Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“cara perawatan luka post operasi dan nutrisi yang baik untuk penyembuhan luka “

PENYUSUN:

NAMA: Okta Novianti


NIM : D3KP1800543

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

WIRA HUSADA YOGYAKARTA

2021
TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR TIBIA POST ORIF

BAB I

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Fraktur Tulang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh ruda paksa/ trauma. Trauma yang menyebabkan tulang

patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang

menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung

misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius

distal patah, (Sjamsuhidayat 2010.)

Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan
maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. (E.
Oswari, 2011).

2. Etiologi Fraktur

Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu

retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot

dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak

mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur

yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna

sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur

lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).

Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan

menjadi:

a. Cedera Traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh


1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang

patah secara spontan

2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi

benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan

fraktur klavikula

3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

b. Kerusakan Patologik

Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor mengakibatkan :

1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali

2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat

timbul salah satu proses yang progresif

3) Rakhitis

4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

3. Anatomi Fisiologi Tulang

Gambar 1. Anatomi Tulang (Evelyn 2007)

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk

melekatnya otot-oto yang menggerakkan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan

tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka

orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai

saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama

garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari

bahan tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis (Price dan Wilson,

2006)
a. Tulang Koksa (tulang pangkal paha) koksa turut membentuk gelang panggul,

letaknya di setiap sisi dan di depan bersatu dengan simfisis pubis dan

membentuk sebagian besar tulang pelvis.

b. Tulang Femur (Tulang paha) merupakan tulang pipa dan terbesar di dalam

tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum

membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan

bawah dari kolumna femoris terdapat laju yang disebut trokanter mayor dan

trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua

buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis dan medialis. Di antara dua

kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella)

yang disebut dengan fosa kondilus.

c. Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah

dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa

dengan sebuah batang dan dua ujung.

d. Fibula atau tulang betis (tulang kering dan tulang betis adalah tulang sebelah

lateral tungkai bawah, tulang itu adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan

dua ujung (Evelyn, 2007). Sendi tibia fibula dibentuk antara ujung atas dan

ujung bawah, kedua tungkai bawah batang dari tulang-tulang itu digabungkan

oleh sebuah ligamen antara tulang membentuk sebuah sendi ketiga antara

tulang-tulang itu (Drs. H. Syahrifuddin, 2006).

e. Meta tarsalia (Tulang telapak kaki) terdiri dari tulang-tulang pendek yang

banyaknya 5 buah yang masing-masing berhubungan dengan tarsus dan

falangus dengan perantara sendi.

f. Falangus (Ruas jari kaki) merupakan tulang-tulang pipa yang pendek yang

masing-masing terdiri dari 3 ruas kecuali ibu jari sebanyak 2 ruas, pada

metatarsalia bagian ibu jari terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar

yang disebut tulang bijian (osteum sesarnoid).

4. Patofisiologi fraktur

a. Patofisilogis Fraktur Tibia fibula menurut Muttaqin (2012) yaitu :


Kondisi anatomi tulang tibia dan fibula yang terletak dibawa subkutan

memberi dampak resiko fraktur terbuka lebih sering di bandingkan tulang

panjang lainnya apabila mendapat suatu trauma. Fraktur tibia fibula dapat

terjadi akibat daya putar dan data peluntir yang dapat menyebabkan fraktur

spinal pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda, daya angulasi

menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat

yang ama. Pada cidera tidak langsung salah satu fragma tulang dapat

menembus kulit, cidera langsung akan menembus atau merobek kulit diatas

fraktur dan kecelakaan sepeda motor adalah yang paling sering.

Pada kondisi klinis, Fraktur tibia fibula terbuka pada fase awal

menimbulkan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang meliputi rspon

nyeri hebat akibat rusaknya fragma tulang, resiko cidera jaringan akibatnya

keterbatasan melakukan gerakan dan menurunan kemampuan tot, namun bisa

juga karena kerusakan veskuler dan pembekakan local yang meneyabakan

sindrom kompretemen yang sering terjadi pada fraktur proksimal tibia,

hambatan mobilitas dan defisit keperawatan diri akibat keterbatasan

melakukan gerakan dan penurunan kemampuan otot yang disebabkan karena

adanya kerusakan fragma tulang. Resiko tinngi infeksi sekunder akibat ort de

entrée (luka) terbuka. Pada fase Lanjut fraktur tibia fibula terbuka

menyebabkan terjadinya malunium, non union dan delayed union.

b. Patofisilogi Post Orif dan Oref Menurut (Muttaqin, 2012) yaitu :

Intervensi medis dengan penatalksaan pemasangan fiksasi internal medis

dengan penatalkasaan masalah resiko inkesi paska beda, Nyeri akibat troma

jaringan lunak, resiko cidera akibat dari pemasangan fiksasi ekternal,

hambatan mobilitas cidera akibat dari penurunan kekuatan otot dan

keterbatasan pergerakan, kerusakan intergritas kulit akibat langsung dari luka

yang berhubungan langsung dengan tulang dan ansietas akibat dari ketakutan

akibat post pemesangan fiksasi.

Pathway
5. Klasifikasi Fraktur

Klarifikasi Fraktur Menurut Lukman (2013) secara umum yaitu :

a. Berdasarkan tempar

Fraktur humerus,tibia,clavikula,ulna,radius,cruris dan

fraktur dibagian tubuh lainnya.

b. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplikan fraktur :

1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang

tulang atau melalui kedua kortek tulang)

2. Fraktur tidak komplit (bisa garis patah tidak melalui seluruh garis

penampang tulang).

c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

1. Fraktur komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tetapi tidak

berhubungan
2. Fraktur Segmenental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tetapi

tidak berhubungan

3. Fraktur Multipel : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan

d. Berdasarkan posisi fragmen :

1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap tetapi kedua

fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2. Fraktur Displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragma tulang yang juga

disebut dislokasi fragma.

e. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang di timbulkan)

1. Fraktur tertutup (close), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih

utuh) tanpat komplikasi.

Pada fraktur terturup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan

keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu :

a) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan

lunak sekitarnya.

b) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkuten.

c) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan

lunak bagian dalam dan pembekakan.

d) Tingkat 3 : cidera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang

nyata sindrom kompertemen.

2. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara

fregmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :

a) Grade 1 : luka bersih, panjang kurang dari 1 cm.

b) Grade II : Luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif.
c) Grade III : sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan

jaringan lunak ekstensif.

f. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma

fraktur dibagi menjadi :

1) Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma anugulasi atau langsung

2) Fraktur Oblik : Fraktur yang arahnya terjadi Patahnya membentuk

sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi

juga.

3) Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi.

4) Fraktur Kompresi : Fraktur yang terjadi karena trauma asksila fleksi

yang mendorong tulang kearah permukaan lain.

5) Fraktur Avulasi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau

traksi otot pada insersinya pada tulang.

g. Berdasarkan kedudkan tulangnya :

1) Tidak adanya dislokasi.

2) Adanya dislokasi.

a) At axim : mebentuk sudut

b) At lotus : fragmen tulang berjauhan.

c) At longitudinal : berjauhan memanjang.

d) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan mendekat.

h. Berdasarkan posisi fraktur

Sebatanng tulang berbagi menjadi tiga bagian :

1) Sepertiga prokksimal

2) Sepertiga medial

3) Sepertiga distal

a) Fraktur kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang

sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan.


b) Fraktur Patologis : fraktur yang akibatnya karena proses patologi

tulang.

6. Manifestasi klinik fraktur

Manifitasi Klinik fraktur adalah nyeri, hilang fungsi, deformasi pemendekan

ekstermitas, krepitus, pembekakan loka dan perubahan warna (Lukman, 2013).

a. Nyeri terus menerus dan bertamba beratnya sampai fragma tulang

diimobilisasi, Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk memaksimalkan gerakan antara fregmen

tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (bergerak luar biasa) bukannya tetap

rigid seperti normal, pergeseran fragma pada fraktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektermitas yang biasa

diketehaui dengan membandingkan ektermitas normal. Ektermitas tak dapat

berfungdi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada intergritas

tulang tempat melekatnya otot.

c. Pada fraktur tulang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragma sering

saling satu sama lain 2,55-5 cm (1-2 inci )

d. Saat ektermitas dipriksa dengan tanga , teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragma satu dengan yang lainnya.

Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih besar.

e. Pembekakan dan perubahan warna lokasi pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi

setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cidera.

7. Penatalaksanaan Fraktur
Penatalaksaanan fraktur tibia fibula menurut Muttaqin (2008) ada dua macam

fiksasi

a. Konvservatif

Pengobatan status dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur dengan

meliputi tertutup dan pmbiusan umum. Gips sirkuler untuk mobilisasi

dipasang samping atas lutut.

Prinsip reposis pada fraktur tertutup adalah ada kontak anatara

kedua tulang 70% atau lebih, tidak lebih, tidak ada rotasi dan tidak ada

angulasi. Apabila ada angulasi, perawatan dapat melakukan koreksi

setelah tiga minggu (union secara fibrosa). Pada fraktur oblik atau spiral,

imobilasi dengan gips biasanya sulit dipertahankan sengginga mungkin

diperlukan tindakan operasi.

Cast bracing adalah teknik pemasangan gipd sirkulasi dengan

tumpukan pada tendo patella yang biasanya digunakan setelah

pembekakan meeda atau telah terjadi union secara fibrosa.

b. Operatif

Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan dalam

terapi konservatif, fraktur tidak stabil dan non-union. Metode pengobatan

operatif perlu diketahui oleh perawat agar dapat memberikan informasi

preoprasi pada pasien. Informasi tersebut bertujuan agar pasien dan

keluarga mengatahui bahwa tindakan operasi ini menggunakan alat yang

memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dengan demikian, diharapakan

tidak ada keluhan dari pasien dan keluarga pasien saat akan pulang.

Indikasi pemasangan fiksasi ekternal adalah fraktur tibia fibula

terbuka grade II dan III terutama apabila terdapat kerusakan jaringan yang

hebat atau hilangnya fragma tulang dan pseudotrosis yang mengalami

infeksi.
Pemenuhan informasi preoperasi sangat penting apabila ada

indikasi bahwa pasien perlu menjalani dampak psikologis yang benar

pada pasien karena adanya pipa-pipa yang terpasang pada kaki pasien.

Perawat perlu memberikan yang terbaik bagi pasien yang akan menjalani

fiksasi ekternal dan fiksasi internal.

1) Fiksasi ekternal

Bila fraktur ynag dirawat dengan trabil dan masa kalus telihat

pada pemeriksaan radiologi yang biasanya pada minggu ke enam

cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail

tidak memberi infeksi yang regid juga cocok untuk tindakan ini.

Gambar 3. Fiksasi external (Muttaqin, 2008)

Tulang yang patah akan mulai menyatuh dalam waktu 4

minggu dan akan menyatu dengan sempurns dalam waktu 6 bulan.

Namun terkadang graft tulang. Untuk dapay mengakibatkan

mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu perlu upaya

mobilitas secepat mungkin.

2) Fiksasi internal

Intramedullary nail ideal untuk fraktur tranfersal, tetapi

untuk fraktur kurang cocok. Nailing diindikasikan jika hasil

radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami

interposisi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami

interposisi diantara ujung tulang kerena hal ini hamper selalu

menyebabkan non union.


Keuntungan Intramedullary nailing adalah dapat

memberikan stabilitas longitudinal, Kesejajaran (Aaligment) serta

membuat penderita dapat dimobilitasi cukup untuk mseninggalkan

rumah sakit dalam waktu dua mingu setelah fraktur. Kerugian

meliputi anastesi, trauma bedah tambahan dan resiko infeksi.

Gambar 4.

Fiksasi Internal

(Muttaqin, 2008)

8. Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur tibia fibula Post Orir Menurut Muttaqin (2008) yaitu :

a. Komplikasi awal

1) Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak ada nadi,

CRT (Capillary Refill Time) menurut, siansosi pada bagaian distal,

hematoma melebar dan dinding pada ektermitas yang disebabkan oleh

tindakan darurat splinting, perubahan posis pada yang sakit, tindakan

reduksi dan pembedahan.

2) Sindrom kompartmen

Sindrom kompartmen merupakan komplikasi serius yang terjadi karena

terjebak otot, tulang, saraf dan pembuluh darah atau karena tekanan dari

luar gips dan pembalutan yang terlalu kuat.

3) Infeksi

Sistem pertahan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma ortopedi, infeksi di mulai pada kulit dan masuk kedalam . Hal ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi ada juga karena

penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin (orif dan oref).

Dan plat. Perawatan sangat diperlukan dalam melakukan perawatan luka

dengan baik untuk menghindari terjadinya infeksi pada klien fraktur

terbuka dan pasca pemasangan orif dan oref.

4) Nekrosis avaskuler

Nekrosis avaskuler terjadi karena aliran darah ketulang atau terganggu

sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan

adanya iskemia volkman.

5) Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun. Hal

ini terjadi pada fraktur.


DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif (2008). Buku Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Muskulosketal. Jakarta : EGC

Lukman, dan Ningsih, N., 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Wartatmo, 2013. Coordination of Health Cluster During Disaster Response. Jakarta.

Muttaqin, Arif (2012). Buku Saku Gangguan Muskulosletal. Jakarta : EGC

Setiadi. (2012). Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori Dan

Praktek. Yogyakarta. Graha ilmu hal 183-184

NANDA (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Editor T.H

Herdinan dan S. Kamitsuru. Jakarta : ECG

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan

Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta : Nuha Medika

Hidayat, A.A (2007). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep Dan

Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Lukman, N.N (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System

Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Muskuloskletal.Jakarta :ECG

E. Oswari, 2011, Bedah dan Perawatannya, cetakan VI, Jakarta.


PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

A. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


1. TOPIK
Penyuluhan cara perawatan luka post operasi dan nutrisi yang baik untuk penyembuhan
luka

2. SASARAN
a. Sasaran Program : pasien
b. Sasaran Penyuluhan : pasien dengan luka post operasi fraktur tibia fibula

3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang perawatan luka post operasi dirumah dan
nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui cara perawatan luka
2) Mengetahui nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka

4. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini, antara lain :
a. Ceramah
b. Tanya jawab

5. MEDIA
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini, antara lain :
a. Meja
b. Kursi
c. Leaflet

6. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/tanggal : jumaat, 7 mei 2021
Waktu : 09.00 - Selesai
Alokasi waktu
No Materi dan Waktu Kegiatan
1 Pembukaan 1. Membuka pertemuan dengan mengucapkan salam
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri
3. Mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah
diberikan
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan
5. Menyampaikan kontrak waktu
6. Memberikan gambaran mengenai informasi yang akan
disampaikan pada penyuluhan
2 Proses 1. Penyuluh menyampaikan materi
(10 menit) 2. Penyuluh menjelaskan perawatan luka post operasi
3. Penyuluh menjelaskan nutrisi yang dibutuhkan untuk
penyembuhan luka
3 Tanya jawab 1. Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
(5 menit) 2. Menjawab pertanyaan
3. Merangkum materi
3 Penutup 1. Melakukan evaluasi
(5 menit) 2. Menyampaikan kesimpulan
3. Mengucapkan terimakasih atas segala perhatian
4. Mengucapkan salam penutup

7. TEMPAT
Bertempat di ruang bedah RS

8. MATERI
Terlampir

9. RENCANA EVALUASI
Evaluasi dilakukan oleh penyuluh dan dilaksanakan segera setelah penyuluh selesai.
Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah tanya jawab. Berikut ini merupakan
daftar pertanyaan evaluasi :
1. Bagaimana perawatan luka post operasi ?
2. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka ?

Setting tempat kegiatan pendidikan kesehatan


Keterangan : = penyuluh

= audiens

Anda mungkin juga menyukai