Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA MUSKOLAKETAL

Dosen Pembimbing :

Ns.Yofa anggriani, S. Kep, M. Kes, M. Kep

Disusun Oleh :

DWI MAYA SARI


NIM : 22.14901.13.05

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG
2023
I. LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA MUSKULOSKETAL

a. Definisi

Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang

disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang

adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347). Fraktur tertutup adalah bila tidak

ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang

meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat,

1999 : 1138). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa

terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan

biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam

syok (FKUI, 1995:543). Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang

disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain

atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553). Jadi, kesimpulan fraktur

adalah suatu cedera yang mengenai tulang yang disebabkan oleh trauma benda keras.
b. Anatomi Fisiologi

Gambar. Anatomi Paha

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan,

dan otot menyusun kurang lebih 50%.Kesehatan baikya fungsi system

musculoskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang-

tulang memberi perlindungan terhadap organ vital termasuk otak,jantung dan paru.

Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk meyangga struktur tubuh otot

yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak metrik. Tulang meyimpam

kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam tubuh manusia yang terbagi dalam

empat kategori: tulang panjang (missal femur tulang kumat) tulang pendek (missal
tulang tarsalia),tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang

tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun atas

sel,matrik protein,deposit mineral.sel selnya terdiri atas tiga jenis dasar

osteoblas,osteosit dan osteocklas.osteoblas berfungi dalam pembetukan tulang dengan

mensekresikan matriks tulang. Matrik merupakan kerangka dimana garam - garam

mineral anorganik di timbun. Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam

pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar

yang berperan dalam panghancuran,resorpsi dan remodeling tulang. Tulang

diselimuti oleh membran fibrus padat di namakan periosteum mengandung

saraf,bembulu darah dan limfatik.endosteum adalah membrane faskuler tipis yang

menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang kanselus.

Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang panjang

dan dalam pipih.Sumsum tulang merah yang terletak di sternum,ilium,fertebra dan

rusuk pada orang dewasa,bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan

putih.pembentukan tulang .Tulang mulai tarbentuk lama sebelum kelahiran.

(Mansjoer. 2000 : 347).

C. Klasifikasi

Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).

Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:


● Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui

kedua korteks tulang).

● Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang

tulang).

Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

● Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

● Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

● Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama.

Berdasarkan posisi fragmen :

● Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua

fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

● Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga

disebut lokasi fragmen

Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan):

● Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa

komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan

keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:


Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan

lunak sekitarnya.

Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan

jaringan subkutan.

Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak

bagian dalam dan pembengkakan.

Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata

ddan ancaman sindroma kompartement.

● Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :

Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak

ekstensif.

Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :

● Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

● Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap

sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

● Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi.


● Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

● Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot

pada insersinya pada tulang..

Berdasarkan kedudukan tulangnya :

● Tidak adanya dislokasi.

● Adanya dislokasi

● At axim : membentuk sudut.

● At lotus : fragmen tulang berjauhan.

● At longitudinal : berjauhan memanjang.

● At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

Berdasarkan posisi frakur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

● 1/3 proksimal

● 1/3 medial

● 1/3 distal

Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.


d.Etiologi

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

1. Cedera Traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : a. Cedera

langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara

spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada

kulit di atasnya. b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari

lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur

klavikula. c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang

kuat.

2. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana

dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai

keadaan berikut : a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif. b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi

sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,

lambat dan sakit nyeri. c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh

defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya

disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau

fosfat yang rendah.

3. Secara Spontan Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada

penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.


e. Tanda dan Gejala

1. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang.

b. Penekanan tulang.

2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.

5. Tenderness / keempukan.

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).

8. Pergerakan abnormal.

9. Dari hilangnya darah.

10. Krepitasi

(Black, 1993 : 199 ).

f. Patofisiologi

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya

gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.

Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah

menurun. COP menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan

mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam

tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat

menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan

dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik

terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang

kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan

kerusakan integritas kulit.


Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,

patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup

akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.

Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan

menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur

terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi

terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka
maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan

fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995

: 1183).

g. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Rongent Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi,

anterior, posterior lateral.

b. CT Scan tulang, fomogram MRI Untuk melihat dengan jelas daerah yang

mengalami kerusakan.

c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)

d. Hitung darah kapiler

● HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.

● Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.

● Kadar Ca kalsium, Hb.


h. Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :

1. Terapi non farmakologi, terdiri dari : a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan

baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur

inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik. b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan

gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal. c. Traksi, untuk reposisi secara

berlebihan.

2. Terapi farmakologi, terdiri dari : a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal. b. Reposisi

tertutup kontrol radiologi diikuti interial. Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti

dengan fiksasi internal. Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat

mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal

untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) / tetanus

hama globidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis

tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur

terbuka. (Smeltzer, 2001).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Primary Survey
Airway
 Apakah jalan napas paten atau terganggu.

Breathing
 Kaji usaha bernapas: frekuensi, kedalaman, pola napas, penggunaan otot bantu
napas.
 Pergerakan dada paradoksal atau tidak simetris (fail chest)
 Adanya luka (pada kasus open pneuomothorax)
 Hiperekspansi (pada kasus tension pneumothorax)
 Adanya udara di subkutan (kerusakan pada trakea atau brokial)
 Suara napas tidak sama menunjukkan adanya kesalahan tempat pemasangan pipa
endotrakeal, pneumotoraks, hemotoraks, cedera paru, sumbatan benda asing.
Suara tambahan seperti wheezing, stridor, crakel. Bising usus pada dada
menujukkan adanya ruptur diafragma.
 Saturasi oksigen: oksimetri nadi.
 Ventilasi: monitoring end-tidal CO2

Circulation
 Nadi: ada atau tidak, lemah, kuat, cepat, lambat.
 Kulit: wara, suhu, kelembapan, pengisian kapiler
 Irama Jantung/suara jantung: bersih dan jelas, murmur, menjauh, S3, atau S4
 Tekanan darah dan tekanan nadi di kedua ekstremitas atas (aortic disruption).

Disability
 PengkajianTingkat kesadaran
 Keluhan: nyeri, sesak, mati rasa
 Trauma leher
 Fungsi sensori dan motorik kasar

Secondary Survey
I. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. Health Promotion
a. Kesehatan Umum
Pada klien trauma muskuloskeletal datang dengan keluhan Nyeri/ngilu,
Kelelahan, Gangguan tidur, Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan,
Penurunan rentang gerak, Hilangnya fungsi, Kesemutan, Mati rasa atau
kekakuan, Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun.

b. Riwayat Masa lalu


riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya terkait keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit saat ini
Pada klien truama muskuloskeletal biasanya sering menggunakan atau
menyalahgunakan sekelompok otot atau tulang untuk waktu yang lama tanpa
istirahat.

d. Riwayat Pengobatan
Periksa apakah pasien sebelumnya sudah mengonsumsi obat pereda nyeri,
NSAID,

e. Kemampuan mengontrol Kesehatan


Menggambarkan perilaku dalam mengatasi masalah kesehatan
f. Faktor sosial ekonomi
Menggambarkan status pekerjaan, penghasilan, asuransi Kesehatan, dll
g. Pengobatan sekarang
menggambarkan nama obat,takaran, frekuensi, takaran dosis, kandungan, dan
manfaat

2. NUTRITION
a. Antropometri
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1. berat badan sekarang dan berat badan sebelumnya
2. Lingkar perut
3. Lingkar kepala
4. Lingkar dada
5. Lingkar lengan atas
6. IMT
b. Biochemical
meliputi data laboratorium yang abnormal
c. Clinical
meliputi tanda-tanda klinis rambut,turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva
anemis/tidak
d. Diet
Meliputi nafsu makan, jenis makanan dan frekuensi makan
e. Energi
Meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama sakit
f. Faktor penyebab masalah nutrisi
Meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan, mengunyah,
dll)
g. Penilaian status gizi, bagaimana status gizi
h. Pola asupan cairan, berapa banyak total cairan yang masuk perhari
i. Cairan masuk, berapa jumlah input cairan perhari
j. Cairan keluar, berapa jumlah output cairan perhari
k. Bagaimana penilaian status cairan/ balance
l. pemeriksaan abdomen meliputi :
 inspeksi : kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi
 palpasi : kaji apakah ada nyeri tekan
 perkusi : kaji apakah terdengar bunyi thympani
 auskultasi : kaji bunyi peristaltik usus

