FRAKTUR TORAKOLUMBAL
Disusun Oleh :
NIM : KHGB18046
E. MANIFESTASI
Manifestasi klinis fraktur antara lain :
Edema/pembengkakan
Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsungpada
jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan padadaerah
fraktur.
Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
Deformitas
Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
Kehilangan fungsi
Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka
F. KOMPLIKASI
Syok
Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke
jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besarakibat
trauma.
Mal union
Pada keadaan ini terjadi penyambungan fraktur yang tidak normal
sehinggamenimbulkan deformitas. Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi
yang jelek menyebabkan mal union, selain itu infeksi dari jaringan lunak
yangterjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling
beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union)
juga dapat menyebabkan mal union.
Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan tulang.Non
union dapat di bagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
Tipe I (Hypertrophic non union), tidak akan terjadi prosespenyembuhan
fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringanfibros yang masih
mempunyai potensi untuk union dengan melakukankoreksi fiksasi dan
bone grafting.
Tipe II (atropic non union), disebut juga sendi palsu
(pseudoartrosis)terdapat jaringan synovial sebagai kapsul sendi beserta
ronga cairanyang berisi cairan, proses union tidak akan tercapai
walaupundilakukan imobilisasi lama. Beberapa faktor yang
menimbulkan non union seperti disrupsi periosteumyang luas,
hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktuimobilisasi
yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakittulang
(fraktur patologis).Non union adalah jika tulang tidak
menyambungdalam waktu 20 minggu. Hal ini diakibatkan oleh reduksi
yang kurang memadai.
Delayed union
Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung
dalamwaktu lama atau lambat dari waktu proses penyembuhan fraktur
secaranormal. Pada pemeriksaan radiografi tidak terlihat bayangan
sklerosispada ujung-ujung fraktur.
Tromboemboli, infeksi, koagulopati intravaskuler diseminata (KID). Infeksi
terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka ataupada saat
pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasanganalat seperti plate,
paku pada fraktur.
Emboli lemak Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan
sumsumtulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan
bergabungdengan trombosit dan membentuk emboli yang kemudian
menyumbat pembuluh darah kecil, yang memasok ke otak, paru, ginjal, dan
organlain.
Sindrom Kompartemen Terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada
tungkai atas maupuntungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler
sekitarnya.Fenomena ini disebut ischemi volkmann. Ini dapat terjadi pula
padapemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat mengganggu
alirandarah dan terjadi edema didalam otot. Apabila ischemi dalam 6 jam
pertama tidak mendapatkan tindakan dapat mengakibatkan kematian/nekrosis
otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibros yang secara perlahan-
lahan menjadi pendek dan disebutdengan kontraktur volkmann.Gejala klinisnya
adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat),Pulseness (denyut nadi
hilang) dan Paralisis.
Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia,dan
gangguan syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri ataukeadaan
penekanan syaraf karena pemasangan gips, balutan ataupemasangan traksi.
Dekubitus Terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips, oleh karena
ituperlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien fraktur lumbal menurut
Mahadewa dan Maliawan (2009) adalah :
Foto Polos
Pemeriksaan foto polos terpenting adalah AP Lateral dan Oblique view. Posisi
lateral dalam keadaan fleksi dan ekstensi mungkin berguna untuk melihat
instabilitas ligament. Penilaian foto polos, dimulai dengan melihat kesegarisan
pada AP dan lateral, dengan identifikasi tepi korpus vertebrae, garis
spinolamina, artikulasi sendi facet, jarak interspinosus. Posisi oblique berguna
untuk menilai fraktur interartikularis, dan subluksasi facet.
CT Scan
CT scan baik untuk melihat fraktur yang kompleks, dan terutama yang
mengenai elemen posterior dari tulang belakang. Fraktur dengan garis fraktur
sesuai bidang horizontal, seperti Chane fraktur, dan fraktur kompresif kurang
baik dilihat dengan CT scan aksial. Rekonstruksi tridimensi dapat digunakan
untuk melihat pendesakan kanal oleh fragmen tulang, dan melihat fraktur
elemen posterior.
MRI
MRI memberikan visualisasi yang lebih baik terhadap kelainan medula spinalis
dan struktur ligamen. Identifikasi ligamen yang robek seringkali lebih mudah
dibandingkan yang utuh. Kelemahan pemakaian MRI adalah terhadap penderita
yang menggunakan fiksasi metal, dimana akan memberikan artifact yang
menggangu penilaian.
Kombinasi antara foto polos, CT Scan dan MRI, memungkinkan kita bisa
melihat kelainan pada tulang dan struktur jaringan lunak (ligamen, diskus dan
medula spinalis). Informasi ini sangat penting untuk menetukan klasifikasi
cedera, identifikasi keadaan instabilitas yang berguna untuk memilih
instrumentasi yang tepat untuk stabilisasi tulang.
Elektromiografi dan Pemeriksaan
Hantaran Saraf Kedua prosedur ini biasanya dikerjakan bersama-sama 1-2
minggu setelahterjadinyacedera. Elektromiografi dapat menunjukkan adanya
denervasi pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan pada otot paraspinal dapat
membedakan lesi pada medula spinalis atau cauda equina, dengan lesi pada
pleksus lumbal atau sacral.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium klinik rutin dilakukan untuk menilai komplikasi pada
organ lain akibat cedera tulang belakang.
Sedangkan menurut Arif Mutaqin (2005) pemeriksaan radiologi yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan Rontgen. Pada pemeriksaan Rontgen, rnanipulasi
penderita hams dilakukan secara hati-hati. Pada fraktur C-2,
pemeriksaan posisi AP dilakukan secara khusus dengan membuka
mulut. Pemeriksaan posisi AP secara lateral dan kadang-kadang oblik
dilakukan untuk menilai hal-hal sebagai berikut;
Diameter anteroposterior kanal spinal
Kontur, bentuk, dan kesejajaran vertebra
Pergerakan fragmen tulang dalam kanal spinal
Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus. Ketinggian
ruangan diskus intervertebralis pembengkakan jaringan lunak
Pemeriksaan CT-scan terutama untuk melihat fragmentasi tan dan
pergeseran fraktur dalam kanal spinal.
Pemeriksaan CT-scan dengan mielografi.
Pemeriksaan MRI terutama untuk melihatjaringanlunak, yaitu diskus
intervertebralis dan ligamentum flavum serta lesi dalam sumsum tulang
belakang.
H. PENATALAKSANAAN
Pertolongan pertama dan penanganan darurat:
Survey primer :
Pertahankan airway dan imobilisasi tulang belakang
Breathing
Sirkulasi dan perdarahan
Disabilitas: AVPU /GCS, pupil
Exposure : cegah hipertermi
Resusitasi :
Pastikan paten/intubasi
Ventilasi adaptif
Perdarahan berhenti ; nadi, CRT, urin output
Survey sekunder :
GCS (Gloslow Coma Scale)
Kaji TTV ; nadi, tekanan darah, suhu, respirasi
Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk cegah
kerusakan yang lebih parah.
2. Pola istirahat tidur kurang dari Pola istirahat tidur dapat Anjurkan Mematikan lampu
kebutuhan berhubungan dengan teratasi dalam waktu ± 1-3 meredupkan atau saat akan tidur
adanya nyeri dibuktikan dengan mata hari membuat lebih
pasien tampak sayu, pasien tampak mematikan lampu cepat terlelap
lemas, tidur ± 4 jam perhari saat akan tidur sehingga secara
tidak langsung
membuat tubuh
lebih sehat dan
segar bangun di
pagi hari
Bersihkan tempat Kasur yang bersih
tidur bisa membuat
pasien lebih
nyaman untuk
tidur
Anjurkan pasien Latihan relaksasi
latihan relaksasi sebelum tidur bisa
sebelum tidur membuat pasien
menjadi rileks dan
mengurangi rasa
nyeri
3. Pergerakan ektremitas atas bebas, Gangguan mobilitas pada Anjurkan posisi Posisikan pasien
kekuatan otot ektremitas bawah 1|5, ekstremitas bawah dapat pasien senyaman senyaman
tekanan darah 100/80 mmHg, nadi : teratasi pada waktu 3 hari mungkin mungkin
80x/menit, respirasi: 18x/menit,
suhu: 36,4 ˚c. Anjurkan pasien
tidak melakukan Menghimbau
banyak gerakan kepada pasien
pada ekstremitas agar tidak
bawah melakukan
gerakan yang
berat pada
Anjurkan pasien ekstremitas bawah
melakukan
gerakan sederhana Mengajarkan
tetapi sering teknik gerakan –
gerakan yang
sederhana kepada
pasien
K. TUJUAN
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan kaji nyeri yang
dialami klien ;
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, rasa nyeri
dapat berkurang/terkontrol
Pola tidur kurang yang berhubungan dengan adanya nyeri ;
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam, pola tidur dapat kembali
normal.
Gangguan mobilitas pada ekstremitas bawah yang berhubungan dengan rasa
nyaman nyeri ;
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 3x24 jam, gangguan mobilitas
dapat teratasi
L. KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan kaji nyeri yang
dialami klien :
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien terlihat lebih nyaman Intervensi
2. Pola tidur kurang yang berhubungan dengan adanya nyeri :
- Klien mengatakan pola tidur sudah membaik dari sebelumnya
- Klien terlihat lebih nyaman dari sebelumnya saat beristirahat
3. Gangguan mobilitas pada ekstremitas bawah berhubungan dengan rasa nyaman
nyeri :
- Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang dari hari sebelumnya
- Klien mengatakan posisi nyaman dapat membantu mengurangi rasa nyeri
M. INTERVENSI DAN RASIONAL
3. Gangguan mobilitas ektremitas bawah Tupan : - Anjurkan posisi pasien - Posisikan pasien
terbatas yang berhubungan dengan Gangguan mobilitas dapat senyaman mungkin senyaman mungkin
adanya nyeri dibuktikan dengan teratasi dalam waktu 3 hari
terbatasnya pergerakan pasien. Tupen : - Anjurkan pasien tidak - Menghimbau kepada
Setelah dilakukan tindakan melakukan banyak pasien agar tidak
gangguan mobilitas dapat teratasi gerakan pada ekstremitas melakukan gerakan
dalam 3x24 jam dengan hasil : bawah yang berat pada
- Berkurangnya rasa ekstremitas bawah
nyeri tekan pada
ekstremitas bawah - Anjurkan pasien - Mengajarkan teknik
- Ekstremitas bawah melakukan gerakan gerakan – gerakan
sedikit demi sedikit sederhana tetapi sering yang sederhana
berangsur pulih atau kepada pasien
kembali normal
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4819053/Askep_Fraktur_Vertebrae
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://docshare02.d
ocshare.tips/files/24634/246349368.pdf&ved=2ahUKEwiCxrbvzeDjAhWKbX0
KHVTNC9MQFjAEegQIAhAB&usg=AOvVaw0u23-9UVnoHDFzIXIeDMv-
&cshid=1564625990227
https://www.academia.edu/33485909/LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKT
UR
https://www.scribd.com/doc/58938393/Laporan-Pendahuluan-Fraktur-Lumbal-
Vertebra-2