan atas kanan.
2. Background, yaitu menggali informasi mengenai latar belakang klinis
yang menyebabkan timbulnya keluhan klinis.
Contohnya: seorang pasien frozen shoulder mengeluhkan penyakitnya
karena pasien tersebut juga mengalami gangguan penyakit lain yaitu
diabetes melitus.
3. Assesment, yaitu penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien
terkini sehingga perlu antisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk.
Contohnya: seorang Fisioterapis menginformasikan kepada pasien
frozen shoulder bahwa lengan atas kanannya tidak dapat digerakan
karena adanya efek dari Diabetes Melitus itu sendiri.
4. Recommendation, usaha tindak lanjut, apa yang perlu dilakukkan
untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
Contohnya: pasien yang frozen shoulder yang mengalami gangguan
pada lengan atas kanannya tersebut diharuskan untuk melakukan terapi
beberapa minggu kedepan agar keadaan pasien dapat pulih kembali
dan fisioterapis menyarankan untuk berkonsultasi juga dengan dokter
spesialis.

9
F. Berbagai hambatan dalam komunikasi dan solusi untuk menyelesaikannya
Hambatan Komunikasi merupakan hal yang menyebabkan suatu
komunikasi tidak berjalan dengan baik dan pesan tidak dapat diterima dengan
baik oleh komunikan. Salah satu hambatan dalam komunikasi adalah
gangguan semantik. Gangguan semantik adalah gangguan yang berasal dari
penggunaan bahasa yang tidak tepat. Misalnya, di klinik fisioterapi seorang
pasien stroke mengeluh rasa sakit yang dideritanya tetapi seorang fisioterapis
tidak paham apa yang ia keluhkan. Lalu solusi untuk menyelesaikannya
adalah dengan cara seorang fisioterapis bertanya secara berulang kepada
pasien tersebut agar memahami apa yang disampaikan atau dikeluhkan dari
pasien.
Hambatan itu bisa berupa dari gangguan dan rintangan, dan
diantaranya adalah (Ayubi, 2010) :
1. Gangguan teknis
2. Gangguan semantik
3. Gangguan psikologis
4. Rintangan fisik
5. Rintangan status
6. Rintangan budaya
7. Rintangan kerangka berpikir

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan hal yang sangatlah penting, apalagi pekerjaan
yang bersifat kelompok. Dalam berkomunikasi hal yang paling penting adalah
dengan kita memperhatikan sikap caring dan tingkah laku dalam
mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien selain itu sikap caring
bertujuan membangun struktur sosial. Komunikasi dapat berjalan lancar jika
ada Komunikan, Komunikator, dan Pesan yang akan disampaikan. Sebagai
Fisioterapis harus bisa berkomunikasi dengan baik antar tenanga medis
maupun antar pasien dan keluarga pasien agar terciptanya kerjasama yang
baik di dalam rumah sakit sehingga pasien dapat sembuh dengan cepat.
Teknik CABAKO-SBAR harus diterapkan dalam komunikasi profesional
karena ini dapat mengurangi kesalahan yang dapat merugikan kedua belah
pihak.

B. Kritik dan Saran


 Sebaiknya ada ruangan khusus massas bayi.
 Sebaiknya ruangan tunggu pasien lebih diperluas.
 Sebagai tenaga medis khususnya fisioterapis harus memliki cara
berkomunikasi dengan baik agar tidak adanya hambatan dalam
berkomunikasi dengan pasien atau tenaga medis lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-mochsupriy-6125-2-
bab1.pdf
Ayubi,D.(2010). Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku FKM UI.
Dwidiyanti, M.(2007). Caring. Semarang : Hapsari.
Efendi, F.(2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika.
Hamid. F.(2011). Ilmu komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan, Penerbit
Kencana Prenada Grup, Edisi Pertama, Cetakan ke 1, Jakarta.
Jufri,A.(2013).Makalah Komunikasi Kesehatan.
http://andryjufri.blogspot.com/2013/01/makalahkomunikasikesehatan.html.
Diakses tanggal 10 Juli 2015.
Leininger, M.(2002). Transcultural Nursing, Concept, Theorist, Research and
Practice, Mc, Grow-Hill Companies.
Notoatmojo, S.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Oktaviani.(2013). Makalah Promosi Kesehatan.(online) available :
Robbin, S.(2006). Perilaku Organisasi. Jilid Kesatu. Prenhalindo Persada. Jakarta.
Wiryanto.(2005). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Gramedia Wiasarana
Indonesia.

12
DOKUMENTASI

13
14
LAMPIRAN
NAMA : EFINISSA FADILLAH
NIM : 201510301167
KELAS : 1C
PRODI : S1 FISIOTERAPI

Percakapan antar fisioterapis

Fisioterapis B : CABAKO
Fisioterapis A : SBAR

Fisioterapis A : Selamat siang pak, hari ini kita ada rolling tugas. Bapak akan
menangani pasien dengan kasus frozen shoulder.
Fisioterapis B : Baiklah bu. Bagaimana keadaan terkini dan keluhan yang terjadi
pada pasien frozen shoulder bu?
Fisioterapis A : Pasien merasakan nyeri pada bahu dan mengalami keterbatasan
gerak, tidak bisa mengerakkan bagian lengan tangan atasnya
Fisioterapis B : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan tersebut bu?
Fisioterapis A : Pasien seringkali mengalami trauma ringan. Dan pasien perlu
penaganan lebih lanjut.
Fisioterapis B : Tindakan apa yang sebaiknya dilakukan bu?
Fisioterapis A : Melakukan tindakan menggunakan US.
Fisioterapis B : Baiklah bu saya ulangi. Pasien dalam kasus frozen shoulder
merasakan nyeri pada bahu dan mengalami keterbatasan gerak, tidak
bisa mengerakkan bagian lengan tangan atasnya karena pasien
seringkali mengalami trauma ringan. Saat ini pasien perlu melakukan
tindakan menggunakan US. Apakah benar bu?
Fisioterapis B : Iya benar pak.
Fisioterapis B : Baiklah terimakasih bu.

Kesimpulan : Fisioterapis A menyampaikan pesan bahwa adanya rolling tugas


dengan fisioterapis B dalam menangani pasien pada kasus frozen shoulder.
Fisioterapis B bertanya kepada fisioterapis A mengenai penyakit pasien yang
sebelumnya pernah di tangani oleh fisioterapis A. Dalam percakapan diatas
menggunakan teknik CABAKO-SBAR

15

Anda mungkin juga menyukai