3. ELIMINATION
a. System urinary
1. Pola pembuangan urine
Meliputi : frekuensi dan jumlah
2. Adakah riwayat kelainan kandung kemih
3. Pola urine
Meliputi : jumlah, warna , dan bau
4. Adakah distensi kandung kemih/ retensi urine
b. System gastrointestinal
1. Pola eliminasi
Meliputi : frekuensi, warna dan bau
2. Adakah konstipasi, dan faktor penyebab konstipasi
c. System integumen
Meliputi : kaji integritas kulit,turgor, warna dan suhu

4. AKTIVITY/REST
a. Istirahat / tidur, meliputi :
1. waktu tidur
2. Adakah insomnia
3. Adakah pertolongan untuk merangsang tidur
b. Aktivitas
1. Pekerjaan saat ini
2. Adakah kebiasaan olagraga
c. ADL meliputi :
1. Apakah ada bantuan saat makan
2. Apakah toileting dilakukan dengan bantuan
3. Bagaimana kebersihan
4. Bagaimana cara dalam berpakaian
d. Adakah bantuan ADL
e. Kaji kekuatan otot
f. ROM
g. Apakah ada resiko untuk cedera
h. Cardio respons meliputi :
1. Adakah riwayat penyakit jantung
2. Adakah edema ekstremitas
3. Periksa tekanan darah dan nadi saat berbaring dan duduk
4. Pemeriksaan jantung meliputi :
 Inspeksi : kaji apakah ada pembesaran vena ingularis
 Palpasi : kaji apakah nadi teraba jelas dan frekuensi nadi
 Perkusi : kaji batas-batas jantung
 Auskultasi : kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan
i. Pulmanory Respons
1. Adakah Penyakit sistem pernafasan
2. Berapa banyak penggunaan oksigen
3. Bagaimana kemampuan bernafas
4. Apakah ada gangguan pernafasan
5. Pemeriksaan paru-paru meliputi :
 Inspeksi : kaji kesimetrisan, gerak nafas
 Palpasi : kaji kesimetrisan taktil fremitus
 Perkusi : kaji adanya suara paru (pekak,redup, sono, hipersonor,
timpani)

5. PERCEPTION/ COGNITION
a. Orientasi / Kognisi yang dikaji meliputi :
1. Tingkat Pendidikan
2. Kurang pengetahuan terhadap penyakit
3. Bagaimana pengetahuan tentang penyakit
4. Orientasi ( waktu, tempat, orang )
b. Sensasi / Persepsi
1. Adakah riwayat penyakit jantung
2. Apakah pernah sakit kepala
3. Apakah ada penggunaan alat bantu
4. Bagaimana penginderaan
c. Communication
1. Bahasa apa yang digunakan
2. Adakah kesulitan dalam berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. self concept / self esteem meliputi :
1. Bagaimana perasaan sehat / takut terhadap penyakit
2. Bagaimana perasaan putus asa / kehilangan terhadap penyakit
3. Adakah keinginan untuk menciderai
4. Apakah adanya luka / cacat

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan yang dikaji meliputi :
1. Status hubungan
2. Siapakah orang terdekat
3. Adakah perubahan konflik / peran
4. Bagaimana perubahan gaya hidup
5. Bagaimana interaksi dengan orang lain

8. SEXUALITY
a. Identitas seksual yang perlu dikaji meliputi :
1. Bagaimana Masalah / disfungsi seksual
2. Bagaimana periode menstruasi
3. Metode KB apa yang digunakan
4. Adakah Pemeriksaan sadari
5. Adakah Pemeriksaan papsmear

9. COPING / STRESS TOLERANCE


a. Coping Respon meliputi :
1. Apakah adanya rasa sedih / takut / cemas terhadap penyakit
2. Bagaimana kemampuan untuk mengatasi sakitnya
3. Bagaimana perilakunya yang menampakkan cemas

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan meliputi :
1. Adakah kegiatan keagamaan yang diikuti
2. Bagaimana kemampuan untuk berpartisipasi
3. Adakah kegiatan kebudayaan yang diikuti
4. Bagaimana kemampuan menentukan masalah yang dihadapi

11. SAFETY / PROTECTION


a. Apakah ada riwayat alergi
b. Apakah ada riwayat penyakit autoimun
c. tanda infeksi : adakah hasil pemeriksan laboratorium yang abnormal
d. gangguan termogulasi, adakah peningkatan suhu tubuh
e. Gangguan / Resiko
Meliputi : komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi,
disfungsineurovaskuler peripheral, perdarahan, hipoglikemia, syndrome
disuse, gaya hidup yang tetap.

12. COMFORT
a. Kaji Kenyamanan / nyeri meliputi :
1. Provokes (yang menimbulkan nyeri)
2. Quality (bagaimana kualitasnya)
3. Regio (dimana letaknya)
4. Skala (berapa skalanya)
5. Time (waktu)
b. Bagaiman rasa tidak nyaman lainnya
c. Bagaimana Gejala yang menyertai

13. GROWTH / DEVELOPMENT


a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST
c. Terapi bermain

b. Diagnosis Yang Sering Muncul

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

3. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera pada muskoloskeletal

4. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan mobilitas

5. Cemas b.d proses penyakit

C. Rencana Asuhan Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN
1 Ketidakseimbangan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
nutrisii kurang dari membaik Observasi
kebutuhan tubuh Kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
a)Klien dapat - Identifikasi kebutuhan
mempertahankan kalori dan jenis nutrien
status malnutrisi yang- Monitor asupan makanan
adekuat - Monitor berat badan
b)Berat badan stabil Terapeutik
dalam batas yang - Berikan makanan tinggi
normal serat
- Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
- Berikan suplemen
makanan
Edukasi
- Ajarkan posisi duduk saat
makan
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pengobatan
penambah nafsu makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
diet
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi
dalam x24 jam,  Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, durasi, kualitas,
 Mampu intensitas nyeri
mengontrol nyeri  Monitor skala nyeri
(tahu penyebab Terapeutik
nyeri, mampu  Berikan teknik
menggunakan nonfarmakologis : teknik
tehnik nafas dalam
nonfarmakologi Edukasi
untuk mengurangi  Edukasi tentang penyebab
nyeri, mencari dan pemicu nyeri
bantuan)  Edukasi cara memonitor
 Melaporkan nyeri secara mandiri
bahwa nyeri  Edukasi penggunan teknik
berkurang dengan nonfarmakologi
menggunakan
manajemen nyeri Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik

3 Kerusakaan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka


pada kulit tindakan keperawatan Observasi
dalam x24 jam,  monitor karakteristik luka
integritas kulit  monitor tanda-tanda
membaik infeksi
kriteria hasil: Terapeutik
a. Integritas kulit yang  bersihkan dengan cairan
baik bisa NaCl
dipertahankan  berikan salep sesuai ke
(sensasi, elastisitas, kulit/lesi
temperatur, hidrasi,  pertahankan teknik steril
pigmentasi) saat merawat luka
b. luka/lesi pada kulit  berikan suplemen vitamin
membaik dan minetal
c. Perfusi jaringan Edukasi
baik  jelaskan tanda dan gejala
d.Menunjukkan infeksi
pemahaman dalam  anjurkan mengkonsumsi
proses perbaikan kulit tinggi kalori dan protein
dan mencegah Kolaborasi
terjadinya sedera  kolaborasi pemberian
berulang antibiotik
e. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka
4 Hambatan mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi
fisik meningkat
Kriteria Hasil : Observasi
 Adanya  Identifikasi adanya nyeri
peningkatan  Identifikasi toleransi fisik
rentang gerak melakukan gerak
 Tiada ada nyeri Terapeutik
 Tidak ada kaku  Fasilitasi aktivitas
sendi mobilitasi dengan alat
bantu (seperti pagar tempat
tidur)
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakkan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Ajarkan melakukan
mobilisasi dini
Kolaborasi
- Fisioterapi

5 cemas Setelah dilakukan Reduksi ansietas


tindakan keperawatan Observasi
dalam x24 jam, - monitor tanda-tanda
tingkat ansietas ansietas
menurun Terapeutik
kriteria hasil: - ciptakan suasana
- menunjukan terapeutik untuk
kriteria tehknik menumbuhkan
untuk mengontrol kepercayaan
tehnik nafas dalam - dengarkan dengan penuh
cemas perhatian
- postur tubuh - gunakan pendekatan yang
pasien rileks dan tenang yang meyakinkan
ekspresi wajah - latih kegiatan pengalihan
tidak tegang untuk mengurangi
- mengungkapkan ketegangan
cemas berkurang - latih teknik relaksasi:
terapi dzikir
Edukasi
- anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat
antiansietas
Daftar Pustaka

Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta
Carpenito, LJ. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Ircham Machfoedz, 2017. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer, S.C., 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Lukman & Nurna Ningsih. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai