Anda di halaman 1dari 24

Patofisiologi Masalah

Pada Sistem Imun Dan


Asuhan Keperawatan
Pada Anak : AIDS, DHF,
SLE dan Dampaknya
Terhadap Pemenuhan
Kebutuhan Dasar
Manusia (Dalam Konteks
Keluarga)

Oleh :

Azkal Fauzan Deasy Dwi

Faizal Rahman Sely Julistiani


Patofisiologi Masalah Pada Sistem Imun

Pengertian imunologi
Imunologi adalah cabang biologi dari ilmu biomedis yang mencakup studi
tentang sistem kekebalan tubuh pada semua organisme. Bagan imunologi,
mengukur, dan mengontekstualisasikan fungsi fisiologis sistem kekebalan pada
keadaan kesehatan dan penyakit; kerusakan sistem kekebalan pada gangguan
imunologis (seperti penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi
imun, dan penolakan transplantasi); dan karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis
dari komponen sistem kekebalan tubuh in vitro, in situ, dan in vivo. (Wikipedia)
Fungsi Sistem Imun
1. Pertahanan
2. Homeostasis
3. Surveilans

 Imunoglobulin: IgG, IgA, IgM, IgE dan IgD


IgG → paling banyak, dpt menembus plasenta
IgM → paling besar, bertanggung jawab dalam respon imun primer
IgA → ada di air mata, kolostrum, air liur
IgE → paling sedikit, terlibat hipersensitif tipe 1
IgD → berfungsi sebagai reseptor imunogen
Penyakit imunologik:
• Penyakit imunodefisiensi: AIDS
• Penyakit hipersensitivitas: alergi
• Penyakit autoimune: Lupus eritematus sitemik
AIDS

Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang


menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit
DEFINISI
infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya
tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV.

Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:


• Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
ETIOLOGI • Pemakaian obat oleh ibunya
• Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
• Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
– Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber
kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki
sel T4 , virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga
akhirnya menurun, sehingga menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari
luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian
PATOFISIOLOGI pada orang yang terjangkit HIV / AIDS.
– Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain,
organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi
oleh selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya
sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan
kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai
dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang
dari 11 tahun. (DEPKES 1997)
PATHWAY
Stadium
HIV/AIDS

1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi
terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh
hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window period )
2. Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan
adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent
generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit infeksi
sekunder
Manifestasi klinis

GEJALA MAYOR GEJALA MINOR

 Demam berkepanjangan lebih dari 3 • Batuk kronis selama 1 bulan


bulan • Infeksi pada mulut dan tenggorokan
disebabkan jamur candida albican
 Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang • Pembengkakan kelenjar getah bening
maupun terus menerus diseluruh tubuh yang menetap
 Penurunan berat badan lebih dan 10% • Munculnya herpes zosters berulang
• Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh
dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).
tubuh (Depkes RI, 1997)
PENATALAKSANAAN
Perawatan Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
• Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi
• Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
• Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT)
yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA
HIV
• Mengatasi dampak psikososial
• Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh
tenaga medis
• Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan perlindungan
universal (universal precaution)

ASKEP ADA DI WORD


DHF

Denguae Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
DEFINISI masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Betina,
Hidayat 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit DHF adalah penyakit
yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn virus) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty) nyamuk aedes
aegepty.
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus)
ETIOLOGI yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus nyamuk aedes
aegepty berbentuk batang, stabil pada suhu 37℃. Adapun ciri-ciri nyamuk
penyebar demam berdarah menurut (Nursalam, 2008) adalah :

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih


2. Hidup didlam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, vas bunga
PATOFISIOLOGI
– Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
– Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma
klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.
PATHWAY
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain :
• Demam tinggi selama 5-7 hari
• Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
• Pendarahan, terutama pendarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma
MANISFESTASI KLINIS
• Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri
• Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
• Sakit kepala
• Pembesarab hati, limpa dan kelenjar getah bening
• Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)

Terapi :
PENATALAKSANAAN 1. DHF tanpa rejatan
MEDIS 2. Pasien yang mengalami rejatan (syok)
Pembagian derajat menurut (Soegijanto,2006) :
1. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif
2. Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit atau perdarahan lain
3. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
KLASIFIKASI
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun (<20mmHg)/ hipotensi disertai eksremitas dingin dan anak gelisah
4. Derajat IV : Demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur)

• Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)


Pemeriksaan
trombositopeni (100.00/mm3 atau kurang).
diagnostik
• Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
• Rongten thorax : effusi pleura.

ASKEP ADA DI WORD


SLE

Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan oleh
penyakit autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak
DEFINISI normal melawan jaringan tubuh sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang
dapat terkena adalah seperti kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem
saraf.
Lupus ditandai oleh peradangan kronis atau berulang mempengaruhi satu atau
lebih jaringan dalam hubungan dengan beberapa autoantibodi. Beberapa, seperti
anti - sel merah dan antibodi antiplatelet, jelas patogen, sedangkan yang lain
PATOGENESIS mungkin hanya penanda kerusakan toleransi. Etiologi tetap misteri, tetapi seperti
dalam banyak penyakit kronis, tampaknya mungkin bahwa penyakit ini dipicu oleh
agen lingkungan dalam kecenderungan tiap individu (Malleson, Pete; Tekano,
Jenny. 2007).
Banyak autoantibodi (terutama ANAs) diarahkan terhadap antigen intraseluler
biasanya 'tak terlihat' untuk sistem kekebalan tubuh. Hal ini menunjukkan
FAKTOR autoimunitas yang berkembang, setidaknya dalam beberapa kasus, sebagai
ENDOGEN
konsekuensi dari kematian sel yang tidak normal atau disregulasi termasuk
kematian sel terprogram (apoptosis).

Bahkan sedikit yang diketahui tentang pemicu yang bertanggung jawab untuk
FAKTOR sebagian besar bentuk lupus. Obat seperti antikonvulsan dan antibiotik (khususnya
EKSOGEN minocycline) dapat menyebabkan lupus. Sinar matahari dapat memicu kedua
manifestasi kulit dan sistemik lupus (dan neonatal lupus).
Klasifikasi

Ada tiga jenis type lupus :


1. Cutaneous Lupus  Tipe ini juga dikenal sebagai Discoid Lupus Tipe lupus ini
hanya terbatas pada kulit dan ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul
pada muka, leher, atau kulit kepala
2. Discoid Lupus  Tipe lupus ini dapatmenyebabkan inflamasi pada beberapa
macam organ
3. Drug-induced lupus  Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau
sistem syaraf
Gejala klinis 1. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat badan
2. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis
3. Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane
mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vaskulitis.
4. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
5. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
6. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
7. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
8. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
9. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
10. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus, gangguan
kognitif neuropati kranial dan perifer.
1. Pemeriksaan lab
• Pemeriksaan darah
Pemeriksaan
Diagnostik • Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein.
2. Radiology :
Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditi

1. Edukasi dan konseling


Therapy/tindakan 2. Program rehabilitasi
penanganan 3. Pengobatan medikamentosa

ASKEP ADA DI WORD


Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia (Dalam Konteks Keluarga)

Ketika diagnosis ditegakkan, kemampuan sumber daya keluarga dan dukungan sangat
diperlukan. Pendidikan sering merupakan langkah pertama dalam membantu keluarga
merasa bahwa mereka memiliki kontrol. Hal ini penting untuk diingat untuk tidak terlalu
membebani keluarga pada beberapa kunjungan pertama setelah diagnosis. Perawat
dapat memainkan peran kunci dalam membantu mereka dengan belajar tentang penyakit
dengan sering dan kunjungan. Informasi tertulis dan review dari penyakit dan efek
samping pengobatan yang sering diperlukan(Malleson, Pete; Tekano, Jenny. 2007).
Sebuah hubungan saling percaya dengan tim perawatan medis sangat penting
dengan komunikasi terbuka dan jujur dengan baik anak dan orang tua(Malleson, Pete;
Tekano, Jenny. 2007).
Kesimpulan

Banyak gangguan yang dapat dirasakan anak ketika penyakit ini menyerang tubuh
mereka, salah satunya yaitu kebutuhan dasar manusia dari mulai kebutuhan
fisiologis sampai dengan aktualisasi diri dapat terganggu hingga menimbulkan rasa
tidak nyaman dan berimbas pada keluarga.
Disinilah peran orang tua dan lingkungan dituntut untuk menciptakan suasana
sehat dan bersih sehingga bibit-bibit sumber penyakit dapat dihindari.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai