Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hikmat serta hidayah-Nya. terutama hikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga TIM penyusun dapat menyelesaikan makalah prinsip
komunikasi dalam perawatan paliatif. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawakan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia. Akhirnya, Tim menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................4

1.3 TUJUAN...........................................................................................................5

1.4 MANFAAT.......................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KOMUNIKASI.......................................................................6

2.2 CARA KOMUNIKASI.............................................................................6

2.3 PRINSIP KOMUNIKASI.........................................................................7

2.4 TEKNIK KOMUNIKASI.........................................................................7

2.5 HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI.................................8

2.6 TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF.................................................9

2.7 PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF..................................................9

2.8 FASE TERMINAL...................................................................................10

2.9 TAHAP-TAHAP MENJELANG AJAL...................................................10

2.10 TIPE-TIPE PERJALANAN MENJELANG AJAL................................11


BAB III KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN PALIATIF

3.1 KOM. PADA PASIEN DENGAN PENY. KRONIS.................................12

3.2 KOM. PADA PASIEN YANG TIDAK SADAR.......................................13

3.3 SASARAN KOMUNIKASI PALIATIF…………………….....................13

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN...........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

‘Paliatif Care’ atau Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan ‘Palliare’ (bahasa latin yang berarti ‘menyelubungi’) merupakan jenis
pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti
menyembuhkan. Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan
spiritual (WHO 2011).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama yang
tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud antara lain menghilangkan nyeri dan
keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspekpsikologis, sosial dan spiritual. Paliatif
care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit, fisik, psikososial, spiritual
(kemenkes RI Nomor 812, 2007). Menurut Dadang Hawari (1977,53), orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembina kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus.

Pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah dan ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada disamping
perawat. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan
perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat
bertindak sebagai fasilitator agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai
dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek
spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnosa harapan sembuhnya
sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif


2. Apa saja jenis perawatan paliatif
3. Apa saja model/tempat perawatan paliatif

1.3 TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan teknik komunikasi dalam perawatan paliatif
2. Mengetahui jenis-jenis perawatan paliatif
3. Mengetahui model/tempat perawatan paliatif

1.4 MANFAAT

I. Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai perawatan paliatif terutama dari pola
komunikasi, karena komunikasi dalam keperawatan secara umum akan beda dengan
komunikasi pada pasien paliatif
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua atau lebih
individu.Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).

2.2 Cara Komunikasi

a) Komunikasi Verbal

Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis. Hal yang harus diperhatikan yaitu

a. Kesederhanaan : Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah dimengerti, singkat


dan jelas.
b. Kejelasan : Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang
diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan tubuh.
c. Tepat waktu dan relevan ; Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang sedang dirasakan
oleh pasien.
b) Komunikasi Non Verbal

Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh.Hal yang perlu
diperhatikan :

a. Sikap tubuh dan cara berjalan : Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan suasana
hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan jalannya mempunyai
tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman dan aman secara fisik maupun
emosionalnya.
b. Ekspresi wajah : Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut dapat
mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan, kesedihan, kemarahan,
kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterusnya.
c. Gerakan Tangan : Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan
tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan.

2.3 Prinsip Komunikasi

Prinsip Komunikasi terapeutik (keliat:1996)

a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan saling
menghargai.
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut pasien.
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
e. Perawat harus menciptakan suasanan yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
f. Perawat mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun masalah.
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
h. Memahami arti empati sebagai tindakan yang terapetik.
i. Kejujuran dan komunikasi terbuka.
j. Mampu berperan sebagai role mode agar dapat menunjukan dan menyakinkan orang lain
tentang kesehatan.
k. Altruisme, mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara manusiawi
l. Bertanggung jawab.
2.4 Teknik Komunikasi
1. Mendengarkan (Listening).
Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukan bahwa apa yang
dikatakannya adalah penting Pertanyaan Terbuka (Broad Opening).
2. Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang akan
dibicarakan.
3 Mengulang (Restarting)
Berguna untuk memvalidasi untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat untuk mengikuti pembicaraaan.
4 Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan
dan tidak menilai
5 Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau
klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami situasi yang
digambarkan klien.
6 Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang didengar, refleksi
perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar
klien mengetahui dan menerima perasaannya.
7 Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan cara menyakinkan dan nyaman mengekspresikan
pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
8 Memfokuskan
Teknik untuk menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas,
dan berfokus pada realitas.
9 Membagi persepsi
Teknik dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan
difikirkan.
10 Identifikasi “tema”
Teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan berguan untuk
meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
11 Diam
Teknik yang bertujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukan
bahwa perawat bersedia menunggu respon.
12 Informing
Teknik yang menyediakan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
13 Humor
Teknik yang digunakan utnuk membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien.
14 Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah.

2.5 Hambatan Dalam Proses Komunikasi


Macam-macam hambatan dalam komunikasi (Mundakir:2006)
1. Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
2. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
3. Kurangnya pengetahuan
4. Perbedaan persepsi
5. Perbedaan harapan
6. Tidak ada kepercayaan (BHSP).

2.6 Tujuan Keperawatan Paliataif


Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski
pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif meliputi :
1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya.
2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien.
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian.
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu.
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit pasien
dan kehilangan mereka.

2.7 Prinsip Keperawatan Paliatif


Prinsip Perawatan Paliatif Care Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari
pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang
competent dan compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric
palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian
dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52) Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut
ini :
a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
d. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
e. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
f. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
g. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
h. Menghindari tindakan yang sia-sia.

2.8 Fase Terminal


Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatau
tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995).
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi
untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Kondisi Terminal adalah fase akhir kehidupan menjelang kematian yang dapat berlangsung
singkat atau panjang.
2.9 Tahap-Tahap Menjelang Ajal
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu:
1) Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan
menunjukkan reaksi menolak
2) Marah/AngerKemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan
segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
3) Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan
kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4) Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5) Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang
kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangatmembantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana
yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga
terdekat, menulis surat wasiat.

2.10 Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Ajal


a. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat
dari fase akut ke kronik.
b. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi
penyakit yang kronik.
c. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada
pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
d. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit
kronik dan telah berjalan lama.
BAB III

KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN PALIATIF

3.1 Komunikasi Pada Pasien Dengan Penyakit Kronis

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (purwaningsih dan karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak
akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (purwaningsih dan karbina, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang dialami oleh
seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang pasien mengalami
ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan.

a) Teknik komunikasi fase denial (pengingkaran)


 Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
 Selalu berada didekat klien
 Pertahankan kontak mata
b) Teknik komunikasi fase anger (marah)
 Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing dan
menggunakan teknik respek.
c) Teknik komunikasi fase Bargening (tawar menawar)
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kapada pasien apa
yang diinginkan
d) Teknik komunikasi fase depression
 Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan
kesedihannya.
e) Teknik komunikasi fase occeptance (penerimaan)
 Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan
keluarga terhadap kematian pasien.

3.2 Komunikasi Pada Pasien Yang Tidak Sadar


Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan
teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami
penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima dan klien tidak dapat
merespons kembali stimulus tersebut. Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan
koma, dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat
dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi
utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam
penyebab, yaitu baik primer intrakranial maupun ekstrakranial yang mengakibatkan kerusakan
struktural atau metabolik ditingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda saat kita berkomunikasi dengan pasien yang tidak
sadar, yakni tidak mendapatka feedback (umpan balik) yang menjadi salah satu elemen
komunikasi. Hal ini dapat kita temukan diruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit
(ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya. Walaupun banyak perdebatan
bahwa komunikasi trapeutik tetap dilaksanakan walau pasien koma, maka dari itu kita sebagai
perawat diajarkan komunikasi terapeutik ini untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku
baik sekalipun dia dalam keadaan yang tidak sadar atau koma.

14.3 Sasaran Komunikasi Paliatif


1. PASIEN
2. KELUARGA
3. KOMUNITAS
BAB IV

PENUTUP

4.I KESIMPULAN

Hubungan dan komunikasi antara perawat dan klien bersifat trapeutik, artinya hubungan yang
dibangun hanya sebatas memberi asuhan dan menghilangkan keluhan klien. Komunikasi
trapeutik adalah isntrumen holistik yang digunakan disetiap lini keperawatan begitu pula untuk
pasien dengan keperawatan paliatif. Pemahaman mendalam mengenai komunikasi trapeutik
secara umum akan membantu perawat memahami komunikasi dalam perawatan paliatif secara
khusus, yang membedakan komunikasi paliatif dengan yang lain salah satunya adalah perawat
melibatkan segenap support system dalam berkomunikasi untuk menunjang paliatif care tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI Pusdiknakes.995.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan dan penyakit kronik


dan terminal. Jakarta: Depkes RI.

Craven,Ruth F. Fundamentals of nursing: human healt and function.

Tamsuri, Anas.(2006).”komunikasi dalam keperawatan”.Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai