OLEH
IMAN RAHMANSYAH SSTFT
Defenisi Fraktur
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan
para ahli melalui berbagai literature.
Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan
integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan
Etiologi
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai
cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan
Fraktur dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet,
penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh
(osteoporosis).
Patofisiologi Fraktur
Pada kondisi Fraktur, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut,terjadi perdarahan.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang
dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya
respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan
vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan
dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian
menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein
plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema.
Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.
Gambaran Klinis Fraktur
A. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
B. Bengkak / edema. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein
plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan
sekitarnya.
C. Memar / ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
D. Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
E. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.
F. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi
karena kerusakan syaraf.
G. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi
pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
H. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
I. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot
yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan
bentuk normalnya.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan
daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi
dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang
( Ignatavicius, Donna D, 1995 )
Komplikasi Fraktur
A. Shock Neurogenik
Pada fraktur sering terjadi nyeri yang sangat hebat terutama apabila
penanganan awal dilakukan dengan cara yang kurang benar ( cara mengangkat,
pembidaian dan pengangkutan ). Shock bisa juga terjadi sebagai kompensasi jika
terjadi perdarahan hebat.
B. Infeksi
Biasanya terjadi pada fraktur akibat trauma dan berupa fraktur terbuka.
Kerusakan jaringan lunak akan memudahkan timbulnya infeksi baik pada jaringan
lunak itu sendiri maupun sampai di jaringan tulang itu sendiri ( osteomyelitis ).
C. Nekrosis avaskuler
Jaringan nekrosis bila masuk ke pembuluh darah vaskuler akan menjadi emboli
dan dapat mengganggu system peredaran darah dibawahnya
D. Cedera vaskuler dan saraf
Cedera vaskuler dan saraf pada kondisi fraktur dapat terjadi baik secara langsung oleh
trauma bersamaan dengan terjadinya fraktur, ataupun secara tidak langsung karena tertusuk
fragmen tulang atau tertekan edem disekitar fraktur.
G. Kaku sendi
Hal ini terjadi apabila sendi – sendi disekitar fraktur tidak / kurang digerakkan sehingga
terjadi perubahan synovial sendi, penyusutan kapsul, inextensibility otot, pengendapan callus
dipermukaan sendi dan timbulnya jaringan fibrous pada ligament.
PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
• JIKA SATU TULANG SUDAH MENGALAMI FRAKTUR MAKA JARINGAN LUNAK DISEKITARNYA JUGA
AKAN MENGALAMI KERUSAKAN,PERIOSTEUM TERPISAH DARI TULANG ,DAN TERJADI
PENDARAHAN YG CUKUP BERAT.
• LAPISAN INI TERUS MENEBAL DAN MELUAS ,BERTEMU DENGAN LAPISAN CALUS DARI FRAGMEN
SATUNYA,DAN MENYATU.PENYATUAN DARI KEDUA FRAGMEN (PENYEMBUHAN
FRAKTUR/KONSOLIDASI)TERUS BERLANJUT DENGAN TERBENTUKNYA TRABEKULA OLEH
OSTEOBLAST,YANG MELEKAT PADA TULANG DAN MELUAS MENYEBERANGI LOKASI
FRAKTUR.PENYATUAN TULANG INI AKAN MENJALANI TRANSFORMASI METAPLASTIK UNTUK
MENJADI LEBIH KUAT DAN LEBIH TERORGANISASI.
• CALUS TULANG AKAN MENGALAMI REMODELING UNTUK KEMBALI KE BENTUK TULANG YANG
SEMULA DAN OSTEOCLAST AKAN MENYINGKIRKAN BAGIAN YG RUSAK DAN TULANG SEMENTARA.
PRINSIP UMUM PENGOBATAN PADA
FRAKTUR
• FIRSTLY DO NO HARM = JANGAN MELAKUKAN
TINDAKAN-TINDAKAN YANG JUSTRU
MEMPERBERAT CIDERA/FRAKTUR
• Posisi fraktur
• Panjang dan bentuk fraktur
• Ukuran fraktur
• Tekstur dan kekuatan otot di area
sekitar fraktur
Keuntungan fiksasi internal
• Baseball finger (Mallet finger) merupakan fraktur dari basis falang distal pada
insersio dari tendon ekstensor. Ujung jari yang dalam keadaan ekstensi tiba-
tiba fleksi pasif pada sendi interfalang distal karena trauma, sehingga terjadi
avulsi fragmen tulang basis falang distal pada insersi tendon ekstensor jari.
• Manifestasi Klinis
Pasien tidak dapat melakukan gerakan ekstensi penuh pada ujung distal
falang. Ujung distal falang selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang
distal dan terdapat hematoma pada dorsum sendi tersebut.
• Penatalaksanaan
Dilakukan imobilisasi menggunakan gips atau metal splinting dengan posisi
ujung jari hiperekstensi pada sendi interfalang distal sedangkan sendi
interfalang proksimal dalam posisi sedikit fleksi (Mallet splint).
Ro mallet finger
Immobilisasi mallet finger
MALLET FINGER
• Terdapat 3 jenis Mallet finger:
– Avulsi tendo ekstensor dari tempat insersinya
pada phalang distal
– Avulsi fragmen kecil tulang yang melekat pada
tendo ekstensor
– Avulsi fragmen besar tulang yang melekat pada
tendo ekstensor, terkadang disertai subluksasi
sendi
MALLET FINGER
• Klinis:
– Pembengkakan pada sendi interphalang distal
– Ujung jari dalam keadaan fleksi
– Ketidakmampuan sendi interphalang distal
melakukan ekstensi
– Hiperekstensi pada sendi interphalang proksimal
MALLET FINGER
MALLET FINGER
• Radiologis, dibagi menjadi 3:
– Fragmen kecil, melibatkan <25% permukaan sendi
– Fragmen besar, melibatakan ≥30% permukaan
sendi
– Fragmen tulang dengan subluksasi phalang distal
ke arah volar
MALLET FINGER
MALLET FINGER
• Reduksi tertutup dan fiksasi eksternal:
– Dengan bidai (splint) dan plaster atau gips
– Ujung jari dalam posisi ekstensi
– Cedera tulang → 4-5 minggu
– Cedera tendo → 6-8 minggu
– Pemasangan tambahan (malam hari):
• Dengan kelemahan ekstensi → 2-4 minggu
• Tanpa kelemahan ekstensi → 1-2 minggu
MALLET FINGER
MALLET FINGER
• Reduksi terbuka:
– Avulsi fragmen tulang cukup besar
– Melibatkan >30-40% permukaan sendi
– Displaced
– Terdapat subluksasi phalang distal ke arah volar
MALLET FINGER
• Komplikasi:
– Timbul luka/nekrosis kulit akibat tekanan bidai
yang berlebihan
– Pada reduksi terbuka:
• Infeksi
• Kekakuan saat ekstensi
• Kerusakan bantalan kuku
• Avaskular nekrosis
Boxer Fracture
• Reduksi terbuka:
– Angulasi fragmen distal dengan sudut besar
– Malrotasi jari V yang mengganggu fungsi jari IV
– Tidak dapat dilakukan koreksi secara tertutup
FRAKTUR BOXER
• Reduksi terbuka
dengan
menggunakan plate
and screw
FRAKTUR BENNETT
• Fraktur pada basis
metakarpal I dengan
dislokasi sendi
karpometakarpal
• Reposisi/reduksi,
• Immobilisasi/fiksasi internal
• Rehabilitasi
REPOSISI ATAU REDUKSI
1. MANUAL
2. TRAKSI : THOMAS SPLINT / SKELETAL
TRAKSI DENGAN HARE TRACTION
3. OPERATIF
IMMOBILISASI
KLASIFIKASI FRAKTUR
• Trauma langsung
– Tranverse fraktur ( retakan melintang )
– Comminuted fraktur (retakanya banyak )
– Vertikal fraktur ( retakanya melintang )
– Osteocondral fraktur (berlubang )
Avulsi Quadriseps
Tranverse displacement
( terbelah melintang )
Upper / lower fraktur (basis / apex
terbelah )
• Tanpa displacement :
Long leg silinder plaster dari lipat paha
sampai malleolus , lutut ekstensi penuh
• Dengan displacement :
Operatif dan patellectomy ( utk commi
nuted ), post ops Immobilisasi
dengan elastis bandage lutut ekstensi
FISIOTERAPI
• KECELAKAAN
• PENEKANAN YANG KUAT PADA TUMIT
• PENDARATAN SECARA LANGSUNG DENGAN
MENGGUNAKAN TUMIT
PENATALAKSANAAN
Bila di gips, mobilisasi sendi mulai diberikan secara hati – hati pada
minggu kedua. Sedangkan bila dengan internal fixasi, , bisa diberikan
sedini mungkin
C. Massage
Pelepasan ketegangan otot dan trigger points yang terjadi
pada otot yang mengikuti pembidaian dan paska pemberian
gips an akan mengurangi nyeri dan mengembalikan panjang
otot.