Anda di halaman 1dari 21

“ STANDAR PRAKTIK DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS ”

A. Definisi Standar Praktik Keperawatan


Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seseorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yg dirumuskan
& digunakan sebagai pedoman pemberian keperawatan serta merupakan tolok
ukur penilaian penampilan kerja perawat. Standar merupakan pernyataan yang
sah, suatu model yang disusun berdasarkan kebiasaan atau kesepakatan mengenai
apa yang memadai dan sasuai, dapat diterima, dan layak dalam praktek
keperawatan. Standar pratek menguraikan apa yang harus di lakukan,
mengidentifikasi tanggung jawab dan pelaksaan tanggung jawab tersebut. Standar
praktek keperawatan bergantung pada tempat dan waktu, sehingga standar praktek
keperawatan dapat berubah dari waktu ke waktu pada tempat yang berbeda.

Keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi.

Sejumlah standar praktik keperawatan telah ditetapkan. Standar untuk praktik

sangat penting sebagai petunjuk yang obyektif untuk perawat dalam memberikan

peerawatan dan sebagai criteria untuk melakukan evaluasi asuhan, termasuk agar

klien mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas. Lebih lanjut, standar

praktik sangat penting jika muncul masalah hokum. Apakah perawat telah

melaksanakan tugas dengan semestinya pada kasus tertentu.ANA dan CNA telah

mempublikasikan standar pratik keperawatan.

Standar CNA untuk praktik keperawatan, antara lain :


1. Praktik keperawatan memerlukan model konsep keperawatan yang menjadi
dasar praktik
2. Praktik keperawatan memerlukan penggunaan proses proses keperawatan
secara efektif

1
3. Pratik keperawatan memelukan hubungan yang saling membantu untuk
menjadi dasar interaksi antara klien-perawat.
4. Praktik keperawatan menuntut perawat untuk memenuhi tanggung jawab
profesinya.

Sedangkan standar kinerja professional dan standar praktik keperawatan


(ANA) antara lain, sebagai berikut:

1. Standar Kinerja Professional

a. Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan keefektifan praktik


keperawatan.
b. Perawat mengevaluasi diri sendiri dalam praktik keperawatan yang
dilakukannya, mengacu pada standar praktik professional, peraturan dan
regulasi yang berlaku.
c. Perawat memerlukan dan mempertahankan pengetahuan terkini dalam praktik
keperawatan.
d. Perawat berkontribusi dalam pengembangan professional dari rekan-rekan,
kolega dan orang lain.
e. Keputusan dan tindakan perawat dilakukan atas nama klien yang ditentukan
secara etis.
f. Perawat berkolaborasi dengan klien dan orang terdekat, serta pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien.
g. Perawat menggunakan hasil penelitian di lahan praktik.
h. Perawat mempertimbangkan factor-faktor yang berkaitan dengan keamanan,
keefektifan dan biaya dalam merencanakan serta memberikan perawatan pada
klien.
Standar Proses Keperawatan :

NO STANDAR ELEMEN
Pengkajian : 1. Prioritas pengumpulan data
Perawat mengidentifikasi dan ditentukan oleh kondisi atau
1
pengumpulan data tentang status kebutuhan klien saat ini.
kesehatan klien 2. Data tetap dikumpulkan dengan

2
teknik – teknik pengkajian yang
sesuai.
3. Pengumpulan data melibatkan
klien, orang – orang terdekat klien
dan petugas kesehatan.
4. Proses pengumpulan data bersifat
sistematis dan berkesinambungan.
5. Data – data yang relevan
didokumentasikan dalam bentuk
yang mudah didapatkan kembali.
Diagnosa : 1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil
a. Perawat menganalisa data pengkajian.
yang dikaji untuk 2. Diagnosa disahkan dengan klien,
menentukan diagnosa orang – orang terdekat klien,
tenaga kesehatan bila
memungkinan.
3. Diagnosa di dokumentasikan
dengan cara yang memudahkan
perencanaan perawatan.

b. Perawat mengidentifikasi 1. Hasil diambil dari diagnosa.


hasil yang diharapkan 2. Hasil – hasil di dokumentasikan
secara individual pada sebagai tujuan – tujuan yang dapat
klien diukur.
2 3. Hasil – hasil dirumuskan satu sama
lain sama klien, orang – orang
terdekat klien, dan petugas
kesehatan.
4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai
dengan kemampuan / kapasitas
klien saat ini dan kemampuan
potensial.
5. Hasil yang diharapkan dapat
dicapai sesuai dengan sumber –
sumber yang tersedia bagi klien.
6. Hasil yang diharapkan meliputi
perkiraan waktu pencapaian.
7. Hasil yang diharapkan memberi
arah bagi kelanjutan perawatan.
Perencanaan 1. Rencana bersifat individual sesuai
dengan kebutuhan – kebutuhan dan
kondisi klien.
2. Rencana tersebut dikembangkan
3
bersama klien, orang – rang
terdekat klien dan petugas
kesehatan.
3. Rencana tersebut menggambarkan

3
praktek keperawatan sekarang.
4. Rencana tersebut di
dokumentasikan.
5. Rencana tersebut harus menunjuk
kan kelanjutan perawatan.
Implementasi : 1. Intervensi bersifat konsisten
Perawat mengimplementasikan dengan rencana perawatan yang
intervensi yang di identifikasi dari dibuat.
4
rencana keperawatan. 2. Intervensi di implementasikan
dengan cara aman dan tepat.
3. Intervensi didokumentasikan.
Evaluasi : 1. Evaluasi bersifat sistematis dan
Perawat mengevaluasi kemajuan berkesinambungan.
klien terhadap hasil yang telah 2. Respon klien terhadap intervensi di
dicapai. dokumentasikan.
3. Keefektifan intervensi di evaluasi
dalam kaitannya dengan hasil.
4. Pengkajian terhadap data yang
bersifat kesinambungan digunakan
5
untuk merevisi diagnosa, hasil –
hasil dan rencana perawatan
selanjutnya.
5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana
perawatan didokumentasikan.
6. Klien, orang – orang terdekat klien
dan petugas kesehatan dilibatkan
dalam proses evaluasi.

B. Tujuan Standar Praktik Keperawatan


Standar keperawatan adalah pernyataan deskriptif dari kualitas yang
diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien. Standar
keperawatan dapat digunakan sebagai target atau ukuran untuk menilai
penampilan perawat. Standar member arah dan bimbingan langsung kepada
perawat dalam melaksanakna asuhan keperawatan. Dengan demikian, standar
berguna untuk melindungi perawat dank lien dari keselahan dan untuk mengetahui
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tenaga medis/perawat lali atau
salah.

Menurut Ann Gillies (1989) mengidentifikasi tujuan dari standar


keperawatan, antara lain sebagai berikut :

4
1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
2. Menurunkan biaya perawatan yang harus dikeluarkan; alasannya adalah :
a. Apabila perawat yang telah ditetapkan pada standart setidak- tidaknya
kegiatan yg tdk perlu tidak akan terjadi.
b. Permasalahan klien lebih cepat teratasi
c. Hari rawat inap lebih efektif ( pendek)
3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melakukan tugas & melindungi
klien dari tindakan yang tidak sesuai.

Dengan demikian, standar asuhan keperawatan harus dapat menguraikan


prosedur yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga
kesalahn dan kelalaian dapat dihindarkan. Dengan adanya standar praktik, profesi
keperawatan yang bertangguan jawab melindungi masyarakat atau kkomunitas
dapat diwujudkan. Penyusunan pelaksanaan standar pratik mempunyai fungsi
utama dalam organisasi, yaitu sebagai berikut:

1. Mempertahankan akuntabilitas aonggota dalam melaksanakan standar.


2. Mendidik masyarakat untuk menghargai standar serta individu yang tidak
memenuhi standar atau tidak menikuti standar.
3. Menetukan dan meningkatkan standar
Perlu dipahami bersama bahwa standar keperawatan setiap negara berbeda
dan bermacam-macam. Namun, secara umum komponen yang dapat
dimasukkan dalam pratik keperawatan antara lain :
a. Pengeetahuan tentang keperawatan harus dipahami dan dianalisis oleh
setiap perawat yang professional, yaitu pada konsep keperawatan.
b. Akuntabilitas professional, baik independen maupun interdependen
pada setiap tahap proses keperawatan

C. Dasar Hukum Praktik Keperawatan


Di Indonesia dasar hukum yg digunakan dlm praktik keperawatan adalah :
1. Undang-Undang No 23 th 1992 : tentang kesehatan :

5
a. Pasal 53 ayat 1 “ Tenaga kesh berhak memperoleh perlindungan hukum
dlm melaksanakan tugas sesuai dgn profesinya”
b. Pasal 53 ayat 2 & 4 “ Tenaga kesh dlm melaksanakan tugasny
berkewajiban utk mematuhi standart profesi dan menghargai hak pasien “
2. Peraturan Pemerintah No 32 th 1996
a. Pasal 21 Ayat 1. “setiap tenaga kesh dlm melakukan tugasnya
berkewajiban utk mematuhi standart profesi tenaga kesehatan.” Ayat 2
“Standart profesi kesh sebagaimana dimaksud dlm ayat (1) ditetapkan
oleh menteri.
b. Pasal 22 Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melakukan tugas
profesinya berkewajiban untuk :
1) Menghormati hak pasien
2) Menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pribadi pasien
3) Memberikan informasi yg berkaitan dgn kondisi dan tindakan yg
akan dilakukan
4) Membina persetujuan thd tindakan yang akan dilakukan
5) Membuat dan memelihara rekam medis
c. Pasal 24 Perlindungan hukum diberikan kepada tenga kesehatan yang
melakukan tugasnya sesuai dengan standart profesi kesehatan.
3. SK Menkes No 647 Tahun 2000 : Tentang registrasi dan praktek keperawatan
Pasal 17 : ” Perawat dlm melakukan praktek keperawatan hrs sesuai dgn
kewenagan yg diberian, berdasarkan pendidikan dan pengelaman serta dlm
memebrikan pelayanan berkewajiban mematuhi standart profesi ”.

D. Standar Falsafah Keperawatan Komunitas

Falsafah Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan


pelayanan yang memberikan pelayanan terhadap pengaruh lingkungan (bio, psiko,
sisio, cultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan
prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah
yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada falsafah atau paradigma
keperawatan secara umum yaitu manusia atau kemanusiaan merupakan titik
sentral setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

6
kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusun falsafah atau paradigma
keperawatan komunitas yang terdiri dari 4 komponen dasar, seperti yang
diuraikan di bawah ini :

a. Manusia Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang


berada pada lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai-nilai,
keyakinan dan minat relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk
kelompok beresiko tinggi antara lain; daerah terpencil, daerah rawan,
daerah kumuh.
b. Kesehatan Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar klien/komunitas. Sehat merupakan
keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi
stressor.
c. Lingkungan Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar
klien, yang bersifatbiologis, psikologis, sosial cultural dan spiritual.
d. Keperawatan Intervensi/tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor
atau meningkatkan kemampuan klien/komunitas menghadapi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Falsafah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi pedoman untuk


mencapai tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsafah kesehatan
masyarakat adalah sebagai berikut (Subekti,2005) :

1. Pelayanan kesehatan terjangkau dan dapat diperoleh oleh semua orang dan
merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada klien yang berlangsung secara
berkelanjutan.

7
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai pelayanan kesehatan menjadi
suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan
pelayanan kesehatan.
5. Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat direncanakan dalam pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan.
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya.
Masyarakat juga harus ikut mendorong, mendidik dan berpartisipasi secara
aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

E. Paradigma Keperawatan Komunitas

Manusia

Keperawatan dengan Kesehatan (Sehat –


tiga level pencegahan Sakit)

Lingkungan (Fisik,
Biologis, Psikologis,
Culturan dan Spiritual)

1. Manusia
Manusia sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang
memilki nilai, keyakinan, minat, dan interaksi satu sama lainnya untuk
mencapai tujuan.
2. Kesehatan

8
Kesehatan adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh di sekitar klien yang
bersifat biologis, psikologis, sosial, cultural, dan spiritual.
4. Keperawatan
Intervensi bertujuan untuk menekan stressor atau meningkat kemampuan
klien melalui upaya pencegahan primer, sekunder, dan tertier.

F. Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Komunitas


Standar pendokumentasian perawat memerlukan sesuatu ketaerampilan

untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu

pernyataan tentang kualitas dan kwantitas dokumentasi yang mempertimbangkan

secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk

memperkuat pola pencatan dan sebagai pentunjuk atau pedoman praktik

pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.

Pengukuran kriteria:

1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan klien

2. Data dikumpulkan menggunakan tehnik pengkajian yang sesuai

3. Pengelolaan disediakan kumpulan data melibatkan klien, orang lain dan

team kesehatan lain.

4. Proses pengumpulan data sistematis dan terus menerus

5. Data didokumentasikan dalam format yang tersedia.

Menurut ANA Standar {raktek Dokumentasi Keperawatan

1. Standar I Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien

bahwa

9
 Kriteria pengukuran:

a. Pengumpulan data melibatkan pasien, keluarga dan pemberi

perawatan lain jika sesuai.

b. Prioritas aktifitas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi pasien

yang segera atau sesuai kebutuhan.

c. Data yang berhubungan dikumpulkan menggunakan teknik

pengkajian dan instrumen yang tepat.

d. Data yang releven didokumentasiakan dalam format yang dapat

diperoleh kembali.

e. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkelajutan.

2. Standar II Diagnosis: perawat menganalisis data pengkajian dalam

menetapkan diagnosis.

 Kriteria pengukuran :

a. Diagnosis berasal dari data pengkajian

b. Diagnosis divalidasi bersama pasien, keluarga dan pemberi

perawatan lain, jika memungkinkan dan sesuai.

c. Diagnosis didokumentasikan dengan cara yang memudahkan

penetapan hasil yang diharapkan dan memudahkan rencana

perawatan.

3. Standar III Identifikasi Hasil : Perawat mengidentifikasi hasil individual

yang diharapkan pada pasien

 Kriteria Pengukuran :

a. Hasil berasal dari diagnosis

b. Hasil dirumuskan bersama pasien, keluarga dan pemberi perawatan

lain, jika memungkinkan dan sesuai.

10
c. Hasil secara cultural sesuai dan realistic dalam hubungannya

sengan keberadaan dan pontensi kemmapuan pasien.

d. Hasil dapat dicapai dalam hubungannya dengan sumber yang

tersedia untu pasien.

e. Hasil mencakup prediksi waktu untuk pencapaian tujuan.

f. Hasil member arahan untuk kontinuitas perawatan.

g. Hasil didokumentasikan sesuai tujuan yang dapat diukur.

4. Standar IV Perencanaan: Perawat membuat rencana perwatan yang

menentukan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan.

 Kriteria pengukuran :

a. Rencana perawatan individual pada pasien (misal: tepat-usia,

sensitive secara cultural) kondisi atau kebutuhan pasien.

b. Rencan perawatan memungkinkan kontinuitas perawatan.

c. Prioritas perawatan ditetapkan

d. Rencana perawatan di dokumentasikan.

5. Standar V Implementasi : perawat menginmplementasikan intervensi yang

diidentifikasi dalam rencana perawatan.

 Kriteria Pengungkuran :

a. Intervensi konsisten dengan rencana perawatan.

b. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman tepat waktu

dan sesuai .

c. Intervensi didokumentasikan.

6. Standar VI Evaluasi: perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap

pencapaian hasil.

 Kriteria pengukuran:

11
a. Evaluasu bersifat sistematik berkelanjutan, dan berdasarkan

kriteria.

b. Pasien, keluarga, pemberi perawatan kesehatan lain, terlibat dalam

proses evaluasi, jika tepat.

c. Pengkajian data yang terus menerus digunakan untuk merevisi

diagnosis, hasil, dan rencana perawatan, jika diperlukan

d. Revisi diagnosis, hasil, dan rencana perawatan didokumentasikan.

e. Efektivas intervensi dievaluasi berkaitan dengan hasil

f. Respons pasien terhadap intervensi.

G. Standar Evaluasi / Penilaian

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaannya sudah berhasil di

capai.Melalui evaluasi memungkinkan perawata untuk memonitor

”kealpaan yang terjadi ” selama tahap pengkajian,analisa,perencanaan dan

pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne,1994).

Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu

yang di rencanakan ,dan perbandingan yang sistimatik pada status

kesehatan Klien.Dengan mengukur perkembangan Klien dalam mencapai

suatu tujuan,maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan

keperawatan.

12
Meskipun valuasi di letakkan pada akhir proses

keperawatan,evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses

keperawatan.

Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi

yang telah di kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di

observasi sudah sesuai.Diagnosa juga perlu di evaluasi dalam hal

keakuratan dan kelengkapannya.Tujuan dan intervensi di evaluasi adalah

untuk menentukan apakah tujuan tersebut,dapat di capai secara efektif.

2. Tujuan Evaluasi.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan.Hal ini bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan

dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan

yang di berikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (Klien telah mencapai

tujuan yang di tetapkan).

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( Klien mengalami

kesulitan untuk mencapai tujuan)

c. Meneruska rencana tindakan keperawatan (Klien memerlukan waktu

yang lebih lama untuk mencapai tujuan )

3. Proses Evaluasi

Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :

 Mengukur Pencapaian tujuan Klien

Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan

data yang akan di gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi

13
mengenai status kesehatan klien,yang terdiri dari bebrapa

komponen,meliputi: KAPP ( Kognitif,Afektif,Psikomotor,Perubahan

fungsi dan gejala yang spesifik).

a. Kognitif ( pengetahuan )

Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di

perlukan setelah klien di ajarkan tentang teknik-teknik tertentu.

Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi pengetahuan klien terhadap

penyakitnya,mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas,

persediaan ala-alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan,

pencegahan, pengukuran dll. Evaluasi kognitif di peroleh melalui

interview atau tes tertulis.

b. Affektif ( status emosional )

Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat

sukar di evaluasi.Hasil penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku

yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi

klien.hasil tersebut meliputi ”tukar menukar perasaan tentang

sesuatu”, cemas yang berkurang ada kemauan berkomunikasi dan

seterusnya.

c. Psikomotor

Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang

lainnya jika perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan

pada tujuan (kriteria hasil ).Hal ini biasanya di lakukan melalui

observasi secara langsung.Dengan melihat apa yang telah di lakukan

Klien sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik

untuk mengevaluasi psikomotor Klien.

d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala

14
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa

aspek status kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk

mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat memfokuskan

pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah di lakukan

tindakan keperawatan.Evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan

untuk menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang

mempengaruhi status kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di

lakukan bisa di lakukan dengan cara observasi secara

langsung,interview dan pemeriksaan fisik.

 Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi

Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat

membandingkan data dengan outcomes.tahap berikutnya adalah

membuat keputusan tentang pencapaian Klien terhadap outcomes.

Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini :

1. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada

keadaan ini perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau

mengevaluasi outcomes yang lain.

2. klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di

tentukan.Perawat mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan

kearah pemecahan masalah.Penambahan waktu,resources,dan

intervensi mungkin di perlukan sebelum tujuan tercapai.

3. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi

ini,perawata harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa

keadaan atau masalah ini timbul.

15
4. Komponen Evaluasi

Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan

keperawatan, yaitu :

a. Proses (Formatif)

Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan

hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan.Evaluasi proses harus

di lakukan segera setelah perencanaan keperawatan di laksanakan

untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan.Evaluasi formatif

terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan

tercapai.Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari

analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan

kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan

form evaluasi. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini bisa

menggunakan sitem SOAP atau model dokumentasi lainnya.

b. Hasil ( Sumatif )

Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status

kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini

dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.

Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien. Adapun

metode penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart

audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan

pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap

ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi,

sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas

dan evisiensi tindakan yang telah diberikan. Komponen evaluasi dapat

di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell & Meneses, 1986) :

1) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

16
2) Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

3) Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan

standart

4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan

5) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan

1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.

 Kriteria

Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk

mengumpulkan data dan sebagai penentuan kesahihan data yang

terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan pada tahap evaluasi

di tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir

tindakan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan

digunakan lebih luas sebagai dasar untuk evaluasi praktek

keperawatan secara luas.

Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai

standar untuk menjelaskan respon atau hasil dari rencana

tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan

bagaimana keadaan klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria

akan dinyatakan dalam istilah behaviour (perilaku) sebagaimana

disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau

diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah

dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap

orang yang terlibat dalam evaluasi.

 Standar Praktek

17
Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk

mengevaluasi praktek keperawatan secara luas. Suatu standar

menyatakan apa yang harus dilaksanakan sebagai suatu model

untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil

penelitian, konsep teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik

keperawatan saat sekarang. Standar harus secara cermat disusun

dan di uji untuk menetukan kesesuain dalam penggunaannya.

Contoh pemakain standar dapat dilihat pada standar praktek

keperawatan yang disusun oleh ANA.

 Evaluative question

Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu

digunakan pertanyaan evaluative sebagai dasar mengevaluasi

kualitas pelayanan dan respon klien terhadap tindakan.

 Pengkajian : apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada

klien?

 Diagnosa : apakah diagnosa disusun bersama dengan klien?

 Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam

perencanaan?

 Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang

diberikan?

 Evaluasi : apakah modivikasi tindakan keperawatan

diperlukan?

2. Evaluasi dan Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas

Mutu layanan kesehata dapa diukur melalui 3 cara :

 Pengukuran Mutu Prospektif

18
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan

yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh

karena itu pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur atau

input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan

harus memiliki sumber daya tertentu agar dapa menghasilakan

suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian – bagiannya

sebagai berikut :

 Pendidikan Profesi Kesehatan

Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan

yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan perilaku

yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu.

 Perizinan

Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu

layanan kesehatan. Surat ijin kerja (SIK) dan surat ijin

praktek (SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan

suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi

syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan

(NERS). Demikian pula dengan profesi kesehatan lain, harus

mempnyai ijin kerja sesuai dengan profesimya.

 Standardisasi

Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi

peralatan, tenaga, gedung, sistem, organisasi, anggaran dll.

Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar yang

sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama

mutunya. Contohnya: standardisasi layanan rumah sakit akan

mengelompokan atau mengklasifikasikan rumah sakit

19
kedalam berbagai kelas tertentu misalnya RSU kelas A, B, C

dan D, Rumah sakit jiwa kelas A dan B.

 Sertifikasi

Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai

ners yang tergistrasi adalah contoh setifikasi. Di indonesia,

perizinan seperti itu dilakukan oleh departemen kesehatan

atau dinas kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan

perawat nasional indonesia (PPNI).

 Akreditasi

Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan

kesehatan seperti RS telah memenuhi beberapa standar

layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif

berfokus pada penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja

penyelenggaraan layanan kesehatan.

3. Pengukuran Mutu Retrospektif

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan

yang dilakukan setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai

dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari

beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan (nursing

record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan penyelenggaraan

pertemuan.

4. Pengukuran Mutu Konkuren

Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan

yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau

diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan

langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan

pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan

20
mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas

kesehatan.

5. Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA (2004) Perawat

kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas.

Adapun kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah

sebagai berikut :

a. Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi

berdasarkan kriteria hasil pelayanan dalam komunitas dan

pemangku kepentingan lain.

b. Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi

dan metode ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi

keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program, dan

pelayanan.

c. Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas

pemantauan (monitoring) program dan pelayanan.

d. Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk

merevisi rencana, intervensi, dan aktivitas yang sesuai.

e. Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau

rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas intervensi.

f. Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada

komunitas dan pemangku kepentingan lain berdasarkan hukum dan

peraturan negara.

21

Anda mungkin juga menyukai