KONSEP TEORITIS
A. KONSEP FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2007). Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi di
istregritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi
faktor lain seperti proses degenerativejuga dapat berpengaruh terhadap
kejadian fraktur (Brunner & Suddarth, 2008).
Fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas
tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur
terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan
saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012).
B. KONSEP ORIF
1. Pengertian
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk
pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang
mengalami fraktur.
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu
tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang
patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal
fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu
intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Merupakan tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian
melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang
yang patah
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah tindakan invasif
bedah fiksasi internal dengan dengan tujuan untuk mempertemukan serta
memfiksasi kedua ujung fregmen tulang yang patah dengan menggunakan
pin, sekrup, kawat, batang atau lempeng untuk mempertahankan reduksi
(Mutaqin, 2013, hal. 341).
2. Tujuan tindakan operasi
Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang
agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini
berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang
panjang dengan tipe fraktur tranvers.
1. Imobilisasi sampai tahap remodeling
2. Melihat secara langsung area fraktur
3. Mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergeseran.
3. Patofisiologi
Mekanisme cedera atau fraktur juga dapat terjadi dengan trauma tidak
langsung seperti akibat adanya daya putar atau puntir yang dapat
mengakibatkan fraktur pada tulang kaki dalam tingkatan yang berbeda,
pada cedera tidak langsung salah satu dari fregmen tulang dapat
menembus kulit (Noor, 2016, hal. 542).
Pada tindakan operasi ORIF pada fraktur dapat mengakibatkan
terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan sehingga dapat mengakibatkan
atau merangsang necosiptor sekitar untuk mengeluarkan histamin,
bradikinin dan prostaglandin yang akan merangsang A-delta untuk
menghantarkan rangsangan nyeri sehingga menimbulkan sensasi nyeri
dan mengakibatkan Nyeri akut pada pasien (Rosyidi, 2013, hal. 57).
Tindakan operasi ORIF dalam penyembuhan tulang pasien akan
dilakukan tindakan pemasangan alat seperti traksi, pen, kawat scrup, dan
plat batang logam digunakan untuk mempertahankan fregmen tulang
dalam posisinya, hal ini mengakibatkan fungsi ekstermitas terganggu
sehingga menimbulkan Gangguan mobilitas fisik (Rosyidi, 2013, hal. 42).
Pada bekas luka post operasi dilakukan penanganan reduksi tertutup,
ekstermitas dipertahankan dengan gips, traksi, bidai danfiksator eksterna
pada tindakan ini jika dilakukan tidak benar maka dapat menyebabkan
Resiko infeksi (Suraton, 2009). Pada tindakan insisi dapat mempengaruhi
jaringan sekitar yaitu kerusakan saraf sensori, kerusakan jaringan lemak,
dari tindakan ini dapat mengakibatkan luka terbuka sehingga dapat
menimbulkan Kerusakan integritas kulit (Cahyani, 2012).
4. Indikasi
1. Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
2. Fraktur dengan gangguan neurovaskuler
3. Fraktur Kominutif
4. Fraktur Pelvis
5. Fraktur terbuka
6. Trauma vaskuler
7. Fraktur shaft humeri bilateral
8. Floating elbow injury
9. Fraktur patologis
10. Reduksi tertutup yang sukar dipertahankan
11. Trauma multiple
12. Fraktur terbuka derajatI II
5. Kontra indikasi
1. Pasien dengan penurunan kesadaran
2. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
3. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise)
6. Komplikasi
Pada kasus ini jarang sekali terjadi komplikasi karena incisi relatif
kecil dan fiksasi cenderung aman. Komplikasi akn terjadi bila ada
penyakit penyerta dan gangguan pada proses penyambungan tulang.
7. Keluhan Post Op ORIF
Keluhan pada pasien post operasi ORIF biasanya meliputi, kesadaran
yang belum optimal akibat efek dari anastesi dan kemampuan dalam
orientasi lingkungan, pasien cenderung mengalami hipotermi, penurunan
peristaltik usus dan penurunan kontrol otot , setelah 6-8 jam kemudian
mulai mengeluh nyeri pada area lutut (Mutaqin 2013, hal. 365-360).
8. Perawatan Pasca Operatif ORIF
Proses keperawatan pasca operatif bedah ORIF merupakan salah satu
bagian dari asuhan kepeerawatan perioperatif dimana asuhan terdiri dari:
1. Asuhan yang diberikan pada pasien dari kamar operasi dan diruang
pulih sadar sampai kesadaran pasien optimal
2. Asuhan lanjutan setelah pasien kembali ke bangsal rawat inap bedah
ortopedi untuk dilakukan rawat lanjutan
9. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum
1. Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien.
1) Kesadaran klien : compos mentis, gelisah, apatis, sopor, coma,
yang bergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang,
berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan, baik
fungsi maupun bentuk.
2. Secara Sistemik, dari kepala sampai kaki. Harus memperhitungkan
keadaan proksimal serta bagian distal klien, terutama mengenai
status neurovaskuler.
b. Keadaan Lokal.
1. Look (Inspeksi). Perhatikan apa yang akan dilihat, antara lain :
1) Sikatriks (jaringan parut, baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi)
2) Fistula
3) Warna kemerahan atau kebiruan(livid) atau hiperpigmentasi
4) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal)
5) Posisi dan bentuk ekstremitas(deformitas)
6) Posisi jalan (gait,waktu masuk ke kamar periksa)
2. Feel (palpasi). Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi
klien diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi).
1) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit.
2) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
edema terutama di sekitar persendian.
3) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal)
4) Tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang
terdapat di permukaan atau melekat pada tulang.
c. Move (pergerakan terutama rentang gerak). Pemeriksaan dengan
menggerakan ekstremitas, kemudian mencatat apakah ada keluhan nyeri
pada pergerakan. Pergerakan yang dilihat adalah pergerakan aktif dan
pasif.
10. Persiapan dan prosedur di ruang operasi
Inform concent
Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai
pemeriksaan sebelum operasi, alasan, tujuan, keuntungan, kerugian
tindakan operasi
Diit
Pasien dipuasakan selama 8 jam sebelum operasi
Persiapan kebersihan kulit
Untuk membebaskan daerah operasi dari mikroorganisme,
persiapan yang dilakukan adalah pencukuran rambut pada daerah perut ,
daerah sekitar anus dan alat reproduksi.
Terapi pharmacologic
Narkotik dihindari karena dapat menghilangkan tanda dan gejala,
antibiotik untuk menanggulangi infeksi
Pengecekan status
Mengecek status pasien sudah tepat dilakukan operasi orif, dengan
menyesuaikan diagnosanya. Apabila sudah tepat diagnosanya maka
segera diantar ke ruang operasi untuk dilakukan operasi
Persiapan alat dan ruangan
- Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi, Suction,
Hepafik, Gunting
- Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction steril,
Selang cuter Steril,side 2/0, palain 2/0,berbagai macam ukuran jarum
11. Tehnik pembedahan dan alat
1) Persiapan:
a. Alat-alat disiapkan
b. Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi
c. Klien dipasang bedside monitor
d. Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu
mengenakan jas operasi dan sarung tangan.
2) Pelaksanaan operasi
a. Klien diintubasi dengan ET sebelumnya dilakukan general anestesi
b. Klin diposisikan telentang dengan kepala sedikit ekstensi
c. Dalam stadium anastesi dilakukan disinfektan menggunakan
betadine,kemudian diblilas menggunakan alkohol 70 %
d. Dipasang linen (doek steril), difiksasi dengan doek klem, selanjutnya
ditutup/dipasang doek lubang besar(mempersempit area yang akan
dioperasi).
e. Melakukan insisi dengan pisau bedah ± 10 cm,secara horizontal dari
lapisan kulit,lemak, otot.
f. Melakukan pemegangan tulang menggunakan reduction,kemudian
memposisikannya pada posisi semula,kemudian memasang plate
pada tlang sambil memegang dengan retractor dan melakukan
pengeburan, memasang plate dan screw sebanyak 7 dengan obeng.
g. Control perdarahan perdarahan disuction atau dep dengan
kassa,dan memakai cuter.
h. Memposisikan tulang dengan keadaan semula,mengukur panjang
plate dan screw
i. Kemudian tulang di bor dan diukur kedalaman bor dengan alat
penduga
j. Memasang plate dan screw pada tulang yang telag dibor
k. Mencuci dengan NaCl, dan memastikan tidak ada lagi perdarahan.
l. Melakukan hecting dengan polisorb 2-0, pada sevi menggunakan
safil 2-0 dan pada bagian kulit menggunakan byosin 4-0
m. Menutup luka dengan sufra tulle, kasa dan diplester.
n. Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%, dan handuk
basah.
o. Operasi selesai, mengobservasi A, B, C, ET dilepaskan
p. Klien dipindahkan ke brancard dan pindahkan keruang recovery.