Anda di halaman 1dari 165

FRAKTUR PADA ANGGOTA GERAK

ATAS DAN BAWAH

DISAMPAIKAN PADA PERKULIAHAN PENATALAKSANAAN


FISIOTERAPI MUSCULOSKELETAL

PRODI FISIOTERAPI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

OLEH
IMAN RAHMANSYAH SSTFT
Defenisi Fraktur
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan
para ahli melalui berbagai literature.
Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.

Menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah


pemisahan atau patahnya tulang.

Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur


adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi
karena tekanan pada tulang yang berlebihan

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan
integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan
Etiologi
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai
cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan

Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

A. Fraktur akibat peristiwa trauma.


Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba / mendadak dan
berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan
pemuntiran atau penarikan.
Bila tekanan kekuatan secara langsung, tulang dapat patah pada tempat yang
terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai
kerusakan jaringan lunak yang luas
B. Fraktur akibat tekanan berulang

Fraktur dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet,
penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh

C. Fraktur patologik karena kelainan tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh
(osteoporosis).
 
Patofisiologi Fraktur
Pada kondisi Fraktur, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut,terjadi perdarahan.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang
dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya
respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan
vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan
dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian
menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein
plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema.
Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.
Gambaran Klinis Fraktur
A. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.

B. Bengkak / edema. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein
plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan
sekitarnya.

C. Memar / ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

D. Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.

E. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.
 
F. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi
karena kerusakan syaraf.

G. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi
pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.

H. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.

I. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot
yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan
bentuk normalnya.

J. Gambaran X-ray menentukan fraktur


Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur
Klasifikasi Fracture

Klasifikasi fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan


yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
A.    Berdasarkan sifat fraktur.

1).     Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan


antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur
bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2).     Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat
hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
B. Berdasarkan luas fraktur
1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui
seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang
2.Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak
melalui seluruh penampang tulang
C. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma

1).     Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang


dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung
2).     Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi
3).     Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi
4).     Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang ke arah permukaan lain
5).     Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan
atau traksi otot pada insersinya pada tulang
D. Berdasarkan jumlah garis patah

• Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari


satu dan saling berhubungan

• Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari


satu tapi tidak berhubungan

• Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari


satu tapi tidak pada tulang yang sama
E. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

•  Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis


patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh
• Fraktur Displaced (bergeser): terjadi
pergeseran fragmen tulang
Faktor2 yg mempengaruhi terjadi fraktur
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang
dapat menyebabkan fraktur

2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan
daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi
dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang
( Ignatavicius, Donna D, 1995 )
Komplikasi Fraktur
A. Shock Neurogenik
Pada fraktur sering terjadi nyeri yang sangat hebat terutama apabila
penanganan awal dilakukan dengan cara yang kurang benar ( cara mengangkat,
pembidaian dan pengangkutan ). Shock bisa juga terjadi sebagai kompensasi jika
terjadi perdarahan hebat.

B. Infeksi
Biasanya terjadi pada fraktur akibat trauma dan berupa fraktur terbuka.
Kerusakan jaringan lunak akan memudahkan timbulnya infeksi baik pada jaringan
lunak itu sendiri maupun sampai di jaringan tulang itu sendiri ( osteomyelitis ).

C. Nekrosis avaskuler
Jaringan nekrosis bila masuk ke pembuluh darah vaskuler akan menjadi emboli
dan dapat mengganggu system peredaran darah dibawahnya
D. Cedera vaskuler dan saraf
Cedera vaskuler dan saraf pada kondisi fraktur dapat terjadi baik secara langsung oleh
trauma bersamaan dengan terjadinya fraktur, ataupun secara tidak langsung karena tertusuk
fragmen tulang atau tertekan edem disekitar fraktur.

E. Mal ,Non, Deleyed Union,


Mal ,Non dan deleyed union dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain interposisi
jaringan lunak, fraktur communited, fraktur tulang dengan vaskularisasi kurang baik, reposisi
kurang baik, immobilisasi yang salah dan infeksi.

F. Luka akibat tekanan


Luka ini biasanya timbul pada fase immobilisasi karena pasien tidur dengan posisi menetap
dalam jangka waktu yang lama.

G. Kaku sendi
Hal ini terjadi apabila sendi – sendi disekitar fraktur tidak / kurang digerakkan sehingga
terjadi perubahan synovial sendi, penyusutan kapsul, inextensibility otot, pengendapan callus
dipermukaan sendi dan timbulnya jaringan fibrous pada ligament.
PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR

• JIKA SATU TULANG SUDAH MENGALAMI FRAKTUR MAKA JARINGAN LUNAK DISEKITARNYA JUGA
AKAN MENGALAMI KERUSAKAN,PERIOSTEUM TERPISAH DARI TULANG ,DAN TERJADI
PENDARAHAN YG CUKUP BERAT.

• BEKUAN DARAH TERBENTUK PADA DAERAH TERSEBUT.BEKUAN DARAH AKAN MEMBENTUK


JARINGAN GRANULASI DIDALAMNYA DENGAN SEL-SEL PEMBENTUK TULANG
PRIMITIF(OSTEOGENIK)BERDIFERENSIASI MENJADI CHONDROBLAST DAN OSTEOBLAST.

• CHONDROBLAST AKAN MENSEKRESI FOSFAT,YANG MERANGSANG DEPOSISI CALSIUM.TERBENTUK


LAPISAN TEBAL (CALUS) DISEKITAR LOKASI FRAKTUR.

• LAPISAN INI TERUS MENEBAL DAN MELUAS ,BERTEMU DENGAN LAPISAN CALUS DARI FRAGMEN
SATUNYA,DAN MENYATU.PENYATUAN DARI KEDUA FRAGMEN (PENYEMBUHAN
FRAKTUR/KONSOLIDASI)TERUS BERLANJUT DENGAN TERBENTUKNYA TRABEKULA OLEH
OSTEOBLAST,YANG MELEKAT PADA TULANG DAN MELUAS MENYEBERANGI LOKASI
FRAKTUR.PENYATUAN TULANG INI AKAN MENJALANI TRANSFORMASI METAPLASTIK UNTUK
MENJADI LEBIH KUAT DAN LEBIH TERORGANISASI.

• CALUS TULANG AKAN MENGALAMI REMODELING UNTUK KEMBALI KE BENTUK TULANG YANG
SEMULA DAN OSTEOCLAST AKAN MENYINGKIRKAN BAGIAN YG RUSAK DAN TULANG SEMENTARA.
PRINSIP UMUM PENGOBATAN PADA
FRAKTUR
• FIRSTLY DO NO HARM = JANGAN MELAKUKAN
TINDAKAN-TINDAKAN YANG JUSTRU
MEMPERBERAT CIDERA/FRAKTUR

• BASE TREATMENT ON ACCURATE DIAGNOSIS


AND PROGNOSIS = KUMPULKAN DATA-DATA
KLINIS,RADIOLOGI,CIDERA LAIN UNTUK
MENENTUKAN DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS
YANG TEPAT
• SELECT TREATMENT WITH SPESIFIC AIM
= TUJUAN KHUSUS DARI PENGOBATAN FRAKTUR
ADALH,1.UNTUK MENGURANG NYERI, 2.
UNTUK MENCAPAI DAN MEMPERTAHANKAN
POSISI YANG MEMUASKAN DARI FRAGMENT
TULANG, 3.MEMPERCEPAT BONY UNION,
4.MENGEMBALIKAN FUNGSI OPTIMAL DARI
ANGGOTA GERAK.
• JARINGAN MUSCULOSKELETAL BEREAKSI
TERHADAP CIDERA AKIBAT TRAUMA SESUAI
DENGAN HUKUM ALAM

MIS: ADANYA FRAKTUR AKAN MENYEBABKAN


PERIOSTEUM MEMBENTUK
CALLUS,PENGOBATAN YANG DIBERIKAN TIDAK
BOLEH MENGHAMBAT ATAU BERTENTANGAN
DENGAN REAKSI TERSEBUT
• BE REALISTIC AND PRACTICAL IN YOUR TREATMENT
APABILA KITA MEMPERTIMBANGKAN SUATU TEHNIK
PENGOBATAN MAKA GUNAKAN AKAL SEHAT DENGAN
MENJAWAB PERTANYAAN SBB:
1. Apa tujuan khusus dari
pengobatan ini
2. Apakah tujuan tersebut bisa
dicapai dengan tehnik pengobatan ini.
3. Apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan resiko
dan biaya yang dikeluarkan oleh pasien
• SELECT TREATMENT FOR YOUR PATIENT AS AN
INDIVIDUAL
PENGOBATAN YANG DIBERIKAN HARUS
DIPERTIMBANGKAN SECARA INDIVIDU
TEHNIK PENGOBATAN (TREATMENT
MODALITIES) PADA FRAKTUR
• 1. PROTEKSI ( TANPA REPOSISI DAN IMOBOLISASI)
MIS: # COSTAE,#PHALANK, # INCOMPLETE

• 2. IMOBILISASI DENGAN EKSTERNAL


SPLINTING/SLAB
> #DENGAN KEDUDUKAN BAIK
MIS; # TULANG PANJANG DENGAN MINIMALY
DISPLACED
3. CLOSE REDUCTION AND IMMOBILIZATION

FRAKTUR DENGAN KEDUDUKAN TIDAK


ACCEPTABLE

DILAKUKAN REPOSISI KEMUDIAN DI


IMMOBILISASI DENGAN GIPS
4. CLOSE REDUCTION WITH CONTINUOUS TRACTION
MIS; # FEMUR DENGAN SKIN TRAKSI PADA
ANAK2.ATAU SKELETAL TRAKSI PADA ORANG
DEWASA

5. CLOSE REDUCTION WITH FUNCTIONAL FRACTURE


BRACING
setelah reposisi tertutup dipasang gips selama
3 minggu kemudian gips diganti dengan plastic
bracing
6. Close reduction by manipulation with external
fixation

Mis ; pada # distal radius communited


dimana reposisi anatomis tidak mungkin dan
reposisi terbuka menyebabkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat dapat terjadi
osteonecrosis
7.Close reduction with close pinning
Mis; - pada # colles difiksasi dengan
percutaneus pinning
- Pada # femur difiksasi dengan Close
Nailing/Interlocking Nail
6. Close reduction by manipulation with external
fixation

Mis ; pada # distal radius communited


dimana reposisi anatomis tidak mungkin dan
reposisi terbuka menyebabkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat dapat terjadi
osteonecrosis
8. OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF)

Untuk semua # dimana dilakukan reposisi


terbuka kemudian dilakukan fiksasi internal
9. EXISION OF FRaCTURE FRAGMENT AND
REPLACEMENT BY AN ENDOPROTHESIS

Fraktur Collum femur pada orang tua akan


menyebabkan Avascular necrosis dari caput
femur,maka dilkukan pengangkatan caput
femur diganti dengan Austin Moore Prothesis
OPEN REDUKSI INTERNAL FIXASI
( ORIF )

Adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan


untuk mengembalikan struktur tulang yang
mengalami fraktur pada keadaan anatomis
dengan memberikan ikatan dari dalam.
Jenis perangkat fixasi
• Compression Screw
• Compression Plate screw
• Dinamik/Sliding Hip screw and Plate
• Cancellous bone screw
• 95 Degree Compression Plate Screw
• Intramedullary Rods and Nail
• Pins,Wires and Screw
• Tension band wire
• Buttress Plates
• Exsternal fixator
Cancellus Screw
95 Degree Compression Plate Screw
Compression Plate Screw
Pins
Tension Band Wiring
buttress plate
Indikasi fiksasi internal
• Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi mis
: fraktur dengan displacement yang tidak stabil
• Fraktur yang tidak stabil dan cenderung mengalami
pergeseran setelah dilakukan reduksi,. Mis : fraktur
pertengahan batang femur dan humeri
• Fraktur yang terjadi karena tarikan otot,. Mis : fraktur
melintang pada patella dan oleocranon
• Fraktur yang pertumbuhan calusnya tidak baik dan sangat
lambat,. Mis : fraktur collum femur
• Fraktur patologik akibat suatu penyakit
Lanjutan indikasi,…..
• Multiple fraktur,.. Dimana bila dilakukan fiksasi dini denga
fiksasi internal akan mengurangi resiko komplikasi umum dan
kegagalan berbagai sistem organ tubuh(Philips and Conteas ,
1990)
• Fraktur pada pasien yang sulit perawatanya ( penderita
paraplegia,.dan pasien lanjut usia )
• Kondisi fraktur dimana suplay darah pada anggota gerak
terganggu dan pembuluh2 darah harus terlindungi ( Dandy
1990 )
• Ditemukan banyak debris dan fragment yang merusak
jaringan otot dan jaringan lunak lainya.
Penentuan penggunaan tipe fiksasi internal

• Posisi fraktur
• Panjang dan bentuk fraktur
• Ukuran fraktur
• Tekstur dan kekuatan otot di area
sekitar fraktur
Keuntungan fiksasi internal

• Proses penyambungan tulang yang lebih cepat


• Mobilisasi awal dan latihan yang lebih cepat
• Komplikasi fraktur dapat diminimalkan
Komplikasi fiksasi internal
• Komplikasi infeksi ( prosedure pembedahan tidak
sesuai standart )
• Kegagalan implant, diakibatkan logam yang
ditanamkan keropos dan penyatuan tulang belum
terjadi,.apabila ditemukan rasa nyeri hebat pada
daerah fraktur harus diwaspadai,.
• Re Fraktur akibat pelepasan inplant yang terlalu
cepat,. Catt: waktu yg paling cepat untuk melepas
inplant minimal 1 tahun dan paling aman setelah 2
tahun
FRAKTUR EKTRIMITAS ATAS
ANATOMI TERAPAN
• Caput humeri : bagian bulat menunjuk kearah
dorsomedial dan bersendi dengan cavitas glenoidalis
• Collum humeri terdiri dari:
• Collum anatomicum : yaitu bagian paling distal caput
humeri dan merupakan leher humerus yang
sebenarnya.Pada daerah ini terdapat tonjolan besar (
tuberculum mayus ) sebelah lateral dan tuberculum
minus di ventral
• Collum chirurgicum ialah bagian yg terletak
pada distal tuberculum.bagian ini merupakan
daerah yang mudah mengalami fraktur dan
sering dilakukan tindakan operasi ( sirurgik )
Fraktur collum chirurgicum humeri
• Banyak terjadi pada orang lanjut usia
• Trauma / terjatuh dengan posisi tangan menebak
• Arah displacement dapat terjadi kearah abduksi
maupun adduksi dari caput humeri
• Apabila tidak terdapat displacement imobilisasi
dengan dengan sling/mitela selama 2-3 minggu
Post ORIF # collum cirurgicum
Fraktur tuberculum mayus

• Akibat trauma langsung


• Kontraksi mendadak dari otot supraspinatus yang
menyebabakan terlepasnya tuberositas mayus humeri
• Tipe fraktur kontusio dan avulsion
• Tipe kontusio merupakan akibat /kelanjutan dari
fraktur collum chirurgicum atau dislokasi shoulder
• Bentuk fraktur umumnya greenstick
• Tipe avulsion biasanya disertai dengan displascement
keatas akibat tarikan otot supraspinatus
Post ORIF # tuberositas mayor humeri
dengan pemasangan screw
Fraktur corpus humeri
• Terjadi pada tiga lokasi yakni :
• 1/3 bagian atas ( proksimal ) :fraktur pada distal
collum humeri
• Biasanya terjadi displacement dimana fragment
proksimal kearah abduksi dan lateral rotasi karena
tarikan otot supraspinatus dan fragment distal
kearah adduksi dan terletak dianterior fragment
proksimal karean tarikan otot coracobrachialis dan
pengaruh gravitasi
• Terapi : Bila tidak terjadi displacement yang nyata
dilakukan tindakan konservatif dengan pemberian
mitela atau plaster slab ( U plaster ) dalam posisi
elbow 90 ° dan dilanjutkan dengan pemberian
sling/mitela selama 4-6 minggu
• Bila terjadi displacement maka dilakukan reposisi dan
pemberian fiksasi internal biasanya dengan plate
screw
1/3 bagian tengah
• Akibat trauma langsung dan tidak langsung
• Bentuk fraktur transversal,spiral, dan oblique
• Lokasi perpatahan disekitar ( atas dan bawah ) insersio otot deltoid
• Bila terjadi diatas insertio otot deltoideus maka ujung fragment bagian
atas akan tertartarik kearah adduksi oleh otot adduktor
• Bila perpatahan terjadi pada bagian bawah insertio otot deltoideus maka
ujung fragment proksimal akan tertarik kearah abduksi oleh otot
deltoideus, sedangkan fragment distal tertarik keatas oleh otot biceps
brachii,triceps dan coracobrachialis sehingga terjadi overlapping
• Pada keadaan ini sering terjadi komplikasi nervus radialis
• Terapi konservatif dengan pemberian plaster
gips dari lipat axilla sampai pertengahan
lengan bawah dengan posisi elbow 90° selama
4-6 minggu
• Operatif dengan Orif berupa plate screw dan
pemberian mitella sebagai penyangga 1-2
minggu
1/3 bagian bawah
( Supra condyler humeri )
• Sering terjadi pada anak-anak akibat trauma
langsung (terjatuh)
• Pada fraktur dengan displacement fragment distal
tertarik keatas menuju kebagian posterior fragment
proksimal kira-kira 2/3 bagian oleh tarikan otot
triceps dan biceps brachii
• Komplikasi yang sering timbul yakni : Myositis
Ossifikans, cidera arteri Brachialis dan paralisis
nervus ulnaris, ischemic kontraktur dan stiff elbow
• Terapi konservatif dengan reposisi tertutup
dan dilanjutkan dengan pemberian fiksasi
dengan plaster gips dari bagian bawah axilla
sampai wrist joint dengan posisi elbow fleksi
90 °dan dilanjutkan dengan pemberian mitela
selama 3-4 minggu atau dengan collar and cuff
sling
Post ORIF # 1/3 proksimal humeri
Post ORIF # 1/3 tengah humeri
Post orif # supracondyler humeri
Non Union Post Orif # supracondyler
Fraktur Condylus humeri
• Fraktur ini dapat terjadi pada sisi lateral atau medial (
unilatral ) atau dapat terjadi pada sisi lateral dan
medial (bilateral )
• Bila fraktur tidak disertai displacement diberikan
fiksasi plaster slab selama ± 3 minggu atau juga
dengan pemberian collar and cuff
• Bila terjadi displacement yg nyata maka dilakukan
ORIF dengan menggunakan Screw
Fraktur condylus humeri uni lateral post ORIF
dengan Cancellous screw
Fracture Khusus pada anggota gerak atas

Fraktur Antebrachial Distal


• Ada empat macam fraktur yang khas:
1. Fraktur Colles
2. Fraktur Smith
3. Fraktur Galeazzi
4. Fraktur Montegia
• Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork
deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi,
tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka
yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).
• Manifestasi Klinis
Fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi
distal radius
Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal
Subluksasi sendi radioulnar distal
Avulsi prosesus stiloideus ulna.
• Penatalaksanaan
Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan
pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai
dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi
fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk
mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi
supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 - 6 minggu.
Mekanisme terjadinya # Coles
Fraktur Smith

• Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena


itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada
orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi
tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.
• Manifestasi Klinis
• Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar
pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade deformity).
• Penatalaksanaan
• Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi
dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi
Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4 - 6 minggu.
Mekanisme terjadinya # Smith
Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi


sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka
yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam
posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya
supinasi.
Manifestasi Klinis
• Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada
pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
Penatalaksanaan
• Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi
netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.
Gambar Fracture Galeazzi
Fraktur Montegia

Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai


dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.
• Manifestasi Klinis
Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe
ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan
pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke arah
fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke
posterior.
• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya
dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan
pertengahan radius.
• Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan
atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke
distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh.
Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan
ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan
di atas siku dengan posisi siku fleksi 90° dan posisi
lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan
reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna
(plate-screw).
Prinsip pemeriksaan pada fracture
• Riwayat Penyakit :
Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera,
posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan,
obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta
riwayat penyakit lainnya.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi (look)
Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi,
angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka).
2. Palpasi (feel)
Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan
vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut,
di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.
3. Gerakan (moving)
Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktu
Pemeriksaan penunjang (RO)
Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai
fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri
dari :
• Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan
lateral.
• Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal
dan distal.
• Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik
yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk
membandingkan dengan yang normal)
• Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah
tindakan.
Fraktur Jari-jari Tangan

Ada tiga macam fraktur yang khas:

1. Baseball finger (Mallet finger)


2. Boxer fracture (street fighter’s fracture)
3. Fraktur Bennet
Mallet Finger/Baseball Finger

• Baseball finger (Mallet finger) merupakan fraktur dari basis falang distal pada
insersio dari tendon ekstensor. Ujung jari yang dalam keadaan ekstensi tiba-
tiba fleksi pasif pada sendi interfalang distal karena trauma, sehingga terjadi
avulsi fragmen tulang basis falang distal pada insersi tendon ekstensor jari.
• Manifestasi Klinis
Pasien tidak dapat melakukan gerakan ekstensi penuh pada ujung distal
falang. Ujung distal falang selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang
distal dan terdapat hematoma pada dorsum sendi tersebut.
• Penatalaksanaan
Dilakukan imobilisasi menggunakan gips atau metal splinting dengan posisi
ujung jari hiperekstensi pada sendi interfalang distal sedangkan sendi
interfalang proksimal dalam posisi sedikit fleksi (Mallet splint).
Ro mallet finger
Immobilisasi mallet finger
MALLET FINGER
• Terdapat 3 jenis Mallet finger:
– Avulsi tendo ekstensor dari tempat insersinya
pada phalang distal
– Avulsi fragmen kecil tulang yang melekat pada
tendo ekstensor
– Avulsi fragmen besar tulang yang melekat pada
tendo ekstensor, terkadang disertai subluksasi
sendi
MALLET FINGER
• Klinis:
– Pembengkakan pada sendi interphalang distal
– Ujung jari dalam keadaan fleksi
– Ketidakmampuan sendi interphalang distal
melakukan ekstensi
– Hiperekstensi pada sendi interphalang proksimal
MALLET FINGER
MALLET FINGER
• Radiologis, dibagi menjadi 3:
– Fragmen kecil, melibatkan <25% permukaan sendi
– Fragmen besar, melibatakan ≥30% permukaan
sendi
– Fragmen tulang dengan subluksasi phalang distal
ke arah volar
MALLET FINGER
MALLET FINGER
• Reduksi tertutup dan fiksasi eksternal:
– Dengan bidai (splint) dan plaster atau gips
– Ujung jari dalam posisi ekstensi
– Cedera tulang → 4-5 minggu
– Cedera tendo → 6-8 minggu
– Pemasangan tambahan (malam hari):
• Dengan kelemahan ekstensi → 2-4 minggu
• Tanpa kelemahan ekstensi → 1-2 minggu
MALLET FINGER
MALLET FINGER
• Reduksi terbuka:
– Avulsi fragmen tulang cukup besar
– Melibatkan >30-40% permukaan sendi
– Displaced
– Terdapat subluksasi phalang distal ke arah volar
MALLET FINGER
• Komplikasi:
– Timbul luka/nekrosis kulit akibat tekanan bidai
yang berlebihan
– Pada reduksi terbuka:
• Infeksi
• Kekakuan saat ekstensi
• Kerusakan bantalan kuku
• Avaskular nekrosis
Boxer Fracture

• Boxer fracture (street fighter’s fracture) merupakan


fraktur kolum metakarpal V, dan posisi kaput
metakarpal angulasi ke volar/palmar. Terjadi pada
keadaan tidak tahan terhadap trauma langsung ketika
tangan mengepal.
• Penatalaksanaan
Reposisi tertutup dengan cara membuat sendi
metakarpofalangeal dan interfalang proksimal dalam
keadaan fleksi 90°, kaput metakarpal V didorong ke
arah dorsal, lalu imobilisasi dengan gips selama 3
minggu.
FRAKTUR BOXER
• Fraktur pada leher
metakarpal V

• Trauma pada saat


meninju
FRAKTUR BOXER
• Klinis:
– Rasa sakit pada pangkal jari kelingking
– Pembengkakan pada pangkal jari kelingking
– Pendataran/hilangnya tonjolan kaput metakarpal
V
– Malrotasi (jari kelingking menyilang jari manis saat
tangan dikepalkan)
FRAKTUR BOXER
• Radiologis:
Fraktur tranversal pada
leher metakarpal V
dengan angulasi
fragmen distal ke arah
volar
FRAKTUR BOXER
• Penanganan:
– Mengurangi pembengkakan
– Mengurangi rasa sakit
– Reduksi/reposisi
– Fiksasi/imobilisasi
– Rehabilitasi
FRAKTUR BOXER
Reduksi terbuka dan fiksasi internal:
– Kirschner wire
– Plate and screw
→ reduksi tertutup dengan bantuan fiksasi K-wire
secara perkutan
FRAKTUR BOXER
• Reduksi tertutup
dengan Kirschner wire
secara perkutan
FRAKTUR BOXER

• Reduksi terbuka:
– Angulasi fragmen distal dengan sudut besar
– Malrotasi jari V yang mengganggu fungsi jari IV
– Tidak dapat dilakukan koreksi secara tertutup
FRAKTUR BOXER
• Reduksi terbuka
dengan
menggunakan plate
and screw
FRAKTUR BENNETT
• Fraktur pada basis
metakarpal I dengan
dislokasi sendi
karpometakarpal

• Trauma dengan arah


kekuatan sejajar
metakarpal I pada saat
ibu jari dalam keadaan
fleksi
FRAKTUR BENNETT
FRAKTUR BENNETT
• Klinis:
–Rasa sakit pada daerah pangkal ibu jari
–Pembengkakan daerah metakarpal I
–Ibu jari tampak lebih pendek
–Pergerakan ibu jari terbatas
• Radiologis:
Fraktur oblik, fragmen kecil melekat pada os
trapezium, fragmen besar mengalami subluksasi
FRAKTUR BENNETT
FRAKTUR BENNETT
• Penanganan:
– Mengurangi pembengkakan
– Mengurangi rasa sakit
– Reduksi/reposisi
– Fiksasi/imobilisasi
– Rehabilitasi
FRAKTUR BENNETT
• Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal
– Bidai (splint)
– Plaster
– Gips
• Reduksi terbuka dengan fiksasi internal
– Kirschner wire
– Screw
→ Reduksi tertutup dengan bantuan fiksasi K-wire
perkutan
FRAKTUR BENNETT
Fraktur Ektrimitas Bawah
• FRAKTUR PADA COLLUM FEMORIS

Fraktur collum femoris menurut letaknya dibedakan menjadi :


1. Fraktur Sub capital
~ Antara caput dan collum femoris
~ Akibat trauma langsung pd manula
2. Fraktur Trans Cervical
~ Pertengahan collum femur
~ Akibat trauma tidak langsung pada
wanita dewasa/tua
3. Fraktur Inter Trochanterica
~ Akibat trauma lansung pada trochanter mayor
FRAKTUR CORPUS FEMUR

Fraktur pada corpus ( batang ) tulang femur


terdiri dari :
• 1/3 atas (sub trochanter),
• 1/3 tengah (shaft of femur),
• 1/3 bawah ( supra condylar )
MEKANISME CEDERA

• Trauma langsung yang biasanya disebabkan


oleh kecelakaan saat berjalan dan kemudian
terjatuh, sering terjadi pada usia dewasa
dan usia lanjut.
1/3 Atas ( Sub Trochanter )

• Fragmen proximal ke arah fleksi, abduksi


karena tarikan otot illiopsoas dan gluteus,
sedangkan fragmen distal ke arah adduksi
dan tertarik ke atas
1/3 Tengah ( Shaft of Femur )

Fragmen proksimal ke arah fleksi (tarikan


otot illiopsoas ) & internal rotasi ( tarikan
otot adduktor magnus ), sedangkan fragmen
distal tertarik ke atas oleh otot hamstring
dan rectus femoris.
1/3 bawah ( Supra Condylar )

• Fragmen proksimal ke arah fleksi karena


tarikan otot illiopsos , sedangkan fragmen
distal ke belakang oleh tarikan otot
gastrocnemius.
PENATALAKSANAAN

• Reposisi/reduksi,
• Immobilisasi/fiksasi internal
• Rehabilitasi
REPOSISI ATAU REDUKSI

1. MANUAL
2. TRAKSI : THOMAS SPLINT / SKELETAL
TRAKSI DENGAN HARE TRACTION
3. OPERATIF
IMMOBILISASI

1. LONG LEG PLASTER


2. TRAKSI : SKELETAL ( SUPRA CONDYLAR ),
DAN SKIN TRAKSI ( GALLOW TRAKSI PADA
ANAK ANAK ).
3. KUNTCHER NAIL ( INTERMEDULLARY NAIL )
4. PLATE AND SCREW
Fraktur Condylus Femur

Trauma langsung atau jatuh dari


ketinggian pada posisi lutut fleksi
yang dapat mendorong tibia naik ke
fossa intercondylus
• Satu condylus femur mungkin mengalami
fraktur dan terdorong keatas atau kedua
kondylus mengalami fraktur sekaligus
• Fraktur dapat berbentuk Y dan T
• Kadang – kadang disertai kerusakan struktur
sendi dan jaringan pengikat sendi
Gambaran klinis
• Lutut membengkak dan mungkin mengalami
deformitas
• Rasa nyeri dan haemartrosis
• Lutut terlalu nyeri untuk di gerakkan
• Kaki harus di periksa untuk menyingkirkan
kerusakan saraf
Terapi
• Fraktur tipe greenstick diberikan immobilisasi
dgn back slab ± 4 minggu
• Fraktur komplit diberikan long leg plester
selama 4-6 minggu (1 condylus ) dan minimal
6 minggu ( bicondylus )
• Fraktur angulasi dan avulsi maka di berikan
orif dengan screw, blade plate + elastic
bandage selama 3-4 minggu
Fraktur Tibia Plateau

• Plateau = dataran tinggi /pegunungan


• Permukaan sendi lutut / tulang tibia
berbentuk seperti pegunungan
Mekanisme cedera
• Akibat trauma langsung pada pejalan kaki yang
tertabrak mobil ( Fraktur bemper )
• Jatuh dari ketinggian dimana lutut dipaksa masuk
kedalam valgus atau varus
• Condylus tibia remuk remuk atau terbelah oleh
condylus femur yang berlawanan yang tetap utuh
• Biasanya terjadi pada usia 50-60 tahun dan sedikit
osteoporosis
• Gambaran klinis sama dengan # condylus femur
Tipe I
Fraktur pada condylus tibia lateral

 Pada pasien yg lebih muda yg tidak


menderita osteoporosis berat,mungkin
terdapat retakan vertikal dengan
pemisahan fragmen tunggal.

 Apabila retakannya lebar, fragmen


yang lepas atau meniscus lateral
dapat terjebak dalam celah
Tipe II
Fraktur cominutif pada condylus lateral dengan
depresi dari fragment

>Tipe # ini paling sering


ditemukan dan biasanya
terjadi pada orang tua
dengan osteoporosis
Tipe III
Fraktur cominutif dengan fragmen luar yang
utuh
 Fraktur ini mirip dengan
tipe II tetapi fragmen
yang tertekan dan melesak
ke dalam tulang
sub chondral
Tipe IV
Fraktur pada condilus tibia medial

 Ini kadang-kadang akibat


cedera berat dengan
perobekan ligament
colateral lateral
Tipe v

Fraktur pada kedua


condilus dengan
batang tibia yang
melesak diantara
keduanya
Tipe VI
Kombinasi fraktur condilus dan subcondilus
Terjadi karena daya aksial yang hebat
Open reduksi internal fixasi
Orif with cancellus screw
buttress plate
orthosis
FRAKTUR PATELLA

Merupakan fraktur displacement bila ± 1-


2 mm artikular keluar dari tempat
melekatnya atau apabila ± 3 mm
fragmenya terlepas.
MEKANISME CEDERA

• Trauma langsung  terjatuh ( berlutut )


• Over kontraksi otot quadriseps

KLASIFIKASI FRAKTUR

• Trauma langsung
– Tranverse fraktur ( retakan melintang )
– Comminuted fraktur (retakanya banyak )
– Vertikal fraktur ( retakanya melintang )
– Osteocondral fraktur (berlubang )
Avulsi Quadriseps

Tranverse displacement
( terbelah melintang )
Upper / lower fraktur (basis / apex
terbelah )

Vertikal / longitudinal fraktur ( atas ke


bawah )
PENATALAKSANAAN

• Pada fraktur langsung ( cominuted )


• Immobilisasi dg gips berbentuk silinder selama 3
– 4 Minggu
• Isometrik quadriseps.
• Pada fraktur tdk langsung ( melintang dg
quadriseps avulsion ) yaitu dg immobilisasi dan
patellectomy( TENSION BAND WIRING )
PENATALAKSANAAN

• Tanpa displacement :
Long leg silinder plaster dari lipat paha
sampai malleolus , lutut ekstensi penuh

• Dengan displacement :
Operatif dan patellectomy ( utk commi
nuted ), post ops  Immobilisasi
dengan elastis bandage lutut ekstensi
FISIOTERAPI

• Tahap awal lakukan isometrik quadriseps

• Setelah tumbuh callus dan lepas jahitan


( operatif ), latihan fleksi ekstensi lutut secara
bertahap dengan toleransi

• PWB & FWB sesuaikan dengan pertumbuhan


callus
FRAKTUR DISLOKASI ANKLE

TERJADI PADA MALLEOLUS LATERALIS DAN


MEDIALIS JUGA PERMUKAAN DISTAL DARI
TIBIA & FIBULA
SPESIFIKASI FRAKTUR ANKLE

1.Isolated fraktur malleolus lateralis


2.Bimalleolar fraktur
3.Medial malleolus fraktur
4.Bimalleolar equivalent fraktur
1.Isolated frk malleolus lat
2. Bimalleolar dengan patahan miring pd distal fibula dan
malleolus medialis
3. Medial malleolus fraktur
4.Bimalleolar equivalent
Gbr: Trimalleolar Fraktur pd Ankle Joint
MEKANISME CEDERA

• Biasanya tanpa energi force yang disebabkan


oleh tersandung kemudian ankle memutar ke
arah adduksi / abduksi
Penatalaksanaan pada bimalleolar fraktur
Penatalaksanaan pd malleolus lateralis fraktur
Penatalaksanaan pd avulsion fraktur distal
fibula
Penatalaksanaan dengan / tanpa avulsi

1. Avulsi ligament tanpa fraktur :


fiksasi below knee plaster ± 8mgg.
2. Avulsi ligament dg fraktur malleolus
 sama dg no. 1
 fiksasi skrup / pin dan
ligament dijahit + eksternal fiksasi
plaster gips below knee
Penatalaksanaan dengan / tanpa avulsi

3.Fraktur malleolus tanpa avulsi


ligament : below knee plaster gips
selama 4 – 6 minggu.
4.Fraktur ankle dg dislokasi ke lateral
reposisi, fiksasi plaster gips selama
± 5 – 6 mgg.
FRAKTUR CALCANEUS

• Fraktur pd bagian behind foot dan terkadang


fraktur ini juga melibatkan tempat insertionya
tendo achilles .
MEKANISME CEDERA

• KECELAKAAN
• PENEKANAN YANG KUAT PADA TUMIT
• PENDARATAN SECARA LANGSUNG DENGAN
MENGGUNAKAN TUMIT
PENATALAKSANAAN

1. Bellow knee trans fiksasi selama 6


minggu.
2. Plate and screw.
3. Essex-Lopresti method.
4. Pin & plaster shoe ± 6 – 8 minggu.
5. Setelah 10 minggu dengan melihat
pertumbuhan callus mulai dengan
PWB dilanjutkan FWB.
INTERNAL FIKSASI
Essex-Lopresti method
TUJUAN FUNGSIONAL

• Pola jalan kembali normal. Bila sisa


fraktur menyebabkan terjadinya
pemendekan maka dianjurkan utk
memakai ortophaedic shoes.
PENANGANAN FISIOTERAPI PADA FRAKTUR

A. Latihan fisiologis otot

Mengikuti imobilisasi, otot disekitar bagian yang fraktur akan


kehilangan volume, panjang dan kekuatannya. Adalah penting jika
program latihan yang aman ditentukan dan dievaluasi dibawah
pengawasan fisioterapi untuk mengembalikan panjang dan
fisiologis otot. Dan mencegah komplikasi sekunder yang biasanya
mengikuti.

Latihan untuk menjaga fisiologis otot dilakukan sedini mungkin.


B. Mobilisasi sendi
Kekakuan sendi sering terjadi dan menjadi masalah utama ketika anggota
gerak badan tidak digerakkan dalam beberapa minggu. Focus fisioterapi
adalah melatih dengan teknik dimana dapat menambah dan
mengembalikan lingkup gerak sendi yang terpengaruh ketika fraktur sudah
sembuh.

Jangan menggunakan teknik “Force Passive”, karena bisa menyebabkan


Reflex Sympathetic Diystrophy dan Heterotopic Ossification. Gunakan
waktu dan gravitasi atau berat badan pasien sendiri.

Bila di gips, mobilisasi sendi mulai diberikan secara hati – hati pada
minggu kedua. Sedangkan bila dengan internal fixasi, , bisa diberikan
sedini mungkin
C. Massage
Pelepasan ketegangan otot dan trigger points yang terjadi
pada otot yang mengikuti pembidaian dan paska pemberian
gips an akan mengurangi nyeri dan mengembalikan panjang
otot.

D. Pemanasan dan Terapi listrik


Sangat umum terjadi kekakuan jaringan lunak bila
imobilisasi lama. Pemanasan dan terapi listrik menunjukkan
manfaat tambahan bagi terapi manual dan terapi latihan
dalam mengurangi nyeri dan mengembalikan panjang otot
E. Edukasi jalan
Jika fraktur memerlukan penggunaan alat bantu jalan, fisioterapi dapat menunjukkan alat
yang paling sesuai dan cara jalannya untuk mendukung kesembuhan optimal dan aman.
Demi amannya, Latihan jalan dilakukan secara bertahap, yaitu :

1. Non Weight Bearing


Adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ). Dilakukan selama 3
minggu setelah di operasi.

2. Partial Weight Bearing


Adalah berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban tungkai itu sendiri. Dilakukan
bila callus telah mulai terbentuk ( 3 – 6 minggu ) setelah operasi.

3. Full Weight Bearing


Adalah berjalan dengan beban penuh dari tubuh. Dilakukan setelah 3 bulan pasca operasi
dimana tulang telah terjadi konsolidasi secara kuat.
Pustaka/Referensi
1. Buku Pegangan Kuliah Muskuloskeletal FT, 2001
2. Treatment and Rehabilitation of Fractures: Hoppenfeld S, 2000
3. Pengantar Ilmu Beah Ortopedi: Rasjad C, 2009
4. Text Book of Physiotherapy in Some Surgical Condition, 2001
5. Apley System of Orthopaedics and Fracture, 2007
6. Management of Fracture and Dislocation, 2006
7. Kapita Selekta Traumatologi dan Ortopedik, Edisi 3
8. Orthopaedic Condition and Treatment
9. Principle of Exercise Therapy, Denna Gardiner
10. Therapeutic Exercise, Carolyn Kisnner, 2007
11. Physiotherapy in Orthopaedics, A Problem Solving Approach, 2006
12. Therapeutic Modalities for Sports Medicine and Athletic Training,
2003
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai